Anda di halaman 1dari 20

SIFAT FISIK TANAH

Ditinjau dari sifat fisiknya, tanah adalah benda alami yang bersifat komplek,
heterogen, yang tersusun dari tiga fase yaitu fase padat (butir-butir bahan anorganik
yang terdiri dari pecahan batuan-batuan, mineral dan berbagai senyawa hasil
pelapukan, dan lapukan bahan organik yang terdiri dari sisa-sisa tumbuhan, hewan,
dan jasa hidup lainnya yang bersifat makro dan mikro); fase gas (udara tanah
sebagai fase gas untuk mengisi pori-pori tanah yang tidak ditempati oleh air); dan
fase cair (air tanah seperti cairan yang mengisi sebagian atau seluruh pori-pori yang
terdapat diantara butir-butir tanah atau didalam agregat tanah). Be rikut adalah
beberapa sifat fisik tanah sebagai berikut:

1. Tekstur tanah
Komponen mineral dari tanah adalah pasir, lumpur dan tanah liat, proporsi
dari kombinasi ketiga bahan tersebut akan menentukan tekstur tanah (menyerupai
kombinasi antara tepung, air dan telur). Hal yang dipengaruhi oleh tesktur tanah
mencakup porositas, permeabilitas (kemampuan menyerap), infiltrasi, dan kapasitas
kandungan air. Tanah dan Pasir dan lumpur merupakan produk dari material induk
yang mengalami proses fisika dan kimiawi. Tanah liat merupakan produk dari
pengendapan material induk yang larut sebagai material sekunder.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-
fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas,
permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada
daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1986).
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar, partikel
tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan relatif suatu fraksi liat, debu
dan pasir. Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa akecepatanm
infiltrasinya, penetrasi setta kemampuan mengikat air (Kartosapoetra, 1988).
Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa di laboratorium, maka
hasilnya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung partikel-partikel yang
beraneka ragam ukurannya, ada yang berukuran koloi, sangat halus, halus, kasar
dan sangat kasar.
Partikel-partikel ini telah dibagi ke dalam grup atau kelompok-kelompok atas
dasar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi kimianya, warna, berat
atau sifat lainnya. Kelompok partikel ini pula disebut dengan “separate tanah”.
Analisa partikel laboratorium dimana partikel-partikel tanah itu dipisahkan disebut
analisa mekanis. Dalam analisa ini ditetapkan distribusi menurut ukuran-ukuran
partikel tanah (Hakim et al, 1986).
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air,
ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air
(perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat
mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien
dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode
pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan
perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim et al, 1986).
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah
seperti pasir , debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya
yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara
alami disebut dengan ped. Struktur yang daapat memodifikasi pengaruh terkstur
dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan
jasad hidup dan pengaruh permukaan akar. Tipe struktur terdapat empat bentuk
utamanya yaitu :
a. Bentuk lempung
b. Bentuk prisma
c. Bentuk gumpal
d. Bentuk spheroidel atau bulat

Keempat bentuk utama di atas akhirnya menghasilkan tujuh tipe struktur


tanah. Suatu pengertian tentang sebab-sebab perkembangan struktur di dalam
tanah perlu diperhatikan, karena sturktur tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman dan dapat berubah karena pengelolaan tanah.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif 3 golongan besar partikel-partikel
penyusun tanah atau fraksi-fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat (atau
persentase Sand, Silt and Clay).

Penentuan tekstur tanah dapat dilakukan di lapangan (secara kualitatif) dan


dapat ditentukan di laboratorium (secara kuantitatif). Yaitu dengan melakukan
analisa fraksi pasir, debu dan liat menggunakan metode pipet atau hidrometer
bouyoucus. Hasil analisa fraksi tersebut kemudian dimasukan pada
grafik piramidtekstur menurut USDA (United State Department of Agriculture ).

Secara kasar, tekstur tanah dapat digolongkan menjadi 5 golongan, yaitu :

I.      Kasar, yaitu pasir dan pasir berlempung

II.     Agak kasar, yaitu lempung berpasir dan lempung berpasir halus

III.    Sedang, yaitu lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu dan
debu.

IV.   Agak halus, yaitu lempung berliat, lempung liat berpasir dan lempung liat
berdebu.

V.    Halus, yaitu liat berpasir, liat berdebu dan liat.

Berikut beberapa pengertian tentang istilah dalam tekstur tanah, yaitu :

1. Pasir (Sand), yaitu tanah lepas-lepas dan berbutir tunggal, mudah dilihat dan
dirasakan, jika diinjak kering berderai, basah tergumpal meremah.
2. Lempung berpasir (Sandy Loam), yaitu tanah yang mengandung cukup pasir,
melekat karena adanya debu dan liat kering bergumpal dan mudah pecah,
basah menggumpal liat.
3. Lempung (Loam), yaitu tanah yang mengandung sama banyak pasir, debu dan
liat.
4. Silt Loam, yaitu tanah kering menggumpal tetapi mudah pecah.
5. Clay Loam, yaitu tanah bertekstur halus yang mudah pecah menjadi gumpalan-
gumpalan yang keras.
6. Clay, yaitu tanah bertekstur halus yang biasanya membentuk gumpalan halus
keras dan kering, jika basah liat dan bila dipijat melekat.

Tekstur tanah adalah kasar dan halusnya tanah. Tekstur tanah tergantung
dari rasio partikel utama tanah, yaitu pasir, liat, dan debu. Pasir dan liat itu
datangnya dari pelapukan batu-batuan.

Klasifikasi tekstur tanah terdiri dari:


1. Tekstur Kasar : Jika terdapat >70% pasir dalam tanah.
2. Tekstur Halus : Jika liat didalam tanah >37,5%.
3. Tekstur Sedang : terdiri dari tekstur sedang kearah halus, tekstur sedang ke
arah kasar, dan tekstur apabila terasa sedang.
2. Struktur tanah
Struktur dapat berkembang dari butir-butir tunggal ataupun kondisi massive.
Dalam rangka menghasilkan agregat-agregat dimana harus terdapat beberapa
mekanisme dalam mana partikel-partikel tanah mengelompok bersama-sama
menjadi cluster. Pembentukan ini kadang-kadang sampai ke tahap perkembangan
struktural yang mantap.
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya
dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan
pertumbuhan akar. Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi
dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu
menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi
produksi pertanian (Hakim et al., 1986).
Struktur tanah adalah susunan saling mengikat paritkel-partikel tanah yang
berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya. Agregat tanah pada
umumnya berbentuk remah (Crumb) dan bertekstur gumpal (Blocky) atau pejal.
Berdasarkan tipe dan kelasnya struktur tanah dapat dibedakan menjadi :
1.   Tipe Lempeng (Platy), yaitu agregat mempunyai ukuran horizontal lebih dari
ukuran vertikal dan tipe ini dibedakan atas beberapa kelas.
2.   Tipe Tiang, ukuran agregat vertikal lebih dari horizontal, dibagi lagi menjadi tipe
Prismatik yang berbentuk tiang dengan ujung bersegi datar dan tipe Columnar
yang berujung bulat.
3.   Tipe Gumpal, ukuran agregat vertikal dan horizontal sama besar dengan bentuk
gumpal bersudut atau membulat.
4.   Tipe Remah, porous, bulat, ukuran kecil, agregat tidak saling terikat sesamanya.
5.   Tipe Granular, kurang porous, ukuran kecil, padat dan tidak terikat antara
agregal bulat.
6.   Tipe Tak Beragregat, bila termasuk dalam tipe pejal (masif) dan berbutir
tunggal.

Tiap horison tanah adakalanya mempunyai struktur yang berbeda. Struktur


sangat berpengaruh pada gerakan air, aerasi dan lalu lintas panas, sehingga tata air,
penetrasi akar dan pernafasan akar sangat tergantung pada struktur tanah. Struktur
tanah dapat terbentuk bila ada bahan koloid tanah yang bersifat sebagai perekat
dalam proses agregasi, yaitu :
1.  Mineral-mineral liat
2.  Oksida-oksida besi dan mangan yang bersifat koloid
3.  Bahan organik koloidal, termasuk gum yang dihasilkan oleh aktivitas jasad renik.
Agregasi (pembentukan agregat) akan sangat dipengaruhi oleh aktivitas
jasad renik pada tanah yang ada bahan organiknya. Faktor-faktor yang terlibat
dalam pembentukan ini adalah benang-benang jamur, asam-asam (bahan kimia)
dari aktivitas organisme (lilin lemak).

Struktur tanah adalah gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat


melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Struktur tanah terdiri dari pasir,
debu, liat, organik, dan anorganik. Struktur tanah dikatakan baik bila didalamnya
terdapat penyebaran ruang pori-pori yang baik, yaitu terdapat ruang pori didalam
dan diantara agregat yang dapat diisi air dan udara, dan juga mantap keadaannya.

Beberapa bentuk struktur tanah yang dapat dilihat di lapangan, yaitu sebagai
berikut:

A. Struktur yang Sederhana

a.    Struktur butir tunggal

     Sebenarnya bukan struktur , melainkan campuran butir-butir primer yang kasar


tanpa adanya atau sedikit sekali bahan pengikat agregat. Biasanya terjadi pada
tanah-tanah pasir, pasir berlempung, dan pasir berdebu. Keadaan porositas
tanahnya cukup tinggi dengan pori-pori makro yang dominan sehingga
memudahkan air untuk infiltrasi dan penguapan.

b.    Struktur pejal (massif)

     Sama seperti struktur butir tunggal, tetapi struktur pejal ini memiliki kohesi yang
besar sekali sehingga menjadi pejal, dengan ruang pori yang bersambung. Biasanya
terdapat pada horizon yang lebih bawah. Contohnya gumpalan tanah pejal hasil
pembajakan.

B. Struktur Gabungan/Pautan (compound structure)

Struktur ini mempunyai permukaan bidang bilah alami yang dapat dilihat dengan
jelas. Struktur gabungan ini terdiri dari:

a.    Struktur Kubus

     Sumbu vertical dan horizontalnya hampir sama panjang. Struktur ini termasuk
struktur tipe gumpal bersudut. Struktur gumpal biasanya terdapat pada tanah-tanah
liat. Struktur ini susunannya terdapat lebih banyak pori-pori mikro yang terisi air.
Pori-pori makronya kurang sehingga tata udara kurang baik. Struktur gumpal
umumnya mempunyai tata udara kurang baik dan mudah terurai apabila kena air
hujan.
b.    Struktur tipe tiang prismatic

     Struktur ini mempunyai sumbu vertical lebih panjang daripada sumbu horizontal,
permukaan bidang bilah vertical sangat dominan. Struktur ini yang ujungnya
maupun rusuknya persegi, tipe tiang kolumnar rusuknya bersegi, tetapi ujungnya
membulat dengan kelas-kelas yang sama bagi keduanya.

c.    Struktur tipe lempeng

     Struktur ini mempunyai sumbu horizontal lebih panjang daripada sumbu vertical,
permukaan bidang bilah horizontal lebih dominan.

d.   Struktur remah

     Struktur ini mempunyai susunan agregat yang paling dikehendaki dalam usaha
pertanian. Pada keadaan ini terdapat ruang pori makro non kapiler yang tidak dapat
menampung air sehingga biasanya diisi oleh udara tanah. Struktur ini bisa atau tidak
bisa larut dalam air hujan tergantung dari sifat bahan perekat butir-butir primer
tanah yang membentuk struktur remah tersebut.

Keuntungan dari struktur remah ini yaitu keadaan air dan udaranya dapat
diperlukan untuk pengambilan unsur hara dan pernafasan akar tersedia cukup dan
seimbang.

Struktur tanah ini terbagi menjadi empat yaitu, tidak beragregat, derajat
lemah, derajat sedang, dan derajat kokoh.

Istilah untuk gradasi struktur adalah sebagai berikut:

a.    Jenis tanah tanpa struktur (sesuatu yang buyar) : terdiri dari butiran pasir
(single grain) dan Batu.

b.    Degradasi lemah : Ped yang sulit dibentuk, dapat dilihat dengan mata
telanjang.

c.    Degradasi sedang : Ped yang dapat dibentuk dengan baik, tahan lama, dan
jelas. Tetapi tidak jelas pada tanah yang tidak terganggu.

d.   Degradasi kuat : Ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak terganggu satu
dengan yang lain terikat secara lemah, dan tahan terhadap perpindahan.

Penyebabnya yaitu karena adanya rongga-rongga agregat tanah yang tidak


berstruktur.
Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasarkan atas kemantapan
atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan
struktur tanah dibedakan menjadi:

a. Tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur).


b. Tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak sukar hancur).
c. Tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar hancur).

3. Temperatur tanah
Tanah memiliki temperatur yang bervariasi mulai dari tingkat dingin ekstrim
-20 derajat celcius hingga tingkat panas ekstrim mencapai 60 derajat celcius.
Temperatur tanah penting bagi germinasi biji tanaman, pertumbuhan akar tanaman
serta menyediakan nutrisi bagi tanaman tersebut. Tanah yang berada 50cm dibawah
permukaan cenderung memiliki temperatur yang lebih tinggi sekitar 1,8 derajat
celcius.

Suhu tanah pada setiap saat tergantung pada perbandingan energi yang
diabsorbsi dan yang dilepaskan selain tergantung pada energi yang ada, suhu tanah
juga sangat tergantung pada panas jenis atau kemampuan panas (Thermal
Capacity) dari tanah dan airnya. Misalnya pada jumlah panas tertentu yang
diabsorbsi oleh tanah tidak selalu diikuti kenaikan suhu secara cepat, tergantung
pada panas jenis dari tanah.

Selain itu jumlah energi yang masuk ke dalam tanah dipengaruhi oleh warna,
kemiringan, serta vegetasi penutup dan penutup tanah (mulsa). Contohnya pada
tanah-tanah organik warna gelap, mengabsorbsi banyak energi, tetapi karena
kandungan airnya tinggi maka banyak air yang harus dipanaskan sehingga
penambahan panas tidak segera menaikkan suhu tanah.

Kandungan air bisa juga dikatakan sebagai faktor terpenting dalam menentukan
temperatur tanah. Sehingga dapat dikatakan pada saat musim penghujan tanah
cukup tinggi kandungan airnya dan panas akan menyebabkan perubahan
temperatur secara perlahan, tetapi perubahan panas akan cepat terjadi pada saat
musim kemarau.

Drainase sangat penting dan mempengaruhi temperatur tanah. Selain itu mulsa dan
penutup tanah lainnya akan menyebabkan berkurangnya jumlah radiasi yang
diabsorbsi tanah, kehilangan aerasi dari tanah karena radiasi dan kehilangan air
karena evaporasi serta infiltrasi.
Temperatur atau suhu tanah sangat berpengaruh pada proses-proses kimiawi dan
aktivitas jasad-jasad renik yang dapat merombak hara-hara tanaman menjadi
bentuk tersedia.

Jika temperatur tanah turun maka kehidupan jasad renik dalam tanah akan turun
aktivitasnya dan akhirnya terhenti. Aktivitas organisme ini akan lambat pada saat
temperatur mencapai 40°F (4,5°C) dan giat kembali pada suhu 70°F (21,1°C)
sampai 90°F (33,3°C).

Temperatur tanah adalah salah satu sifat fisik tanah yang terutama sangat
berpengaruh kepada proses-proses yang terjadi didalam tanah seperti pelapukan
dan penguraian bahan induk, reaksi-reaksi kimia dan lain-lain dan dapat
mempengaruhi langsung pada pertumbuhan tanaman memalui perubahan
kelembaban tanah, aerasi, aktivitas mikrobia, ketersediaan unsur hara tanaman dan
lain-lain.

Umumnya fluktuasi atau naik-turunnya temperature dalam tanah lebih kecil daripada
fluktuasi temperature udara. Hal ini akan menyebabkan temperature udara menjadi
faktor pembatas yang lebih utama daripada temperature tanah. Temperatur tanah
mempengaruhi aktivitas jasad renik dalam tanah. Tingkat aktivitas optimum bagi
jasad hidup tanah terjadi pada temperature antara 18º-30º. Pada temperature
diatas 40º jasad hidup tanah tidak dapat aktif.

Temperatur lapisan tanah atas mengalami perubahan selama 24 jam dalam suatu
hari, dan perubahan ini tergantung pada musim. Sedangkan pada lapisan tanah
bawah sampai kedalaman 1 meter tidak banyak mengalami perubahan temperature.
Perubahan temperature tanah ini tergantung pada banyaknya panas yang diterima
dari matahari. Hal ini banyak dipengaruhi oleh keadaan cuaca, bentuk daerah, dan
keadaan tanah. 

4. Warna tanah
Warna tanah seringkali menjadi faktor paling dasar bagi kita untuk
membedakan jenis jenis tanah. Umumnya, warna tanah ditentukan oleh kandungan
material organic, kondisi drainase, minearologi tanah dan tingkat oksidasi.
Pengembangan dan distribusi warna tanah berasal dari proses kimiawi dan tingkat
pelapukan material organic. Ketika mineral primer dalam bahan induk lapuk, elemen
tanah akan dikombinasikan pada senyawa dan warna yang baru. Mineral besi
merupakan mineral sekunder yang akan menghasilkan warna kuning atau
kemerahan pada tanah, material organic akan menghasilkan warna hitam kecoklatan
atau coklat (warna subur). Manggan, sulphur dan nitrogen akan menghasilkan
warna hitam.
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan
sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang
terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan
warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief, 1979).
Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip
warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil
Colour Chartsebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan
warna dasar atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah
penting untuk diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik
yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi
tanah (Thompson dan Troen, 1978).
Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan
berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak
kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit mengalami
perubahan kimiawi.
Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari
bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara praktis persentase bahan
organik di dalam tanah diestimasi berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam
tanah akan mengahsilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat
pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga
sering terjadi modifikasi dari warna-warna di atas.
Warna tanah dapat menyatakan jenis, kandungan bahan organik, kondisi
drainase dan aerasi tanah dalam hubungannya dengan hidratasi, oksidasi dan proses
pelindian tingkat perkembangan tanah, kadar air tanah atau adanya bahan-bahan
tertentu. Warna tanah merupakan komposit/campuran dari warna-warna komponen
penyusunnya.
Warna tanah ditentukan dengan menggunakan buku Munsell Soil Color Chart
terdiri atas kartu-kartu yang berbeda warna spektrumnya (Hue) dan diberi simbol
angka dan huruf dan diletakkan pada sudut kanan atas. R untuk merah, Y untuk
kuning. Selain berdasarkan Huenya penentuan warna tanah juga didasarkan pada
nilai value yang mempunyai nilai dari 2 – 8 dan interval Chroma dengan nilai dari 0 –
8 tanpa angka 5. nilai Value/Chroma diletakkan di belakang nilai Hue. Misalnya
untuk tanah Rendzina nilai warnanya 5YR 6/2 (Pinkish Gray), Terra Rosa 10R 2/2
(Very Dusky Red).
Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab
perbedaan warna tanah permukaan tanah umumnya oleh perbedaan kandungan
bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organic, maka warna tanah semakin
gelap.
Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna  baku yang
terdapat dalam buku “Munsell Soil Color Chart”. Dalam warna baku ini warna
disusun oleh tiga variabel yaitu: hue, value, dan chroma. Hue adalah warna
spectrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan
gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma
menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari spectrum (hue).
Warna tanah dicatat dengan menggunakan notasi dalam buku Munsell
tersebut, misalnya 7,5 YR 5/4 (coklat). Ini berarti bahwa warna tanah mempunyai
hue = 7,5 YR, value = 5, chroma = 4, yang secara keseluruhan disebut berwarna
coklat. Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab atau kering, sehingga
dalam menentukan warna perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan
basah, lembab, atau kering. 

5. Kepadatan tanah
Tingkat kepadatan tanah umumnya berkisar antara 2,6 hingga 2,75 gram per
cm dan biasanya tidak dapat berubah. Kepadatan partikel tanah yang banyak
3

mengandung material organic lebih rendah daripada tanah yang sedikit


mengandung material organic. Tanah dengan kepadatan rendah dapat menyimpan
air lebih baik namun bukan berarti cocok untuk pertumbuhan tanaman. Tanah
dengan kepadatan tinggi menunjukkan tingkat kandungan pasir yang tinggi.

 BULK DENSITY (KERAPATAN ISI)


Kerapatan isi adalah berat per satuan volume tanah kering oven, biasanya
ditetapkan dalam g/cc (Hakim et al, 1986). Menurut Hardjowigeno (1987), bulk
density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa
kerapatan zarah tanah adalah 2,65 g/cc. Metode penentuan bulk density yang paling
sering digunakan adalah dengan ring sampel atau metode clod gumpalan tanah
yang dicelupkan ke dalam cairan plastik yang kemudian ditimbang dan di dalam air
untuk mengetahui berat dan volume dari clod gumpalan isi. Ditambahkan oleh
Hanafiah (2005), bahwa nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan
tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat.

Bulk Density adalah perbandingan rasio berat per volume tanah dalam
keadaan kering multak. Bulk density juga merupakan petunjuk kepadatan tanah.
Makin padat suatu tanah maka semakin tinggi bulk densitynya, yang berarti makin
sulit untuk meneruskan air atau ditembus tanaman.
Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1 – 1,6 g/cc. Beberapa jenis
tanah mempunyai bulk density <0,90 g/cc, misalnya tanah Andisol. Beberapa jenis
tanah juga ada yang <0,10 g/cc, misalnya tanah gambut.

Berat jenis/Bobot isi adalah perbandingan bobot per volume atau isi tanah
dalam keadaan alami.

Berapa berat tanah 1 hektar dengan tebal tanah 20 cm dan bulk density 1,2 g/cc?

1 ha = 100 m х 100 m                      =   10.000 m2

                                                         =   100.000.000 cm2

Volumr tanah sedalam 20 cm          =   100.000.000 cm2 х 20 cm2

                                                         =   2.000.000.000 cm3

Bulk density      =   1,2 g/cc

Berat tanah        =   1,2 х 2.000.000.000 g

                          =   2.400.000.000 g

                          =   2.400.000 kg

Volume besar maka berat jenisnya kecil. Volme tanah sangat tergantung pada pori-
pori tanah.

6. Porositas tanah
Porositas mirip seperti kepadatan, hanya saja porositas berarti ruang kosong
(pori pori) diantara tekstur tanah yang tidak terisi dengan mineral atau bahan
organic namun terisi oleh gas atau air. Semakin tinggi kepadatan tanah maka
semakin rendah porositasnya dan sebaliknya semakin rendah kepadatan tanah
semakin rendah porositasnya. Idealnya, total porositas dari tanah adalah sekitar
50% dari total volume tanah. Ruang untuk gas dibutuhkan tanah untuk
menyediakan oksigen yang berguna untuk organisme dalam menguraikan material
organic, humus dan akar tanaman. Porositas juga mendukung pergerakan serta
penyimpanan air serta nutrisi.

Tingkat porositas tanah dibagi menjadi 4 kategori yaitu sangat baik dengan
tingkat porositas kurang dari 2 mikro meter, baik dengan tingkat porositas 2-20
mikro meter, sedang dengan tingkat porositas 20-200 mikro meter dan kasar
dengan porositas 200 mikro meter hingga 2 mili meter.
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara. Merupakan
indikator kondisi drainase dan aerasi tanah.

Porositas tanah berkaitan erat dengan kerapatan isi, kerapatan zarah dan
persen ruang pori-pori. Jumlah dan ukuran pori-pori  tanah mempengaruhi jumlah
dan gerakan air serta udara dalam tanah.

Kerapatan isi adalah berat persatuan volume tanah kering oven yang
biasanya dinyatakan dalam gr/cm3.

Kerapatan zarah adalah kerapatan partikel, kerapatan zarah tiap jenis tanah
adalah konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah ruang antara partikel-partikel.

Pori-pori tanah adalah persentase ruang pori-pori dalam tanah dapat dihitung
dari kerapatan isi dan kerapatan zarah.

Ruang Pori Total


Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air.
Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menentukan porositas,
contoh tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian
cores ini ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh air dan core yang kering
oven merupakan volume ruang pori. Untuk 400 cm 3 cores yang berisi 200 gr (200
cm3) air pada kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1988).
Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya
yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir
mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir
mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori total
pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar yang
disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam
pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori
kecil pada tanah pasir rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah.
Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total
lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil. Akibatnya
adalah atanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi.
7. Aerasi

Tata Udara Tanah / Aerasi Tanah

Selain air, udara juga merupakan bagian yang penting dalam tanah.
Kekurangan udara dalam tanah dapat mengganggu pertumbuhan tanaman karena
tertekannya:

1. Pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman.


2. Pernafasan akar.
3. Penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah.
4. Aktivitas jasad-jasad hidup dalam tanah sehingga proses biologi yang
berhubungan dengan kesuburan tanah terhambat.

Secara garis besar komposisi udara tanah adalah N 2 (79,2%), O2 (20,6%)


dan CO2 (0,2%). Sedangkan komposisi udara atmosfer N 2 (79%), O2 (20,97%) dan
CO2(0,03%). Kandungan CO2 di tanah melebihi yang ada di atmosfer karena

1. Adanya reaksi kimia dan biokimia dalam tanah.


2. Kandungan O2 tanah lebih kecil dari atmosfer sehingga kadar CO2 naik.

Komposisi udara tanah tergantung pada :

1. Banyaknya ruang udara tersedia.


2. Kecepatan reaksi biokimia dan pertukaran gas.
3. Pemupukan (mempengaruhi aktivitas biologi tanah).
4. Musim

CO2 dapat meningkatkan suhu tanah dan mengurangi kecepatan


dekomposisi. Sedangkan O2 dapat membantu pernafasan akar tanaman, secara
tidak langsung mempercepat dekomposisi dan mempengaruhi reaksi oksidasi yang
dapat menentukan warna tanah.

8. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah berarti kemampuan tanah  untuk menempel pada objek
lain dan kemampuan tanah untuk menghindari deformasi atau berpisah. Konsistensi
diukur dengan 3 kondisi kelembapan yaitu: kering, lembap dan basah. Konsistensi
tanah bergantung pada tingkat banyaknya tanah liat.

Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel


tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh
tekanan  dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Konsistensi
tanah tergantung pada tekstur, sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik,
struktur dan kandungan air tanah.
Cara penentuan konsistensi tanah di lapangan adalah dengan memijat tanah
pada kondisi basah (kapasitas lapang), lembab dan kering udara.

1. Konsistensi basah, yaitu dengan ciri tanah dapat menempel atau melekat antara
ibu jari dan jari telunjuk terbagi atas : tak lekat, agak lekat, lekat dan sangat
lekat. Digunakan untuk menilai derajat kelekatan tanah terhadap benda yang
menempelinya.

Berdasarkan plastisitasnya atau mudah tidaknya diubah, liat dapat dibagi atas : tak
liat, agak liat, liat dan sangat liat. Digunakan untuk melihat derajat kelenturan tanah
terhadap perubahan bentuknya.

2. Konsistensi lembab (menyatakan kegemburan tanah), lepas, sangat gembur,


gembur, sangat teguh, ekstrim teguh.

3. Konsistensi kering, menyatakan lunak atau keras dengan cara memecahkan atau
meremukkan yang terbagi atas : lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras,
ekstrim keras.

Konsistensi tanah di laboratorium ditentukan dengan menggunakan


angka Atterberg yang nilainya diperoleh dari pengukuran Batas Cair (BC), Batas
Lekat (BL), Batas Giling (BG), Batas Ubah Warna (BUW), Derajat Keras (DK) dan
Derajat Berat (DB).

Pengukuran konsistensi tanah dapat digunakan untuk mengetahui kadar air


tanah, kandungan liat dalam tanah serta menentukan jenis pengolahan tanah dan
disain alat-alat pertanian. Hal ini disebabkan kandungan liat dan kadar air pada
tanah akan menentukan nilai Plastic Number dari tanah.

Plastic Number menyatakan perbedaan antara kandungan air pada batas


plastis tertingi (Upper Plastic Limit) dan batas plastis terendah (Lower Plastic Limit).

Upper Plastic Limit adalah kandungan air dalam tanah sudah lewat jenuh (air
mengalir)

Lower Plastic Limit  adalah kandungan air dalam tanah pada saat konsistensi
tanah berubah dari lekat menjadi gembur.

Misalnya pada tanah yang ber-PLA tinggi ( Upper Plastic Limit), maka tanah ini
umumnya banyak mengadung fraksi partikel halus dan berbentuk lempeng.

Konsistensi adalah daya tahan atau ketahanan tanah terhadap pengaruh-


pengaruh luar yang akan mengubah keadaannya.
Terdapat dua kekuatan utama yang bekerja atau berperan pada konsistensi
tanah, yaitu gaya kohesi (gaya tarik-menarik antara molekul) dan gaya tegangan
permukaan (adhesi) pada berbagai kelembaban tanah. Terdapat juga faktor-faktor
lain yang juga bekerja pada konsistensi tanah ini, yaitu kandungan bahan organic,
oksida dan hidroksida Fe dan Al dan kalsium karbonat. Konsistensi yang paling besar
yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya gaya kohesi,
konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi, dan
konsistensi rendah/sangat rendah apabila dalam keadaan basah, sangat
basah/jenuh air.

9.  Kadar Air
Menurut Hakim et al (1986), metode umum yang biasa dipakai untuk
menentukan jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap
tanah kering. Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena kedaaan
lembab sering bergejolak dengan keadaan air.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum
bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim
dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga
berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya
terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh
meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta
tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air
tanaman (Hanafiah, 2005).
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya
tegangan air dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya
tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut dalam tanah. Air dapat
menyerap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan
gravitasi, karena air higroskopik dan air kapiler (Hardjowigeno,2003).

Kadar air merupakan komponen utama tanaman hijau yang merupakan 70%-
90% dari berat segar.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Air:

Menurut Indranada 1994, faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah terdiri
dari:
a.    Kadar Bahan Organik
b.    Kedalaman Solum
c.    Iklim dan Tumbuhan
d.   Senyawa Kimiawi
e.    Tekstur Tanah
f.     Struktur Tanah, Permeabilitas, dan Pori tanah

10. Daya Menahan Air

11. Infiltrasi
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air
permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah.
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat
kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah permukaan, nisbi
air, dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada sutu tanah hutan karena
pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari
pukulan air hujan pada permukaan tanah.
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi
adalah gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of
saturation). Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan
dan juga berpengaruh terhadap laju aliran permukaan ( run off). Beberapa faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
a. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
b. Kelembaban tanah.
c. Pemampatan tanah oleh curah hujan.
d. Penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan).
e. Pemampatan oleh orang dan hewan.
f. Struktur tanah.
g. Tumbuh-tumbuhan.
h. Udara yang terdapat dalam tanah.
i. Topografi.
j. Intensitas hujan.
k. Kekasaran permukaan.
l. Mutu air.
m. Suhu udara.
n. Adanya kerak di permukaan.

12.    Permeabilitas
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir
melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah.
Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah
yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau
permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun
sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan
laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi
dan dengan demikian, menurunkan laju air larian. Koefisien permeabilitas terutama
tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran
partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran
partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.
Menurut Susanto dan Purnomo (1996), pada kebanyakan tanah, pada
kenyataan konduktivitas hidroulik tidak selamanya tetap. Karena berbagai proses
kimia, fisika dan biologi, konduktivitas hidroulik bisa berubah saat air masuk dan
mengalir ke dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion kompleks yang
dapat dipertukarkanseperti saat air memasuki tanah mempunyai komposisi atau
konsentrasi zat terlarut yang berbeda dengan larutan awal, bisa sangat merubah
konduktivitas hidroulik. Secara umum konduktivitas akan berkurang bila konsentrasi
zat terlarut elektrolit berkurang, disebabkan oleh penomena pengembangan dan
dispersi yang juga dipengaruhu oleh jeni-jenis kation yang ada pelepasan dan
perpindahan partikel-partikel lempung, selama aliran yang lam, bisa menghasilkan
penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan pengaruhnya
terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah masam dan
berkadar natrium tinggi.
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air dengan
kecepatan tertentu.

Permeabilitas tanah juga merupakan suatu sifat yang menyatakan laju


pergerakan suatu zat cair melalui suatu media yang berpori-pori dan disebut
juga konduktivitas hidraulika.

Permeabilitas tanah ada dua macam, yaitu permeabilitas pada tanah jenuh
air dan permeabilitas pada tanah tidak jenuh air. Permeabilitas jenuh adalah laju
gerakan air dalam tanah pada keadaan seluruh pori-pori tanah tersebut diisi
air. Permeabilitas tidak jenuh adalah laju gerak air dalam keadaan seluruh pori-pori
tanah tersebut tidak seluruhnya diisi air tetapi hanya sebagian terisi oleh udara.

Permeabilitas pada tanah jenuh, terutama pada tanah kering, lebih cepat
daripada laju permeabilitas tanah tidak jenuh. Permeabilitas tanah jenuh terjadinya
sewaktu diberikan pengairan atau ketika terjadinya hujan lebat, sehingga air akan
segera meninggalkan pori-pori drainase, yang kemudian akan dilanjutkan
dengan permeabilitas tidak jenuh. Pergerakan air tanah yang tidak jenuh ini selain
kearah vertical, bisa juga kearah horizontal atau mendatar.
Permeabilitas air dalam tanah banyak tergantung pada tektur dan struktur
tanahnya. Perlindungan tanah dengan tanaman penutup tanah akan memelihara
kestabilan agregat dan porositas, sehingga kapasitas infiltrasi dan permeabilitas
diperbesar. Celah dan lobang-lobang yang ditimbulkan oleh serangga dan jasad
hidup tanah lainnya akan meningkatkan daya perserapan air.

Berikut disajikan kelas permeabilitas dari “The United States Soil Survey”,
yang banyak dipakai dimana-mana.

Tabel 1. Kelas Permeabilitas menurut The United States Soil Survey"


Kecepatan Permeabilitas Simbul
Keterangan
inchi/jam cm/jam Angka

Sangat Lambat kurang dari 0,05 kurang dari 0,13 1


Lambat 0,05 - 0,20 0,13 - 0,51 2
Agak Lambat 0,20 - 0,80 0,51 - 2,00 3
Sedang 0,80 - 2,50 2,00 - 6,35 4
Agak Cepat 2,50 - 5,00 6,35 - 12,70 5
Cepat 5,00 - 10,00 12,70 - 25,40 6

13.    Stabilitas Agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan
pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan
tergantung padaketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan
sementasi atau pengikatan, Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan
agregat antara lain bahan-bahan penyemenagregat tanah, bentuk dan ukuran
agregat, serta tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada
keutuhan tanag permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan
antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir
(gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas
mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi.

Komponen Aktif Tanah yang Mempengaruhi


Produktivitas (Kesuburan) Tanah

Tekstur tanah tersusun dari tiga komponen, yaitu: pasir, debu dan liat. Ketiga
komponen tersebut dibedakan berdasarkan ukurannya yang berbeda. Partikel pasir
berukuran antara 200 mikrometer sampai dengan 2000 mikrometer. Partikel debu
berukuran antara 2 mikrometer sampai dengan kurang dari 200 mikrometer. Partikel
liat berukuran kurang dari 2 mikrometer. Makin halus ukuran partikel penyusun
tanah tersebut akan memiliki luas permukaan partikel per satuan bobot makin luas.
Partikel tanah yang memiliki permukaan yang lebih luas memberi kesempatan yang
lebih banyak terhadap terjadinya reaksi kimia. Partikel liat persatuan bobot memiliki
luas permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan kedua partikel penyusun
tekstur tanah lain (seperti: debu dan pasir). Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada
permukaan patikel liat lebih banyak daripada yang terjadi pada permukaan partikel
debu dan pasir persatuan bobot yang sama. Dengan demikian, partikel liat adalah
komponen tanah yang paling aktif terhadap reaksi kimia, sehingga sangat
menentukan sifat kimia tanah dan mempengaruhi kesuburan tanah.

Sumber Referensi:

Anonim. (2015). 7 Sifat Fisik Tanah dan Pengertiannya.


https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/sifat-fisik-tanah. Diakses pada
tanggal 03 Maret 2019.

Atom. (2017). Sifat-Sifat Fisik Tanah. http://sofie19-sifat-sifat-


fisiktanah.blogspot.com/2017/04/sifat-sifat-fisik-tanah_30.html. Diakses pada
tanggal 03 Maret 2019.

Hardjowigeno Surwono. 2015. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Khadi, A. (2015). Sifat Fisik Tanah. http://alkhadi17.blogspot.com/2015/10/sifat-


fisik-tanah.html. Diakses pada tanggal 03 Maret 2019.

Landoala, T. (2019). Sifat Fisik Tanah.


http://jembatan4.blogspot.com/2013/08/sifat-fisik-tanah.html. Diakses pada
tanggal 03 Maret 2019.

Madjid, A. 2007. Sifat Kimia Tanah.


http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/11/sifat-kimia-tanah.html. Diakses
pada tanggal 03 Maret 2019.

Maruko Kioko. Tanpa Tahun. Makalah Ddit-Sifat Fisika


Tanah. https://id.scribd.com/doc/256477053/Makalah-Ddit-sifat-Fisika-Tanah,
26 April 2017.

Rohmat Dede. Tanpa Tahun. Sifat Fisik Tanah. 


http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196406031989031
-DEDE_ROHMAT/PW_Geo_tanah-Fisika_Tanah.pdf, 26 April 2017.

Sarief Saifuddin. 1993. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.


Sugeng. Tanpa Tahun. Morfologi dan Sifat Fisik Tanah.
 http://sugeng.lecture.ub.ac.id/files/2012/09/Bab-3-Morfologi-dan-Sifat-
Fisik.pdf, 26 April 2017.

Yulipriyanto Hieronymus. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai