Materi Bhasa Indonesia
Materi Bhasa Indonesia
Secara umum, Pengertian Sastra adalah suatu karya yang indah baik itu
tulisan dan lisan. Berdasarkan dari asal usul, definisi sastra diistilahkan
sebagai kesustraan yang berasal dari bahasa sansekerta, yaitu
sastra.suyang berarti bagus atau indah, sedangkan dari sastra yang berarti
buku, tulisan atau huruf.
C. Sastra Lama
Arti/definisi sastra lama adalah karya-karya yang dihasilkan oleh sastrawan yang
berada pada zaman kerajaan atau masa dimana belum adanya pergerakan
nasional.
Sastra lama terdiri dari : Pantun, syair, hikayat, legenda, mite, sage, parabel, dan
fabel.
Bentuk Sastra Lama
1. Pantun
Pantun adalah bentuk puisi lama dengan ciri-ciri seperti :
Contoh :
Bila terang telah berganti
Sang petang pastilah datang
Bila engkau tak ada dihati
Tak mungkin aku akan meminang
Pada contoh diatas kita lihat sudah bersajak a b a b, dan baris 1 dan 2 adalah
merupakan sampiran, sedangkan baris 3 dan 4 adalah isi.
Pantun teka-teki
Pantun jenaka
Pantun suka cita
Pantun duka cita
2. Pantun muda-mudi
Pantun perkenalan
Pantun percintaan
Pantun perceraian
Pantun dagang
3. Pantun tua
Pantun nasihat
Pantun adat
Pantun agama
2. Dongeng
Dongeng adalah bentuk sastra lama yang berupa cerita khayalan(fiksi) yang
merupakan bentuk prosa lama.
Macam-macam dongeng
1. Legenda ialah sebuah dongeng rakyat pada jaman dahulu yang ada
hubungannya dengan peristiwa sejarah. Contohnya : Asal-usul Bayuwangi
2. Fabel ialah sebuah dongeng yang menggambarkan watak dan sifat manusia
yang pelakunya diperankan oleh binatang. Contohnya : Si Kancil yang Cerdik
3. Mite atau mitos adalah dongeng yang berhubungan dengan dewa, roh halus,
atau kepercayaan animisme dan dinamisme. Contohnya : Sangkuriang
4. Sage ialah dongeng yang isinya berkaitan dengan sejarah. Contohnya : Jaka
Tingkir, Jaka Umbaran
5. Cerita jenaka atau pelipur lara ialah cerita tentang orang-orang jenaka atau
menceritakan humor bangsa Indonesia. Contohnya : Pak Pandir
3. Hikayat
Hikayat ialah karya sastra lama dalam bentuk prosa.Hikayat adalah cerita yang
sumbernya bermula dari kisah-kisah raja dan dewa.
Ciri-ciri Hikayat :
D. Sastra Modern/Baru
Sastra lama terdiri dari : Prosa, cerpen, novel, roman, puisi, dan drama.
1. Puisi
Unsur instrinsik puisi diantaranya :
Diksi yaitu kata-kata yang dipilih seorang penyair dalam menciptakan puisi.
Kata-kata tersebut tentu kata yang mengungkapkan keindahan dan
perasaan.
Imaji yaitu upaya penyair dalam membangkitkan daya imajinasi/khayal
pembaca tentang peristiwa atau perasaan yang dialami penyair sehingga
pembaca ikut merasakannya.
Majas yaitu pengungkapan bahasa yang dipilih penyair untuk memperjelas
maksud. Mengungkapkan dengan gambaran/kiasan, membuat kesegaran,
dan menimbulkan kejelasan perasaan.
Rima yaitu persamaan bunyi dalam puisi yang berguna untuk memperjelas
maksud dan menimbulkan keputusan.
Irama yaitu pergantian naik-turun, panjang-pendek pengucapan bahasa puisi
secara teratur.
2. Drama
Drama yaitu sastra baru yang berbentuk cerita atau karangan yang menyajikan
bentuk perilaku di atas panggung yang berupa dialog.
Macam-macam drama:
Ciri-ciri cerpen:
Ceritanya fiktif dan aspek ceritanya menimbulkan efek dan kesan tunggal.
Mengungkapkan masalah terbatas hal-hal penting saja.
Menjanjikan peristiwa yang jelas dan cermat.
Balai Pustaka didirikan pada tahun 1908, tetapi baru tahun 1920-an kegiatannya
dikenal banyak pembaca (Purwoko, 2004: 143). Berawal ketika pemerintah Belanda
mendapat kekuasaan dari Raja untuk mempergunakan uang sebesar F.25.000
setiap tahun guna keperluan sekolah bumi putera yang ternyata justru meningkatkan
pendidikan masyarakat. Commissie voor de Inlandsche School-en Volkslectuur,
yang dalam perkembangannya berganti nama Balai Poestaka, didirikan dengan
tujuan utama menyediakan bahan bacaan yang “tepat” bagi penduduk pribumi yang
menamatkan sekolah dengan sistem pendidikan Barat. Sebagai pusat produksi
karya sastra, Balai Poestaka mempunyai beberapa strategi signifikan (Purwoko,
2014: 147), yaitu
Pada masa ini bahasa Melayu Riau dipandang sebagai bahasa Melayu standar yang
yang lebih baik dari dialek-dialek Melayu lain seperti Betawi, Jawa, atau Sumatera.
Oleh karena itu, para lulusan sekolah asal Minangkabau, yang diperkirakan lebih
mampu mempelajari bahasa Melayu Riau, dipilih sebagai dewan redaksi.Beberapa
diantaranya adalah Armjin Pene dan Alisjahbana.Angkatan Balai Poestaka baru
mengeluarkan novel pertamanya yang berjudul Azab dan Sengsara karya Merari
Siregar pada tahun 1920-an. Novel yang mengangkat fenomena kawin paksa pada
masa itu menjadi tren baru bagi dunia sastra.Novel-novel lain dengan tema serupa
pun mulai bermunculan. Adapun ciri-ciri karya sastra pada masa Balai Poestaka,
yaitu
11. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum
muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dll.
Pada tahun1933, Armijn Pane, Amir Hamzah, dan Sultan Takdir Alisjahbana
mendirikan sebuah majalah yang diberi namaPoejangga Baroe. Majalah
Poedjangga Baroe menjadi wadah khususnya bagi seniman atau pujangga yang
ingin mewujudkan keahlian dalam berseni.Poedjangga Baroe merujuk pada nama
sebuah institusi literer yang berorientasi ke aneka kegiatan yang dilakukan para
penulis pemula. Majalah ini diharapkan berperan sebagai sarana untuk
mengoordinasi para penulis yang hasil karyanya tidak bisa diterbitkan Balai
Poestaka (Purwoko, 2004: 154).
Selain memublikasikan karya sastra, majalah ini juga merintis sebuah rubrik untuk
memuat esai kebudayaan yang diilhami oleh Alisjahbana dan Armijn Pane.Kelahiran
majalah Poedjangga Baroe menjadi titik tolak kebangkitan kesusastraan Indonesia.
S.T. Alisjahbana, dalam artikel Menudju Masjarakat dan Kebudajaan Baru,
menjelaskan bahwa sastra Indonesia sebelum abad 20 dan sesudahnya memiliki
perbedaan yang didasari pada semangat keindonesiaan dan keinginan yang besar
akan perubahan.
Adapun karakteristik karya sastra pada masa itu terlihat melalui roman-romannya
yang sangat produktif dan diterima secara luas oleh masyarakat.Pengarang yang
paling produktif yaitu Hamka dan Alisjahbana.Hamka, dalam Mengarang Roman,
mengatakan Roman adalah bentuk modern dari hikayat.Roman memperhalus
bahasa yang sebelumnya sangat karut marut menyerupai kalimat Tionghoa
sehingga secara tidak langsung roman-roman yang ada mampu memicu minat baca
masyarakat yang awalnya tidak gemar membaca.
Angkatan ’45
Tema yang banyak diangkat dalam karya-karya seni Angkatan ’45 adalah tema
tentang perjuangan kemerdekaan.Dari karya-karya bertemakan perjuangan itulah
amanat yang menyatakan bahwa perjuangan mencapai kemerdekaan tak hanya
dapat dilakukan melalui politik atau angkat senjata, tetapi perjuangan juga dapat
dilakukan melalui karya-karya seni. Angkatan ’45 mulai melemah ketika sang
pelopor, Chairil Anwar, meninggal dunia. Selain itu, Asrul Sani, yang juga
merupakan salah satu pelopor mulai menyibukkan diri membuat skenario film.
Kehilangan akan kedua orang tersebut membuat Angkatan ’45 seolah kehilangan
kemudinya. Akhirnya, masa Angkatan ’45 berakhir dan digantikan dengan
Angkatan’50.
Angkatan ’45 memiliki gaya yang berbeda dengan Angkatan Pujangga Baru. Gaya
ini dipengaruhi oleh kondisi politik masing-masing angkatan. Angkatan Pujangga
Baru memiliki gaya romantis-idealis karena pada saat itu perjuangan kemerdekaan
belum sekeras yang dialami Angkatan ’45. Sementara Angkatan ’45 yang terbentuk
pada saat gencarnya perjuangan kemerdekaan memilih gaya ekspresionisme-
realistik agar dapat berguna dan diterima oleh masyarakat. Pada akhirnya, semua
angkatan yang ada sepantasnya menyadari fungsi sosial mereka. Setiap angkatan
harus memikirkan letak kebermanfaatan mereka bagi masyarakat karena mereka
hidup dan tumbuh di dalam masyarakat.
Angkatan 1950
Angkatan ini dikenal krisis sastra Indonesia.Sejak Chairil Anwar meninggal,
lingkungan kebudayaan “Gelanggang Seniman Merdeka” seolah-olah kehilangan
vitalitas.Salah satu alasan utama terhadap tuduhan krisis sastra tersebut adalah
karena kurangnya jumlah buku yang terbit. Sejak tahun 1953 , Balai Pustaka yang
sejak dulu bertindak sebagai penerbit utama buku-buku sastra, kedudukannya
sudah tidak menentu (Rosidi, 1965: 137). Sejak saat itu aktivitas sastra hanya dalam
majalah-majalah, seperti Gelanggang/Siasat, Mimbar Indonesia, Zenith, Poedjangga
Baroe, dll.
3. Seni dan politik adalah pencampuradukan yang lahir dari kondisi masa itu.
4. Pada masa itu pula telah lahir organisasi-organisasi kegiatan kesenian yang
mengarahkan kegiatanya pada seni sastra dan seni drama.
Angkatan 1966
Menurut H. B. Jassin, ciri-ciri karya pada masa ini adalah sebagai berikut
Pada masa ini karya sastra berperan untuk membentuk pemikiran tentang
keindonesiaan setelah mengalami kombinasi dengan pemikiran lain, seperti budaya.
Ide, filsafat, dan gebrakan-gebrakan baru muncul di era ini, beberapa karya keluar
dari paten dengan memperbincangkan agama dan mulai bermunculan kubu-kubu
sastra populer dan sastra majalah.Pada masa ini pula karya yang bersifat absurd
mulai tampak.
5. Sastra bersanding dengan Seni Lainnya, banyak terjadi alih wahana pada
jaman sekarang
6. Karya yang dilarang terbit pada masa 70-an diterbitkan di tahun 2000-an,
banyak karya Pram yang diterbitkan, karya Hersri Setiawan, Remy Sylado,
dsb.