Anda di halaman 1dari 14

METODOLOGI PENELITIAN

“PENGARUH TERHADAP PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN


MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BANYUWANGI”

Disusun Oleh:

Berlyan Mellenia Susilo 041811535040

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA

DI BANYUWANGI

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sumber penerimaan yang berpotensi menambah penerimaan negara adalah
penerimaan pajak. Penerimaan Pajak merupakan sumber utama Negara yang digunakan untuk
pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Usaha meningkatkan penerimaan pajak terus
dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini merupakan tugas Direktorat Jenderal Pajak. Salah
satu reformasi di bidang perpajakan ditandai dengan ditetapkannya visi dari Direktorat Jenderal
Pajak yaitu menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan
manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Direktorat
Jenderal Pajak juga menetapkan misi fiskal salah satunya adalah untuk menghimpun penerimaan
dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah
berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi negara serta
masyarakatnya. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar
dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke
waktu, yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi
perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang
tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan
pelayanan prima kepada wajib pajak.
Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak (Nasucha, 2004) perlu diperhatikan
pencapaian sasaran administrasi perpajakan, antara lain:
(1) Peningkatan kepatuhan para pembayar pajak, dan
(2) Pelaksanaan ketentuan perpajakan secara seragam untuk mendapatkan penerimaan
maksimal dengan biaya yang optimal.
Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001 telah menggulirkan
Reformasi Administrasi Perpajakan Jangka Menengah (3-5 tahun) sebagai prioritas reformasi
perpajakan dengan tujuan tercapainya:
(1) Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi,
(2) Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakanyang tinggi, dan
(3) Produktivitas pegawai perpajakan yang tinggi.
Program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan
sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi
berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan bagi setiap wajib pajak melalui pembentukan account
representative dan complaint center untuk menampung keberatan wajib pajak. Selain itu, sistem
administrasi perpajakan modern juga merangkul kemajuan teknologi terbaru diantaranya melalui
pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) yang semula berdasarkan pendekatan fungsi
menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case
management system dalam workflow system system dengan berbagai modul otomatisasi kantor
serta berbagai pelayanan berbasis e-system seperti e-SPT, e-Filing, e-Payment, Taxpayer’s
Account, e-Registration, dan e-Counceling. Melalui reformasi ini diharapkan mekanisme kontrol
menjadi lebih efektif ditunjang oleh adanya penerapan kode etik pegawai Direktorat Jenderal
Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
Sasaran penerapan sistem administrasi pajak modern menurut Pandiangan (2008 ) adalah:
a) Maksimalisasi penerimaan pajak;
b) Kualitas pelayanan yang mendukung kepatuhan wajib pajak;
c) Memberikan jaminan kepada publik bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai
tingkat integritas dan keadilan yang tinggi,
d) Menjaga rasa keadilan dan persamaan perlakuan dalam proses pemungutan pajak;
e) Pegawai Pajak dianggap sebagai karyawan yang bermotivasi tinggi, kompeten,
dan profesional,
f) Peningkatan produktivitas yang berkesinambungan;
g) Wajib Pajak mempunyai alat dan mekanisme untuk mengakses informasi yang
diperlukan;
h) Optimalisasi pencegahan penggelapan pajak.
Modernisasi Perpajakan yang dicanangkan Direktorat Jenderal Pajak tentunya bukan
hanya tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak semata. Keberhasilan modernisasi perpajakan
membutuhkan kerja sama dan keterbukaan hati dari kedua belah pihak, baik dari Direktorat
Jenderal Pajak maupun Wajib Pajak. Karena itu, Direktorat Jenderal Pajak juga mengharapkan
apa yang telah diprogramkan Direktorat Jenderal Pajak melalui modernisasi perpajakan mampu
menggugah hati semua pihak untuk larut dan ikut dalam mewujudkannya. Adanya modernisasi
administrasi perpajakan ini juga diharapkan mampu meningkatkan tingkat kepuasan wajib pajak
terhadap modernisasi Large Taxpayer Office (LTO).
Marcus Taufan Sofyan (2005) melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat 8 Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern mempunyai pengaruh
besar terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di lingkungan Kanwil Direktorat Jenderal
Pajak Wajib Pajak Besar. Dengan substansi yang dikembangkan terbatas pada penerapan sistem
administrasi perpajakan modern sebagai praktik reformasi administrasi perpajakan, penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern
dalam kerangka reformasi administrasi perpajakan jangka menengah yang telah digulirkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banyuwangi
serta menelaah pengaruhnya terhadap kepatuhan Wajib Pajak sebagai salah satu tujuan reformasi
administrasi perpajakan dengan judul ”Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak” (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Banyuwangi).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang
penelitian, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengukur sejauh mana penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Banyuwangi.
2. Menelaah bagaimana pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang
meliputi modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi, modernisasi
strategi organisasi, dan modernisasi budaya organisasi di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Banyuwangi.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengukur sejauh mana penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Banyuwangi.
2. Mengetahui sejauh mana pengaruh dari penerapan sistem administrasi perpajakan
modern yang meliputi modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi,
modernisasi strategi organisasi, dan modernisasi budaya organisasi di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Banyuwangi terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memeberikan manfaat untuk:
1. Bagi Penulis :
Manfaat penelitian yang didapatkan penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan
juga memperoleh gambaran Iangsung tentang Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi
Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Banyuwangi
2. Bagi Kantor Pajak :
a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dan acuan agar kebijakan yang
diambil dapat menyesuaikan bagi perusahaan maupun masyarakat dalam
meningkatkan sanksi perpajakan tehadap kepatuhan wajib pajak.
b. Sebagai informasi yang perlu diperhatikan dalam memahami aspek-aspek yang
berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan sebagai salah satu tujuan dari
reformasi administrasi perpajakan melalui penerapan sistem administrasi perpajakan
modern.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tinjauan Perpajakan
Undang-undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007
(KUP) pasal 1 angka 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Rochmat Soemitro mengatakan pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang–undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa
timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak adalah iuran
wajib kepada negara tanpa ada imbalan secara langsung yang digunakan untuk
membiayai seluruh kebutuhan negara.
2.1.2. Sistem Administrasi Perpajakan
Reformasi perpajakan di Indonesia telah dilakukan pertama kali pada tahun 1983
di mana saat itu terjadi reformasi atau perubahan sistem administrasi mendasar atas
pengelolaan perpajakan di Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self
Assessment perubahan sistem ini bertujuan untuk mengurangi kontak langsung antara
aparat pajak dengan Wajib Pajak yang sebelumnya dikhawatirkan dapat
menimbulkan praktek-praktek ilegal untuk menghindari atau mengurangi kewajiban
perpajakan para Wajib Pajak yang bersangkutan (Sari, 2013:7).
2.1.3. Reformasi Administrasi Perpajakan
Sari (2013:8) menyatakan bahwa reformasi perpajakan dibidang administrasi
dilakukan Ditjen Pajak dengan melakukan peningkatan pelayanan perpajakan
terhadap wajib pajak yang akan memenuhi kewajibannya. Untuk mewujudkannya
diperlukan kerjasama yang baik antara wajib pajak dan aparat pajak. Wajib pajak
diharapkan untuk selalu memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik sedangkan
aparat pajak diharapkan untuk selalu bekerja sesuai dengan moral dan kode etik
perpajakan. Selain itu Ditjen Pajak juga harus berupaya untuk selalu terbuka
(transparancy) terhadap berbagai pandangan, pendapat atau kritisi dari masyarakat
sebagai wajib pajak yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya
peningkatan pelayanan perpajakan tersebut. Pendekatan terbaik untuk reformasi pajak
adalah salah satunya dengan mengambil teori akuntansi perpajakan, bukti empiris dan
realitas politik serta administratif dengan memadukan hal tersebut dengan pemberian
yang baik dari pengetahuan lokal dan penaksiran makroekonomi saat ini dan konsisi
internasional untuk menghasilkan sebuah proposal yang layak dan menarik serta
cukup kuat untuk mengahadapi perubahan zaman, dengan hasil yang bermafaat
(Abiola, 2012).
2.1.4. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Program Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan telah diluncurkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2002. Program ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk menerapkan sistem administrasi yang transparan dan akuntabel, dengan
memanfaatkan sistem, teknologi informasi.
Caiden (1991) dalam Nasucha (2004) mengatakan secara teoritis reformasi
(modernisasi) administrasi perpajakan ditujukan untuk meningkatkan kinerja
organisasi dengan melibatkan perubahan unsur-unsur organisasi, meliputi struktur
organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi, dan budaya organisasi.
Menurut Nasucha (2004) penerapan sistem administrasi perpajakan melalui
program dan kegiatan dalam kerangka reformasi administrasi perpajakan jangka
menengah diuraikan dalam dimensi-dimensi variabel Sistem Administrasi Perpajakan
Modern, yakni:
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah rencana formal untuk menciptakan pembagian
kerja yang efektif dari kegiatan-kegiatan anggota organisasi. Struktur
organisasi mengandung pengertian tentang bagaimana tugas kerja akan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan (Robins, 2001).
b. Prosedur Organisasi
Berkaitan dengan proses komunikasi, pengambilan Keputusan, pemilihan
prestasi, sosialisasi, dan karir. Prosedur organisasi merinci langkah-langkah
dari sistem dan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan erat satu sama
lainnya untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Strategi Organisasi
Handoko (2001) dalam Nasucha (2004) mendefinisikan perencanaan
strategi sebagai proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi. Termasuk
penentuan strategi, kebijaksanaan, dan program-program strategik yang
diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut, serta penerapan metode-metode yang
diperlukan untuk menjamin bahwa strategi dan kebijaksanaan telah
diimplementasikan.
d. Budaya Organisasi
Menurut Sofyan (2005), budaya organisasi didefinisikan sebagai sistem
penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi
dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Suat budaya yang kuat dapat
mencapai hasil yang sama tanpa perlu dokumen tertulis.

2.1.5. Pengertian Kepatuhan


Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, kepatuhan wajib pajak
dapat diidentifikasi dari tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis
pajak dalam dua tahun terakhir, tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis
pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak,tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir, dalam 2 tahun terakhir
menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan
pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis
pajak yang terutang paling banyak 5%, wajib pajak yang laporan keuangannya untuk
2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi
laba rugi fiskal.
2.1.6. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan Undang-undang KUP, indikator kepatuhan wajib pajak adalah sebagai
berikut :
a) Aspek ketepatan waktu pelaporan SPT
b) Aspek pendapatan yang dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
c) Tagihan pajak (STP/SKP) dibayar sebelum jatuh tempo
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 192/PMK.03/2007, kriteria
Wajib Pajak Patuh adalah:
a) Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam tiga
tahun terakhir.
b) Tidak mempunyai tunggakan pajak atau untuk semua jenis pajak, kecuali
telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
c) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
d) Dalam 3 tahun terakhir, menyusun laporan keuangan yang akan diaudit oleh
Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah, dalam
bentuk panjang (long form report) dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi
komersial dan fiskal bagi Wajib Pajak yang wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan.
e) Pendapat Akuntan atas Laporan Keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik
ditangani oleh Akuntan Publik yang tidak sedang dalam pembinaan lembaga
pemerintah pengawas Akuntan Publik.
2.1.7. Sanksi Administrasi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Angka (13), pasal (13), ayat (3). Ayat ini mengatur sanksi
administrasi dari suatu ketetapan pajak karena melanggar kewajiban perpajakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d. Sanksi
administrasi yaitu kenaikan denda administrasi berupa bunga merupakan suatu
jumlah proporsional yang harus ditambahkan pada pokok pajak yang kurang dibayar.
Besarnya sanksi administrasi berupa kenaikan berbeda-beda menurut jenis pajaknya,
yaitu untuk jenis Pajak Penghasilan yang dibayar oleh wajib pajak sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen), untuk jenis Pajak Penghasilan
yang dipotong oleh orang atau badan lain sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% (seratus persen), sedangkan untuk jenis pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%
(seratus persen).
2.2 Kerangka Konseptual
Penelitian ini memiliki masing-masing satu variabel dependen dan independen, yaitu
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan sebagai variabel independen (X) dan Kepatuhan
Wajib Pajak sebagai variabel dependen (Y). Kepatuhan Wajib Pajak berarti ketaatan,
ketundukan, serta sikap-sikap untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam
rangka memenuhi kewajiban perpajakan yang seharusnya dilakukan oleh Wajib Pajak.
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan adalah penerapan sistem administrasi yang telah
disempurnakan menurut peraturan yang berlaku, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas, kemudahan, dan kecepatan sistem administrasi perpajakan, serta merupakan
perwujudan dari program reformasi administrasi perpajakan jangka menengah yang digulirkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak setahun 2002.
Reformasi Reformasi Penerapan Sistem Kepatuhan
Perpajakan Administrasi Administrasi Wajib Pajak (Y)
Perpajakan Modern (X)

Gambar Kerangka Konseptual


2.3 Pengembangan Hipotesis
Sophar Lumbantoruan dalam Harahap (2004), yang dimaksud dengan administrasi
perpajakan adalah cara-cara dan prosedur pengenaan dan pemungutan pajak oleh instansi yang
berwenang untuk melakukannya. Jika administrasi perpajakan tidak dilakukan dengan efektif
akan menimbulkan efek-efek atau dampak sampingan, dan merugikan terhadap optimalisasi
penerimaan pajak. Beberapa dampak itu di antaranya belum dapat teridentifikasinya Wajib Pajak
secara menyeluruh akibat adanya kecenderungan Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri, serta
beberapa bentuk penyelewengan lainnya. Jika hal semacam ini tidak segera diatasi, maka juga
akan mengancam konsistensi penerimaan pajak.
Peningkatan penerimaan pajak melalui peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dapat dicapai
dengan melakukan pembenahan dengan memberikan pelayanan yang baik pada Wajib Pajak
tersebut. Perbaikan pelayanan lewat program perubahan, penegakan hukum, dan pelaksanaan
kode etik yang lebih baik harus diprioritaskan agar administrasi perpajakan dapat berjalan secara
efektif dan efisien, serta tercipta tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan Araujo (1985) dalam Nasucha (2004) bahwa yang mendorong wajib pajak
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya secara tepat waktu dan sukarela adalah karena adanya
pengelolaan pajak yang efisien.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa modernisasi perpajakan modern
seharusnya memiliki pengaruh yang berarti pada wajib pajak. Optimalisasi pelayanan, prosedur-
prosedur yang disederhanakan sehingga menjadi lebih mudah, pengawasan yang lebih ketat,
serta berbagai program bimbingan dan penyuluhan pada Wajib Pajak, semua itu seharusnya
dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya,
serta mengurangi tindakan penyimpangan yang dilakukan Wajib Pajak.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah :
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara modernisasi sistem administrasi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak.
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modernisasi sistem administrasi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelitian kuantitatif dengan
bentuk penelitian survei. Sugiyono (2010:13) mengemukakan metode penelitian kuantitatif
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada firasat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
biasanya digunakan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisa data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banyuwangi Jl. Adi Sucipto
No.27A, Tukangkayu, Kec. Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur 68416.Waktu
pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 18 Februari sampai dengan tanggal 26 Maret
2021.

3.3 Populasi dan Sampel


Menurut Nurvaman dan Veronica (2015: 101) Populasi menunjukkan seluruh kelompok
orang kejadian atau sesuatu yang menjadi ketertarikan peneliti untuk diinvestigasi. Sampel
adalah bagian dari populasi, sampel berisi beberapa anggota yang dipilih dari populasi.
Populasi penelitian ini adalah seluruh jumlah wajib pajak yang terdaftar di kantor Pelayanan
Pajak Pratama Banyuwangi. Jumlah sampel yang digunakan menggunakan teknik solvin
dengan rumus sebagai berikut:

Prosedur Penelitian

Prosedur atau tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Judul Penelitian
2. Penelitian Lapangan
3. Pengumpulan Data
4. Analisis Data Penelitian
5. Kesimpulan dan Saran

Metode Pengumpulan Data


Jenis Data
a. Jenis data subjek adalah informasi yang diperoleh yang wujudnya biasanya tertulis dan
juga bisa diperoleh ketika kita melakukan wawancara berhadapan langsung dengan
responden, maka data yang dihasilkan berupa lisan dan ekspresi.
b. Jenis data objek adalah cara mengumpulkan data yang bukan berupa respons, tetapi
secara fisik kita amati, dicatat serta diklasifikasi menurut tempat dan waktu yang
melatarbelakangi peristiwa.

Sumber Data

Sanusi (2011:104) mengemukakan bahwa data tergolong menjadi dua bagian yaitu:
1. Data Primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti.
2. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut:


1. Penelitian Lapangan
a. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan
secara lisan kepada objek penelitian (Sanusi 2011:105). Wawancara dalam penelitian
ini dilakukan langsung dengan pihak-pihak terkait yang ada di KPP Pratama
Banyuwangi.
b. Kuesioner menurut Sanusi (2011:105) merupakan pengumpulan data yang sering
tidak memerlukan kehadiran peneliti, namun cukup diwakili oleh daftar pertanyaan
yang sudah disusun secara cermat terlebih dahulu. Kuesioner dalam penelitian ini
ditujukan kepada wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan yang berada di
KPP Pratama Banyuwangi.
2. Studi kepustakaan, yaitu penelitian yang didasarkan dari perpustakaan dengan
mengumpulkan data berupa teori yang bersumber dari literatur dan buku yang
berhubungan dengan penelitian.

Metode Analisis
Uji Validitas
Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel
untuk degree of freedom (df) = n - k dengan alpha 0,05. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan
nilai r positif, maka butir atau pernyataan tersebut dinyatakan valid.
Uji Reliabelitas
Suatu konstruk/variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha (α) > 0.60 dan
dikatakan tidak reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha (α) ≤ 0.60 (Nunnaly, 1969 dalam
Imam Ghozali, 2005:42).

Uji Normalitas
Uji normalitas dapat digunakan dengan alat analisis grafik normal propability plot dan uji
Kolmorov Smirnov.
Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y). Jika nilai t hitung < t tabel
berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, atau bisa
juga dengan signifikansi di bawah 0,05 (Duwi Priyatno, 2012:124)

Uji Hipotesis
Uji Statistik t
Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
independen. Agar hasil perhitungan koefisien korelasi dapat diketahui signifikan/tidak signifikan
maka hasil perhitungan dari statistik uji t (thitung) tersebut selanjutnya dibandingkan dengan t
tabel. Jika t hitung ≥ t table maka Ha ada di daerah penerimaan, berarti Ha diterima artinya
antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y) ada hubungannya. Jika t hitung ≤ t
table maka Haada di daerah penolakan, berarti Ha ditolak artinya antara variabel independent (X)
dan variabel dependent (Y) tidak ada hubungannya.

Definisi Operasional

1. Modernisasi perpajakan dapat diartikan sebagai penggunaan sarana dan prasarana


perpajakan yang baru dengan memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi.
2. Administrasi pajak adalah merupakan instrumen dari ketentuan formal perpajakan yang
ada. Hal yang demikian ini administrasi pajak memiliki posisi yang sangat penting, tidak
hanya pada pelayanan, pengawasan, dan pembinaan namun juga menyangkut hak-hak
wajib yang yakin benar bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakannya dilindungi dengan
administrasi yang baik.
3. Pajak merupakan iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat
berdasarkan Undang-undang dan hasilnya digunakan demi pembiayaan pengeluaran
umum pemerintah dengan tanpa balas jasa secara langsung.
4. Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Analisis Data

Teknik analisis data adalah mendeskripsikan teknik analisis apa yang akan digunakan
oleh peneliti untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, termasuk pengujiannya (Sanusi
2011:115). Tujuan dari analisis data yaitu untuk mengetahui hubungan antar variabel (variabel X
dan variabel Y), sehingga dapat ditarik kesimpulan penerimaan atau penolakan terhadap
hipotesis.

Daftar Pustaka

Gunadi. 2004. Reformasi Administrasi Perpajakan dalam Rangka Kontribusi Menuju Good
Governance, Pidato Pengukuhan Guru besar Perpajakan, FISIP, Universitas Indonesia,
Jakarta.

Lumbantoruan, Sophar. 1997. Ensiklopedi Perpajakan. Penerbit Erlangga, Jakarta

Mardiasmo. 2008. Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta : CV. Andi Offset

Nasucha, Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit
PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Lasnofa Fasmi dan Fauzan Misra, 2012, Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan

Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Banyuwangi, Skripsi

Liberty, Pandianga. 2008. Modernisasi dan Reformasi Pelayanan. Jakarta:


PT Elex Media Komputindo (Kelompok Gramedia)

Manurung, Romulus. 2002. Analisa Dampak Kajian Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18


Tahun 2000 terhadap Penerimaan PPN Sektor Pertanian. Kajian Ekonomi dan
Keuangan, Volume 6 Nomor 4, Desember 2002: 71-85

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 1995. Metode Penelitian Survey. Penerbit:
LP3ES, Jakarta

Sofyan, Marcus T. 2000. Skripsi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Anda mungkin juga menyukai