PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
pemasaran yang hanya terfokus untuk mengejar keuntungan berlebih
sehingga kesejahteraan petani semakin di abaikan.
Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu kabupaten
penyangga sektor pertanian di Sulawesi Selatan, hasil produksi
utamanya adalah kakao, kelapa sawit dan padi. Kabupaten yang
memiliki 12 kecamatan di dalamnya ini terletak pada 01 0 53’ 19” – 020
55’ 36” Lintang Selatan dan 1190 47’ 46” – 1200 37’ 44” Bujur Timur.
Dengan jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun 2017 berjumlah
305.372 orang. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor
paling berpengaruh dalam perekonomian di Luwu Utara, perannya
mencapai sekitar 50 persen lebih dari subsektor lain dalam sektor
pertanian. Dalam hal ini tanaman kakao masih menjadi komoditas
primadona selain padi. Luas lahan tanaman kakao tahun 2016
sebanyak 38.128 hektar, naik 1.915 hektar dari tahun sebelumnya.
Produksi nya pun meningkat dari 22.529 ton pada tahun 2015
menjadi 27.391 ton pada 2016. Berikut ini adalah data luas lahan
dan produksi tanaman kakao di Kabupaten Luwu Utara Tahun 2015-
2016:
Tabel 1. Data Luas Lahan dan Produksi Tanaman Kakao di Kab. Luwu
Utara
No Tanaman Tahun Luas Lahan Produksi
(Ha) (Ton)
3
produksi yang terus meningkat. Ada beberapa kecamatan yang
merupakan pengembang kakao terbesar di Kabupaten Luwu Utara
diantaranya Kecamatan Baebunta, Kecamatan Sabbang, dan
Kecamatan Malangke. Desa Baebunta adalah desa dengan luas
kawasan produksi kakao terbesar dalam wilayah Kecamatan Baebunta
yakni 82.96 km2 atau 32% dari luas wilayah kecamatan yang mencapai
295.25 km2, yang keseluruhan masyarakat di daerah tersebut
merupakan petani kakao, dan sumber penghasilan utama terbesar
mereka adalah dari hasil produksi kakao.
Melalui hasil pengamatan awal yang dilakukan di Desa
Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara yang
merupakan sentra produksi kakao bahwa untuk memasarkan hasil
panen, pada umumnya para petani masih bergantung pada pedagang
tengkulak. Tengkulak sendiri merupakan salah satu lembaga
pemasaran (pedagang) yang berkembang secara tradisional di
indonesia dalam membeli komoditas dari petani, dengan berperan
sebagai pengumpul, pembeli, pialang, pedagang, pemasaran dan
kadang sebagai kreditor secara sekaligus (Wikipedia Indonesia, 2018).
Seperti yang diketahui bersama bahwa terkadang para tengkulak bisa
sangat merugikan para petani oleh cara kerja mereka yang
menentukan harga lebih rendah dari harga standar nasional di tingkat
petani, demi keuntungan di pihak mereka (sistem tebasan). Apalagi
pada saat terjadinya musim panen raya, petani hanya bisa mengikuti
mekanisme pasar yang dibuat oleh para pedagang tengkulak, karena
lemahnya posisi tawar mereka sehingga para petani hanya bisa
berperan sebagai penerima harga saja.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut diatas, mendorong
peneliti untuk melakukan sebuah penelitian dalam rangka untuk
penyusunan skripsi dengan judul “Peran Lembaga Dalam Sistem
Pemasaran Kakao di Desa Baebunta, Kecamatan Baebunta,
Kabupaten Luwu Utara”.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian