Anda di halaman 1dari 3

Osteoarthritis (OA) dapat didefenisikan sebagai penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai

mereka di usia lanjut, atau dewasa muda, dimana tulang rawan kartilago yang melindungi ujung tulang
mulai rusak, disertai perubahan pada tepi sendi dan tulang. Biasanya OA ini mulai meningkat keluhannya
pada usia 40 – 60 tahun, dan semakin tua akan semakin meningkat penderitanya. OA umumnya terkait
dengan sendi yang menopang tubuh, diantaranya panggul, tulang belakang, bahu, lutut, dan sendi jari
tangan. Nah, OA sendiri memiliki beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya OA. Faktor resiko
tersebut yakni usia yang semakin tua, jenis kelamin perempuan, obesitas (meningkatkan 2,96 kali lebih
tinggi meningkatkan resiko OA), faktor genetik, aktivitas fisik dengan dengan gerakan berulang pada
sendi yang menopang berat tubuh, adanya riwayat cedera dan adanya kelemahan otot.

Bagi penderita OA, nyeri yang dirasakan dan keterbatasan aktivitas yang dirasakan bukan hanya sebatas
penyakit, namun lebih jauh lagi dapat mempengaruhi kualitas hidup, kesehatan mental dan psikologis
pasien. Penatalaksanaan nyeri akibat osteoarthritis harus dilakukan secara komprehensif dan holistik
mencakup pemberian terapi obat nyeri yang adekuat dan rehabilitasi medis yang bertujuan untuk
mengurangi nyeri akibat osteoarthritisnya, mengurangi komplikasi dan melakukan evaluasi aktivitas
sehari hari yang dapat membuat nyeri berulang dan semakin memberat. Penanganan awal
Osteoarthritis (OA) dapat dimulai dengan memilih dan melakukan aktivitas fisik yang cukup dan tidak
membebani sendi. Apa saja rekomendasi aktivitas fisik untuk pasien OA? Yuk, kita bahas lebih lanjut.

Latihan Fisik yang disarankan seperti apa?

Pada pasien OA, paradigma melakukan aktivitas fisik dahulunya, merupakan sesuatu hal yang dilarang.
Hal ini terkait dengan hipotesis fenomena wear and tear yakni semakin berat aktivitas fisik yang
dilakukan, maka proses degenerasi akan semakin berat dan cepat. Tentu, bila dikaitkan dengan OA maka
aktivitas fisik menjadi hal yang dilarang. Namun, paradigma ini kini sudah ditinggalkan, dimana aktivitas
fisik sudah dianggap menjadi bagian dari terapi pada pasien OA. Aktivitas fisik dan latihan fisik sangat
disarankan untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi sendi.

Secara umum, aktivitas yang bermanfaat untuk kesehatan sebaiknya memenuhi kriteria FITT (frequency,
intensity, time, type). Frekuensi (frequency) adalah seberapa sering aktivitas dilakukan, Intensitas
(intensity) adalah seberaa keras aktivitas dilakukan, biasanya dibagi menjadi intensitas rendah, sedang
dan tinggi. Waktu (time) mengacu pada durasi kegiatan, dan jenis (type) aktivitas fisik yang dilakukan.
Bagimana penerapan FITT terhadap rekomendasi latihan pada OA? Simak di bawah ini ya.

Frekuensi
Lakukan latihan minimal 3 kali seminggu untuk aerobik

Latihan resistensi dilakukan minimal 2 sampai 3 kali per minggu (jangan berurutan)

Latihan fleksibilitas dilakukan minimal setiap hari

Intensitas

Latihan aerobik sebaikny adilkaukan mulai dari intensitas rendah

Latihan resistensi dimulai dengan beban yang rendah dengan repetisi yang rendah pula, kemudian akan
meningkat seiring dengan toleransi

Waktu

Latihan aerobik dimulai denggan durasi sekitar 5 – 10 menit hingga meningkat menjadi 20 – 30 menit
setiap hari (sesuai toleransi), dengan target akhir adalah mencapai 150 menit dengan intensitas sedang
setiap minggu.

Lakukan latihan resistensi minimal satu set, dengan 10 – 15 kali pengulangan

Jenis

Beberapa latihan yang disarankan, yakni :

Latihan Manual

Latihan manual merupakan latihan berupa gerakan pasif yang dilakukan fisioterapis dengan tujuan
meningkatkan gerakan sendi dan mengurangi kekakuan sendi. Tekni yang dipakai umumnya melatih
ROM secara pasif, meltih jaringan sekitar sendi secara pasif, meregangkan otot atau mobilisasi jaringan
lunak, dan massage .

Latihan Aerobik

Latihan aerobik seperti berjalan dapat disarankan untuk pasien OA. Latihan aerobik dengan intensitas
sedang sampai berat, disarankan seara rutin 3- 60 menit/hari selama >5 hari minggu, dimana aktivitas
yang dapat dilakukan seperti jalan pelan, renang cepat dan bersepeda santai. Sedangkan intensitas
berat, disarankan seperti 20-60 menit selama 3-5 hari/minggu, seperti jogging, renang cepat dan
bersepeda cepat.
Latihan resistensi

Latihan resistensi merupakan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan massa, tonus, kekuatan, dan
daya tahan otot dengan mengkontraksikan otot. Cara yang umum digunakan adalah dengan angkat
beban. Latihan resistensi ini dapat dilakukan 2-3 hari/minggu dengan intensitas sedang – berat dan
diulang minimal 6 – 12 kali, setiap sesinya.Contohnya :

Straight Leg Test : Duduk tegak, luruskan dan angkat satu tungkai sampai maksimal. Tahan sekitar 10
detik, turunkan, dan ulangi pada tungkai yang lain. Lakukan pengulangan 10 kali.

Latihan Fleksibilitas

Latihan ini adalah latihan yang bertujuan untuk meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan,
keseimbangan dan daya tahan pasien. Latihan yang disarankan seperti yoga, stretching, pilates. Latihan
ini dapat dilakukan lebih dari 2 – 3 hari/minggu dengan waktu peregangan 10-30 detik. Pada usia lanjut,
durasi peregangan disarankan lebih lama, sekitar 30-60 detik. Contoh gerakan untuk meningkatkan
ruang gerak sendi seperti dibawah ini:

Latihan Neuromotor

Latihan ini bertujuan untuk melatih keseimbangan, koordinasi, cara jalan dan propioseptif. Latihan yang
disarankan seperti Tai chi, sapat dilakukan setiap 20-30 menit/hari , selama 2-3 hari per minggu.

Pada penerapannya, latihan fisik yang disarankan adalah kombinasi dari keempat komponen di atas.
Namun, pelaksanaannya tetap mempertimbangkan usia, mobilitas dan komorbiditas pada masing –
masing pasien.

Selain itu, terdapat hal – hal yang harus diperhatikan dalam memulai latihan fisik, yakni :

Anda mungkin juga menyukai