IEEE Format
E. P. Purwandari, Konsep Dan Teori Pengolahan Citra Digital,
Bengkulu, Indonesia: UNIB Press, 2019.
OLEH
PENERBIT
UNIB PRESS
2018
ISBN 976-602-5830-01-3
Konsep dan Teori Pengolahan Citra Digital
Hak Cipta © 2018 pada penulis
ISBN 976-602-5830-01-3
i
KATA PENGANTAR
ii
Jenis-jenis Noise, E. Noise Periodik, F. Parameter Noise, G.
Restorasi Citra Terdegradasi Noise dalam Filter Spasial, H.
Order – Statistic Filters, I. Adaptive Filter, J. Pengurangan Noise
Periodik dengan Filter Domain Frekuensi, K. Bandreject Filter,
L. Bandpass Filter, M. Notch Filter, N. Memperkirakan Fungsi
Degradasi, O. Invers Filtering, P. Filter Wiener (Minimum Mean
Square Error), Q. Transformasi Geometris, R. Tugas Kelompok,
dan S. Daftar Pustaka.
Bab 6. Operasi Penajaman dan Penghalusan Citra Digital
mencakup A. Filter Penghalusan (Smoothing), B. Filter
Penajaman (Sharpening), C. Proses Korelasi dan Konvolusi Citra
Digital, D. Tugas Kelompok, dan E. Daftar Pustaka.
Bab 7. Transformasi Intensitas dan Domain Spasial
mencakup A. Pendahuluan, B. Transformasi Gray Level Dasar,
C. Citra Negatif, D. Transformasi Log, E. Power-Law
Transformation, F. Gamma Correction, G. Transformasi Fungsi
Piecewise-Linier, H. Linear Spatial Filtering I. Filter
Penghalusan ( Smoothing), J. Filter Penajaman (Sharpening), K.
Perbaikan dengan Operasi Aritmatika/Logika, L. Tugas
Kelompok, dan M. Daftar Pustaka.
Bab 8. Pemprosesan Warna Citra mencakup A. Dasar-
dasar Warna, B. Model Warna RGB, C. Model Warna CMY dan
CMYK, D. Model Warna HSI, E. Model Warna HSV, F.
Konversi Model dari RGB ke HSI, G. Konversi Model dari HSI
ke RGB, H. Tugas Kelompok, dan I. Daftar Pustaka.
iii
Bab 9. Segmentasi Citra mencakup A. Segmentasi, B.
Deteksi Titik, C. Deteksi Garis, D. Deteksi Tepi, E. Detektor
Tepi Sobel, F. Detektor Tepi Prewitt, G. Detektor Tepi Robert,
H. Thresholding, I. Global Threshold, J. Local Threshold, K.
Tugas Kelompok, dan L. Daftar Pustaka.
Dan Bab 10. Morfologi Citra mencakup A. Morfologi
Citra, B. Dilasi, C. Erosi, D. Opening dan Closing, E.
Transformasi Hit-or-Miss, F. Boundary Extraction, G. Region
Filling, H. Thinning (Penipisan), I. Thickening (Penebalan), J.
Skeletonization, K. Morfologi Citra Grayscale, L. Erosi dan
Dilasi, M. Opening dan Closing, N. Algoritma-algoritma dengan
Dasar Morfologi Grayscale, O. Rekonstruksi Morfologi Citra
Biner, P. Tugas Kelompok, dan Q. Daftar Pustaka.
Harapan penulis adalah buku ini menjadi sumber belajar
bagi pembaca sehingga dapat memahami mengenai pengolahan
citra digital dengan sangat baik.
Buku ini masih memerlukan penyempurnaan, oleh
karena itu adanya kritikan dan saran yang bersifat konstruktif
sangat diharapkan dan untuk itu penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
Bab 4. Transformasi Fourier Dan Wavelet 29
A. Pendahuluan 29
B. Transformasi Fourier 30
C. Transformasi Wavelet 38
D. Tugas Kelompok 42
E. Daftar Pustaka 43
Bab 5. Restorasi Citra 44
A. Pendahuluan 44
B. Model Proses Degradasi/Restorasi Citra 44
C. Model Noise 45
D. Jenis-jenis Noise 45
E. Noise Periodik 50
F. Parameter Noise 51
G. Restorasi Citra Terdegradasi Noise dalam
Filter Spasial 51
H. Order Statistic Filters 57
I. Adaptive Filter 60
J. Pengurangan Noise Periodik dengan Filter
Domain Frekuensi 68
K. Bandreject Filter 68
L. Bandpass Filter 69
M. Notch Filter 70
N. Memperkirakan Fungsi Degradasi 72
O. Invers Filtering 77
P. Filter Wiener (Minimum Mean Square Error) 77
Q. Transformasi Geometris 82
R. Tugas Kelompok 94
S. Daftar Pustaka 94
Bab 6. Operasi Penajaman dan Penghalusan Citra Digital 95
A. Filter Penghalusan (Smoothing) 95
B. Filter Penajaman (Sharpening) 104
C. Proses Korelasi dan Konvolusi Citra Digital 105
vi
D. Tugas Kelompok 112
E. Daftar Pustaka 113
Bab 7. Transformasi Intensitas dan Domain Spasial 114
A. Pendahuluan 114
B. Transformasi Gray Level Dasar 115
C. Citra Negatif 116
D. Transformasi Log 117
E. Power-Law Transformation 118
F. Gamma Correction 119
G. Transformasi Fungsi Piecewise-Linier 123
H. Linear Spatial Filtering 156
I. Filter Penghalusan ( Smoothing) 164
J. Filter Penajaman (Sharpening) 174
K. Perbaikan dengan Operasi Aritmatika/Logika 185
L. Tugas Kelompok 188
M. Daftar Pustaka 188
Bab 8. Pemprosesan Warna Citra 189
A. Dasar-Dasar Warna 189
B. Model Warna RGB 190
C. Model Warna CMY dan CMYK 192
D. Model Warna HSI 193
E. Model Warna HSV 194
F. Konversi Model dari RGB ke HSI 195
G. Konversi Model dari HSI ke RGB 196
H. Tugas kelompok 197
I. Daftar Pustaka 198
Bab 9. Segmentasi Citra 200
A. Segmentasi 200
B. Deteksi Titik 200
C. Deteksi Garis 201
D. Deteksi Tepi 204
E. Detektor Tepi Sobel 205
vii
F. Detektor Tepi Prewitt 206
G. Detektor Tepi Robert 206
H. Thresholding 207
I. Global Threshold 208
J. Local Threshold 211
K. Tugas Kelompok 211
L. Daftar Pustaka 212
Bab 10. Morfologi Citra 213
A. Morfologi Citra 213
B. Dilasi 214
C. Erosi 218
D. Opening dan Closing 221
E. Transformasi Hit-or-Miss 224
F. Boundary Extraction 231
G. Region Filling 234
H. Thinning (Penipisan) 237
I. Thickening (Penebalan) 239
J. Skeletonization 239
K. Morfologi Citra Grayscale 240
L. Erosi dan Dilasi 241
M. Opening dan Closing 245
N. Algoritma-algoritma dengan Dasar
Morfologi Grayscale 247
O. Rekonstruksi Morfologi Citra Biner 253
P. Tugas Kelompok 271
Q. Daftar Pustaka 273
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 5.8. Hasil Restorasi Citra dengan Filter
Contraharmonic, Max dan Min 56
Gambar 5.9. Hasil Restorasi Citra dengan Filter Midpoint
dan Alpha-trimmed 60
Gambar 5.10. Perbandingan Hasil Filter Median dengan
Adaptive Median 67
Gambar 5.11. Plot Perspective Bandreject Filter 69
Gambar 5.12. Pemfilteran dengan Bandreject Filter 69
Gambar 5.13. Pattern Noise dari Gambar 5.11 70
Gambar 5.14. Plot Perspecrive Notch Reject Filter 71
Gambar 5.15. Contoh Pemodelan Fungsi Degradasi 76
Gambar 5.16. Restorasi Citra dengan Filter Wiener 81
Gambar 5.17. Transformasi Spasial 83
Gambar 5.18. Visualisasi Transformasi Affine pada Bentuk
Grid 90
Gambar 5.19. Transformasi Affine pada Citra Checkboard 93
Gambar 6.1. Filter Smoothing 3 x 3 96
Gambar 6.2. Hasil Filter Rata-rata dengan Ukuran Mask
3,5,9,21,35 97
Gambar 6.3. Citra Hasil Filter dengan Laplacian 101
Gambar 6.4. Hasil Filter Median 103
Gambar 6.5. Filter Mask 3x3 pada Citra 106
Gambar 6.6. Korelasi dan Konvolusi 1 Dimensi (Citra) 107
Gambar 6.7. Korelasi dan Konvolusi 2 Dimensi (Citra) 108
Gambar 6.8. Filter Mask 3 x 3 109
Gambar 6.9. Operasi Tepian Citra Digital 111
Gambar 7.1. Titik (x, y) dengan Tetangga 3 × 3
pada Citra f 114
Gambar 7.2. Beberapa Fungsi Transformasi Gray
Level Dasar 115
Gambar 7.3. Transformasi Negative pada Citra dengan
Gray Level L = 9 116
x
Gambar 7.4. Transformasi Log pada Citra dengan
Gray Level L = 256 dan C = 100 118
γ
Gambar 7.5. Kurva persamaan s = cr dengan beberapa
nilai gamma dan nilai c = 1 119
Gambar 7.6. Hasil Tampilan Gamma Correction 120
Gambar 7.7. Hasil Gamma Correction pada Citra dengan
Beberapa Variasi Nilai γ 121
Gambar 7.8. Pemetaan Gamma Correction γ 122
Gambar 7.9. Contoh Contrast Stretching 123
Gambar 7.10. Grafik dan Contoh Hasil Gray Level Slicing 124
Gambar 7.11. Macam Citra dengan Tampilan Histogamnya 126
Gambar 7.12. Citra Contoh dan Histogramnya 127
Gambar 7.13. Macam-macam Histogram Citra 131
Gambar 7.14. Pemetaan Nilai Intensitas Citra 133
Gambar 7.15. Histogram Citra pada Contoh 136
Gambar 7.16. Histogram Citra Setelah Dibuat Persamaan 138
Gambar 7.17a. Citra Input dan Citra Output Hasil Ekualisasi
Histogram Bersama Histogramnya (Red) 139
Gambar 7.17b. Citra Input dan Citra Output Hasil Ekualisasi
Histogram Bersama Histogramnya (Green) 141
Gambar 7.17c. Citra Input dan Citra Output Hasil Ekualisasi
Histogram Bersama Histogramnya (Blue) 143
Gambar 7.18. Tiga Citra Input dan Citra Output Hasil
Ekualisasi Histogram Bersama
Histogram Hasil Ekualisasi 145
Gambar 7.19. Fungsi Transformasi 3 Citra Input 147
Gambar 7.20. Contoh Histogram Ekualisasi 151
Gambar 7.21. Fungsi Transformasi Citra Input 152
Gambar 7.22. Filter Mask 3x3 pada Citra 157
Gambar 7.23. Korelasi dan Konvolusi 1 Dimensi 159
Gambar 7.24. Korelasi dan Konvolusi 2 Dimensi (Citra) 160
Gambar 7.25. Filter Mask 3 x 3 161
Gambar 7.26. Citra Asli menjadi Citra dengan Opsi
xi
Replicate dan Tipe Uint8 163
Gambar 7.27. Filter Smoothing 3 x 3 165
Gambar 7.28. Hasil Filter Rata-rata dengan Ukuran Mask
3,5,9,21,35 166
Gambar 7.29. Citra Hasil Filter dengan Laplacian 171
Gambar 7.30. Hasil Filter Median 173
Gambar 7.31. Ilustrasi Turunan Pertama dan Kedua
Digital 1 Dimensi 176
Gambar 7.32. Contoh Mask Laplace untuk Highboost
Filtering 177
Gambar 7.33. Citra Filtering dengan Unsharp Masking
dan Highboost Filtering 180
Gambar 7.34. Penggunaan Filter Laplacian untuk
Highboost Filtering 181
Gambar 7.35. Region Intensitas Citra, Operator Robert,
Operator Sobel 183
Gambar 7.36. Penggunaan Gradien Pada Citra 185
Gambar 7.37. Hasil Operasi Pengurangan Citra 186
Gambar 8.1. Spektrum Warna yang Terlihat oleh Cahaya
yang Dilewatkan oleh Cahaya yang
Dilewatkan Prisma Kaca 189
Gambar 8.2 Panjang Gelombang Visible Spektrum
Elektromagnetik 190
Gambar 8.3. Ruang Warna RGB 191
Gambar 8.4. Citra RGB dan Tiga Citra Komponennya 192
Gambar 8.5. Citra RGB dan Citra CMY 193
Gambar 8.6. Hubungan Konseptual Model Warna RGB
dan HSI 194
Gambar 8.7. Model Warna HSV 195
Gambar 8.8. Konversi Citra RGB dan HSI 196
Gambar 8.9. Konversi HSI Citra dan RGB 197
Gambar 9.1. Mask untuk Deteksi Garis 201
Gambar 9.2. Contoh Deteksi Garis dengan Mask -45° 203
xii
Gambar 9.3. Detektor Tepi 205
Gambar 9.4. Threshold Secara Analisis Visual Histogram
Bimodal 207
Gambar 9.5. Bentuk Global Threshold 211
Gambar 10.1 Himpunan Piksel dalam Segiempat 213
Gambar 10.2 Contoh Strel 214
Gambar 10.3 Objek Dilasi 215
Gambar 10.4. Proses Dilasi Citra 218
Gambar 10.5 Objek Erosi 219
Gambar 10.6 Erosi pada Citra 220
Gambar 10.7. Ilustrasi Opening 222
Gambar 10.8. Ilustrasi Closing 222
Gambar 10.9. Operasi Opening dan Closing pada Citra
Biner 223
Gambar 10.10. Transformasi Hit-or-Miss 224
Gambar 10.11. Ilustrasi Transformasi Hit-or-Miss 228
Gambar 10.12. Transformasi Hit-or-Miss pada Citra Biner 229
Gambar 10.13. Ilustrasi Boundary Extraction 231
Gambar 10.14. Boundary extraction Pulau Bali 234
Gambar 10.15. Ilustrasi Region Filling 236
Gambar 10.16. Region Filling pada Citra 237
Gambar 10.17. Hasil Thinning 238
Gambar 10.18. Hasil Skelenization 240
Gambar 10.19. Contoh Hasil Operasi Dilasi dan Erosi Citra 243
Gambar 10.20. Contoh Hasil Operasi opening dan Closing
Citra Grayscale 247
Gambar 10.21. Contoh Operasi Smoothing dengan
Morfologi 249
Gambar 10.22. Contoh Hasil Operasi Morfologi Gradien
Citra Grayscale 250
Gambar 10.23. Contoh Hasil Rekonstruksi Morfologi Citra
Biner 256
Gambar 10.25. Perbandingan Hasil Erosi Dilasi (Opening)
xiii
dan Opening dengan Rekonstruksi 258
Gambar 10.26. Contoh Operasi Filling Holes 259
Gambar 10.27. Contoh Hasil Operasi Pembersihan Border
Objek 260
xiv
DAFTAR TABEL
xv
MODEL CITRA DIGITAL
BAB 2
MODEL CITRA DIGITAL
A. Pendahuluan
Istilah citra pada umumnya digunakan dalam bidang
pengolahan citra diartikan sebagai suatu fungsi kontinu dari intensitas
cahaya 𝑓 (𝑥, 𝑦) dalam bidang dua dimensi, dengan (𝑥, 𝑦) menyatakan
suatu koordinat, dan nilai 𝑓 pada setiap titik (𝑥, 𝑦) menyatakan
intensitas atau tingkat kecerahan atau derajat keabuan (brightness/
graylevel). Suatu citra digital adalah suatu citra kontinu yang diubah
ke dalam bentuk diskrit.
Suatu citra digital dapat dianggap sebagai suatu array dari
bilangan yang dipresentasikan oleh sejumlah bit–bit, dengan indeks
baris dan kolomnya menyatakan koordinat sebuah titik pada citra
tersebut dan nilai masing – masing elemennya menyatakan intensitas
cahaya pada titik tersebut. Titik pada sebuah citra digital sering
disebut sebagai image element (elemen citra), picture element (elemen
gambar), pixel/piksel.
Proses yang dilakukan dengan sebuah sistem jenis ini dapat
dibagi menjadi tiga tahap:
1) Proses digitalisasi.
2) Proses pengolahan data.
3) Proses penampilan data.
Suatu citra yang diberikan dalam bentuk transparasi, slide, foto
atau peta pertamakali didigitalisasi dengan menggunakan digitizer
seperti scanner, frame grabber dan disimpan sebagai suatu matrik dari
digit biner (bit) dalam memori komputer. Citra yang digitisasi
kemudian dapat diproses lebih lanjut dan atau ditampilkan melalui
monitor beresolusi tinggi.
Proses pengolahan data dilakukan oleh komputer yang dapat
berupa suatu mikrokomputer sederhana (microprocessor based
computer) sampai kepada komputer besar (mainframe computer),
tergantung jumlah data serta jenis pengolahannya. Data yang terdapat
8
MODEL CITRA DIGITAL
9
MODEL CITRA DIGITAL
10
MODEL CITRA DIGITAL
11
MODEL CITRA DIGITAL
a. Acuity
Yang dimaksud acuity disini adalah kemampuan mata
manusia untuk merinci secara detail bagian–bagian
pada suatu citra (pada sumbu visual)
b. Kontur
yang dimaksud dengan kontur (countour) adalah
suatu keadaan pada citra dimana terjadi perubahan
intensitas dari suatu titik ke titik tetangganya. Dengan
perubahan intensitas inilah mata manusia sanggup
mendeteksi pinggiran atau kontur suatu benda.
12
MODEL CITRA DIGITAL
c. Warna
Warna (color) adalah reaksi yang dirasakan oleh
sistem visual mata manusia terhadap perubahan
panjang gelombang cahaya. Setiap warna memiliki
panjang gelombang sendiri – sendiri. Warna merah
memiliki panjang gelombang ( ) yang paling tinggi,
sedangkan warna violet mempunyai panjang
gelombang paling rendah.
d. Bentuk
Pada umumnya citra yang dibentuk oleh mata
merupakan citra 2 dimensi , sedangkan objek yang
diamati biasanya 3 dimensi. Kesulitannya banyak
benda 3 dimensi setelah diproyeksikan ke bidang 2
dimensi kelihatan sama.
e. Tekstur
Pada hakekatnya sistem visual manusia tidak
menerima informasi citra terpisah pada setiap titik,
tetapi suatu citra dianggapnya sebagai satu kesatuan.
jadi definisi kesamaan objek perlu dinyatakan dalam
bentuk kesamaan dari satu himpunan parameter citra
(brightness, color , size ,dll) atau dengan kata lain dua
buah citra tidak dapat disamakan hanya dengan satu
parameter saja.
f. Waktu dan pergerakan
Respon suatu sistem visual tidak hanya berlaku pada
faktor ruang, tetapi juga pada faktor waktu. Sebagai
contoh bila gambar diam ditampilkan bergantian
secara cepat , maka kita akan mendapatkan kesan
melihat gambar yang bergerak. Contoh gambar untuk
film kartun.
g. Deteksi dan pengenalan
Dalam deteksi serta mengenali suatu citra, sering
tidak hanya sistem visual kita yang bekerja, tetapi
13
MODEL CITRA DIGITAL
14
MODEL CITRA DIGITAL
E. Persepsi Visual
Pengolahan citra maupun pengenalan citra, keduanya tidak
terlepas dari masalah persepsi visual yaitu masalah apa yang dapat
dilihat oleh mata manusia itu sendiri. Mata manusia merupakan bagian
dari sistem visual manusia. Cahaya diketahui sebagai suatu radiasi
elektromagnetik yang berada pada band panjang gelombang spectrum
elektromagnetik yang relatif sempit yaitu 350 nm – 780 nm. Suatu
15
MODEL CITRA DIGITAL
F. Persepsi Warna
Warna merupakan salah satu elemen dasar suatu citra yang
berkaitan erat dengan sistem visual manusia. Warna adalah reaksi
yang dirasakan oleh sistem visual mata manusia terhadap perubahan
panjang gelombang cahaya. Studi mengenai warna sangat penting
karena dengan warna, informasi yang lebih banyak dari suatu obyek
dapat diperoleh.
Setiap warna memiliki panjang gelombang masing – masing.
Warna merah memiliki panjang gelombang ( ) yang paling tinggi,
warna violet memiliki panjang gelombang yang paling rendah.
Demikian pula kumpulan cahaya (berkas) dengan panjang gelombang
berbeda juga akan memberikan reaksi yang lain.
Atribut warna yang diterima adalah brightness (intensitas), hue
dan saturation. Brightness atau intensity menyatakan besarnya
intensitas cahaya yang diterima. Hue adalah atribut cahaya yang
membedakan sebagai contoh cahaya yang berwarna merah dari cahaya
16
MODEL CITRA DIGITAL
White
Saturation
G R
B Brightness
Black
17
MODEL CITRA DIGITAL
G. Koordinat Warna
Sebagaimana telah diuraikan bahwa suatu warna [𝐶] dapat
dibentuk dengan harga tristimulus untuk suatu set warna – warna
utama, dan juga dapat dinyatakan dengan harga – harga kromatisitas
t1 (C ), t 2 (C ) dan intensitasnya. Terdapat banyak sistem koordinat
warna , tetapi pada uraian hanya akan dibahas mengenai koordinat
warna yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu sistem koordinat
warna RGB.
Sistem koordinat warna utama RGB merupakan sistem
koordinat warna yang berdasarkan pada teori trikomatik. Sistem
koordinat warna RGB ini direpresentasikan dengan tiga buah sumbu
yang saling tegak lurus satu sama lain. Masing – masing sumbu
tersebut mempresentasikan komponen warna utama Red ,Green dan
Blue (merah, hijau dan biru). Suatu warna tertentu akan menempati
titik tertentu pada sistem koordinat tersebut, dimana letak titik itu
ditentukan kadar warna – warna merah , hijau dan biru yang
menyusun warna tersebut.
H. Tugas Kelompok
1. Lakukan eksperimen bersama kelompok. Gunakan alat scanner
lakukan scan gambar/foto, kemudian scan dengan pengaturan
yang beragam, lalu amati:
(a) Apakah ukuran file scan yang kecil dapat menunjukkan
bagian-bagian yang kecil dan detail dari gambar?
(b) Apakah ukuran file scan yang kecil masih dapat
menampilkan bagian-bagian besar gambar?
(c) Apakah pengaturan scanner tersebut berpengaruh pada
output citra yang dihasilkan?
2. Lakukan pengambilan citra digital sebanyak 5 kali dengan
menggunakan kamera handphone pada objek yang sama,
dengan pengaturan dan titik pengambilan yang berbeda.
18
MODEL CITRA DIGITAL
I. Daftar Pustaka
Eko Prasetyo. 2012. Pengolahan Citra Digital dan Aplikasinya
Menggunakan Matlab. Andi Yogyakarta. ISBN 978-979-29-
2703-0
Gonzalez R. C., Woods, R. E. 2009. Digital Image Processing with
Matlab, 2nd edition. Gatesmark Publishing. ISBN 0-98-
208540-0
Gonzalez, Rafael C. and Woods. R.E. 2007. Digital Image
Processing, 3rd edition. Prentice Hall. ISBN 0-13-168728-8
Hermawati, Fajar Astuti. 2013. Pengolahan Citra Digital: Konsep dan
Teori. Andi Yogyakarta. ISBN 978-979-29-3119-8.
McAndrew, Alasdair. 2004. An Introduction to Digital Image
Processing with MATLAB. School of Computer Science and
Mathematics. Victoria University of Technology.
19