Anda di halaman 1dari 103

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2016

Hubungan Iklim Kerja Panas Dengan


Tekanan Darah Pada Pekerja di Pabrik
Kelapa Sawit PT. Perkebunan
Nusantara IV Kebun Bah Jambi Tahun 2016

Harahap, Maisarah

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3016
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN IKLIM KERJA PANAS DENGAN TEKANAN DARAH
PADA PEKERJA DI PABRIK KELAPA SAWIT
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
KEBUN BAH JAMBI TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH :
MAISARAH HARAHAP
121000241

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera
Utara
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :
MAISARAH HARAHAP
121000241

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN


IKLIM KERJA PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA
DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
KEBUN BAH JAMBI TAHUN 2016” ini beserta seluruh isinya adalah benar
hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau
sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2016


Yang membuat pernyataan,

( Maisarah Harahap )

Universitas Sumatera
Utara
ABSTRAK

Salah satu kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan


kesehatan bagi pekerjanya adalah paparan panas yang ekstrim. Iklim kerja yang
panas dapat menyebabkan beban tambahan bagi jantung untuk memompa darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun
Bah Jambi merupakan salah satu perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit. Dalam melakukan kegiatan proses produksinya pada setiap stasiun, pekerja
langsung berhubungan dengan lingkungan kerja yang memiliki suhu panas yang
tinggi yang sumber panasnya berasal dari mesin-mesin.
Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan rancangan cross
sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara iklim
kerja panas dengan tekanan darah pada pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi Tahun 2016. Jumlah populasi adalah
seluruh pekerja di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah
Jambi yaitu sebanyak 88 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Balai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Medan, kondisi iklim kerja panas rata-rata adalah 31,450C. Hasil
penelitian menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara iklim kerja panas dengan perubahan tekanan darah p value
tekanan darah sistolik sesudah bekerja = 0,001 (p < 0,05), dan hasil uji korelasi p
value tekanan darah diastolik sesudah bekerja = 0,001 (p < 0,05), sehingga
menunjukkan ada hubungan antara iklim kerja panas dengan tekanan darah
pekerja di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi.
Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak perusahaan agar
menyediakan Alat Pelindung diri (APD) pada pekerja berupa baju tahan panas
dan kepada pekerja agar banyak mengonsumsi air mineral yang telah disediakan
oleh perusahaan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang selama bekerja dan
istirahat yang cukup.
Kata Kunci : Iklim Kerja Panas, Tekanan Darah, Pekerja Pabrik

iii

Universitas Sumatera
Utara
ABSTRACT

One of the work environments which cause the health disorder for workers
is extreme heat exposure. Hot working climate can cause additional load for
heart in pumping blood an increases in blood pressure. PT. Perkebunan
Nusantara IV Kebun Bah Jambi is one of the company's plantations and palm oil
processing. In conducting the production process at each station, the workers
directly exposure by extreme heat work environment from the machines.
The study was an analytic survey with cross- sectional design. The
purpose of this study was to determine the relationship between the hot working
climate with a blood pressure of workers Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan
Nusantara IV Kebun Bah Jambi in 2016. The population is all workers at Pabrik
Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi as many as 88
people and all the population to be the sample.
The results of measurements Occupational Safety and Health Center of
Medan, the mean of condition the hot working climate is 31,450C. The results
Pearson correlation test indicated that the hot working climate with blood
pressure obtained p value of systolic blood pressure after work =0,001 (p <0,05),
and results of correlation test p value of diastolic blood pressure after work =
0,001 (p < 0,05), indicated that tthe hot working climate with blood pressure of
workers PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi
Recommended to the company to allocate the Personal Protective
Equipment (PPE) to workers such as heat protection costume and for workers to
much to consume mineral water that has been provided by the company to
replace body fluids lost during work and adequate rest.
Key Words : Hot Working Climate, Blood Pressure, Labor

iv

Universitas Sumatera
Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “ HUBUNGAN IKLIM KERJA PANAS DENGAN

TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI PABRIK KELAPA SAWIT PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH JAMBI TAHUN 2016 ”

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM).

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara

moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku ketua Departemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt., MS selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua

Penguji yang telah memberikan banyak masukan, arahan dan bimbingan

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Universitas Sumatera
Utara
5. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan banyak masukan, arahan dan bimbingan sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS dan Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen

Anggota Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk

kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes, Bapak selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis

menjalani perkuliahan.

8. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, khususnya Departemen KKK yang telah memberikan ilmu

dan bimbingan selama perkuliahan.

9. Pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan meluangkan

waktu untuk membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

10. Teristimewa untuk kedua orang tua yang sangant disayangi dan dicintai,

Muhammad Nasir Harahap dan Idawati Siregar yang dengan tulus dan sabar

memberikan doa dan dukungan moril maupun materil kepada penulis selama

ini serta kakak dan adikku terkasih Fitriany Br. Harahap, Amkeb, Anugerah

Ramadhan Harahap serta sanak keluarga yang telah memberikan dukungan

dan semangat kepada penulis.

vi

Universitas Sumatera
Utara
11. Sahabat-sahabat terkasih Laras, Abil, Hasrianti, Lisda, Taufiq, Yusron, Said

Faisal, Kukuh, Harysa dan adekku tersayang Desy Novianty yang telah

memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Untuk teman seperjuangan PBL: Debbie, Malinda, Masnita, Jenika, Rika,

Tia, Sandy, Kak Desy, Agnes, dan Titik. Serta teman seperjuangan LKP:

Dara, Ezi, Tika, James yang selalu memberikan pengalaman-pengalaman luar

biasa selama menjalani kuliah lapangan kepada penulis.

13. Untuk teman tersayang Dina, Widya, Olak, Dinda, Dizza, Dria, Mala, Fitri,

Jia, Fani, Rati, Febri, dan Diki yang selalu memberikan dukungan maupun

canda tawa kepada penulis dari semester awal sampai selesai menyelesaikan

skripsi ini serta teman seperjuangan selama mengerjakan skripsi Theresia

Marpaung, Nurul Mawaddah Purba, dan Siti Shirlia Vera.

14. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas skripsi ini masih belum sempurna, oleh

karena itu kritikan dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi

siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi

pengetahuan.

Medan, September 2016


Penulis

Maisarah Harahap

vii

Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRACT..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LatarBelakangMasalah.............................................................................1
1.2 RumusanMasalah......................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................5
1.4 Hipotesis Penelitian..................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................6
1.5.1 Manfaat bagi Mahasiswa................................................................6
1.5.2 Manfaat bagi Perusahaan................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8


2.1 Iklim Kerja Panas.....................................................................................8
2.1.1 Definisi Iklim Kerja Panas.............................................................8
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja Panas..................8
2.1.3 Mekanisme Pertukaran Panas Tubuh dengan Lingkungan.............9
2.1.4 Indikator Iklim Kerja Panas..........................................................11
2.1.5 Gangguan Kesehatan Akibat Iklim Kerja Panas..........................13
2.1.6 Pengendalian Iklim Kerja Panas...................................................16
2.2 Tekanan Darah........................................................................................18
2.2.1 Definisi Tekanan Darah................................................................18
2.2.2 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah...................................................18
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah....................19
2.2.4 Penggolongan Tekanan Darah......................................................22
2.2.5 Pengukuran Tekanan Darah..........................................................23
2.3 Hubungan Iklim Kerja Panas dengan Tekanan Darah............................25
2.4 Kerangka Konsep....................................................................................26

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................27


3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................27
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................27
3.3.1 Lokasi Penelitian..........................................................................27
3.3.2 Waktu Penelitian...........................................................................27

viii

Universitas Sumatera
Utara
3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................27
3.3.1 Populasi Penelitian.......................................................................27
3.3.2 Sampel Penelitian.........................................................................27
3.4 Metode Pengumpulan Data.....................................................................27
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.........................................28
3.5.1 Variabel Penelitian.......................................................................28
3.5.2 Definisi Operasional.....................................................................29
3.6 Aspek Pengukuran..................................................................................29
3.6.1 Iklim Kerja Panas.........................................................................29
3.6.2 Tekanan Darah..............................................................................29
3.7 Metode Analisis Data.............................................................................30
3.7.1 Teknik Pengolahan Data...............................................................30
3.7.2 Teknik Analisis Data....................................................................30

BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................32


4.1 Gambaran Umum Perusahaan...............................................................32
4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan.....................................................32
4.1.2 Keadaan Umum Perusahaan.........................................................33
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan.............................................................33
4.2 Karakteristik Responden.........................................................................34
4.3 Hasil Univariat........................................................................................35
4.3.1 Iklim Kerja Panas.........................................................................35
4.3.2 Tekanan Darah..............................................................................36
4.4 Hasil Bivariat..........................................................................................44
4.4.1 Hubungan Iklim Kerja Panas dengan Tekanan Darah..................44
4.4.2 Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja. .44

BAB V PEMBAHASAN......................................................................................46
5.1 Karateristik Responden...........................................................................46
5.2 Proses Pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit............................................47
5.3 Iklim Kerja Panas...................................................................................50
5.4 Tekanan Darah........................................................................................52
5.5 Hubungan Iklim Kerja Panas dengan Tekanan Darah............................55
5.6 Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum Bekerja dan Sesudah Bekerja 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................58


6.1 Kesimpulan............................................................................................58
6.2 Saran.......................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix

Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
yang diperkenankan...............................................................................12

Tabel 4.2 Ditribusi Karakteristik Responden Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi........................................34

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Iklim Kerja Panas di Pabrik Kelapa Sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi........................................35

Tabel 4.3 Distribusi Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Bekerja di
Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV.............................36

Tabel 4.4 Distribusi Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Bekerja di
Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV.............................38

Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik dengan Rumus Uji Korelasi Pearson........................44

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata dengan Rumus Uji t dependent............44
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Konsep...............................................................................26


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Data

Lampiran 2. Output

Lampiran 3. Hasil Analisis Iklim Kerja oleh Balai Keselamatan dan Kesehatan
Medan
Lampiran 4. Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 6. Denah Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun


Bah Jambi
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
RIWAYAT HIDUP

Nama : Maisarah Harahap

Tempat Lahir : Tg. Balai Karimun

Tanggal Lahir : 01 Mei 1994

Suku Bangsa : Batak Mandailing

Agama : Islam

Nama Ayah : M. Nasir Harahap

Suku Bangsa Ayah : Batak Mandailing

Nama Ibu : Idawati Siregar

Suku Bangsa Ibu : Batak Mandailing

Pendidikan Formal : 1. TK PTKG/2000

: 2. SDS 007 PTKG/2006

: 3. SMP N 2 TEBING BINAAN KARIMUN/2009

: 4. SMA N 4 BINAAN KARIMUN/2012

Lama studi di FKM USU : 2012 – 2016


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan (Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 tentang Hak

Asasi Manusia). Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009

pasal 164 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja

ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan

kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Untuk itu

pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan,

peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya

pemeliharaan kesehatan pekerja.

Perkembangan teknologi serta perkembangan zaman saat ini telah

menyumbangkan berbagai hal positif khususnya dalam pertumbuhan ekonomi dan

kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat

standar hidup manusia dan mengurangi kecelakaan, cedera, dan stress akibat

kerja. Namun demikian, disisi lain kemajuan teknologi juga mengakibatkan

dampak yang merugikan yaitu berupa terjadinya peningkatan pencemaran

lingkungan, kecelakaan kerja, dan timbulnya berbagai penyakit akibat kerja

(Tarwaka, 2008).

Di lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan dari lingkungan

kerjanya. Tekanan tersebut dapat bersifat kimiawi, fisik, biologis, dan psikis.

Tekanan yang berupa fisik khususnya tekanan panas memegang peranan yang

Universitas Sumatera
Utara
2

penting. Oleh sebab itu lingkungan kerja harus diciptakan senyaman mungkin

supaya didapatkan efisiensi kerja dan meningkatakan produktivitas. Tekanan

panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan

suhu radiasi. Tekanan panas sendiri dapat berasal dari mesin atau alat produksi,

iklim, dan kerja otot manusia. Tekanan panas dapat mempengaruhi salah satu

fungsi tubuh manusia, seperti : tekanan darah, kecepatan denyut jantung atau nadi,

ketahanan fisik, dan daya konsentrasi (Suma’mur, 2009).

Menurut Santoso dalam Agustin (2011) iklim kerja yang panas dapat

menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan

pekerjaan fisik yang berat di lingkungan yang panas, maka darah akan mendapat

beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang

bekerja. Di samping itu harus membawa panas dari dalam tubuh kepermukaan

kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus

memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi

denyut nadi pun akan lebih banyak lagi atau meningkat.

Guyton & Hall (2008) mendifinisikan tekanan darah adalah daya yang

dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah. Jika

seseorang bertekanan darah 50 mmHg, hal ini berarti bahwa daya yang dihasilkan

cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi 50

milimeter, dan bila tekanan darah 120 mmHg, maka kolom air raksa akan

terdorong setinggi 120 milimeter.


Menurut Badan Census of Fatal Occupational Injuries (CFOI) pada tahun

2003 sampai dengan tahun 2008, tercatat 196 kematian disebabkan oleh paparan

panas dilingkungan kerja.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011) di PT. Indo

Acidatama. Tbk. Kemiri Kebakkramat, Karanganyar menjelaskan bahwa nilai

tekanan panas tertinggi adalah 30,90C dan nilai tersebut melebihi NAB yang

diperkenankan yaitu 30,60C. Ada 8 orang karyawan dengan tekanan darah normal

dan 12 orang karyawan dinyatakan mengalami peningkatan tekanan darah. Hasil

penelitian tersebut menjelaskan bahwa ada hubungan tekanan panas dengan

tekanan darah pada karyawan unit fermentasi PT. Acidatama. Tbk. Kemiri

Kebakkramat, Karanganyar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2014) di PT. Inalum,

diperoleh perubahan tekanan darah sistol dan diastole sebelum dan sesudah

bekerja di lingkungan kerja panas dengan tekanan darah berubah yaitu sebanyak

59 orang pekerja atau 89,4% dan tekanan darah tetap sebanyak 7 orang pekerja

atau 10,6%. Terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kerja panas dengan

tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas. Lingkungan kerja yang panas

menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan lingkungan kerja yang

tidak panas.

Lingkungan kerja dengan suhu yang tinggi dapat mengganggu kesehatan

tenaga kerja seperti heat cramps, heat exhaustion, heat stroke dan miliaria. Heat

cramps dialami dalam lingkungan yang suhunya tinggi sebagai akibat

bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium (Na) dari


tubuh, dan sebagai akibat dari minum banyak air tapi tidak diberi garam untuk

mengganti garam natrium yang hilang. Heat cramps mengakibatkan kejang otot

pada tubuh dan perut yang sakit. Disamping kejang tersebut terdapat pula gejala

yang biasa terjadi pada Heat Stress yaitu pingsan, kelemahan dan muntah. Heat

exhaustion biasanya ditandai dengan penderita berkeringat banyak, suhu tubuh

normal atau subnormal, tekanan darah menurun dan denyut nadi bergerak lebih

cepat. Selain itu panas dapat menyebabkan terjadinya dilatasi pembuluh perifer,

sehingga keseimbangan peredaran darah akan terganggu (Suma’mur, 1996).

PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi memiliki 10 stasiun

didalam pabrik pengolahan kelapa sawit dimana telah dilakukan pengukuran iklim

kerja oleh balai K3 Medan bulan Maret tahun 2015. Hasil pengukuran tersebut

diantaranya stasiun kamar mesin 30,00C, stasiun sterilizer 30,20C, stasiun kernel

29,90C, stasiun thresser 30,00C, stasiun press 30,70C, stasiun boiler 30,40C,

stasiun water treatment 29,10C, stasiun loading ramp 28,6 0C, bengkel listrik

28,30C dan bengkel traktor 28,50C. Iklim kerja panas di stasiun kamar mesin

disebabkan oleh sumber mesin pabrik, di stasiun sterilizer, stasiun kernel, stasiun

press, stasiun loading ramp, dan stasiun thresser disebabkan oleh uap hasil dari

perebusan kelapa sawit dan uap penyaringan minyak, di stasiun boiler disebabkan

oleh tugas pokok pekerja yang terus menerus memasukkan fiber ke dalam tungku

api terbuka sehingga pekerja terpapar langsung hasil dari pembakaran fiber

tersebut, di stasiun water treatment disebabkan oleh mesin Filter Air Mildsteel, di

bengkel listrik dan bengkel traktor disebabkan oleh mesin didalam bengkel

tersebut.
Berdasarkan hasil survei dengan melakukan wawancara singkat dengan 1

pekerja di stasiun kamar mesin, 2 pekerja di stasiun sterilizer, dan 2 pekerja di

stasiun boiler Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah

Jambi diperoleh informasi bahwa pekerja mengeluh pusing, dehidrasi, rasa berat

pada tengkuk, demam, dan panas akibat uap perebusan kelapa sawit.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis berkeinginan untuk

melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Iklim Kerja Panas Dengan

Tekanan Darah Pada Pekerja Di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara

IV Kebun Bah Jambi Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan iklim kerja panas dengan tekanan

darah pada pekerja di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun

Bah Jambi Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada hubungan

iklim kerja panas dengan tekanan darah pada pekerja di Pabrik Kelapa Sawit PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi Tahun 2016.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui iklim kerja panas di stasiun boiler, stasiun water

treatment, stasiun kamar mesin, stasiun loading ramp, stasiun sterilizer,

stasiun thresser, stasiun press, stasiun kernel, bengkel traktor dan bengkel
listrik di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah

Jambi.

2. Untuk mengetahui tekanan darah pekerja di stasiun boiler, stasiun water

treatment, stasiun kamar mesin, stasiun loading ramp, stasiun sterilizer,

stasiun thresser, stasiun press, stasiun kernel, bengkel traktor dan bengkel

listrik di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah

Jambi.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan iklim kerja panas dengan tekanan darah pada pekerja di

Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi Tahun

2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.5.1 Manfaat bagi Mahasiswa/i

1. Sebagai bahan pembelajaran mengenai hubungan iklim kerja panas

dengan tekanan darah pada pekerja di Pabrik Kelapa Sawit PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi Tahun 2016.

2. Memberikan informasi tentang akibat yang ditimbulkan dari paparan

langsung iklim kerja panas yang berlebihan dan terus menerus pada

pekerja bagian pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Nusantara IV Kebun Bah Jambi Tahun 2016.


1.5.2 Manfaat bagi Perusahaan

1. Memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada pekerja bagian

pengolahan Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun

Bah Jambi akan pengaruh bahaya terpapar lingkungan kerja panas.

2. Memberikan informasi/masukan terhadap pihak perusahaan PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi tentang hubungan iklim kerja

panas dengan tekanan darah pada pekerja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Iklim Kerja Panas

2.1.1 Definisi Iklim Kerja Panas

Menurut Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011 iklim kerja adalah

hasil perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan gerakan udara dan panas

radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat

pekerjaannnya. Cuaca kerja yang tidak nyaman dan tidak sesuai dengan syarat

yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya

efisiensi dan produktifitas kerja.

Iklim kerja panas merupakan mikro meteorelogi dari lingkungan kerja.

Iklim kerja ini sangat erat kaitannya dengan suhu udara, kelembaban, kecepatan

gerakan udara dan panas radiasi (Budiono dkk, 2009). Salah satu kondisi yang

disebabkan oleh iklim kerja yang terlalu tinggi adalah tekanan panas (Heat

Stress). Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24-26 0C (Suma’mur,

2009).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja Panas

Menurut Tarwaka, dkk (2004) faktor yang mempengaruhi daya tahan

tubuh tenaga kerja terhadap panas antara lain :

1. Umur

Daya tahan tubuh terhadap panas akan menurun pada umur yang

lebih tua. Orang yang lebih tua akan lamban keluar keringatnya

dibandingkan dengan orang muda, karena orang lebih tua memerlukan

Universitas Sumatera
Utara
9

waktu yang lebih lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal

setelah terpapar panas.

2. Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas antara laki-laki dan

perempuan untuk berkeringat secara cukup, dalam iklim panas tidak dapat

beraklimatisasi secara baik seperti laki-laki. Seorang wanita lebih tahan

terhadap suhu dingin dari pada suhu panas. Hal tersebut disebabkan karena

tubuh wanita mempunyai jaringan dengan daya konduksi yang lebih tinggi

terhadap panas bila dibandingkan dengan laki-laki.

3. Masa Kerja

Lamanya bekerja seseorang dari pertama bekerja hingga

dilakukannya penelitian pada sampel penelitian.

4. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadaap

lingkungannya yang ditandai dengan penurunan detak nadi dan suhu mulut

atau suhu badan sebagai akibat pembentukan keringat. Biasanya

aklimatisasi terhadap panas akan tercapai sesudah 2 minggu, sedangkan

meningkatnya pembentukan keringat tergantung pada kenaikan suhu

badan.

2.1.3 Mekanisme Pertukaran Panas Tubuh dengan Lingkungan

Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar furnaces, peleburan,

boiler, oven, tungku, pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik

matahari dapat mengalami gangguan kesehatan. Selama aktivitas pada lingkungan


panas tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara

suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara

panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh.

Menurut Tarwaka dkk (2004) bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan hampir

menetap oleh suatu pengaturan suhu. Suhu menetap ini dapat dipertahankan

akibat keseimbangan di antara panas yang dihasilkan dari metabolism tubuh dan

pertukaran panas di antara tubuh dan lingkungan sekitarnya.

Produksi panas tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh. Panas

sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus menerus

dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme dan pertukaran panas

diantara tubuh dan lingkungan sekitar. Faktor-faktor yang menyebabkan

pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar adalah konduksi,

konveksi, radiasi dan evaporasi (Suma’mur, 2009).

1. Konduksi

Konduksi merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda

sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan

menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda sekitar lebih dingin

suhunya, dan akan menambah panas kepada tubuh apabila benda-benda

sekitar lebih panas dari tubuh manusia.

2. Konveksi

Konveksi adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan

melalui kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas

terbawa oleh udara sekitar tubuh.


3. Radiasi

Radiasi merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan

panjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari.

4. Evaporasi (Penguapan keringat)

Evaporasi (Penguapan keringat) adalah keringat yang keluar

melalui kulit akan cepat menguap bila udara diluar badan kering dan

terdapat aliran angin sehingga terjadi pelepasan panas dipermukan kulit,

maka cepat terjadi penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun.

2.1.4 Indikator Iklim Kerja Panas

Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya iklim kerja panas,

yaitu sebagai berikut (Suma’mur, 2009) :

1. Suhu Efektif

Suhu efektif yaitu indeks sensoris tingkat panas (rasa panas) yang dialami

oleh seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu,

kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu efektif

ialah tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolism tubuh. Untuk

penyempurnaan pemakaian suhu efektif dengan memperhatikan panas radiasi,

dibuat Skala Suhu Efektif Dikoreksi (Corected Effective Themperature Scale),

namun tetap saja ada kelemahan pada suhu efektif yaitu tidak diperhitungkannya

panas hasil metabolisme tubuh.

2. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISSB)

Iindeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) adalah cara pengukuran yang paling

sederhana karena tidak banyak membutuhkan keterampilan cara atau metode yang
tidak sulit dan besarnya iklim kerja dapat diukur dengan cepat. Indeks Suhu Basah

dan Bola (Wet Bulb-Globe Temperature Index), yaitu rumus-rumus sebagai

berikut :

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering (untuk

bekerja dengan sinar matahari)

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi (untuk pekerjaan tanpa sinar

matahari)

Berdasarkan Permenakertrans No. PER.13/MEN/X/2011, nilai ambang

batas iklim kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang diperkenankan adalah:

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) yang Diperkenankan
ISBB (0C)
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam Beban Kerja
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50% - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5
(Sumber: Permenkertrans No. PER 13/MEN/X/2011)

3. Prediksi Kecepatan Keluarnya Keringat Selama 4 Jam

Prediksi kecepatan keluarnya keringat selama 4 jam (Predicted 4 Hour

Sweetrate disingkat P4SR), yaitu banyaknya prediksi keringat keluar selama 4

jam sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara serta

panas radiasi. Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi untuk bekerja dengan

berpakaian dan juga menurut tingkat kegiatan dalam melakukan pekerjaan.


4. Indeks Belding-Hacth

Indeks Belding-Hacth yaitu kemampuan berkeringat dari orang standar

yaitu orang muda dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pon, dalam keadaan sehat

dan memiliki kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap iklim kerja panas.

Dalam lingkungan panas, efek pendinginan penguapan keringat adalah

mekanisme terpenting untuk mempertahankan keseimbangan termis badan. Maka

dari itu, Belding dan Hacth mendasarkan indeksnya atas perbandingan banyaknya

keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan kapasitas maksimal

tubuh untuk berkeringat. Untuk menetukan indeks tersebut, diperlukan

pengukuran suhu kering dan suhu basah, suhu bola, kecepatan aliran udara, dan

produksi panas sebagai akibat kegiatan melakukan pekerjaan.

Namun Indeks Belding-Hacth mempunyai kelemahan yaitu :

1. Dalam perusahaan dan terutama bagi bangsa (ras) yang berbeda,

pengertian orang standar tidak bisa berlau untuk keseluruhan.

2. Indeks didasarkan atas percobaan orang tanpa pakaian, sedangkan tenaga

kerja melakukan pekerjaannya dengan berpakaian. Untuk itu, perlu koreksi

sekitar 40% terhadap Indeks Bleding-Hacth, jika digunakan untuk orang-

orang yang bekerja.

2.1.5 Gangguan Kesehatan Akibat Iklim Kerja Panas

Pekerjaan yang berisiko tinggi menimbulkan gangguan kesehatan dan

penyakit akibat kerja akibat pajanan lingkungan yang terlalu panas dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan. Penyakit dan gangguan akibat pajanan

lingkungan panas sebagai berikut (Harrianto, 2009) :


1. Kelainan Kulit :

a. Heat edema. Biasanya terjadi pada para pekerja yang baru bekerja

dilingkungan yang panas tanpa melaksanakan periode aklimatisasi.

Paling sering terlihat di pergelangan kaki. Kembali menjadi normal

secara spontan setelah 1 atau 2 hari berada di lingkungan yang lebih

dingin.

b. Erythema igne. Nodul-nodul hyperkeratosis yang berlanjut pada luka

bakar.

c. Intertrigo rash. Eritema disekitar ketiak, lipatan siku, lutut dan leher

akibat keringat yang berlebihan.

d. Heat rash (milliaria). Obstruksi saluran kelenjar keringat, sehingga

terjadi retensi keringat yang mengakibatkankan timbulnya warna

kemerahan dan papel-papel kecil di permukaan kulit.

2. Heat Cramps. Rasa nyeri tajam di otot yang dapat terjadi sendiri atau

bersama-sama dengan kelainan akibat pajanan lingkungan panas yang lain.

Hal ini diakibatkan oleh kegagalan tubuh mengganti kehilangan NaCl

yang hilang bersama keringat. Heat cramps sering kali terjadi bila banyak

minum tanpa disertai suplementasi NaCl. Paling sering terjadi pada otot-

otot fleksor tangan dan kaki untuk beberapa menit atau jam.

3. Heat Exhaustion. Heat exhaustion disebabkan oleh kegagalan tubuh untuk

beradaptasi, karena darah mengalir secara serentak ke permukaan kulit

akibat vasodilatasi pembuluh darah kulit. Gejala yang timbul dalam bentuk

pengeluaran keringat yang berlebihan, rasa lemah, pusing, penglihatan


gelap, rasa sangat haus, mual, muntah, diare, kram otot, kesemutan,

palpitasi, dan kesukaran bernapas. Penyakit ini akan sembuh setelah

beristirahat di tempat yang dingin dan rehidrasi serta restorasi cairan

elektrolit yang cukup.

4. Heat Syncope. Kesadaran menurun secara mendadak akibat kehilangan

cairan yang berlebihan oleh pengeluaran keringat dan terjadinya hipotensi

serebri, yaitu insufiensi aliran darah ke otak untuk sementara pada saat

berdiri, akibat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah kulit secara serentak

sehingga darah menumpuk di tungkai. Biasanya terjadi pada para pekerja

yang tidak melaksanakan periode aklimatisasi. Penyakit ini akan sembuh

setelah beristirahat di tempat yang dingin dan rehidrasi serta restorasi

cairan elektrolit yang cukup.

5. Heat Stroke dan Hiperpireksia. Meningkatnya suhu tubuh merupakan

gangguan kesehatan akibat bekerja di lingkungan panas yang paling serius.

Gejalanya yaitu kulit memerah, kering karena tubuh tidak mampu

menghasilkan keringat, suhu tubuh mungkin lebih dari 410C, lemah, sakit

kepala, rasa berputar, nadi cepat, kadang-kadang timbul kejang, kesadaran

menurun sampai koma. Gejala hiperpireksia hampir sama dengan heat

stroke, tetapi pada hiperpireksia, kulit masih terasa agak basah. Kedua

kondisi ini memerlukan pertolongan secepatnya, yaitu dengan membuka

semua pakaian, menyemprot tubuh korban dengan air dingin,

mendinginkan suhu tubuh, dan meningkatkan proses evaporasi dengan

kipas angin, serta membawa korban sesegera mungkin kerumah sakit.


Heat stroke dan hiperpireksia dapat terjadi karena tidak dilaksanakan

proses aklimatisasi, kondisi tubuh yang kurang fit, atau adanya gejala

demam dan diare yang meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya

kondisi ini.

2.1.6 Pengendalian Iklim Kerja Panas

Menurut Harrianto (2012) resiko gangguan kesehatan akibat bekerja di

lingkungan panas yang terlalu tinggi dapat dikurangi dengan cara :

1. Pengendalian Administratif

a. Periode aklimatisasi yang cukup sebelum melaksanakan beban kerja

yang penuh.

b. Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat yang pendek

tetapi sering dan rotasi pekerja yang memadai.

c. Ruangan dengan penyejuk rasa (AC) perlu disediakan untuk

memberikan efek pendingin pada pekerja waktu istirahat.

d. Penyediaan air minum yang cukup.

2. Pengendalian Teknik. Pengendalian teknik merupakan usaha yang paling

efektif untuk mengurangi pajanan lingkungan panas yang berlebihan, yaitu

dengan cara :

a. Mengurangi produksi panas metabolik tubuh.

b. Automatisasi dan mekanisasi beban tugas akan meminimalisasi

kebutuhan kerja fisik pekerja.

c. Mengurangi penyebaran panas radiasi dari permukaan-permukaan

benda yang panas, dengan cara sebagai berikut :


i. Isolasi/penyekat. Melapisi permukaan benda-benda yang panas

dengan bahan yang memiliki emisi yang rendah seperti

aluminium atau cat.

ii. Perisai. Dua jenis perisai panas radiasi yang dapat digunakan

yaitu dengan baja tahan karat, aluminium, atau benda logam

lainnya yang berwarna putih, sehingga akan memantulkan panas

kembali ke sumbernya, atau perisai absorben, misalnya jas

pendingin yang dibuat dari aluminium yang permukaannya

berwarna hitam dapat mengabsorpsi dan membuang panas.

iii. Remote control

d. Mengurangi bertambahnya panas konveksi. Kipas angin untuk

meningkatkan kecepatan gerak udara di ruang kerja yang panas.

e. Mengurangi kelembapan. AC, peralatan penarik kelembapan dan

upaya lain untuk mengeliminasi uap panas sehingga dapat mengurangi

kelembapan di lingkungan tempat kerja.

3. Alat pelindung diri

a. Untuk bekerja di tempat kerja yang panas dan lembab, perlu

disediakan baju yang tipis dan berwarna terang hingga pengeluaran

panas tubuh dengan proses evaporasi keringat menjadi lebih efisien.

b. Kaca mata yang dapat menyerap panas radiasi bila bekerja dekat

dengan benda-benda yang sangat panas, misalnya cairan logam atau

oven yang panas.


2.2 Tekanan Darah

2.2.1 Definisi Tekanan Darah

Guyton & Hall (2008) mendifinisikan tekanan darah adalah daya yang

dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah. Jika

seseorang bertekanan darah 50 mmHg, hal ini berarti bahwa daya yang dihasilkan

cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi 50

milimeter, dan bila tekanan darah 120 mmHg, maka kolom air raksa akan

terdorong setinggi 120 milimeter.

Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik, diastolik, dan nadi. Tekanan

darah sistolik adalah tekanan maksimum yang dikeluarkan pada aorta, yang

terjadi saat ventrikel kiri jantung mengalami kontraksi. Tekanan darah diastolik

adalah tekanan minimal yangdikeluarkan pada aorta, yang terjadi saat ventrikel

kiri mengalami relaksasi. Tekanan nadi adalah perbedaan tekanan antara tekanan

sistolik denngan tekanan diastolik. Tekanan sistolik normal pada orang dewasa

adalah 90 – 130 mmHg sedangkan tekanan diastolik normal adalah 60 – 90

mmHg. Rata-rata tekanan darah pada orang dewasa adalah 120/80 mmHg

(Murtiati dkk, 2012).

2.2.2 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah

Jantung bekerja sebagai pompa darah, karena ia dapat memindahkan darah

dari pembuluh vena ke pembuluh arteri pada sistem sirkulasi tertutup. Aktivitas

pompa jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi,

sehingga dapat menimbulkan perubahan tekanan darah di dalam sistem

sirkulasinya yang pada waktu sistole ventrikel (fase ejeksi cepat) darah dipompa
ke aorta dan arteri paru. Pada perekaman tekanan di dalam sistem arteri di saat itu

tampak kenaikan tekanan arteri sampai pada puncaknya sekitar 120 mmHg.

Kenaikan tekanan ini menyebabkan aorta mengalami distensi, sehingga tekanan

didalamnya turun sedikit. Dan pada saat diastole ventrikel, maka tekanan aorta

cenderung menurun sampai dengan sekitar 80 mmHg. Dan tekanan inilah yang

pada pemeriksaan tekanan darah dikenal sebagai tekanan diastolik. Jadi adanya

perubahan pada siklus jantung inilah yang menyebabkan terjadinya aliran darah di

dalam sistem sirkulasi tertutup pada tubuh manusia (Masud, 1989).

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Beavers (2008) tekanan darah normal itu sangat bervariasi

tergantung pada:

1. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan

darah semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah semakin

meningkat.

2. Emosi

Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat.

3. Stres

Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu

mengalami pengukuran.

4. Umur

Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia.

Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan


diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi.

Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi.

5. Jenis Kelamin

Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10 mmHg

lebih rendah dari pria seumurnya. Tetapi setelah menopause tekanan darahnya

lebih meningkat.

6. Status Gizi (Obesitas)

Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan

terjadinya peningkatan tekanan darah. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 17,0

termasuk dalam kategori sangat kurus, untuk IMT antara 17,0 – 18,5 termasuk

kategori kurus, IMT di atas 18,5 – 25,0 termasuk dalam kategori normal, untuk

IMT di atas 25,0 - 27,0 termasuk dalam kategori gemuk dan untuk IMT lebih dari

27,0 termasuk dalam kategori sangat gemuk atau obesitas.

7. Minum alkohol

Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah

dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi. Beberapa studi

menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta

diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila

mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya.

8. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat

mempengaruhi tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah dibeberapa

bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan


tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan

jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga

tekanan pada pembuluh darah meningkat. Rokok yang dihisap dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok akan mengakibatkan

vasokonstruksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi

peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan

tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit.

9. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang,

antara lain :

a. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu

kebisingan sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam

besarnya gangguan atas jenis dan kekerasan suatu kebisingan. Pada

umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih

yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak

terduga. Kebisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan

kesigapan mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat

sebagai kenaikan tekanan darah, percepatan denyut jantung,

pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme,

menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan menyebabkan

kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah

stress.
b. Tekanan panas

Lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan

keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang

disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban

kardiovaskuler bertambah.

2.2.4 Penggolongan Tekanan Darah

1. Tekanan darah normal

Tekanan darah normal bila tekanan sistolik menunjukkan kurang

dari 140 mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg (Guyton dkk, 2008).

Menurut WHO - ISH 1999 tekanan darah normal adalah < 130/85 mmHg

sedangkan tekanan darah optimal < 120/80 mmHg.

2. Tekanan darah rendah

Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah rendah bila tekanan

darah untuk yang normal tetap dibawah 100/60 mmHg, tekanan darah

sistolik kurang dari 100 mmHg dan diastolik kurang dari 60 mmHg

(Watson, 2002).

3. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah untuk yang normal tetap diatas 100/90 mmHg,

tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg

(Watson, 2002). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio

tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Sebagai contoh, tekanan

darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada nilai 120

mmHg, dan tekanan diastolik pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah
pada orang dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-

rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer dkk, 2001).

Menurut WHO, tekanan darah orang normal Indonesia adalah 120/80

mmHg.

2.2.5 Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh,

diantaranya lengan atas, lengan bawah, kaki dan paha dengan menggunakan dua

metode yaitu metode pengukuran langsung dan tidak langsung (Murtiati dkk,

2012).

Perubahan arteri selama siklus jantung dapat diukur secara langsung

dengan menghubungkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum/kateter yang

dimasukkan ke dalam sebuah arteri dan hasil pengukuran dapat terlihat pada

monitor oscilloskop sebagai gelombang. Namun, pengukuran dapat dilakukan

secara lebih nyaman dan cukup akurat, yaitu secara tidak langsung dengan

menggunakan spigmomanometer, suatu manset yang dapat dikembungkan,

dipakai secara eksternal, dan dihubungkan dengan pengukur tekanan. Apabila

manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan dikembungkan dengan udara,

tekanan manset disalurkan melalui jaringan ke arteri brakialis di bawahnya, yaitu

pembuluh utama yang mengangkut darah ke lengan bawah. Teknik ini melibatkan

keseimbangan antara tekanan di manset dengan tekanan di arteri. Apabila tekanan

di manset lebih besar daripada tekanan di pembuluh, pembuluh terjepit

dantertutup, sehingga tidak ada darah yang mengalir melaluinya. Apabila tekanan
darah lebih besar daripada tekanan manset, pembuluh terbuka dan darah mengalir

melaluinya (Sherwood, 2001).

Selama penetuan tekanan darah, sebuah stetoskop diletakkan di atas

arteribrakialis dilipat di siku tepat di bawah manset. Tidak terdengar bunyi apabila

tidak ada darah yang mengalir melalui pembuluh tersebut atau jika darah mengalir

secara normal, laminar, dan mulus. Aliran darah yang turbulen, di pihak lain,

menimbulkan getaran yang dapat didengar. Pada permulaan penentuan tekanan

darah, manset dikembungkan ke tekanan yang lebih besar daripada tekanan

sistolik, sehingga arteri brakialis kolaps. Oleh karena itu, tekanan eksternal lebih

besar dari pada tekanan internal puncak, arteri tergencet sehingga tertutup selama

siklus jantung, tidak terdengar bunyi, karena tidak ada darah yang lewat arteri ini

(Sherwood, 2001).

Pada saat udara di dalam manset secara perlahan dikeluarkan, tekanan di

manset secara perlahan berkurang. Ketika tekanan manset turun tepat di bawah

tekanan sistolik puncak, arteri secara sementara terbuka sedikit ketika tekanan

darah mencapai puncak tersebut. Darah lolos melewati arteri yang teroklusi secara

parsial dalam waktu singkat sebelum tekanan arteri kembali berada di bawah

tekanan tekanan manset dan kembali kolaps. Semprotan darah ini bersifat

turbulen, sehingga tekanan manset tertinggi pada saat bunyi pertama dapat

terdengar menandakan tekanan darah sistolik. Sewaktu tekanan manset terus

turun, darah secara intermiten menyemprot melewati arteri dan menimbulkan

bunyi pada setiap siklus jantung berikutnya setiap kali tekanan arteri melebihi

tekanan manset. Sewaktu tekanan manset pertama kali di bawah tekanan diastolik,
arteri brakialis tidak lagi tergencet tertutup selama siklus jantung, dan darah

mengalir tanpa gangguan melalui pembuluh tersebut. Karena aliran darah tidak

lagi turbulen, bunyi tidak terdengar. Dengan demikian tekanan tertinggi manset

pada saat bunyi terakhir terdengar menandakan tekanan diastolik. Pengukuran

tekanan darah dengan menggunakan stetoskop dan spigmomanometer (metode

auskultasi) dilakukan dengan mendengarkan bunyi yang mengikuti fase korotkoff,

yaitu :

i. Fase 1 : Bunyi terdengar seperti ketuan yang kuat dan menghentak

(tekanan sistolik)

ii. Fase 2 : Bunyi mulai melemah dan terdengar lembut

iii. Fase 3 : Bunyi berubah menjadi seperti suara bisikan

iv. Fase 4 : Bunyi melemah seperti tiupan angin dan hampir tak terdengar

v. Fase 5 : Bunyi hilang (tekanan diastolik)

Denyut yang dapat diraba di sebuah arteri yang berada dekat permukaan

kulit ditimbulkan oleh perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik. Perbedaan

tekanan ini dikenal sebagai tekanan nadi (pulse pressure). Apabila tekanan darah

adalah 120/80mmHg, maka tekanan nadinya sebesar 40 mmHg (120 mmHg – 80

mmHg = 40 mmHg) (Sherwood, 2001).

2.3 Hubungan Iklim Kerja Panas dengan Tekanan Darah

Akibat suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan meningkat. Hal ini

akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah tepi dan pembuluh

darah dalam. Suma’mur (2009) juga menyatakan bahwa pada lingkungan kerja

panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat


dengan pelebaran pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh darah dalam

yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, faktor penyebab

tekanan darah meningkat antara lain olahraga, umur, jenis kelamin, emosi, stress,

obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok, sehingga beban kardiovaskuler

bertambah dan curah jantung meningkat.

Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami

heat strain. Heat strain atau tegangan panas merupakan efek yang diterima tubuh

atas beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004). Indikator heat strain adalah

peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan

berat badan (Wignjosoebroto, 2008).

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Bebas (Independent) Variabel Terikat (Dependent)

Iklim Kerja Panas Tekanan Darah

Gambar 2.2: Kerangka Konsep

Keterangan:

Berdasarkan kerangka konsep diatas variabel yang diukur adalah variabel

bebas (independent) yaitu iklim kerja panas dengan variabel terikat (dependent)

yaitu tekanan darah.


BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei analitik

dengan rancangan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk menganalisis

hubungan iklim kerja panas(variabel bebas) dengan tekanan darah (variabel

terikat) dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kebun Bah Jambi yang berada di Kecamatan

Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara Provinsi

Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016 – Agustus 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah seluruh pekerja di Pabrik Kelapa Sawit

yang berjumlah 88 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 88 orang

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada 10 stasiun di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Nusantara IV Kebun Bah Jambi yaitu stasiun boiler, stasiun

water

Universitas Sumatera
Utara
27

Universitas Sumatera
Utara
28

treatment,stasiun kamar mesin,stasiun loading ramp, stasiun sterilizer, stasiun

thresser, stasiun press, stasiun kernel, bengkel traktordanbengkel listrik. Data

penelitian diperoleh dari :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil pengukuran

tekanan darah pekerja denganmenggunakan Tensi Meter Air Raksa

(Anzon) oleh bidan.

2. Data sekunder yaitu data tidak langsung yang diperoleh dari PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi yaitu data hasil pengukuran

iklim kerja panas yang dilakukan oleh Balai Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Medan, gambaran umum perusahaan dan data pekerja.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Variabel independent dalam penelitian ini adalah iklim kerja panas di

stasiun boiler, stasiun water treatment, stasiun kamar mesin,stasiun

loading ramp, stasiun sterilizer, stasiun thresser, stasiun press, stasiun

kernel, bengkel traktordanbengkel listrikpada Pabrik Kepala Sawit PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi.

2. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah tekanan darah pekerja

stasiun kamar mesin, stasiun sterilizer, stasiun kernel, stasiun thresser,

stasiun press, stasiun boiler, stasiun water treatment, stasiun loading

ramp, bengkel listrik dan bengkel traktor pada Pabrik Kepala Sawit PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi.


3.5.2 Definisi Operasional

1. Iklim kerja panas adalah suhu diudara tempat kerja yang dinyatakan

berdasarkan perpaduan antara suhu kering, suhu basah dan suhu global

pada lingkungan kerja.

2. Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan diastolik yang diukur

sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja di 10 stasiunPabrik Kelapa

Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi.

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Iklim Kerja Panas

Sesuai Permenakertrans No. PER. 13/MEN/X/2011, pekerja di stasiun

boiler, stasiun water treatment, stasiun kamar mesin,stasiun loading ramp, stasiun

sterilizer, stasiun thresser, stasiun press, stasiun kernel, bengkel

traktordanbengkel listrik termasuk kedalam kategori jam kerja 75% - 100% dan

dalam beban kerja ringan adalah tidak lebih dari 310C.

3.6.2 Tekanan Darah

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tensi meter air raksa (corona)

dengan satuan mmHg yang diukur oleh bidan. Tekanan darah optimal orang

dewasa menurut WHO – ISH 1999 adalah 120/80 mmHg. Menurut Joewono

(2003) pengukuran tekanan darah sebaiknya 10 menit sebelum melakukan

pekerjaan dan 10 menit sesudah melakukan pekerjaan. Pengukuran dilakukan 10

menit sebelum bekerja dan 10 menit sesudah bekerja. Pengukuran dilakukan pada

pekerja distasiun boiler, stasiun water treatment, stasiun kamar mesin,stasiun


loading ramp, stasiun sterilizer, stasiun thresser, stasiun press, stasiun kernel,

bengkel traktordanbengkel listrik.

Adapun cara pengukurannya adalah :

1. Pasang manset perekat pada lengan

2. Kunci air valve atau katup udara dengan kencang

3. Letakkan chest piece dari stethoscope proximal (sedikit dibawah manset)

4. Pompa bulb sampai dengan nadi yang ada pada distal sudah tidak teraba

lagi, pertanda tekanan sudah melewati tekanan sistolik pasien

5. Lepaskan tekanan dengan memutar air valve berlawanan dengan jarum

jam dengan kecepatan ± 5 mmHg per detik

6. Bacalah hasil tekanan darah pasien dengan satuan sampai 5 mmHg

3.7 Metode Analisa Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Dalam suatu penelitian, analisis data merupakan salah satu langkah yang

penting. Hal ini disebabkan karena data penelitian yang diperoleh yaitu data

primer dan data sekunder. Data-data tersebut dianalisis menggunakan program

Statistic Package For The Social Science (SPSS) versi 16.

3.7.2 Teknik Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini mencakup :

1. Analisa univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal

variabel independent dan depenpent dalam bentuk distribusi frekuensi.


2. Analisa bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan antara

variabel independent (iklim kerja panas) dan variabel dependent (tekanan

darah) menggunakan uji t dependent dengan membandingkan nilai p

sebesar 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Jika p value < 0,05 artinya ada

hubungan yang bermakna antara variabel independent (tekanan panas)

dengan variabel dependent (tekanan darah). Jika p value > 0,05 artinya

tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independent (tekanan

panas) dengan variabel dependent (tekanan darah).


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan

Pada mulanya Perkebunan Unit Usaha Bah Jambi adalah milik Swasta

Asing NV,HVA (Handle Veroniging Amsterdam) dari Negeri Belanda. Tanggal

02 Mei 1959 diambil alih oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Nomor 19

dalam lembaran negara nomor 31 tahun 1959 dengan peralihan status menjadi

PPN baru sampai dengan tahun1963.

Pada tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1963,

Perusahaan Perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka

Tanaman (Antan) I s/d XIII dan Unit Usaha Bah Jambi masuk dalam PPN Sumut

III selanjutnya berubah nama PPN Antan III sampai dengan tahun 1968.

Tahun 1968 sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1968,

PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN Karet VI dan PPN Serat Sumut diubah menjadi

Perusahaan Negara Perkebunan VIII (PNP VIII). Tanggal 14 Januari 1985, PNP

VIII diperserokan menjadi Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan VII (PTP VII).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1996, Peleburan dari

PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, dan PT. Perkebunan VIII diubah

menjadi satu Badan Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dengan Akte

Notaris Harun Kamil,SH nomor 37 tanggal 11 Maret 1996 dan Keputusan Menteri

Kehakiman No. C2.8335 HT.01.01 Tahun 1996 yang dicantumkan dalam

Lembaran Berita Negara No. 81 tanggal 08 Oktober 1996.

32

Universitas Sumatera
Utara
33

4.1.2 Keadaan Umum Perusahaan

Lokasi Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi

Kabupaten Simalungun. Jarak Kebun Bah Jambi dari Kota Pematangsiantar 19

Km dan dari Kota Medan berkisar 147 Km.

PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi bergerak dibidang Usaha

Perkebunan dan Pengolahan Kepala Sawit yang menghasilkan Minyak (CPO) dan

Inti (PK). Luas Pabrik Kelapa Sawit Kebun Bah Jambi adalah 8.832,15 m 2 yang

mengolah buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit (PK)

yang merupakan bahan setengah jadi yang selanjutnya dikirim ke PT. SAN

Belawan, PAMINA Adolina dan sejak tahun 2000 Inti Sawit (PK) diolah ke PPIS

Pabatu menjadi PK Oil dan PK Meal.

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi

PT. Perkebunan Nusantara IV “Menjadi pusat keunggulan pengelolaan

perusahaan agro industri kelapa sawit dengan tata kelola peusahaan yang baik

serta berwawasan lingkungan”.

2. Misi

1. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif

2. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan system

cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan

inovasi untuk meningkatakan produktifitas dan efisiensi.

3. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.


4. Mengelola usaha secara professional untuk peningkatan nilai perusahaan,

yang mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik

(GCG).

5. Meningkatkan tanggung jawab sosial lingkungan.

6. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program Pemerintah Pusat-

Daerah

4.2 Karakteristik Responden

Distribusi karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin dibagi

menjadi 2 kategori yaitu laki-laki dan perempuan, umur dibagi menjadi 2 kategori

berdasarkan median yang didapatkan yaitu 49 sehingga dibuat menjadi ≤ 49

tahun dan > 49 tahun, masa kerja dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan median

yang didapatkan yaitu 27 sehingga dibuat menjadi ≤ 27 tahun dan > 27 tahun.

Maka karakteristik responden pada pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Nusantara IV Kebun Bah Jambi dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Ditribusi Karakteristik Responden Pekerja Pabrik Kelapa Sawit


PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi

Karakteristik Responden Jumlah


Frekunsi Persen (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 88 100%
Perempuan 0 0%
Total 88 100%
Umur
≤ 49 tahun 49 55,7%
> 49 tahun 39 44,3%
Total 88 100%
Masa Kerja
≤ 27 tahun 52 59,1%
> 27 tahun 36 40,9%
Total 88 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat dari seluruh pekerja yang diteliti berjenis

laki-laki sebanyak 88 orang atau 100%. Berdasarkan umur dapat dilihat bahwa

pekerja mayoritas berada pada kelompok umur ≤ 49 tahun sebanyak 49 orang atau

55,7% dan untuk kelompok umur > 49 tahun sebanyak 39 orang atau 44,3%.

Berdasarkan masa kerja dapat dilihat bahwa pekerja telah berkerja ≤ 27 tahun

sebanyak 52 orang atau 59,1% dan dengan masa kerja > 27 tahun sebanyak 36

orang atau 40,9%.

4.3 Hasil Univariat

4.3.1 Iklim Kerja Panas

Pengukuran iklim kerja panas dilakukan oleh Balai Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Medan pada stasiun kamar mesin, stasiun sterilizer, stasiun

kernel, stasiun thresser, stasiun press, stasiun boiler, stasiun water treatment,

stasiun loading ramp, bengkel listrik dan bengkel traktor.

Adapun hasil pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Iklim Kerja Panas di Pabrik Kelapa Sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi
No Lokasi Pengukuran ISBB (0C) Keterangan
1 Stasiun Boiler 29,7 Tidak Melebihi NAB
2 Stasiun Water Treatment 30,9 Tidak Melebihi NAB
3 Stasiun Kamar Mesin 31,5 Melebihi NAB
4 Stasiun Loading Ramp 30,9 Tidak Melebihi NAB
5 Stasiun Sterilizer 33 Melebihi NAB
6 Stasiun Thresser 31,3 Melebihi NAB
7 Stasiun Press / Kempa 31,8 Melebihi NAB
8 Stasiun Kernel 31,3 Melebihi NAB
9 Bengkel Traktor 32 Melebihi NAB
10 Bengkel Listrik 32,1 Melebihi NAB
Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja panas yang dilakukan oleh Balai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan pada setiap stasiun kerja Pabrik Kelapa

Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi menunjukkan bahwa 7

stasiun yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) yaitu stasiun kamar mesin,

stasiun sterilizer, stasiun thresser, stasiun press/kempa, stasiun kernel, bengkel

traktor, dan bengkel listrik sedangkan 3 stasiun yang tidak melebihi NAB (Nilai

Ambang Batas) yaitu stasiun boiler, stasiun water treatment, dan stasiun loading

ramp.

4.3.2 Tekanan Darah

Hasil pengukuran tekanan darah pekerja pada 10 stasiun di Pabrik Kelapa

Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi sebanyak 88 orang yang

dilakukan sebanyak 2 kali pengukuran yaitu sebelum bekerja dan sesudah bekerja.

Tabel 4.4 Distribusi Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Bekerja
di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV
Tekanan Darah Sistolik
Tempat
No Pengukuran Sebelum Sesudah
Rata-rata Rata-rata
TD f % TD f %
1 Stasiun Boiler 110 5 41,6 110 5 41,6
110 4 33,3 112,50 120 4 33,3 118,33
120 3 25 130 3 25
Jumlah 12 100 12 100
2 Stasiun Water 110 2 40 120 2 40
Treatment 110,00 126,00
110 3 60 130 3 60
Jumlah 5 100 5 100
3 Stasiun Kamar 110 1 20 110 1 20
Mesin 110 1 20 120 1 20
120 1 20 120,00 1 124,00
130 20
130 2 40 130 2 40
Jumlah 5 100 5 100
4 Stasiun 120 4 30,8 120 4 30,8
Loading Ramp 120 6 46,2 122,31 130 6 46,2 128,46
120 1 7,7 140 1 7,7
130 1 7,7 130 1 7,7
140 1 7,7 140 1 7,7
Jumlah 13 100 13 100
5 Stasiun Sterilizer 130 3 15 130 3 15
130 7 35 140 7 35
130 1 5 134,50 150 1 5 141,50
140 4 20 140 4 20
140 5 25 150 5 25
Jumlah 20 100 20 100
6 Stasiun Thresser 110 1 50 120 1 50
130 1 50 120,00 140 1 50 130,00
Jumlah 2 100 2 100
7 Stasiun Press / 110 1 7,1 120 1 7,1
Kempa 110 1 7,1 130 1 7,1
120 4 28,6 130 4 28,6
7,1 140 1 7,1
120 1 124,29 135,00
130 1 7,1 130 1 7,1
130 4 28,6 140 4 28,6
130 1 7,1 150 1 7,1
140 1 7,1 140 1 7,1
Jumlah 14 100 14 100
8 Stasiun Kernel 120 1 10 120 1 10
120 8 80 121,00 130 8 80 129,00
130 1 10 130 1 10
Jumlah 10 100 10 100
9 Bengkel Traktor 130 4 100 130,00 140 4 100 140,00
Jumlah 4 100 4 100
10 Bengkel Listrik 130 1 25 130 1 25
130,00 137,50
130 2 75 140 2 75
Jumlah 3 100 3 100
Tabel 4.5 Distribusi Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Bekerja
di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV
Tekanan Darah Diastolik
Tempat
No Pengukuran Sebelum Sesudah
Rata-rata Rata-rata
TD f % TD f %
1 Stasiun Boiler 80 1 8,3 80 1 8,3
80 5 41,7 90 5 41,7
90 2 16,7 85,83 90 2 16,7 92,50
90 3 25 100 3 25
100 1 8,3 100 1 8,3
Jumlah 12 100 12 100
2 Stasiun Water 80 2 40 100 2 40
Treatment 86,00 100,00
90 3 60 100 3 60
Jumlah 5 100 5 100
3 Stasiun Kamar 80 1 20 80 1 20
Mesin 90 1 20 90 1 20
90 2 40 90,00 2 96,00
100 40
100 1 20 110 1 20
Jumlah 5 100 5 100
4 Stasiun Loading 90 4 30,8 100 4 30,8
Ramp 100 1 7,7 100 1 7,7
100 7 53,8 97,69 7 106,92
110 53,8
110 1 7,7 110 1 7,7
Jumlah 13 100 13 100
5 Stasiun Sterilizer 100 6 30 100 6 30
20 110 4 20
110 4 110,00 112,00
110 4 20 120 4 20
120 6 30 120 6 30
Jumlah 20 100 20 100
6 Stasiun Thresser 90 1 50 100 1 50
100,00 110,00
110 1 50 120 1 50
Jumlah 2 100 2 100
7 Stasiun Press / 80 1 7,1 100 1 7,1
Kempa 90 3 21,4 100 3 21,4
100 4 28,6 100 4 28,6
100 2 14,3 91,86 110 2 14,3 106,43
100 2 14,3 120 2 14,3
110 1 7,1 110 1 7,1
110 1 7,1 120 1 7,1
Jumlah 14 100 14 100
8 Stasiun Kernel 80 1 10 80 1 10
80 1 10 90 1 10
30
80 3 30 100 3 98,00
85,00
90 1 10 90 1 10
90 2 20 100 2 20
90 2 20 110 2 20
Jumlah 10 100 10 100
9 Bengkel Traktor 100 3 75 100 3 75
100,00 100,00
100 1 25 110 1 25
Jumlah 4 100 4 100
10 Bengkel Listrik 100 3 100 100,00 110 3 100 110,00
Jumlah 3 100 3 100

Dari hasil pengukuran tekanan darah pada pekerja di Pabrik Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi didapatkan tekanan darah

sebelum bekerja nilai minimum sistolik sebesar 110 mmHg dan nilai maksimum

sebesar 140 mmHg, tekanan darah sesudah bekerja nilai minimum sistolik sebesar

110 mmHg dan nilai maksimum sebesar 150 mmHg sedangkan tekanan darah

sebelum bekerja nilai minimum diastolik sebesar 80 mmHg dan nilai maksimum

sebesar 110 mmHg, tekanan darah sesudah bekerja nilai minimum diastolik

sebesar 80 mmHg dan nilai maksimum sebesar 120 mmHg, serta diperoleh rata-

rata pada setiap stasiun, yaitu :

a. Stasiun Boiler, pengukuran tekanan darah sistolik mengalami peningkatan

sebanyak 7 orang dimana 4 orang dari 110 mmHg meningkat menjadi 120

mmHg dan 3 orang dari 120 mmHg meningkat menjadi 130 mmHg,

sedangkan pengukuran tekanan darah diastolik mengalami peningkatan

sebanyak 8 orang dimana 5 orang dari 80 mmHg meningkat menjadi 90

mmHg dan 3 orang dari 90 mmHg meningkat menjadi 100 mmHg. Nilai

rata-rata tekanan darah sebelum bekerja sistolik sebesar 112,50 mmHg dan
diastolik sebesar 85,83 mmHg dan rata-rata sesudah bekerja sistolik

sebesar 118,33 mmHg dan diastolik sebesar 92,50 mmHg.

b. Stasiun Water Treatment, pengukuran tekanan darah sistolik mengalami

peningkatan sebanyak 5 orang dimana 2 orang dari 110 mmHg meningkat

menjadi 120 mmHg dan 3 orang dari 110 mmHg meningkat menjadi 130

mmHg, sedangkan pengukuran tekanan darah diastolik mengalami

peningkatan sebanyak 5 orang dimana 2 orang dari 80 mmHg meningkat

menjadi 100 mmHg dan 3 orang dari 90 mmHg meningkat menjadi 100

mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sebelum bekerja sistolik sebesar

110,00 mmHg dan diastolik sebesar 86,00 mmHg dan rata-rata sesudah

bekerja sistolik sebesar 126,00 mmHg dan diastolik sebesar 100,00

mmHg.

c. Stasiun Kamar Mesin, pengukuran tekanan darah sistolik mengalami

peningkatan sebanyak 2 orang dimana 1 orang dari 110 mmHg meningkat

menjadi 120 mmHg dan 1 orang dari 120 mmHg meningkat menjadi 130

mmHg, sedangkan pengukuran tekanan darah diastolik mengalami

peningkatan sebanyak 3 orang dimana 2 orang dari 90 mmHg meningkat

menjadi 100 mmHg dan 1 orang dari 100 mmHg meningkat menjadi 110

mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sebelum bekerja sistolik sebesar

120,00 mmHg dan diastolik sebesar 90,00 mmHg dan rata-rata sesudah

bekerja sistolik sebesar 124,00 mmHg dan diastolik sebesar 96,00 mmHg.

d. Stasiun Loading Ramp, pengukuran tekanan darah sistolik mengalami

peningkatan sebanyak 7 orang dimana 6 orang dari 120 mmHg meningkat


menjadi 130 mmHg dan 1 orang dari 120 mmHg meningkat menjadi 140

mmHg, sedangkan pengukuran tekanan darah diastolik mengalami

peningkatan sebanyak 11 orang dimana 4 orang dari 90 mmHg meningkat

menjadi 100 mmHg dan 7 orang dari 100 mmHg meningkat menjadi 110

mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sebelum bekerja sistolik sebesar

122,31 mmHg dan diastolik sebesar 97,69 mmHg dan rata-rata sesudah

bekerja sistolik sebesar 128,46 mmHg dan diastolik sebesar 106,92

mmHg.

e. Stasiun Sterilizer, pengukuran tekanan darah sistolik mengalami

peningkatan sebanyak 13 orang dimana 7 orang dari 130 mmHg

meningkat menjadi 140 mmHg, 1 orang dari 130 mmHg meningkat

menjadi 150 mmHg dan 5 orang dari 140 mmHg meningkat menjadi 150

mmHg, sedangkan pengukuran tekanan darah diastolik mengalami

peningkatan sebanyak 4 orang dimana dari 110 mmHg meningkat menjadi

120 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sebelum bekerja sistolik sebesar

134,50 mmHg dan diastolik sebesar 110,00 mmHg dan rata-rata sesudah

bekerja sistolik sebesar 141,50 mmHg dan diastolik sebesar 112,00

mmHg.

f. Stasiun Thresser, pengukuran tekanan darah sistolik mengalami

peningkatan sebanyak 2 orang dimana 1 orang dari 110 mmHg meningkat

menjadi 120 mmHg dan 1 orang dari 130 mmHg meningkat menjadi 140

mmHg, sedangkan pengukuran tekanan darah diastolik mengalami

peningkatan sebanyak 2 orang dimana 1 orang dari 90 mmHg meningkat


menjadi 100 mmHg dan 1 orang dari 110 mmHg meningkat menjadi 120

mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sebelum bekerja sistolik sebesar

120,00 mmHg dan diastolik sebesar 100,00 mmHg dan rata-rata sesudah

bekerja sistolik sebesar 130,00 mmHg dan diastolik sebesar 110,00

mmHg.

g. Stasiun Press/Kempa, pengukuran tekanan darah sistolik mengalami

peningkatan sebanyak 12 orang dimana 1 orang dari 110 mmHg

meningkat menjadi 120 mmHg, 1 orang dari 110 mmHg meningkat

menjadi 130 mmHg, 4 orang dari 120 mmHg meningkat menjadi 130

mmHg, 1 orang dari 120 mmHg meningkat menjadi 140 mmHg, 4 orang

dari 130 mmHg meningkat menjadi 140 mmHg dan 1 orang dari 130

mmHg meningkat menjadi 150 mmHg, sedangkan pengukuran tekanan

darah diastolik mengalami peningkatan sebanyak 9 orang dimana 1 orang

dari 80 mmHg meningkat menjadi 100 mmHg, 3 orang dari 90 mmHg

meningkat menjadi 100 mmHg, 2 orang dari 100 mmHg meningkat

menjadi 110 mmHg, 2 orang dari 100 mmHg meningkat menjadi 120

mmHg dan 1 orang dari 110 mmHg meningkat menjadi 120 mmHg. Nilai

rata-rata tekanan darah sebelum bekerja sistolik sebesar 124,29 mmHg dan

diastolik sebesar 91,86 mmHg dan rata-rata sesudah bekerja sistolik

sebesar 135,00 mmHg dan diastolik sebesar 106,43 mmHg.

h. Stasiun Kernel, pengukuran tekanan darah sistolik mengalami peningkatan

sebanyak 8 orang dimana dari 120 mmHg meningkat menjadi 130 mmHg,

sedangkan pengukuran tekanan darah diastolik mengalami peningkatan


sebanyak 8 orang dimana 1 orang dari 80 mmHg meningkat menjadi 90

mmHg, 3 orang dari 80 mmHg meningkat menjadi 100 mmHg, 2 orang

dari 90 mmHg meningkat menjadi 100 mmHg dan 2 orang dari 90 mmHg

meningkat menjadi 110 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sebelum

bekerja sistolik sebesar 121,00 mmHg dan diastolik sebesar 85,00 mmHg

dan rata-rata sesudah bekerja sistolik sebesar 129,00 mmHg dan diastolik

sebesar 98,00 mmHg.

i. Bengel Traktor, pengukuran tekanan darah sistolik mengalami peningkatan

sebanyak 4 orang dimana dari 130 mmHg meningkat menjadi 140 mmHg,

sedangkan pengukuran tekanan darah diastolik mengalami peningkatan

sebanyak 1 orang dimana dari 100 mmHg meningkat menjadi 110 mmHg.

Nilai rata-rata tekanan darah sebelum bekerja sistolik sebesar 130,000

mmHg dan diastolik sebesar 100,00 mmHg dan rata-rata sesudah bekerja

sistolik sebesar 140,00 mmHg dan diastolik sebesar 100,00 mmHg.

j. Bengkel Listrik, pengukuran tekanan darah sistolik mengalami

peningkatan sebanyak 2 orang dimana dari 130 mmHg meningkat menjadi

140 mmHg, sedangkan pengukuran tekanan darah diastolik mengalami

peningkatan sebanyak 3 orang dimana dari 100 mmHg meningkat menjadi

110 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sebelum bekerja sistolik sebesar

130,00 mmHg dan diastolik sebesar 100,00 mmHg dan rata-rata sesudah

bekerja sistolik sebesar 137,50 mmHg dan diastolik sebesar 110,00

mmHg.
4.4 Hasil Bivariat

4.4.1 Hubungan Iklim Kerja Panas dengan Tekanan Darah

Hasil uji statistik hubungan iklim kerja panas dengan tekanan darah pada

pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi

dengan menggunakan rumus uji Person dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik dengan Rumus Uji Korelasi Pearson
Variabel P value
ISBB dengan Tekanan Darah Sistolik Sesudah Bekerja 0,001
ISBB dengan Tekanan Darah Diastolik Sesudah Bekerja 0,001

Dari hasil pengujian statistik untuk hubungan iklim kerja panas dengan

tekanan darah sistolik sesudah bekerja, diperoleh hasil p value = 0,001 (p < 0,05)

maka hasil uji dinyatakan signifikan, sehingga menunjukkan ada hubungan antara

iklim kerja panas dengan tekanan darah sistolik pada saat sesudah bekerja. Dari

hasil pengujian statistik untuk hubungan iklim kerja panas dengan tekanan darah

diastolik sesudah bekerja, diperoleh hasil p value = 0,001 (p < 0,05) maka hasil uji

dinyatakan signifikan, sehingga menunjukkan ada hubungan antara iklim kerja

panas dengan tekanan darah diastolik pada saat sesudah bekerja.

4.4.2 Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja

Hasil uji statistik hubungan iklim kerja panas dengan tekanan darah pada

pekerja pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi

dengan menggunakan rumus uji t dependet dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata dengan Rumus Uji t dependet
Variabel P value
Tekanan Darah Sistolik Sesudah Bekerja dan Tekanan Darah 0,001
Sistolik Sebelum Bekerja
Tekanan Darah Diastolik Sesudah Bekerja dan Tekanan Darah 0,001
Diastolik Sebelum Bekerja
Dari hasil pengujian statistik maka didapat perbedaan antara tekanan darah

sistolik sebelum dan sesudah bekerja dengan hasil p value = 0,001 (p < 0,05) yang

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, dan didapat perbedaan antara

tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah bekerja dengan hasil p value = 0,001

(p < 0,05), yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya perbedaan signifikan pada tekanan darah sistolik

sebelum bekerja dan tekanan darah sistolik sesudah bekerja serta perbedaan

signifikan pada tekanan darah diastolik sebelum bekerja dan tekanan darah

diastolik sesudah bekerja, maka ada hubungan iklim kerja panas dengan tekanan

darah.
BAB V

PEMBAHASA

5.1 Karakteristik Responden

PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi Pabrik Kelapa Sawit

memiliki karyawan berjumlah 88 orang dengan pembagian shift kerja yaitu shift

siang sebanyak 44 orang dan shift malam sebanyak 44 orang. Adapun shift kkerja

yang diterapkan perusahaan ini yaitu :

1. Shift Siang : 06.30 WIB – 17.30 WIB

2. Shift Malam : 17.30 WIB – 06.30 WIB

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik responden bervariasi

mulai dari jenis kelamin, umur dan masa kerja. Dari tabel 4.2 dapat diketahui

bahwa seluruh pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun

Bah Jambi adalah laki-laki. Jenis kelamin berpengaruh terhadap tekanan darah,

umumnya tekanan darah laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Karakteristik

responden berdasarkan kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur ≤

49 tahun yaitu 49 orang (55,7%) dan sisanya pada umur > 49 tahun yaitu 39 orang

(44,3%). Usia juga berpengaruh terhadap tekanan darah dimana yaitu tekanan

darah akan cenderung lebih tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya

sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik

akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian akan menurun lagi.

Karakteristik responden berdasarkan masa kerja yang paling banyak

adalah pekerja yang memiliki masa kerja ≤ 27 tahun yaitu 52 orang (59,1%) dan

masa kerja > 27 tahun yaitu 36 orang (40,9%). Masa kerja berhubungan dengan

Universitas Sumatera
Utara
46

Universitas Sumatera
Utara
47

aklimatisasi tenaga kerja terhadap lingkungan yang panas. Untuk aklimatisasi

terhadap panas ditandai dengan penurunann frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh

sebagai akibat pembentukkan keringat. Proses aklimatisasi ini biasanya

memerlukan waktu 7-10 hari.

5.2 Proses Pengolahan Di Pabrik Kelapa Sawit

Adapun proses pengolahan kelapa sawit yang dilakukan di PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi adalah sebagai berikut :

1. Stasiun Boiler

Proses pengolahan pada stasiun boiler menggunakan bahan bakar dari

serabut kelapa sawit. Pada proses boiler, air ditampung pada drum boiler

kemudian dipanaskan dengan suhu sebesar 2800C yang akan menghasilkan uap

jenuh (saturated steam). Uap jenuh dari boiler dipanaskan lanjut di pemanas

lanjut (superheater) dan menghasilkan uap panas lanjut (superheated steam) yang

siap menggerakkan turbin uap untuk keperluan proses pengolahan seperti

merebus, memanaskan dan lain-lain. Kapasitas satu unit ketel uap adalah 20.000

kg/jam.

2. Stasiun Water Treatment

Water treatment berfungsi untuk mengolah air dari sumber air sehingga

memenuhi persyaratan untuk digunakan di pabrik dan perumahan (domestik).

Proses pada water treatment, air dialirkan ke tangki penampungan dengan

menggunakan pompa air, kemudian dijernihkan di clarifier dengan menggunakan

water basin. Selanjutnya air yang dijernihkan di clarifier dipindahkan ke tangki

penampungan yang ditambahkan soda ash (natrium karbonat) yang berfungsi


untuk peningkatan pH dari air dengan menggunakan chemical dosing pump.

Setelah itu, air disaring dengan sand filter dan kemudian air hasil penyaringan

dari sand filter dipindahkan ke tangki penampungan air bersih untuk

didistribusikan ke bagian pengolahan dan boiler. Air yang didistribusikan ke

bagian pengolahan di pompa ke hot water tank untuk dilakukan proses pemanasan

sehingga mempermudah proses pengepresan.

3. Stasiun Kamar Mesin

Dalam stasiun kamar mesin, proses yang terjadi dilaksanakan secara

otomatis oleh mesin-mesin untuk menggerakkan mesin di stasiun lainnya.

4. Stasiun Loading Ramp

Pada proses stasiun loading ramp, buah yang telah disortir dimasukkan ke

dalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Setelah terisi, lori ditarik dengan

caap stand lori diarahkan masuk kedalam sterilizer sesuai klasifikasi restan, besar,

dan kecil.

5. Stasiun Sterilizer

Proses perebusan dilakukan selama 100 menit dengan temperatur 1350C –

1400C. Perebusan dilakukan dengan sistem 3 puncak tekanan yaitu puncak

pertama tekanan sampai 1,4 kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,1 kg/cm2 dan

puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 kg/cm2. Fungsi proses perebusan yaitu

mengurangi peningkatan asam lemak bebas, mempermudahproses pembrodolan

pada thresser, menurunkan kadar air, dan melunakkan daging buah sehingga

daging buah mudah lepas dari biji.


6. Stasiun Thresser

Setelah perebusan tandan buah segar yang masak diangkut ke thresser

dengan menggunakan hosting crane Lori buah yang tekah dimasak ditarik

kedepan penebah dan diangkat oleh hoisting cramp ke auto feeder dengan interval

5 menit pada kapasitas 60 ton/jam dioperasikan 2 unit. Auto feeder secara kontinu

mengumpan buah ke dalam thresher yang berputar 22 – 25 rpm untuk pemisahan

buah dari tandan. Brondolan dibawa ke stasiun kempa dengan conveyor dan

elevator. Tandan kosong di proses ke bunch crusher untuk pemisahan lanjut

brondolan, kemudian dari bunch crusher tandan kosong dibawa ke hopper tankos

dengan scrapper, untuk selanjutnya dibawa ke afdelling sebagai suplemen

unsurhara.

7. Stasiun Press/Kempa

Proses pada stasiun press/kempa, brondolan masuk ke dalam digester

untuk proses pelumatan guna memisahkan daging buah dari biji. Bila tiap-tiap

digester telah terisi penuh maka brondolan menuju ke conveyor recycling,

diteruskan ke elevator untuk dikembalikan ke diester. Tujuan pelumatan adalah

agar daging buah terlepas dari biji sehingga mudah di-press. Untuk memudahkan

pelumatan buah, pada digester di injection steam pada temperatur minimum 950C

selama 20 menit dengan kecepatan berputar 25 – 26 rpm.

8. Stasiun Kernel

Pada proses stasiun kernel, ampas press bercampur biji dipecah pada

instalasi CBC (Cake Breaker Conyevor), dan dilanjutkan dengan pemisahan

ampas dan biji pada separating column. Ampas dihisap Fibre Cyclone
dimanfaatkan untuk bahan bakar ketel uap. Biji diproses melalui polishing drum

untuk memisahkan serabut dari biji. Biji melalui silo biji, selanjutnya dipecah

ripple mill menjadi cangkang dan inti. Cangkang dan inti dipisah Light Tenera

Dust Separator secara pneumatic. Jika inti yang masih terikut kecangkang

dipisahkan oleh Hydro Cyclone. Cangkang dimanfaatkan sebagai bahan bakar

ketel uap dan inti ditransport oleh convenyor dan elevator ke Kernel Drier untuk

mengurangi kadar air selama 8 jam. Inti produksi selanjutnya di sortir secara

manual untuk selanjutnya dikirim ke pabrik pengolahan inti sawit. Pada stasiun

kernel banyak mesin yang digunakan untuk memisahkan biji dan inti.

9. Bengkel Traktor

Dalam bengkel traktor terdapat alat-alat untuk memperbaiki seluruh mesin

yang mengalami kerusakan yang bekerja untuk proses produksi.

10. Bengkel Listrik

Dalam bengkel listrik terdapat alat-alat yang dipergunakan untuk merawat

dan atau memperbaiki peralatan yang berhubungan dengan sumber tenaga listrik

dan rangkaian listrik.

5.3 Iklim Kerja Panas

Dari hasil pengukuran iklim kerja panas yang dilakukan oleh Balai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan Tahun 2016 di Pabrik Kelapa Sawit PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi dikategorikan jam kerja 75% - 100%

dan dalam beban kerja sedang maka ISBB yang diperkenankan yaitu sebesar

310C, sehingga diperoleh ISBB minimum sebesar 29,70C dan ISBB maksimum

sebesar 330C. Berdasarkan hasil observasi peneliti seharusnya Pabrik Kelapa


Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi jika dihubungkan dengan

Permenakertrans No. 13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, PT termasuk dalam kategori jam kerja 75% -

100% dan dalam beban kerja sedang, ISBB yang diperkenankan yaitu sebesar

280C.

Berdasarkan dari tabel 4.3 ada 7 stasiun yang melebihi NAB (Nilai

Ambang Batas) yaitu stasiun kamar mesin sebesar 31,50C, stasiun sterilizer

sebesar 330C, stasiun thresser sebesar 310C, stasiun press/kempa sebesar 31,80C,

stasiun kernel sebesar 31,30C, bengkel traktor sebesar 32,00C dan bengkel listrik

sebesar 32,10C dan 3 stasiun yang tidak melebihi NAB (Nilai Ambang Batas)

yaitu stasiun boiler sebesar 29,70C, stasiun water treatment sebesar 30,90C dan

stasiun loading ramp sebesar 30,90C.

Adapun hal-hal yang memungkinkan ISBB melebihi NAB pada 7 stasiun

yaitu stasiun kamar mesin dikarenakan banyaknya mesin-mesin pabrik

didalamnya dan juga karena tempat kerja yang tertutup, stasiun sterilizer

dikarenakan mesin yang digunakan adalah perebusan yang membutuhkan suhu

tinggi dan ini menghasilkan panas yang berlebih pada mesin dan juga mesin

mengeluarkan uap panas, stasiun thresser dan stasiun press/kempa dikarenakan

jarak yang berdekatan dengan stasiun sterilizer, dan juga karena uap panas yang

dihasilkan setelah perebusan tandan buah segar, stasiun kernel dikarenakan mesin

yang digunakan untuk proses pada stasiun kernel sangat banyak sehingga

menghasilkan uap panas dan juga kurangnya angin dari lingkungan untuk

mengurangi suhu panas sekitar tempat kerja, bengkel traktor dan bengkel listrik
dikarenakan tempat kerja yang tertutup dan tidak memiliki ventilasi serta ruang

kerjanya panas akibat panas dari mesin-mesin dibengkel tersebut. Adapun hal-hal

yang memungkinkan ISBB tidak melebihi NAB pada 3 stasiun yaitu stasiun

boiler, stasiun water treatment dan stasiun loading ramp dikarenakan tempat kerja

yang terbuka dan luas sehingga angin dari lingkungan banyak masuk dan dapat

mengurangi suhu panas.

Menurut Crandall (2005) paparan iklim kerja panas terhadap individu

sehat menyebabkan berbagai reaksi fisiologis yang penting untuk termoregulasi.

Salah satunya adalah peningkatan aliran darah melalui kulit. Tenaga kerja yang

terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain. Heat strain atau

tegangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja

tersebut (Santoso, 2004). Indikator heat strain adalah peningkatan denyut nadi,

tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan berat badan

(Wignjosoebroto, 2008).

5.4 Tekanan Darah

Berdasarkan hasil penelitian, di stasiun sterilizer diperoleh nilai rata-rata

tekanan darah tertinggi yaitu rata-rata tekanan darah sistolik sebelum bekerja

sebesar 134,50 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 110,00 mmHg dan

nilai rata-rata tekanan darah sistolik sesudah bekerja sebesar 141,50 mkmHg dan

tekanan darah diastolik sebesar 112,00 mmHg. Adanya peningkatan tekanan

darah pekerja di stasiun sterilizer disebabkan karena iklim kerja panas saat

bekerja melebihi NAB yaitu 330C yang panasnya berasal dari mesin perebusan

yang mengeluarkan uap panas yang bekerja merebus 1 jam sekali sehingga uap
panas yang dihasilkan akan dirasakan pekerja selama proses bekerja. Ditambah

lagi saat pekerja akan membuka pintu mesin perebusan, pekerja tidak

menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa baju tahan panas dikarenakan

tidak disediakan oleh pihak perusahaan sehingga pekerja akan terpapar uap panas

dari mesin perebusan secara dekat.

Pada stasiun kamar mesin mengalami peningkatan tekanan darah

dikarenakan uap panas dari mesin-mesin yang berada dikamar mesin dan tempat

kerja yang tertutup dan tidak memiliki ventilasi. Di stasiun thresser, stasiun

press/kempa, stasiun kernel mengalami peningkatan tekanan darah dikarenakan

uap panas dari hasil perebusan tandan buah segar dan uap penyaringan minyak,

serta pekerja yang bekerja di ketiga stasiun ini langsung terpapar uap panas saat

mengmbil tandan buah segar yang tersangkut pada mesin. Di stasiun bengkel

traktor dan bengkel listrik mengalami peningkatan tekanan darah dikarenakan

tempat kerja yang tertutup dan tidak memiliki ventilasi serta banyaknya alat-alat

dibengkel tersebut yang mengeluarkan uap panas kepada pekerja.

Pada stasiun boiler, stasiun water treatment, dan stasiun loading ramp

ditemukan bahwa nilai rata-rata tekanan darah pekerja mengalami peningkatan

padahal iklim kerja ketiga stasiun tersebut tidak melebihi NAB. Pada stasiun

boiler nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 112,50 mmHg meningkat

menjadi 118,33 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 85,83 mmHg

meningkat menjadi 92,50 mmHg, stasiun water treatment nilai rata-rata tekanan

darah sistolik sebesar 110,00 mmHg meningkat menjadi 126,00 mmHg dan

tekanan darah diastolik sebesar 86,00 mmHg meningkat menjadi 100,00 mmHg,
dan stasiun loading ramp nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 122,31

mmHg meningkat menjadi 128,46 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar

97,69 mmHg meningkat menjadi 106,92 mmHg. Hal ini dikarenakan aktivitas

kerja yang tinggi dengan waktu kerja yang lama dan waktu istirahat yang

diberikan kepada pekerja sedikit serta khususnya stasiun boiler tidak

menggunakan saat bekerja sehingga tekanan darah pekerja meningkat. Selain itu

karena posisi mesin setiap stasiun berdekatan sehingga uap panas yang dihasilkan

dari mesin di stasiun yang memiliki ISBB melebihi NAB dirasakan juga oleh

pekerja di stasiun boiler, stasiun water treatment dan stasiun loading ramp.

Pengaruh panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas

terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan

fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah

yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta peningkatan

tekanan kapiler. Jumlah O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat sedangkan

pH darah akan mengalami penurunan (Gabriel, 1988).

Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan frekuensi jantung yang besar,

dan penurunan suhu sangat mengurangi frekuensi. Efek ini mungkin sebagai

akibat peningkatan membran otot terhadap berbagai ion pada suhu lebih tinggi

mengakibatkan percepatan proses ”self–excitation”. Kekuatan kontraksi jantung

meningkat sementara dengan peningkatan suhu yang lama melelahkan jantung

dan menyebabkan kelemahan. (Guyton, C arthur. 1995).


5.5 Hubungan Antara Iklim Kerja Panas dengan Tekanan Darah

Berdasarkan hasil uji korelasi pada tabel 4.6 diperoleh hasil p value

tekanan darah sistolik sesudah bekerja = 0,001 (p < 0,05), maka hasil uji

dinyatakan signifikan. Hasil uji korelasi diperoleh hasil p value tekanan darah

diastolik sesudah bekerja = 0,001 (p < 0,05), maka hasil uji dinyatakan signifikan.

Hal ini menunjukkan peningkatan iklim kerja panas menyebabkan peningkatan

tekanan darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Annisa (2014)

dengan nilai p value = 0,019 (p<0,05) yang artinya ada hubungan antara iklim

kerja (ISBB) dengan tekanan darah.

Hal tersebut telah membuktikan bahwa iklim kerja panas yang melebihi

Nilai Ambang Batas (NAB) mempengaruhi tekanan darah. Sesuai dengan teori

Grandjean (1988) yang menyatakan jika suhu lingkungan meningkat, maka efek

fisiologis yang terjadi adalah : peningkatan kelelahan, peningkatan denyut nadi,

peningkatan tekanan darah, mengurangi aktifitas organ pencernaan, sedikit

peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari

32⁰C ke 36-37⁰C), peningkatan aliran darah melalui kulit dan peningkatan

produksi keringat menjadi berlebih jika suhu kulit mencapai 34⁰C atau lebih.

5.6 Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum Bekerja dan Sesudah

Bekerja

Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan hasil uji maka dapat perbedaan

antara tekanan darah sistolik sebelum bekerja dan tekanan darah sistolik sesudah

bekerja didapat hasil p value = 0,001 (p < 0,05) maka menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan. Hasil pengujian statistik didapat perbedaan antara


tekanan darah diastolik sebelum bekerja dan tekanan darah diastolik sesudah

bekerja didapat hasil p value = 0,001 (p < 0,05), maka menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan

signifikan pada tekanan darah sistolik sebelum bekerja dan tekanan darah sistolik

sesudah bekerja serta perbedaan signifikan antara tekanan darah diastolik sebelum

bekerja dan tekanan darah diastolik sesudah bekerja, maka ada hubungan dari

iklim kerja panas dengan tekanan darah.

Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum bekerja dan sesudah bekerja dan

rata-rata tekanan darah diastolik sebelum bekerja dan sesudah bekerja mengalami

peningkatan pada stasiun boiler, stasiun water treatment, stasiun kamar mesin,

stasiun loading ramp, stasiun sterilizer, stasiun thresser, stasiun press, stasiun

kernel, bengkel traktor dan bengkel listrik. Hal ini menunjukkan adanya

perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum bekerja dan sesudah bekerja

serta perbedaan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah bekerja.

Pada umumnya keadaan panas pada lingkungan tempat kerja akan

berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan pekerja dan gangguan kesehatan

seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, dan peningkatan

produksi keringat, sehingga dapat meningkatkan beban kerja, mempercepat

munculnya kelelahan dan keluhan subyektif serta menurunkan produktivitas kerja.

Bila suhu tubuh diturunkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang

menyebabkan suhu kulit mendekati suhu tubuh. Suhu tubuh manusia yang dapat

kita raba atau rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga

dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin


besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu

lingkungan, makin banyak pula yang hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran

panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas

yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini

seimbang dan serasi, tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja

maupun kesehatan kerja (Depkes RI, 2006).


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh

kesimpulan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kerja panas dengan tekanan

darah sebelum bekerja dan tekanan darah sesudah bekerja pada pekerja

Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi.

2. Iklim kerja panas pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV

Kebun Bah Jambi menunjukkan bahwa 7 stasiun yang melebihi NAB (Nilai

Ambang Batas) yaitu stasiun kamar mesin, stasiun sterilizer, stasiun

thresser, stasiun press/kempa, stasiun kernel, bengkel traktor, dan bengkel

listrik sedangkan 3 stasiun yang tidak melebihi NAB (Nilai Ambang Batas)

yaitu stasiun boiler, stasiun water treatment, dan stasiun loding ramp.

3. Tekanan darah pekerja pada stasiun sterilizer mengalami peningkatan yang

tertinggi dengan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum bekerja sebesar

134,50 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 110,00 mmHg dan nilai

rata-rata tekanan darah sistolik sesudah bekerja sebesar 141,50 mkmHg dan

tekanan darah diastolik sebesar 112,00 mmHg.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Perusahaan dan Pekerja

1. Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi,

sebaiknya memberikan Alat Pelindung Diri (APD) pada setiap stasiun,

58

Universitas Sumatera
Utara
59

terkhusus stasiun sterilizer yang memerlukan Alat Pelindung Diri (APD)

berupa baju tahan panas.

2. Perusahaan sebaiknya memodifikasi mesin-mesin yang mengeluarkan uap

panas yang tinggi agar pekerja lebih nyaman saat bekerja.

3. Dianjurkan kepada pekerja banyak mengonsumsi air mineral yang telah

disediakan oleh perusahaan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang

selama bekerja dan istirahat yang cukup.

Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, R., 2014. Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Tekanan Darah Pekerja Di
Bagian Produksi PT. Inalum. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Beavers, D.G., 2008. Tekanan Darah. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta
Budiono, A.M.S, Jusuf, R.M.S, dan Pusparini, A., 2009. Bunga Ramepai Hiperkes
dan KK. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Census of Fatal Occupational Injuries., 2008. diakses 12 Mei 2016;
http://www.dir.ca.gov/dosh/cfoi/cfoi.htm
Dahlan, M.S., 2012. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika.
Jakarta
Dewi, D.P.I., 2011. Hubungan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Pada
Karyawan Di Unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Gabriel J.F. 1988. Fisika Kedokteran. Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, C.A., 1995. Fisiologi dan Mekanisme Penyakit. EGC. Jakarta. Cetakan
keempat.
Guyton, C.A, etc., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Harrianto, R., 2012. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Joewono, B.S., 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga University Press.
Surabaya
Kurniawan A, 2010. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan
Sesudah Terpapar Tekanan Panas Di Industri Mebel CV. GION &
RAHAYU Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Skripsi. Program D.IV
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Masud, I., 1989. Dasar-Dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Murtiati, T, Rahayu, S dan Refirman., 2012. Penuntun Praktikum Anatomi dan
Fisiologi Manusia. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta.
Jakarta
Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.
13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor
Kimia ditempat kerja.

Universitas Sumatera
Utara
PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kebun Bah Jambi., 2015. Selayang
Pandang. Medan.
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Alih bahasa: Brahm U.
EGC. Jakarta
Sugiyarto, A., 2011. Peningkatan Tekanan Darah Tenaga Kerja Akibat Terpapar
Tekanan Panas Melebihi Standar Di Unit Weaving PT. Dan Liris
Sukoharjo. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Suma’mur, P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Sagung Seto. Jakarta
Sutanto., 2009. Awas 7 Penyakit Degeneratif. Paradigma Indonesia. Yogyakarta
Tarwaka, Bakri, S.H.A, Sudiajeng, L., 2004. Ergonomi untuk Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press. Surakarta
Tarwaka., 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Manajemen dan implementasi
K3 di tempat kerja. Harapan Press. Surakarta
Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Watson, R., 2002. Anatomi dan Fisiologi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Wignjosoebroto, S., 2008. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis
untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Guna Widya. Surabaya

Universitas Sumatera
Utara
LAMPIRAN 1 MASTER DATA

Tekanan Darah Tekanan Darah


Jenis Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Masa ISBB
No Nama Umur Nama Stasiun
Kelamin Kerja (◦C)
Pre Post Pre Post
1 Rohiman S. Laki-laki 53 120 130 90 100 27 29,7 Boiler
2 Paiman Laki-laki 47 110 120 90 100 20 29,7 Boiler
3 Alboin Pasaribu Laki-laki 46 110 120 90 100 27 29,7 Boiler
4 Herman Wijaya Laki-laki 43 120 130 80 90 20 29,7 Boiler
5 Sudiar Laki-laki 53 110 120 80 90 27 29,7 Boiler
6 Tumpak Mangasih Laki-laki 42 110 120 80 90 20 29,7 Boiler
7 Rukijo Efendi Laki-laki 50 110 110 80 90 28 29,7 Boiler
8 M. Zulfan Laki-laki 43 110 110 80 90 20 29,7 Boiler
9 Novindra Laki-laki 44 110 110 90 90 20 29,7 Boiler
10 Joko Pakpahan Laki-laki 40 110 110 90 90 19 29,7 Boiler
11 Arwan Laki-laki 45 110 110 100 100 17 29,7 Boiler
12 Feri Irawan Laki-laki 42 120 130 80 80 20 29,7 Boiler
13 Dengson T. Laki-laki 51 110 130 90 100 29 30,9 Water Treatment
14 Monang Manurung Laki-laki 52 110 130 80 100 27 30,9 Water Treatment
15 M. Kurniawansyah Laki-laki 40 110 130 90 100 20 30,9 Water Treatment
16 Sugianto Laki-laki 52 110 120 80 100 29 30,9 Water Treatment
17 Hairani Siregar Laki-laki 52 110 120 90 100 28 30,9 Water Treatment
18 Sudarno Laki-laki 54 110 110 90 100 28 31,5 Kamar Mesin
19 Zulhendra Saragih Laki-laki 38 130 130 90 100 20 31,5 Kamar Mesin
20 Bistok Sitorus Laki-laki 51 120 130 90 90 32 31,5 Kamar Mesin

Universitas Sumatera
Utara
21 Idris Rangkuti Laki-laki 44 110 120 80 80 20 31,5 Kamar Mesin
22 Ismail Harahap Laki-laki 44 130 130 100 110 20 31,5 Kamar Mesin
23 Supriadi Laki-laki 43 130 130 110 110 22 30,9 Loading Ramp
24 Mismanto Laki-laki 50 120 130 100 110 27 30,9 Loading Ramp
25 Abdul Nasib Laki-laki 51 120 140 100 110 29 30,9 Loading Ramp
26 Rumawan Nasib Laki-laki 43 120 130 100 110 14 30,9 Loading Ramp
27 Suratno Laki-laki 51 120 130 100 110 27 30,9 Loading Ramp
28 Krisno Laki-laki 54 120 120 100 100 32 30,9 Loading Ramp
29 Sutrisno I Laki-laki 53 120 130 100 110 32 30,9 Loading Ramp
30 Sutrisno II Laki-laki 38 120 120 90 100 22 30,9 Loading Ramp
31 Sudadi Laki-laki 45 120 130 100 110 20 30,9 Loading Ramp
32 Polman P. Laki-laki 50 140 140 100 110 29 30,9 Loading Ramp
33 Husor Lumban T. Laki-laki 53 120 130 90 110 29 30,9 Loading Ramp
34 Zulkarnain S. Laki-laki 51 120 120 90 100 27 30,9 Loading Ramp
35 Susilo Edy Laki-laki 42 120 120 90 100 21 30,9 Loading Ramp
36 Wahidin Saragih Laki-laki 40 130 130 100 100 20 33 Sterilizer
37 Samsidi Laki-laki 44 130 140 110 120 22 33 Sterilizer
38 Jumiran Laki-laki 54 130 130 100 100 32 33 Sterilizer
39 Hendri Dunan S. Laki-laki 42 130 140 110 120 16 33 Sterilizer
40 Freddy Pangabean Laki-laki 40 130 140 110 120 22 33 Sterilizer
41 Maruli Sinaga Laki-laki 51 130 130 110 110 27 33 Sterilizer
42 Aleston B. Laki-laki 45 140 140 120 120 20 33 Sterilizer
43 Syafrizal Laki-laki 34 140 150 120 120 7 33 Sterilizer
44 Edi. S Manurung Laki-laki 45 140 150 120 120 20 33 Sterilizer

Universitas Sumatera
Utara
45 Raji Laki-laki 53 140 150 100 100 28 33 Sterilizer
46 Siswanto Diardjo Laki-laki 40 140 140 110 120 20 33 Sterilizer
47 Juantar T. Laki-laki 42 140 150 120 120 20 33 Sterilizer
48 Edy Laki-laki 49 140 150 120 120 29 33 Sterilizer
49 Sofyan Hadi Laki-laki 38 140 140 120 120 16 33 Sterilizer
50 Rahman Lubis Laki-laki 43 140 140 110 110 20 33 Sterilizer
51 Parulian Tambunan Laki-laki 50 130 140 100 100 29 33 Sterilizer
52 Mubin Panarik Laki-laki 48 130 140 110 110 27 33 Sterilizer
53 Mangatur Silitonga Laki-laki 52 130 140 110 110 28 33 Sterilizer
54 Ngatimin Laki-laki 53 130 140 100 100 32 33 Sterilizer
55 Suyetno Laki-laki 50 130 150 100 100 29 33 Sterilizer
56 Sarianto Laki-laki 49 130 140 110 120 20 31,3 Thresser
57 Bustami Laki-laki 49 110 120 90 100 27 31,3 Thresser
58 Manaek T. S. Laki-laki 53 110 120 80 100 28 31,8 Press/Kempa
59 Syamsuar Laki-laki 42 110 130 90 100 17 31,8 Press/Kempa
60 Sahat Siagian Laki-laki 49 140 140 100 110 28 31,8 Press/Kempa
61 Rusli Saragih Laki-laki 51 120 130 90 100 28 31,8 Press/Kempa
62 Dedi Rubianto Laki-laki 40 120 130 90 100 20 31,8 Press/Kempa
63 Posman Batubara Laki-laki 50 120 130 100 110 28 31,8 Press/Kempa
64 Desontar sianturi Laki-laki 39 120 140 100 100 27 31,8 Press/Kempa
65 Syahrol Azis Laki-laki 45 120 130 100 100 21 31,8 Press/Kempa
66 Sarwono Laki-laki 49 130 140 100 100 17 31,8 Press/Kempa
67 Rahmad Laki-laki 48 130 140 100 120 27 31,8 Press/Kempa

Universitas Sumatera
Utara
68 Suyono Laki-laki 47 130 140 100 100 28 31,8 Press/Kempa
69 Sugito Laki-laki 49 130 150 100 120 20 31,8 Press/Kempa
70 Mesianto Laki-laki 54 130 140 110 120 29 31,8 Press/Kempa
71 Supangat Laki-laki 39 130 130 110 110 20 31,8 Press/Kempa
72 Ramlan K. Laki-laki 54 120 130 90 90 30 31,3 Kernel
73 Yatin Laki-laki 45 120 130 80 80 20 31,3 Kernel
74 Muhammad Idris Laki-laki 40 120 130 90 100 20 31,3 Kernel
75 Suarno Laki-laki 50 120 130 90 100 28 31,3 Kernel
76 M. Hasyim Pinem Laki-laki 52 120 130 80 100 28 31,3 Kernel
77 Bantoro Laki-laki 52 120 130 90 110 29 31,3 Kernel
78 Donder N. Laki-laki 46 120 130 90 110 27 31,3 Kernel
79 Misriadi Laki-laki 46 120 120 80 90 20 31,3 Kernel
80 Hersyam Laki-laki 49 130 130 80 100 27 31,3 Kernel
81 Kasriamsi Laki-laki 51 120 130 80 100 28 31,3 Kernel
82 Wahar Laki-laki 53 130 140 100 100 29 32 Bengkel Traktor
83 Nuriadi Laki-laki 50 130 140 100 100 28 32 Bengkel Traktor
84 Efendi Purba Laki-laki 52 130 140 100 100 34 32 Bengkel Traktor
85 Paino Laki-laki 51 130 140 100 110 29 32 Bengkel Traktor
86 Radot Manalu Laki-laki 51 130 140 100 110 29 32,1 Bengkel Listrik
87 Muhardi Laki-laki 43 130 140 100 110 20 32,1 Bengkel Listrik
88 M. Nuh Pulungan Laki-laki 52 130 130 100 110 30 32,1 Bengkel Listrik

Universitas Sumatera
Utara
Descriptive

Statistics

tekanan tekanan tekanan tekanan


jenis umur Umurk darah sistole darah diastole darah sistole darah
kelamin responde responde (pre) (mmHg) (pre) (mmHg) (post) diastole (post) ISBB masa kerja masa kerjak
n n (mmHg) (mmHg)

N Valid 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.00 47.19 1.44 123.64 96.59 131.59 103.98 31.536 24.48 1.40

Std. Deviation .000 5.010 .500 9.611 11.233 10.158 10.005 1.0398 5.108 .492

Minimum 1 34 1 110 80 110 80 29.7 7 1

Maximum 1 54 2 140 120 150 120 33.0 34 2

Percentiles 25 1.00 43.00 1.00 120.00 90.00 130.00 100.00 30.900 20.00 1.00

50 1.00 49.00 1.00 120.00 100.00 130.00 100.00 31.500 27.00 1.00

75 1.00 51.00 2.00 130.00 100.00 140.00 110.00 32.100 28.00 2.00

Universitas Sumatera
Utara
LAMPIRAN 2

UJI KORELASI PERSON


Correlations
Correlations

tekanan
darah
tekanan darah tekanan darah tekanan darah diastole
sistole diastole sistole (post) (post)
(pre) (pre) (mmHg) (mmHg ISBB
(mmHg) (mmHg) )
tekanan darah sistole Pearson Correlation 1 , , , ,749**
(pre) (mmHg) Sig. (2-tailed) 766** 823** 637** ,000
,000 ,000 ,000
N 88 88 88 88 88
tekanan darah Pearson Correlation , 1 , , ,687**
diastole (pre) (mmHg) Sig. (2-tailed) 766** 673** 807** ,000
,000 ,000 ,000
N 88 88 88 88 88
tekanan darah sistole Pearson Correlation , , 1 , ,730**
(post) (mmHg) Sig. (2-tailed) 823** 673** 616** ,000
,000 ,000 ,000
N
88 88 88 88 88

tekanan darah Pearson Correlation , , , 1 ,558**


diastole (post) Sig. (2-tailed) 637** 807** 616** ,000
(mmHg) ,000 ,000 ,000
N 88 88 88 88 88
ISBB Pearson Correlation , , , , 1
749** 687** 730** 558**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 88 88 88 88 88
**. Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Correlations

tekanan
darah sistole
(post) ISBB
(mmHg)
tekanan darah sistole Pearson Correlation 1 ,730**
(post) (mmHg) Sig. (2-tailed) ,000
N 88 88
ISBB Pearson Correlation , 1
730**
Sig. (2-tailed) ,000
N 88 88
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Correlations

tekana
n
darah
diastol
e ISBB
(post)
(mmHg)
tekanan darah diastole Pearson Correlation 1 ,558**
(post) (mmHg) Sig. (2-tailed) ,000
N 88 88
ISBB Pearson Correlation , 1
558**
Sig. (2-tailed) ,000

Universitas Sumatera
Utara
N 88 88
**. Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Sumatera
Utara
UJI T DEPENDENT (T-PAIRED)
T-Test
Paired Samples Statistics

S
Mean N Std. Dev iat ion
Pair tekanan darah sistole
1 (pre) (mmHg) 123,64 88 9,611
tekanan darah sistole
(post) (mmHg) 131,59 88 10,158
Pair tekanan darah diastole
2 (pre) (mmHg) 96,59 88 11,233
tekanan darah diastole
(post) (mmHg) 103,98 88 10,005

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair tekanan darah sistole
1 (pre) (mmHg) &
88 ,823 ,000
tekanan darah sistole
(post) (mmHg)
Pair tekanan darah diastole
2 (pre) (mmHg) &
88 ,807 ,000
tekanan darah diastole
(post) (mmHg)

Paired Samples Test


Paired Diff erences
95% Confidence
Interv al of the
Std. Error Diff erence
Mean Std. Deviation Mean
Lower Upper
Pair tekanan darah sistole
1 (pre) (mmHg) -
-7,955 5,903 ,629 -9,205 -6,704
tekanan darah sistole
(post) (mmHg)
Pair tekanan darah diastole
2 (pre) (mmHg) -
tekanan darah diastole -7,386 6,694 ,714 -8,805 -5,968
(post) (mmHg)
IKLIM KERJA
Statistics

ISBB
Valid
N 10
Missing
0

Mean 31.450

Minimum 29.7

Maximum 33.0

ISBB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 29.7 1 10.0 10.0 10.0

30.9 2 20.0 20.0 30.0

31.3 2 20.0 20.0 50.0

31.5 1 10.0 10.0 60.0

31.8 1 10.0 10.0 70.0

32 1 10.0 10.0 80.0

32.1 1 10.0 10.0 90.0

33 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

STASIUN BOILER

Statistics

tekanan darah tekanan tekanan tekanan


sistole (pre) darah darah sistole darah diastole
(mmHg) diastole (pre) (post) (post)
(mmHg) (mmHg) (mmHg)

N Valid 12 12 12 12

Missing 0 0 0 0

Mean 112.50 85.83 118.33 92.50

Minimum 110 80 110 80

Maximum 120 100 130 100


STASIUN WATER TREATMENT
Statistics

tekanan darah tekanan tekanan tekanan


sistole (pre) darah darah sistole darah diastole
(mmHg) diastole (pre) (post) (post)
(mmHg) (mmHg) (mmHg)

N Valid 5 5 5 5

Missing 0 0 0 0

Mean 110.00 86.00 126.00 100.00

Minimum 110 80 120 100

Maximum 110 90 130 100

STASIUN KAMAR MESIN

Statistics

tekanan darah tekanan darah tekanan darah tekanan darah


sistole (pre) diastole sistole diastole (post)
(mmHg) (pre) (post) (mmHg)
(mmHg) (mmHg)

N Valid 5 5 5 5

Missing 0 0 0 0

Mean 120.00 90.00 124.00 96.00

Minimum 110 80 110 80

Maximum 130 100 130 110

STASIUN LOADING RAMP


Statistics

tekanan darah tekanan darah tekanan darah tekanan darah


sistole (pre) diastole sistole diastole (post)
(mmHg) (pre) (post) (mmHg)
(mmHg) (mmHg)

N Valid 13 13 13 13

Missing 0 0 0 0

Mean 122.31 97.69 128.46 106.92

Minimum 120 90 120 100

Maximum 140 110 140 110


STASIUN STERILIZER
Statistics

tekanan darah tekanan tekanan tekanan


sistole (pre) darah darah sistole darah diastole
(mmHg) diastole (pre) (post) (post)
(mmHg) (mmHg) (mmHg)

N Valid 20 20 20 20

Missing 0 0 0 0

Mean 134.50 110.00 141.50 112.00

Minimum 130 100 130 100

Maximum 140 120 150 120

STASIUN THRESSER
Statistics

tekanan darah tekanan tekanan tekanan


sistole (pre) darah darah sistole darah diastole
(mmHg) diastole (pre) (post) (post)
(mmHg) (mmHg) (mmHg)

N Valid 2 2 2 2

Missing 0 0 0 0

Mean 120.00 100.00 130.00 110.00

Minimum 110 90 120 100

Maximum 130 110 140 120

STASIUN PRESS/KEMPA
Statistics

tekanan darah tekanan tekanan tekanan


sistole (pre) darah darah sistole darah diastole
(mmHg) diastole (pre) (post) (post)
(mmHg) (mmHg) (mmHg)

N Valid 14 14 14 14

Missing 0 0 0 0

Mean 124.29 97.86 135.00 106.43

Minimum 110 80 120 100

Maximum 140 110 150 120


STASIUN KERNEL
Statistics

tekanan darah tekanan tekanan tekanan


sistole (pre) darah darah sistole darah diastole
(mmHg) diastole (pre) (post) (post)
(mmHg) (mmHg) (mmHg)

N Valid 10 10 10 10

Missing 0 0 0 0

Mean 121.00 85.00 129.00 98.00

Minimum 120 80 120 80

Maximum 130 90 130 110

BENGKEL TRAKTOR
Statistics

tekanan darah tekanan tekanan tekanan


sistole (pre) darah darah sistole darah diastole
(mmHg) diastole (pre) (post) (post)
(mmHg) (mmHg) (mmHg)

N Valid 3 3 3 3

Missing 0 0 0 0

Mean 130.00 100.00 140.00 100.00

Minimum 130 100 140 100

Maximum 130 100 140 100

BENGKEL LISTRIK
Statistics

tekanan darah tekanan tekanan tekanan


sistole (pre) darah darah sistole darah diastole
(mmHg) diastole (pre) (post) (post)
(mmHg) (mmHg) (mmHg)

N Valid 4 4 4 4

Missing 0 0 0 0

Mean 130.00 100.00 137.50 110.00

Minimum 130 100 130 110

Maximum 130 100 140 110


LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 6

Denah Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi

3
1
4

8 5

7 6
9

10

Keterangan Gambar :
= Stasiun1Boiler
= Stasiun2Water Treatment
3 = Stasiun Kamar Mesin
4
5 = Stasiun Loading Ramp
6 = Stasiun Sterilizer
= Stasiun Thresser (dilantai 2)

7 = Stasiun Press/Kempa (dilantai 2)


8 = Stasiun Kernel
= Bengkel9 Traktor
= Bengkel
10Listrik
Gambar 1. Stasiun Boiler

Gambar 2. Stasiun Water Treatment


Gambar 3. Stasiun Kamar Mesin

Gambar 4. Stasiun Loading Ramp

Universitas Sumatera
Utara
Gambar 5. Stasiun Sterilizer

Gambar 6. Stasiun Thresser

Universitas Sumatera
Utara
Gambar 7. Stasiun Press/Kempa

Gambar 8. Stasiun Kernel

Universitas Sumatera
Utara
Gambar 9. Bengkel Traktor

Gambar 10. Bengkel Listrik

Universitas Sumatera
Utara
Gambar 11. Pemeriksaan Tekanan Darah Pekerja

Universitas Sumatera
Utara
Universitas Sumatera
Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai