Sairi Alpiansari
Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat
1710111110019@mhs.ulm.ac.id
Abstrak:
Pembelajaran sejarah idealnya mampu mendorong peserta didik untuk
menganalisismemahami dan menemukan penyelesaian terhadap suatu
permasalahan. Permasalahan yang sering kita jumpai dalam ranah sejarah adalah
penulisan sejarah itu sendiri. Adanya berbagai prespektif dalam penulisan suatu
peristiwa sejarah akan memberikan kebingungan pada masyarakat awam untuk
memahaminya. Sehingga pembelajaran sejarah idealnya mampu menuntun peserta
didik untuk menyajikan tulisan sejarah dengan analisis dari berbagai sumber yang
mereka dapatkan, dan berguna untuk mengatasi kerancuan peristiwa sejarah yan
ada di masyarakat. Project based learning adalah model pembelajaran yang
melibatkan peserta didik untuk aktif dalam penugasan sebuah proyek yang
berfungsi bagi masyarakat dan lingkungannya. Kolaborasi antara beberapa mata
kuliah untuk membuat proyek penulisan sejarah sebagai tugas peserta didik akan
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Project Based Learning (PBL), Pembelajaran
Sejarah
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar yang ada di universitas seharusnya lebih menitik
beratkan pada peserta didik sebagai pembelajar aktif. Salah satu model
pembelajaran yang menuntut peserta didik aktif dalam proses pembelajaran adalah
project based learning. Alasan pemilihan model ini karena melihat hasil penelitian
terdahulu yang menggunakan project based learning dalam proses pembelajaran
dan menunjukan hasil signfikan. Peserta didik yang mengikuti proses belajar
dengan implementasi project based learning yakin dan optimis dapat
mengimplementasikan project based learning dalam dunia kerja serta dapat
meningkatkan prestasi akademiknya (Koch, C. S, & Klandt, H. 2006).
Kolaborasi beberapa mata kuliah dalam mengimplementasikan project based
learning akan lebih mempermudah peserta didik dalam menyelesaikan tugas.
Seperti halnya dalam proses pengajaran di Prodi Pendidikan Sejarah. Kolaborasi
antara dosen mata kuliah Historiografi, Teori dan Metodologi Penelitian Sejarah
dan Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan dalam memberikan proyek sebagai
tugas kepada peserta didik akan memberikan hasil yang lebih baik. Tugas yang
diberikan dosen kepada mahasiswa yang telah menempuh tiga mata kuliah tersebut
dapat berupa tulisan sejarah yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia.
Mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah Teori dan Metodologi Penelitian
Sejarah akan lebih mudah membuat tulisan berdasarkan metodologi penelitian
sejarah. Sehingga hasil tulisan sejarah yang disajidkan mahasiswa merupakan
tulisan yang baik dengan beberapa pendekatan untuk alat analisisnya.
PEMBELAJARAN SEJARAH
Sebelum masuk lebih dalam tentang Model Pembelajaran Sejarah, kita harus
mengetahui terlebih dahulu tentang Pembelajaran Sejarah supaya kita dapat
membangun paradigma yang sistematis sehingga lebih memudahkan kita untuk
memahami mengenai Model Pembelajaran Sejarah. Dalam buku Heri Susanto
(2014: 56-57) bahwa Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan.
Pembelajaran menjadi sangat penting karena dalam kegiatan inilah terdapat proses
interaksi antara guru sebagai pembawa pesan/ide dan siswa sebagai penerima
pesan/ide. Dengan pandangan ini nampaklah bahwa pembelajaran merupakan
wahana transformasi dan regenerasi budaya dari suatu generasi ke generasi
berikutnya.
Dari ketiga hal tersebut dapat dipahami bahwa tantangan guru dalam
mengajarkan sejarah menjadi tidak mudah. Pengajar harus memahami betul apa
tujuan, karakteristik dan sasaran pembelajaran sejarah. Pengajar juga harus
memahami visi dan misi pendidikan sehingga sejarah yang diajarkan dapat
memberi pencerahan dan landasan berfikir dalam bersikap bagi peserta didik pada
zamannya. Adapun tujuan pembelajaran sejarah Menurut Moh. Ali yang dimuat
(dalam Heri Susanto, 2014: 57) pembelajaran sejarah nasional mempunyai tujuan:
Pembelajaran sejarah menjadi amat bermakna jika guru dan pelajar memahami
konteks peristiwa dan pemikiran yang muncul daripada satusatu peristiwa sejarah
agar dapat dikembangkan secara lebih mendalam sebagai asas perbincangan dan
analisis berstruktur sehingga iktibar dan pengajaran boleh diambil sebagai satu
panduan. Hal ini nampaknya masih kurang diberikan penekanan malah guru-guru
sejarah di sekolah tidak peka dengan keadaan ini, sehingga menjadikan pelajaran
sejarah sebagai satu sesi pembacaan buku teks dan membuat nota semata-mata.
Situasi seperti ini menjadikan proses instruksional berjalan pasif dan tidak bermaya.
Oleh sebab itu, sudah tiba masanya pendekatan pengajaran sejarah berubah
agar tidak lagi dilabel pasif, membosankan dan tidak hidup. Untuk menjadikan
pengajaran Sejarah menarik minat dan tidak membosankan tidak akan tercapai jika
guru secara berterusan hanya mengupas apa yang ada dalam buku teks tanpa adanya
rujukan tambahan dan latihan berfikir dalam kalangan pelajar (Ersis W.A dkk,
2017: 48-49).
Terlepas dari itu semua, masih banyak para guru yang belum berhasil
membantu para peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut
disebabkan oleh pembelajaran yang kurang efektif. Yang mana masih banyak
pembelajaran terpusat pada guru atau teacher centered learning. Tetapi ada juga
yang sudah menerapkan sistem pembelajaran terpusat pada peserta didik.
Contohnya di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung
Mangkurat. Heri Susanto dan Helmi Akmal (2019: 7-8) menjelaskan Bahwa
Pembelajaran dalam mata kuliah ini menggunakan pendekatan student centered
learning, dengan demikian dosen berperan sebagai fasilitator, meliputi:
Apabila selama ini guru menjadi fokus pada saat proses pembelajaran
dilakukan dimana guru secara aktif memberikan atau menerangkan semua materi
sedangkan disisi lain siswa bertindak pasif dimana mereka hanya menerima apa
yang disampaikan oleh guru. Dengan dikembangkan model pembelajaran invoatif
yang memiliki berfokus pada siswa dimana siswa tidak lagi menjadi pihak yang
secara terus-menerus menerima segala sesuatu yang disampaikan oleh guru.
Sebaliknya model pembelajaran inovatif akan menuntut siswa untuk secara aktif
mencari informasi dan berpikir secara kreatif dan kritis terhadap materi yang
disampaikan oleh guru. Disebut sebagai model pembelajaran inovatif karena materi
pembelajarayang dijelaskan oleh guru tidak bersifat utuh. Hal ini, dimana guru
hanya menjelaskan inti dari materi. Selanjutnya siswa dituntut untuk menjadi
pemikir otonom yang mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan
pertanyaan yang menantang dan menemukan jawaban secara mandiri. Siswa secara
aktif dan mandiri mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri dan dimediasi oleh
interaski dengan teman teman sebayanya. Model Pembelajaran Inovatif Sampai
dengan saat ini telah banyak model pembelajaran inovatif diciptakan dan telah
banyak diterapkan dalam proses pembelajara dan berikut beberapa diantaranya.
Guru akan membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang setipe kelompoknya
terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Setiap kelompok akan membahas topik
yang sama namun setiap anggota dalam kelompok tersebut memiliki tugas yang
berbda-beda. Anggota kelompok akan berkumpul dengan anggota dari kelompok
lain yang memiliki tugas yang sama dengannya untuk berdiskusi mengenai tugas
yang diberikan. Setelah diskusi selesai dilakukan, para anggota kelompok akan
kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Setiap anggota dalam kelompok
harus menjelaskan kepada kelompoknya mengenai hasil diskusi yang dilakukannya
dimana anggota yang lain harus mendengarkan dan tidak hanya memahami atau
mengerti terhadap tugas yang diberikan kepadanya saja namun juga harus
memahami dan mengerti tugas dari anggota lain dalam kelompoknya. Diakhir
pelajaran, secara acak guru akan menunjuk satu orang untuk menjelaskan hasil
diskusi yang dilakukan dalam kelompok. Siswa lain yang tidak mendapatkan tugas
untuk menjelaskan, diharuskan untuk memberikan pendapat atau pertanyaan
berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh siswa tersebut. Diskusi akan ditutup
dengan kesimpulan dari guru.
Guru akan membagi para siswa ke dalam beberpa kelompok kecil yang terdiri
dari 4 sampai dengan lima anggota didalamnya. Kemudian guru akan memberikan
tugas berupa topik yang berbeda-beda untuk setiap kelompoknya. Setiap kelompok
harus melakukan observasi, menjabarkan, melakukan analisis dan berpikir secara
kritis terhadap topik yang diberikan. Selanjutnya secara bergantian juru bicara dari
setiap kelompok akan menjelaskan hasil diskusi yang dilakukan dalam
kelompoknya. Setelah penjelasan selesai diberikan, kelompok lain akan
memberikan pertanyaan dan setiap dalam kelompok tersebut wajib memberikan
jawaban untuk setiap pertanyaan yang diberikan oleh kelompok lain terhadap topik
yang dijelaskan oleh kelompoknya. Diakhir pembelajaran, guru akan kembali
menerangkan kembali topik yang disampaikan oleh setiap kelompok dan menarik
kesimpulan dari hal tersebut.
Guru akan membagi siswa ke dalam dua kelompok besar yang terdiri dari satu
kelompok pro dan satu kelompok kontra. Hal ini pula ditujukan terhadap satu kasus
atau permasalah yang diangkat. Setiap anggota kelompok baik itu kelompok pro
atau kontra akan memberikan pendapat terhadap kasus yang sedang dibahas.
Selama debate berlangsung, guru akan menuliskan dipapan tulis mengenai hal atau
point-point penting apa saja yang didapatkan. Setelah debate selesai, guru akan
meminta para siswa untuk merangkum kesimpulan dari debate yang mereka
lakukan berdasarkan hal atau point-point penting yang ada di papan tulis. Metode
pembelajaran inovatif adalah salah satu cara atau upaya yang dilakukan oleh para
guru untuk meningkatkan suasana pembelajaran. Tujuannya agar menjadi lebih
bervariasi sehingga tidak lagi terasa membosankan.
Model Interaksi Sosial didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model
ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (
learning to life together). Teori pembelajaran Gestalt dirintis oleh Max Wertheimer
(1912) bersama dengan Kurt Koffka dan W. Kohler, yang mengadakan eksperimen
mengenai pegamatan visual dengan fenomena fisik. Percobaannya, yaitu
memproyeksikan titik-titik cahaya (keseluruhan lebih penting daripada bagian).
Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa
adalah terletak pada keseluruhan bentuk (Gestalt) dan bukan bagian-bagiannya.
Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-
bagian. Aplikasi Teori Gestalt dalam pembelajaran adalah :
d. Prinsip Ruang Hidup (Life space). Dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori
medan/field theory). Perilaku siswa terkait dengan lingkungan/medan
dimana ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan
dengan situasi lingkungan dimana siswa berada (CTL).
Model ini berdasarkan Teori Belajar Kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan: mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan symbol verbal dan
visual. Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985).
Asumsinya bahwa pembelajaran merupakan factor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah
sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan
individu, proses kognitif), kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari
lingkungan), dan interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar.
Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa
kecakapan manusia yang terdiri dari : (1) informasi verbal, (2) kecakapan
intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.
3. Model Personal
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi kepada
pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk
mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini
menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta
mampu memproses informasi secara efektif. Model ini juga berorientasi pada
individu dan perkembangan kelakuan. Tokoh humanistic adalah Abraham Maslow
(1962), R. Rogers, C.Buhler, dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus
berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam
belajar dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Teori
humanistic timbul sebagai gerakan memanusiakan manusia. Pada teori humanistic
ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong, bukan menahan sensitivitas
siswa terhadap perasaannya.
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristic, yaitu bertujuan
mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan
membentuk TL dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini
lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang
tidak dapat diamati. Karakteristik model ini adalah dalam hal penjabaran tugas-
tugas yang harus dipelajari siswa lebig efisien dan berurutan.
PENUTUP
Model pembelajaran sejarah melalui project based learning dirancang untuk
membantu mahasiswa memahami proses penulisan sejarah melalui metodologi
penulisan sejarah. Dengan diskusi kelompok mahasiswa bisa saling member
masukan terkait analisis dan interpretasi yang mereka bagun. Model pembelajaran
yang dirancang dari kolaborasi dari tiga mata kuliah ini akan membantu mahasiswa
membuat tulisan atau tugas akhir yang bertema.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Ersis Warmansyah dkk. 2017. Pendidikan Sejarah, Patriotisme & Karakter
Bangsa Malaysia-Indonesia. Banjarmasin: FKIP UNLAM PRESS
Susanto, Heri & Helmi Akmal. 2019. Media Pembelajaran Sejarah Era Teknologi
Informasi (Konsep Dasar, Prinsip Aplikatif, Dan Perancangannya).
Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat
Susanto, Heri. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi
Pembelajaran). Banjarmasin: Aswaja Pressindo.
Koch, C. S, & Klandt, H. 2006.
Hartoto, Tri. 2016. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi)
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sejarah. Jurnal Historia Volume
4, Nomor 2.
Matitaputty, J.K. 2016. Model Pembelajaran Isu-Isu Kontroversial Dalam
Pembelajaran Sejarah. Social Science Education Journal, Vol 3, Nomor 2.
Universitas Pattimura
Muh.Rais. 2010. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Model Project Based
Learning sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Akademik Mahasiswa.
Vol. 43, No. 3. Oktober 2010.
Sani, R. A. 2015. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Gagne, R.M. 1985. The Condition of Learning Theory of Instrucion. New York:
Rinehart.