Berlyan Mellenia Susilo - Tugas Metpen TM 4
Berlyan Mellenia Susilo - Tugas Metpen TM 4
Disusun Oleh:
DI BANYUWANGI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sumber penerimaan yang berpotensi menambah penerimaan negara adalah
penerimaan pajak. Penerimaan Pajak merupakan sumber utama Negara yang digunakan untuk
pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Usaha meningkatkan penerimaan pajak terus
dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini merupakan tugas Direktorat Jenderal Pajak. Salah
satu reformasi di bidang perpajakan ditandai dengan ditetapkannya visi dari Direktorat Jenderal
Pajak yaitu menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan
manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Direktorat
Jenderal Pajak juga menetapkan misi fiskal salah satunya adalah untuk menghimpun penerimaan
dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah
berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi negara serta
masyarakatnya. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar
dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke
waktu, yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi
perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang
tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan
pelayanan prima kepada wajib pajak.
Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak (Nasucha, 2004) perlu diperhatikan
pencapaian sasaran administrasi perpajakan, antara lain:
(1) Peningkatan kepatuhan para pembayar pajak, dan
(2) Pelaksanaan ketentuan perpajakan secara seragam untuk mendapatkan penerimaan
maksimal dengan biaya yang optimal.
Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001 telah menggulirkan
Reformasi Administrasi Perpajakan Jangka Menengah (3-5 tahun) sebagai prioritas reformasi
perpajakan dengan tujuan tercapainya:
(1) Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi,
(2) Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakanyang tinggi, dan
(3) Produktivitas pegawai perpajakan yang tinggi.
Program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan
sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi
berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan bagi setiap wajib pajak melalui pembentukan account
representative dan complaint center untuk menampung keberatan wajib pajak. Selain itu, sistem
administrasi perpajakan modern juga merangkul kemajuan teknologi terbaru diantaranya melalui
pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) yang semula berdasarkan pendekatan fungsi
menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case
management system dalam workflow system system dengan berbagai modul otomatisasi kantor
serta berbagai pelayanan berbasis e-system seperti e-SPT, e-Filing, e-Payment, Taxpayer’s
Account, e-Registration, dan e-Counceling. Melalui reformasi ini diharapkan mekanisme kontrol
menjadi lebih efektif ditunjang oleh adanya penerapan kode etik pegawai Direktorat Jenderal
Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
Sasaran penerapan sistem administrasi pajak modern menurut Pandiangan (2008 ) adalah:
a) Maksimalisasi penerimaan pajak;
b) Kualitas pelayanan yang mendukung kepatuhan wajib pajak;
c) Memberikan jaminan kepada publik bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai
tingkat integritas dan keadilan yang tinggi,
d) Menjaga rasa keadilan dan persamaan perlakuan dalam proses pemungutan pajak;
e) Pegawai Pajak dianggap sebagai karyawan yang bermotivasi tinggi, kompeten,
dan profesional,
f) Peningkatan produktivitas yang berkesinambungan;
g) Wajib Pajak mempunyai alat dan mekanisme untuk mengakses informasi yang
diperlukan;
h) Optimalisasi pencegahan penggelapan pajak.
Modernisasi Perpajakan yang dicanangkan Direktorat Jenderal Pajak tentunya bukan
hanya tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak semata. Keberhasilan modernisasi perpajakan
membutuhkan kerja sama dan keterbukaan hati dari kedua belah pihak, baik dari Direktorat
Jenderal Pajak maupun Wajib Pajak. Karena itu, Direktorat Jenderal Pajak juga mengharapkan
apa yang telah diprogramkan Direktorat Jenderal Pajak melalui modernisasi perpajakan mampu
menggugah hati semua pihak untuk larut dan ikut dalam mewujudkannya. Adanya modernisasi
administrasi perpajakan ini juga diharapkan mampu meningkatkan tingkat kepuasan wajib pajak
terhadap modernisasi Large Taxpayer Office (LTO).
Marcus Taufan Sofyan (2005) melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat 8 Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern mempunyai pengaruh
besar terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di lingkungan Kanwil Direktorat Jenderal
Pajak Wajib Pajak Besar. Dengan substansi yang dikembangkan terbatas pada penerapan sistem
administrasi perpajakan modern sebagai praktik reformasi administrasi perpajakan, penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern
dalam kerangka reformasi administrasi perpajakan jangka menengah yang telah digulirkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banyuwangi
serta menelaah pengaruhnya terhadap kepatuhan Wajib Pajak sebagai salah satu tujuan reformasi
administrasi perpajakan dengan judul ”Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak” (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Banyuwangi).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang
penelitian, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengukur sejauh mana penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Banyuwangi.
2. Menelaah bagaimana pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang
meliputi modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi, modernisasi
strategi organisasi, dan modernisasi budaya organisasi di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Banyuwangi.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengukur sejauh mana penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Banyuwangi.
2. Mengetahui sejauh mana pengaruh dari penerapan sistem administrasi perpajakan
modern yang meliputi modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi,
modernisasi strategi organisasi, dan modernisasi budaya organisasi di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Banyuwangi terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memeberikan manfaat untuk:
1. Bagi Penulis :
Manfaat penelitian yang didapatkan penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan
juga memperoleh gambaran Iangsung tentang Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi
Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Banyuwangi
2. Bagi Kantor Pajak :
a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dan acuan agar kebijakan yang
diambil dapat menyesuaikan bagi perusahaan maupun masyarakat dalam
meningkatkan sanksi perpajakan tehadap kepatuhan wajib pajak.
b. Sebagai informasi yang perlu diperhatikan dalam memahami aspek-aspek yang
berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan sebagai salah satu tujuan dari
reformasi administrasi perpajakan melalui penerapan sistem administrasi perpajakan
modern.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tinjauan Perpajakan
Undang-undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007
(KUP) pasal 1 angka 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Rochmat Soemitro mengatakan pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang–undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa
timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak adalah iuran
wajib kepada negara tanpa ada imbalan secara langsung yang digunakan untuk
membiayai seluruh kebutuhan negara.
2.1.2. Sistem Administrasi Perpajakan
Reformasi perpajakan di Indonesia telah dilakukan pertama kali pada tahun 1983
di mana saat itu terjadi reformasi atau perubahan sistem administrasi mendasar atas
pengelolaan perpajakan di Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self
Assessment perubahan sistem ini bertujuan untuk mengurangi kontak langsung antara
aparat pajak dengan Wajib Pajak yang sebelumnya dikhawatirkan dapat
menimbulkan praktek-praktek ilegal untuk menghindari atau mengurangi kewajiban
perpajakan para Wajib Pajak yang bersangkutan (Sari, 2013:7).
2.1.3. Reformasi Administrasi Perpajakan
Sari (2013:8) menyatakan bahwa reformasi perpajakan dibidang administrasi
dilakukan Ditjen Pajak dengan melakukan peningkatan pelayanan perpajakan
terhadap wajib pajak yang akan memenuhi kewajibannya. Untuk mewujudkannya
diperlukan kerjasama yang baik antara wajib pajak dan aparat pajak. Wajib pajak
diharapkan untuk selalu memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik sedangkan
aparat pajak diharapkan untuk selalu bekerja sesuai dengan moral dan kode etik
perpajakan. Selain itu Ditjen Pajak juga harus berupaya untuk selalu terbuka
(transparancy) terhadap berbagai pandangan, pendapat atau kritisi dari masyarakat
sebagai wajib pajak yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya
peningkatan pelayanan perpajakan tersebut. Pendekatan terbaik untuk reformasi pajak
adalah salah satunya dengan mengambil teori akuntansi perpajakan, bukti empiris dan
realitas politik serta administratif dengan memadukan hal tersebut dengan pemberian
yang baik dari pengetahuan lokal dan penaksiran makroekonomi saat ini dan konsisi
internasional untuk menghasilkan sebuah proposal yang layak dan menarik serta
cukup kuat untuk mengahadapi perubahan zaman, dengan hasil yang bermafaat
(Abiola, 2012).
2.1.4. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Program Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan telah diluncurkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2002. Program ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk menerapkan sistem administrasi yang transparan dan akuntabel, dengan
memanfaatkan sistem, teknologi informasi.
Caiden (1991) dalam Nasucha (2004) mengatakan secara teoritis reformasi
(modernisasi) administrasi perpajakan ditujukan untuk meningkatkan kinerja
organisasi dengan melibatkan perubahan unsur-unsur organisasi, meliputi struktur
organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi, dan budaya organisasi.
Menurut Nasucha (2004) penerapan sistem administrasi perpajakan melalui
program dan kegiatan dalam kerangka reformasi administrasi perpajakan jangka
menengah diuraikan dalam dimensi-dimensi variabel Sistem Administrasi Perpajakan
Modern, yakni:
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah rencana formal untuk menciptakan pembagian
kerja yang efektif dari kegiatan-kegiatan anggota organisasi. Struktur
organisasi mengandung pengertian tentang bagaimana tugas kerja akan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan (Robins, 2001).
b. Prosedur Organisasi
Berkaitan dengan proses komunikasi, pengambilan Keputusan, pemilihan
prestasi, sosialisasi, dan karir. Prosedur organisasi merinci langkah-langkah
dari sistem dan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan erat satu sama
lainnya untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Strategi Organisasi
Handoko (2001) dalam Nasucha (2004) mendefinisikan perencanaan
strategi sebagai proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi. Termasuk
penentuan strategi, kebijaksanaan, dan program-program strategik yang
diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut, serta penerapan metode-metode yang
diperlukan untuk menjamin bahwa strategi dan kebijaksanaan telah
diimplementasikan.
d. Budaya Organisasi
Menurut Sofyan (2005), budaya organisasi didefinisikan sebagai sistem
penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi
dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Suat budaya yang kuat dapat
mencapai hasil yang sama tanpa perlu dokumen tertulis.
Prosedur Penelitian
Prosedur atau tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Judul Penelitian
2. Penelitian Lapangan
3. Pengumpulan Data
4. Analisis Data Penelitian
5. Kesimpulan dan Saran
Sumber Data
Sanusi (2011:104) mengemukakan bahwa data tergolong menjadi dua bagian yaitu:
1. Data Primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti.
2. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain.
Metode Analisis
Uji Validitas
Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel
untuk degree of freedom (df) = n - k dengan alpha 0,05. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan
nilai r positif, maka butir atau pernyataan tersebut dinyatakan valid.
Uji Reliabelitas
Suatu konstruk/variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha (α) > 0.60 dan
dikatakan tidak reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha (α) ≤ 0.60 (Nunnaly, 1969 dalam
Imam Ghozali, 2005:42).
Uji Normalitas
Uji normalitas dapat digunakan dengan alat analisis grafik normal propability plot dan uji
Kolmorov Smirnov.
Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y). Jika nilai t hitung < t tabel
berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, atau bisa
juga dengan signifikansi di bawah 0,05 (Duwi Priyatno, 2012:124)
Uji Hipotesis
Uji Statistik t
Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
independen. Agar hasil perhitungan koefisien korelasi dapat diketahui signifikan/tidak signifikan
maka hasil perhitungan dari statistik uji t (thitung) tersebut selanjutnya dibandingkan dengan t
tabel. Jika t hitung ≥ t table maka Ha ada di daerah penerimaan, berarti Ha diterima artinya
antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y) ada hubungannya. Jika t hitung ≤ t
table maka Haada di daerah penolakan, berarti Ha ditolak artinya antara variabel independent (X)
dan variabel dependent (Y) tidak ada hubungannya.
Definisi Operasional
Teknik analisis data adalah mendeskripsikan teknik analisis apa yang akan digunakan
oleh peneliti untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, termasuk pengujiannya (Sanusi
2011:115). Tujuan dari analisis data yaitu untuk mengetahui hubungan antar variabel (variabel X
dan variabel Y), sehingga dapat ditarik kesimpulan penerimaan atau penolakan terhadap
hipotesis.
Daftar Pustaka
Gunadi. 2004. Reformasi Administrasi Perpajakan dalam Rangka Kontribusi Menuju Good
Governance, Pidato Pengukuhan Guru besar Perpajakan, FISIP, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Nasucha, Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit
PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Lasnofa Fasmi dan Fauzan Misra, 2012, Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Banyuwangi, Skripsi
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 1995. Metode Penelitian Survey. Penerbit:
LP3ES, Jakarta