Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan pertanian


subsektor perkebunan yang memiliki peluang usaha dan nilai ekonomi
yang cukup tinggi, hal ini karena kakao adalah salah satu mata dagang
yang cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara.
Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan
wilayah dan pengembangan agroindustri.
Salah satu unsur penting dalam usaha tani di indonesia adalah
peran kelambagaannya dalam masyarakat. Kelembagaan petani
dewasa ini telah menjadi alat yang penting untuk menjalankan
program baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swadaya dari
masyarakat itu sendiri. Membuat suatu kelompok merupakan sebuah
ide yang berasal dari kenyataan bahwa setiap individu tidak akan
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan seorang diri. Individu dalam
masyarakat akan merasa kurang mampu, kurang tenaga, kurang
waktu dan tidak berdaya bila harus memenuhi sendiri kebutuhan dasar
atas makanan, naungan dan keselamatan. Bekerjasama dalam
kelompok akan lebih mudah dan murah daripada bekerja secara
individu. Seperti yang di kemukakan oleh Rusdi (1999), bahwa alasan
terbentuknya suatu kelompok adalah oleh karena beberapa orang
mempunyai persoalan yang sama.
Kelembagaan pertanian merupakan norma atau kebiasaan yang
terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk
memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan
penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan. Dalam kehidupan
komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan
bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social
interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertanian juga
memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem
agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di
pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan
profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret
petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum
sebagaimana yang diharapkan (Suradisastra, 2008).
Pengembangan kapasitas petani dan kelembagaan kelompok
petani diperlukan dalam upaya meningkatkan daya saing petani dalam
pengembangan sistem agribisnis di Indonesia. Upaya ini semakin
diperlukan dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas.
Kapasitas petani dapat meningkat sejalan dengan partisipasi mereka
dalam kelembagaan petani. Kapasitas petani dan partisipasi mereka
dalam kelembagaan petani akan mendorong kapasitas kelembagaan
menjadi lebih efektif. Kelembagaan petani yang dimaksud adalah
lembaga petani yang berada pada kawasan lokalitas, yang berupa
organisasi keanggotaan atau petani-petani yang tergabung dalam
kelompok kerjasama, diantaranya meliputi lembaga permodalan,
lembaga pemasaran, dan lembaga penunjang lainnya.
Akan tetapi permasalahan umum yang terjadi di masyarakat
adalah masih banyak lembaga-lembaga petani yang tidak menjalankan
perannya sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu diantarnya
adalah peran lembaga pemasaran yang harusnya lebih berpihak
kepada para petani. Keberadaan Lembaga pemasaran di dasarkan
atas keinginan konsumen dalam membeli hasil produksi. Lembaga ini
berperan untuk mendistribusikan hasil panen kepada konsumen. Akan
tetapi lembaga ini biasanya tidak bekerja sesuai dengan perannya.
Diantaranya seperti update informasi harga yang terlambat bahkan
tidak sampai kepada petani yang menyebabkan petani lemah dalam
menentukan nilai dari hasil produksinya, bahkan ada lembaga

2
pemasaran yang hanya terfokus untuk mengejar keuntungan berlebih
sehingga kesejahteraan petani semakin di abaikan.
Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu kabupaten
penyangga sektor pertanian di Sulawesi Selatan, hasil produksi
utamanya adalah kakao, kelapa sawit dan padi. Kabupaten yang
memiliki 12 kecamatan di dalamnya ini terletak pada 01 0 53’ 19” – 020
55’ 36” Lintang Selatan dan 1190 47’ 46” – 1200 37’ 44” Bujur Timur.
Dengan jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun 2017 berjumlah
305.372 orang. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor
paling berpengaruh dalam perekonomian di Luwu Utara, perannya
mencapai sekitar 50 persen lebih dari subsektor lain dalam sektor
pertanian. Dalam hal ini tanaman kakao masih menjadi komoditas
primadona selain padi. Luas lahan tanaman kakao tahun 2016
sebanyak 38.128 hektar, naik 1.915 hektar dari tahun sebelumnya.
Produksi nya pun meningkat dari 22.529 ton pada tahun 2015
menjadi 27.391 ton pada 2016. Berikut ini adalah data luas lahan
dan produksi tanaman kakao di Kabupaten Luwu Utara Tahun 2015-
2016:
Tabel 1. Data Luas Lahan dan Produksi Tanaman Kakao di Kab. Luwu
Utara
No Tanaman Tahun Luas Lahan Produksi
(Ha) (Ton)

1 Kakao 2015 36.213 22.529

2 Kakao 2016 38.128 27.391

Sumber : Luwu Utara dalam angka 2017

Sejak tiga puluh tahun lalu kakao telah menjadi sumber


pendapatan bagi hampir seluruh petani kebun di Kabupaten Luwu
Utara. Pengembangan kakao di kabupaten Luwu Utara dari tahun ke
tahun semakin berkembang, hal ini di tandai dengan perluasan areal

3
produksi yang terus meningkat. Ada beberapa kecamatan yang
merupakan pengembang kakao terbesar di Kabupaten Luwu Utara
diantaranya Kecamatan Baebunta, Kecamatan Sabbang, dan
Kecamatan Malangke. Desa Baebunta adalah desa dengan luas
kawasan produksi kakao terbesar dalam wilayah Kecamatan Baebunta
yakni 82.96 km2 atau 32% dari luas wilayah kecamatan yang mencapai
295.25 km2, yang keseluruhan masyarakat di daerah tersebut
merupakan petani kakao, dan sumber penghasilan utama terbesar
mereka adalah dari hasil produksi kakao.
Melalui hasil pengamatan awal yang dilakukan di Desa
Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara yang
merupakan sentra produksi kakao bahwa untuk memasarkan hasil
panen, pada umumnya para petani masih bergantung pada pedagang
tengkulak. Tengkulak sendiri merupakan salah satu lembaga
pemasaran (pedagang) yang berkembang secara tradisional di
indonesia dalam membeli komoditas dari petani, dengan berperan
sebagai pengumpul, pembeli, pialang, pedagang, pemasaran dan
kadang sebagai kreditor secara sekaligus (Wikipedia Indonesia, 2018).
Seperti yang diketahui bersama bahwa terkadang para tengkulak bisa
sangat merugikan para petani oleh cara kerja mereka yang
menentukan harga lebih rendah dari harga standar nasional di tingkat
petani, demi keuntungan di pihak mereka (sistem tebasan). Apalagi
pada saat terjadinya musim panen raya, petani hanya bisa mengikuti
mekanisme pasar yang dibuat oleh para pedagang tengkulak, karena
lemahnya posisi tawar mereka sehingga para petani hanya bisa
berperan sebagai penerima harga saja.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut diatas, mendorong
peneliti untuk melakukan sebuah penelitian dalam rangka untuk
penyusunan skripsi dengan judul “Peran Lembaga Dalam Sistem
Pemasaran Kakao di Desa Baebunta, Kecamatan Baebunta,
Kabupaten Luwu Utara”.

4
B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka permasalahan pokok yang muncul


dalam penelitian ini adalah:
1. Lembaga apa saja yang terlibat dalam pemasaran kakao di Desa
Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara?
2. Bagaimana peran lembaga pemasaran kakao di Desa Baebunta,
Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dari


penelitian ini maka adalah:
1. Mengidentifikasi lembaga dalam pemasaran kakao di Desa
Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara.
2. Mengidentifikasi peran lembaga pemasaran kakao di Desa
Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam pelaksanaan ini adalah


sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian, Universitas Islam Makassar.
2. Penelitian ini bermanfaat sebagai acuan dalam melihat peran
lembaga pemasaran kakao di Desa Baebunta, Kecamatan Baebunta,
Kabupaten Luwu Utara.

Suradisastra, 2008. Pengembangan Kelembagaan Pertanian Untuk Peningkatan


Kapasitas Petani Terhadap Pembangunan Pertanian
(http://blog.ub.ac.id/dykaw/files/2013/09/PENGEMBANGAN-
KELEMBAGAAN-PERTANIAN.pdf di akses pada 30 November 2016).

Anda mungkin juga menyukai