Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 4

KEPERAWATAN JIWA (BU AYU)

PERAN PERAWAT JIWA DAN KOLABORASI PELAYANAN


KESEHATAN JIWA

7. Kerjasama antar disiplin ilmu di bidang keperawatan

8. Kolaborasi Profesional

KOLABORASI
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan
kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing
bertanggung jawab pada pekerjaannya.

Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide
yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Kolaborasi merupakan proses komplek
yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi
tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang
lama antara tenaga profesional.

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja
dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional
keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan
kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh pertukaran suatu negara dimana pelayanan
diberikan. Bagi perawat, hubungan kerjasama dengan dokter sangat penting apabila ingn
menunjukkan fungsinya secara independen. Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas
masalah-masalah tentang klien dan untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap
anggota tim serta untuk mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar
hubungan kolaborasi dapat optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk
bekerjasama. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja
saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilainilai dan
pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu,
keluarga dan masyarakat.

Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak
dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi
kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi

Manfaat yang didapatkan dengan diterapkannya kolaborasi antar profesi kesehatan, antara lain:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian


unik profesional.
2. Memaksimalkan produktivitas serta efektifitas dan efisiensi sumber daya.
3. Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
4. Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional.
5. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan profesional.

Dasar-dasar Komperensi Kolaborasi

a. Komunikasi

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi, karena kolaborasi membutuhkan


pemecahan masalah yang lebih komplek, dibutuhkan komunikasi efektif yang dapat
dimengerti oleh semua anggota tim.

b. Respek dan kepercayaan

Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non verbal serta dapat
dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.

c. Memberikan dan menerima feed back


Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri, kepercayaan diri,
emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga dapat bersifat negative maupun positif.

d. Pengambilan keputusan

Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk mewujudkan kolaborasi yang


efektif guna menyatukan data kesehatan pasien secara komperensip sehingga menjadi
sumber informasi bagi semua anggota tm.

e. Manajemen konflik

Untuk menurunkan komplik maka masing-masing anggota harus memahami peran dan
fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan harapan, mengidentifikasi kompetensi,
mengidentifikasi tumpang tindih peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung
jawabnya.

Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu:

1. adanya saling percaya dan menghormati


2. saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing
3. memiliki citra diri positif
4. memiliki kematangan professional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan
pengalaman),
5. mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan

Kolaborasi di Rumah Sakit


Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan asuhan
kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling menghargai antar tenaga kesehatan dan saling
memberikan informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan (Hoffart & Wood, 1996;
Wlls, Jonson & Sayler, 1998).
Tim Kerja di Rumah Sakit :
a. Tim satu disiplin ilmu:
1. Tim Perawat
2. Tim dokter
3. Tim administrasi
4. Dll

b. Tim multi disiplin :


1. Tim  operasi
2. Tim nosokomial infeksi
3. Dll

Tim satu disiplin ilmu meliputi : tim perawat, tim dokter, tim administrasi, dan lain-lain.
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional yang mempunyai
aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik, jika terjadi
adanya konstribusi dari anggota timdalam memberikan pelayanan kesehatan efektif, bertanggung
jawab dan saling menghargai sesama anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa perspektif
yang unik dalam tim inter disiplin. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain.

KOMUNIKASI
Komunikasi multidisiplin dalam keperawatan adalah komunikasi yang melingkupi
seluruh aspek jalur komunikasi penanganan dan perawatan pasien. Dalam bidang komunikasi
kesehatan, komunikasi multidisiplin terjadi antara sesama anggota tim multidisiplin dan antara
anggota tim multidisiplin dengan pasien serta anggota keluarga pasien dalam rangka penanganan
dan perawatan pasien.

Terdapat beberapa cara komunikasi multidisiplin dalam keperawatan yang dapat diterapkan
ketika berkomunikasi dengan pasien, yaitu :

1. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik


Menciptakan dan memelihara hubungan yang baik adalah penting dalam upaya penanganan dan
perawatan pasien. Hasil studi menunjukkan bahwa komunikasi dan hubungan baik antara pasien
dan anggota tim memberikan dampak positif pada kepuasan pasien, pengetahuan dan
pemahaman, kepatuhan terhadap program pengobatan, dan hasil kesehatan yang terukur.

2. Bertukar informasi

Anggota tim yakni dokter perlu memperoleh sebanyak mungkin informasi dari pasien agar dapat
mendiagnosa dengan tepat jenis penyakit yang diderita pasien dan merumuskan rencana
penanganan dan perawatan. Bagi pasien, pasien perlu mengetahui, memahami, merasa dikenal,
dan dipahami oleh anggota tim. Untuk itu, kedua belah pihak sangat perlu
melakukan komunikasi dua arah sebagai upaya untuk saling bertukar informasi.

3. Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian

Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian adalah salah satu penyebab keberhasilan dalam
komunikasi. Perawat sebagai anggota tim bertanggung jawab dalam memberikan perhatian dan
memobilisasi semua indera untuk mempersespi semua pesan verbal maupun pesan nonverbal
yang diberikan oleh pasien.

Dengan mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian, perawat dapat menilai situasi dan
masalah yang dialami pasien. Selain itu perawat juga dapat meningkatkan harga diri pasien dan
mengintergrasikan diagnosa keperawatan dan proses perawatan.

4. Penggunaan bahasa yang tepat

Informasi yang diberikan selama proses konsultasi, penanganan, dan perawatan pasien perlu
dilakukan dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pasien dan anggota
pasien. Bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses konsultasi, penanganan, dan perawatan
pasien hendaknya tidak menggunakan jargon dan istilah teknis kesehatan kecuali dijelaskan
secara komprehensif. Yang harus dihindari juga adalah penggunaan eufemisme karena dapat
mengarah pada ambigu.
5. Bahasa tubuh dan penampilan

Bahasa tubuh dalam komunikasi dan penampilan juga hendaknya menjadi bahan pertimbangan
dan perlu diperhatikan dengan baik.

Berbagai komunikasi nonverbal yang ditampilkan seperti postur tubuh, gaya, dan perilaku dapat
berdampak pada kemajuan dan hasil konsultasi antara pasien dan anggoa tim. Untuk itu, bahasa
tubuh yang ditampilkan selama proses konsultasi harus ditampilkan secara lengkap dan fokus
pada pasien.

6. Bersikap jujur

Bersikap jujur merupakan salah satu konsep moral dalam komunikasi keperawatan. Anggota tim
seperti perawat harus bersikap jujur agar diskusi atau konsultasi yang dilakukan tidak
menimbulkan kecurigaan, keraguan, dan kesalahpahaman. Jika ada kebutuhan untuk diskusi
yang terpisah dengan anggota keluarga pasien maka harus dilakukan dengan mengunakan teknik
komunikasi terapeutik seperti hati-hati, memperhatikan tempat diskusi, dan waktu yang tepat.

7. Memperhatikan kebutuhan pasien

Anggota tim seperti pasien perlu mengetahui apa yang menjadi kebutuhan komunikasi pasien.
Beberapa orang pasien hanya ingin didengar tanpa banyak penjelasan dan beberapa pasien
lainnya ingin mengetahui penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita. Perawat harus
dapat mendeteksi setiap apa yang diinginkan pasien.

8. Mengembangkan sikap empati

Empati merupakan salah satu karakteristik komunikasi terapeutik. Yang dimaksud dengan


empati adalah perawat dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pasien. Dalam artian, perawat
hendaknya dapat memposisikan dirinya pada posisi pasien.

Demikianlah ulasan singkat tentang cara komunikasi multidisiplin dalam keperawatan. Semoga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang komunikasi multidisiplin dan
penerapannya dalam keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai