Anda di halaman 1dari 232

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN


ASESMEN PENDIDIKAN KARAKTER
(Studi Deskriptif Eksploratif Keterlaksanaan dan Hambatan-Hambatan
Asesmen Pendidikan Karakter di SMP)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:
Maria Titian Moi Lay
NIM: 141114052

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN


ASESMEN PENDIDIKAN KARAKTER
(Studi Deskriptif Eksploratif Keterlaksanaan dan Hambatan-Hambatan
Asesmen Pendidikan Karakter di SMP)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:
Maria Titian Moi Lay
NIM: 141114052

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

Motto hidupku adalah:

 Jadilah Selalu Berkat dan Malaikat Bagi Sesama


 Selalu Percaya Pada Tuhan dan Tolonglah Sesama, Kelak Berkat dan
Penyertaan Tuhan akan Senantiasa Bersamaku dengan Segala
Kebahagiaan dan Kemakmuran yang Mengikutinya
 Fiat Foluntas Tua
 Balaslah Kejahatan dengan Kebaikan
 Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski
mereka berlaku buruk kepada Anda. Ingatlah bahwa Anda
menunjukkan penghargaan kepada orang lain bukan karena siapa
mereka, melainkan karena siapa diri Anda. (Andrew T. Somers)
 Orang yang berhasil dalam kehidupan ini adalah orang yang bangkit
dan mencari situasi yang mereka inginkan. Jika tidak menemukannya,
mereka akan menciptakannya. (George Bernard Shaw)
 Orang hebat mencari sesuatu di dalam dirinya. Orang biasa mencari
sesuatu di dalam diri orang lain. (Francois La Rochefoucauld)
 Optimis artinya mengharapkan yang terbaik. Percaya diri artinya tahu
mengatasi yang terburuk. Tidak akan ada kemajuan apa-apa jika Anda
hanya bersikap optimis tanpa percaya diri. (Aksioma Zurich)
 Kaca, porselen, dan nama baik adalah sesuatu yang gampang pecah,
dan tidak akan dapat direkatkan kembali tanpa menimbulkan bekas.
(Benjamin Franklin)
 If you don’t like something, change it. If you don’t change it, change
your attitude. (Maya Angelou)

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

Dia yang telah memberikanku hembusan nafas kehidupan dan segala


keajaiban dalam hidupku yaitu Tuhan.

Cinta abadi dalam hidupku Tuhan Yesus, wanita yang menjadi teladan
yakni Bunda Maria, dan penggerak dalam hidupku yaitu Roh Kudus.

Kepercayaan Tuhan yang menjadi teladan, semangat dan tempat


belajarku di dunia, Orang tuaku tercinta
Aba Kornelius Lay (Alm.) dan Mama Maria Fermina Beku Lay

Mereka yang menjadi semangat dan pendorong diriku agar menjadi


orang sukses dan berhasil yaitu Kakak Gorgonius Lay (Alm.), Adik
Raimundus Andreano Lay dan Fransiskus Minikus Savio Lay

Diriku yang luar biasa dan sang adaptor hebat Maria Titian Moi Lay

Seluruh keluarga besar dan leluhur saya, Almamater dan para guru di
sekolah (TK Tunas Harapan Boawae, SDK Boawae, SMP dan SMA
St. Clemens Boawae), Universitas Sanata Dharma terkhusus Program
Studi Bimbingan dan Konseling dan para dosen dan Mas Moko,
Sahabat dan Teman-Teman seperjuangan BK angkatan 2014, Teman-
Teman Gnc Ministry, BEMU “Kabinet Driyarkara Muda” 2016 dan
DPMU 2017, Penghuni Kos Putri Cinta terutama untuk pemilik kos
Bapak Mulyadi dan Ibu Susi yang selalu menolong saya, para penolong
dan orang baik yang diberikan Tuhan untuk saya, seluruh makhluk
hidup dan alam semesta, serta daerah asal saya NTT dan Kota
Yogyakarta yang memberikan saya tempat untuk berlindung dan
belajar.

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN
ASESMEN PENDIDIKAN KARAKTER
(Studi Deskriptif Eksploratif Keterlaksanaan
dan Hambatan-Hambatan Asesmen Pendidikan Karakter di SMP)

Maria Titian Moi Lay


Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2018

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan


asesmen pendidikan karakter di SMP yang meliputi: (1) Perencanaan Pendidikan
Karakter dan Asesmen Pendidikan Karakter, (2) Pelaksanaan Penilaian Pendidikan
Karakter, (3) Evaluasi Penilaian Pendidikan Karakter, (4) Hambatan-Hambatan Penilaian
Pendidikan Karakter, (5) Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan-Hambatan
Penilaian Pendidikan Karakter.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif pada level eksploratif.
Data dikumpulkan dengan menggunakan angket terbuka dan tertutup yang disebarkan di
11 SMP dalam skala nasional kepada 51 orang kepala sekolah dan guru. Data dianalisis
secara deskriptif eksploratif dengan teknik persentase dan hasilnya disajikan dalam
perspektif grafik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekolah memiliki perencanaan
pendidikan karakter (75%) dan hanya 10% guru yang benar-benar memahami isi
pedoman pendidikan karakter. Pada perencanaan asesmen pendidikan karakter, 98% guru
menilai penilaian pendidikan karakter itu penting, tetapi 18% guru mengakui bahwa
penilaian tersebut dilaksanakan bila perlu dan jarang dilakukan. Pedoman pembuatan
penilaian pendidikan karakter paling banyak mengkombinasikan peraturan pemerintah
dan visi dan misi sekolah. Pada pelaksanaan penilaian pendidikan karakter, hal utama
yang dilakukan oleh guru adalah menyiapkan alat/instrumen. Cara yang paling popular
dalam menilai pendidikan karakter adalah observasi dengan segala kelebihan dan
kelemahannya. Bentuk penilaian hasil pendidikan karakter siswa yang paling umum
diberikan adalah dengan menggunakan huruf A-E. Hasil penilaian pendidikan karakter
oleh 77% guru, dijadikan sebagai ukuran kenaikan kelas. Setelah menilai, 99% guru
melakukan evaluasi dan 94 % guru mengakui evaluasi tersebut benar berjalan. Hambatan
paling umum yang dihadapi guru adalah belum adanya soal atau tes yang dapat mengukur
capaian pendidikan karakter. Usaha umum yang dilakukan guru untuk mengatasi
hambatan ini adalah bertanya kepada pimpinan/ahli, melibatkan seluruh komponen
sekolah, memahami karakter siswa, mengikuti seminar, dan mengikuti berbagai pelatihan
yang berhubungan dengan penilaian pendidikan karakter.

Kata kunci: pendidikan karakter di SMP, keterlaksanaan, hambatan, dan asesmen.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
THE FEASIBILITY AND BARRIERS OF
CHARACTER EDUCATION ASSESSMENT
(An Explorative Descriptive Study of Character Education Assessment
Feasibility and Barriers in Junior High School)

Maria Titian Moi Lay


Sanata Dharma University
Yogyakarta
2018

The aim of this research was to know the feasibility and barriers of the character
education assessment in Junior High School that include: (1) The Planning of Character
Education and Assessment, (2) The Implementation of Character Education Assessment,
(3) The Evaluation of Character Education Assessment, (4) The Barriers of Character
Education Assessment, (5) The School‟s Efforts to Overcome the Character Education
Assessment Barriers.
This research was using a descriptive quantitative method in explorative level.
Data were gathered using an open and closed questionnaire that was distributed to 11
Junior High School nationally with total 51 teachers and principals. The data were
analyzed using explorative descriptive way with percentage technique and the result was
formed in graphics perspective.
The research result shows that 75% school with character education planning and
only 10% teachers that really understand the content of character education guideline. In
character education assessment planning, 98% teachers believed that character education
assessment is important, but 18% teachers admitted that the assessment only conducted if
needed and it was rarely done. The guideline of character education assessment creation
was mostly combine government rules and school‟s vision and mission. In the character
education assessment implementation, the main thing that teacher should do is preparing
the instrument. The popular way to assess character education was advantages and
disadvantages observations. The common assessment scoring for student‟s character
education result was using A-E. The character education assessment was used by 77%
teachers for class advancing requirements. After assessed the students, 94% teachers
conducted an evaluation and 94% teacher admitted that the evaluation was indeed
implemented. The common barriers that faced by teacher was the unavailability of test
that able to measure the character education achievement. The teacher‟s common effort in
dealing with this barrier was asking the principle or experts, involving all school‟s
components, understand the students‟ character, following seminar, and joining various
training that related to character education assessment.

Keywords: character education in Junior High School, feasibility, barriers, and


assessment.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

penyertaanNya, sehingga pada kesempatan ini, penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir skripsi ini dengan baik. Karya ilmiah yang penulis telah selesaikan ini,

merupakan sebuah karya yang memberikan penulis pengalaman baru dan

berharga, di mana penulis boleh dan banyak mengalami berbagai macam proses di

dalamnya baik suka maupun duka. Penulis sungguh dan sangat bersyukur

mengalami semua ini. Karya ilmiah ini juga menjadi pendorong bagi penulis

untuk terus berkarya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam

pendampingan karakter bangsa menjadi generasi yang unggul, cerdas, dan

humanis. Karya ilmiah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah yang telah berhasil diselesaikan ini

tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah

mendukung dan mendampingi penulis. Oleh karena itu, secara khusus penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling sekaligus dosen pembimbing penulisan skripsi yang merupakan

salah satu dosen yang baik, sabar dan hebat, yang mau memberikan

kesempatan kepada penulis menjadi Tim Peneliti PSHP 2017 di bawah asuhan

beliau, memberikan nasihat, semangat, pemikiran dan pandangan yang luar

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

biasa, dan menjadi sumber inspirasi bagi penulis untuk menjadi manusia yang

rendah hati dan berprestasi.

2. Juster Donal Sinaga, M. Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling yang mau membantu dengan memberikan arahan yang positif,

dan memberikan semangat tersendiri kepada penulis terutama melalui

pemikiran-pemikiran beliau.

3. Kepala sekolah dan Bapak/Ibu Guru dari 11 SMP (SMP N 31 Purworejo,

SMP N 7 Cirebon, SMP Santo Aloysius Turi, SMP N 2 Playen, SMP N 4

Wates, SMP N 2 Giriwoyo, SMP Xaverius I Palembang, SMP K Santa Maria

II Malang, SMP N 1 Gedungaji Baru, SMP N 7 Pangkalpinang, dan SMP

Fransiskus Asisi Samarinda) yang berkenan menerima dan memberikan

kesempatan kepada penulis dan teman-teman Tim Peneliti PSHP 2017 untuk

melakukan penelitian di sekolah serta mau menyediakan waktu menjadi

responden di sela-sela kesibukan sebagai seorang guru.

4. Bapak/Ibu dosen, Mas Moko selaku pengurus sekretariat, dan karyawan

Program Studi Bimbingan dan Konseling yang senantiasa mendukung dengan

penuh kesabaran, memberikan semangat, dan membagikan ilmunya baik

lewat pembelajaran maupun dalam proses penyelesaian penelitian ini.

5. Aba Kornelius Lay (Alm.), Mama Maria Fermina Beku Lay, Kakak

Gorgonius Lay (Alm.), Adik Raimundus Andreano Lay dan Fransiskus

Minikus Savio Lay yang senantiasa menjadi sumber kekuatan dan semangat

bagi penulis untuk mengejar dan menggapai cita-cita serta menjadi orang

sukses dan berguna bagi banyak orang. Terkhusus kepada Mama Fermina

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Beku Lay yang dalam kesendiriannya berjuang untuk selalu memberikan

kebahagiaan dan segala yang terbaik untuk penulis dan adik-adik dengan

penuh cinta dan hal-hal positif.

6. Kakak Jefri Marianus Boboy, sang sumber inspirasi dan orang baik yang

boleh Tuhan perkenankan hadir dengan cara „istimewa‟ untuk bertemu dengan

penulis. Kakak yang sudah seperti keluarga dan saudara sendiri, yang dalam

hidupnya memberikan segala pembelajaran positif, dorongan untuk senantiasa

berprestasi, pesan-kesan semangat dan contoh teladan dalam meraih

kesuksesan dengan kerja keras dan perbuatan baik.

7. Keluarga besar dan leluhur penulis, yang dengan caranya masing-masing

selalu menjadi sumber kekuatan dan motivasi untuk mewujudkan segala cita-

cita dan harapan.

8. Para penasihat yang sekaligus berperan sebagai sahabat, teman, dan keluarga

dalam hidup penulis yakni Sr. Veronika Lusia Buke PPYK, Sr. Damiana

Lestari Widiastuti FCh, dan Romo Blasius OCD. Mereka adalah salah satu

anugerah terindah yang Tuhan berikan untuk penulis dalam mengarungi

kehidupan terutama dalam masa perkuliahan dengan banyak hal dan kebaikan

positif yang mereka berikan lewat perkataan maupun perbuatan mereka.

Contoh teladan mereka adalah pembelajaran hidup yang sangat berharga.

9. Teman-teman seperjuangan BK angkatan 2014 terutama kepada Rahmi

Suciana, Guslita Seventina, Estorina Br Bangun, Chatarina Dewi Anggraeni,

Yasinta Kusuma Ardi, Mariana Agnonika Tatus, Nicolaus Daru Purbandono,

Fuad Insani Anif, Rachmadi Bambang, dan Chandra Filemon yang telah

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjadi keluarga, teman, dan penolong penulis sejak awal penulis berkuliah

dan hidup di Yogyakarta. Semoga pertemanan ini terus berlanjut hingga

selama-lamanya.

10. Teman-teman penelitian PSHP 2017 (Lita, Dias, Vincent, Brigita, Inggrid,

Yus, Bambang, Eko, Govan, Billy, Christian) yang senantiasa berjuang

bersama untuk menuntaskan penelitian ini.

11. Organisasi dan teman-teman Gaudiance and Counseling Ministry, Badan

Ekesekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma “Kabinet Driyarkara

Muda” 2016 (Kementerian Lingkungan Hidup: Fr. Willy, Vena, Dikta, dan

Anggra) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma 2017

(Komisi Personalia: Suryo dan Danti) yang dengan caranya masing-masing

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkembang, belajar, dan

berkarya bersama orang-orang hebat yang ada di dalamnya di luar perkuliahan

penulis di kampus.

12. Kos Putri Cinta No. 220 terutama kepada Bapak Mulyadi dan Ibu Susi yang

telah menerima dan memberikan tempat berteduh kepada penulis sejak awal

penulis berkuliah. Terima kasih untuk segala kebaikan, kesabaran dan

pertolongan-pertolongan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Tak

lupa juga untuk penghuni kos dan kamar No. 102 yang dengan caranya

masing-masing memberikan kenyamanan dan ruang yang sangat istimewa

untuk penulis.

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, yang telah membantu

penulis selama penulisan laporan skripsi hingga terselesaikannya dengan baik.

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. vi

HALAMAN PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................................. xv

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xxii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1


B. Identifikasi Masalah .............................................................................................. 9
C. Pembatasan Masalah ........................................................................................... 11
D. Rumusan Masalah ............................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 12
F. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 12
G. Batasan Istilah .................................................................................................... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................ 17

A. Hakikat Pendidikan Karakter .............................................................................. 17

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Pengertian Karakter ....................................................................................... 17


2. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................................... 19
3. Tujuan Pendidikan Karakter.......................................................................... 20
4. Fungsi Pendidikan Karakter .......................................................................... 21
5. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter ............................................................. 22
6. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter.................................................................... 24
7. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ................................................ 28
B. Hakekat Asesmen ................................................................................................ 30
1. Pengertian Asesmen, Tes, dan Evaluasi ........................................................ 30
2. Tujuan Asesmen ............................................................................................ 34
3. Fungsi Asesmen ............................................................................................ 34
4. Ruang Lingkup Asesmen .............................................................................. 35
5. Prinsip-Prinsip Asesmen ............................................................................... 36
6. Jenis-Jenis Asesmen ...................................................................................... 38
7. Teknik-Teknik Asesmen ............................................................................... 42
8. Langkah-Langkah Asesmen .......................................................................... 51
9. Tes Sebagai Teknik Asesmen ....................................................................... 54
C. Pelaksanaan Asesmen Pendidikan Karakter di SMP .......................................... 55
1. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter di SMP ........................................... 55
2. Teknik-Teknik Asesmen Pendidikan Karakter di SMP ................................ 56
D. Penilaian Pendidikan Karakter di SMP ............................................................... 57
1. Penilaian Pendidikan ..................................................................................... 57
2. Penilaian Pendidikan Karakter ...................................................................... 58
E. Evaluasi Pendidikan Karakter di SMP ................................................................ 60
1. Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Evaluasi Pendidikan .................................... 60
2. Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SMP ........................................... 63
F. Hambatan Penilaian Pendidikan Karakter di SMP ............................................. 65
G. Kajian Penelitian yang Relevan .......................................................................... 66

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 69

A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 69

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 71


C. Subjek Penelitian................................................................................................. 73
D. Defenisi Variabel Penelitian ............................................................................... 74
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .......................................................... 75
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 75
2. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................................... 77
F. Validitas Instrumen ............................................................................................. 78
G. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 83

A. Hasil Penelitian ................................................................................................... 83


1. Deskripsikan keterlaksanaan perencanaan dan pelaksanaan pendidikan
karakter dan asesmen pendidikan karakter di SMP ...................................... 83
2. Gambaran pelaksanaan dan proses penilaian pendidikan karakter yang
dilaksanakan di SMP ................................................................................... 105
3. Gambaran proses evaluasi penilaian pendidikan karakter di SMP ............. 117
4. Hambatan-hambatan yang dihadapi Para guru di SMP dalam proses
penilaian pendidikan karakter ..................................................................... 123
5. Usaha-usaha yang dilakukan para guru di SMP dalam mengatasi
hambatan-hambatan penilaian pendidikan karakter .................................... 124
B. Pembahasan ....................................................................................................... 126
1. Deskripsikan keterlaksanaan perencanaan dan pelaksanaan pendidikan
karakter dan asesmen pendidikan karakter di SMP .................................... 126
2. Gambaran pelaksanaan dan proses penilaian pendidikan karakter yang
dilaksanakan di SMP ................................................................................... 135
3. Gambaran proses evaluasi penilaian pendidikan karakter di SMP ............. 143
4. Hambatan-hambatan yang dihadapi dan solusi yang dilakukan para
guru di SMP dalam proses penilaian pendidikan karakter .......................... 144
5. Usaha-usaha yang dilakukan para guru di SMP dalam mengatasi
hambatan-hambatan penilaian pendidikan karakter .................................... 145

BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 149

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 149


B. Saran-Saran ....................................................................................................... 151

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 156

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................... 161

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian............................................................................................. 72

Tabel 3.2 Waktu Pengambilan Data................................................................................ 72

Tabel 3.3 Subyek Penelitian ............................................................................................ 73

Tabel 3.4 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 75

Tabel 3.5 Kriteria Deskriptif Persentase Tingkat Penilaian Menurut Suharsimi


(2011) .............................................................................................................................. 80

Tabel 4.1 Perencanaan tentang Pendidikan Karakter ...................................................... 83

Tabel 4.2 Penyusunan Perencanaan Pendidikan Karakter .............................................. 84

Tabel 4.3 Pengetahuan Guru tentang Pedoman Pendidikan Karakter di SMP ............... 85

Tabel 4.4 Perencanaan dan Pelaksanaan Pendidikan Karakter ....................................... 86

Tabel 4.5 Ragam Kegiatan Pendidikan Karakter yang Dilaksanakan di SMP


Menurut 51 Guru ............................................................................................................. 87

Tabel 4.6 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter yang Dirasakan 51 Guru


Indikator Hasil Pendidikan Karakter ............................................................................... 89

Tabel 4.7 Indikasi Kekurangberhasilan Pendidikan Karakter di SMP Menurut 51


Guru Indikasi Pendidikan Karakter Kurang Berhasil ..................................................... 91

Tabel 4.8 Sikap Guru Terhadap Penting/Tidaknya Asesmen Pendidikan

Karakter ........................................................................................................................... 93

Tabel 4.9 Keterlaksaanaan Asesmen Pendidikan Karakter............................................. 94

Tabel 4.10 Rancangan Sekolah Tentang Asesmen Pendidikan Karakter ....................... 96

Tabel 4.11 Pedoman Pembuatan Penilaian Pendidikan Karakter ................................... 96

Tabel 4.12 Sasaran dari Penilaian Pendidikan Karakter ................................................. 98

Tabel 4.13 Ranah Pendidikan Karakter .......................................................................... 99

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4.14 Langkah-Langkah Asesmen ........................................................................ 100

Tabel 4.15 Langkah-Langkah Asesmen Yang Paling Sulit Menurut Guru .................. 101

Tabel 4.16 Pihak yang Terlibat dalam Perancangan Asesmen Pendidikan

Karakter ......................................................................................................................... 102

Tabel 4.17 Asesmen sebagai Ukuran Kenaikan Kelas.................................................. 103

Tabel 4.18 Frekuensi dan Durasi Kegiatan Asesmen Hasil Pendidikan

Karakter ......................................................................................................................... 104

Tabel 4.19 Hal yang Dilakukan Sebelum Melakukan Penilaian Pendidikan


Karakter ......................................................................................................................... 106

Tabel 4.20 Cara Guru Menilai Hasil Pendidikan Karakter Siswa ................................ 107

Tabel 4.21 Teknik-Teknik Penilaian Pendidikan Karakter ........................................... 108

Tabel 4.22 Pelaksanaan Teknik Penilaian Pendidikan Karakter ................................... 111

Tabel 4.23 Kesimpulan Penilaian Hasil Pendidikan Karakter ...................................... 112

Tabel 4.24 Bentuk Penilaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa ................................... 114

Tabel 4.25 Bentuk Pedoman Penilaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa ................... 115

Tabel 4.26 Pihak yang Terlibat dalam Menginterpretasi dan Mengambil


Kesimpulan Hasil Pendidikan Karakter Siswa ............................................................. 117

Tabel 4.27 Tindakan Evaluasi ....................................................................................... 118

Tabel 4.28 Ketercapaian Pendidikan Karakter yang Direncanakan .............................. 119

Tabel 4.29 Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Karakter ................................................ 120

Tabel 4.30 Keterlibatan Sasaran Asesmen Pendidikan Karakter .................................. 121

Tabel 4.31 Kendala Proses Asesmen Pendidikan Karakter .......................................... 123

xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4.32 Upaya-Upaya Guru Mengatasi Hambatan Asesmen Pendidikan


Karakter ......................................................................................................................... 124

Tabel 4.32 Usulan Guru Agara Asesmen Pendidikan Karakter Berjalan Sesuai
Rencana ......................................................................................................................... 125

xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Penelitian ...................................................................................... 161

Lampiran 2 Tabel Data Hasil Angket Penelitian .......................................................... 172

Lampiran 3 Salah Satu Surat Izin Penelitian dari 11 SMP ........................................... 202

Lampiran 4 Dokumentasi .............................................................................................. 203

xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini dipapaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk

karakter dan budaya bangsa. Pendidikan karakter yang hadir di Indonesia

merupakan pemberian bantuan pendidikan dalam bentuk penanaman nilai-

nilai karakter dalam diri penerima pendidikan (peserta didik). Menurut

Suparno (2015: 6) “pendidikan karakter sangat penting terutama bagi

perkembangan hidup anak didik dan bagi perkembangan bangsa dan negara

Indonesia ke depan”.

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, beliau

mengawali kerjanya sebagai kepala pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu

jilid II dengan mengangkat isu tentang pendidikan karakter bangsa sebagai

pilar pembangunan. Sejak awal tahun 2010, tepatnya pada tanggal 14 Januari,

pemerintah yakni Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan program

“Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan nasional. Setelah

dicanangkan program ini, beberapa Direktorat Jenderal dengan direktorat-

direktorat yang ada segera menindaklanjuti dengan menyusun rambu-rambu

penerapan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Kementerian Pendidikan

berhasil menyusun “Desain Induk Pendidikan Karakter”. Kemudian di bagian

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Direktorat PSMP, yakni di bagian Puskur juga telah membuat

rancangan pelaksanaan dengan mengembangkan silabus yang dikaitkan

dengan nilai-nilai karakter bangsa (Sardiman AM: 2013).

Program yang telah berhasil disusun tersebut, oleh pemerintah

dihimbau untuk diimplementasikan di sekolah-sekolah. Berkaitan dengan hal

tersebut, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan buku panduan yang

berjudul Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama yang

diterbitkan pada tahun 2010. Bagi program pendidikan karakter di SMP, agar

tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik, Direktorat Pembinaan SMP

secara khusus mengembangkan pendidikan karakter yang diharapkan dapat

diimplementasikan di seluruh SMP di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut,

berdasarkan pedoman Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Pertama Dirjen

Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan

Nasional (2010), pendidikan karakter terintegrasi di SMP dilaksanakan

melalui proses pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan

kesiswaan.

Program pendidikan karakter yang digencarkan dan diberi perhatian

khusus dalam praksis pendidikan nasional tentunya dapat dilaksanakan

melalui keseharian pembelajaran yang sudah berjalan di sekolah. Wakil

Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal di Jakarta (Selasa, 31/08/2010)

mengatakan bahwa pendidikan karakter yang dihimbau dan didorong

pemerintah untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak akan membebani

guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang terkandung dalam pendidikan karakter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebenarnya sudah ada dalam kurikulum, namun selama ini tidak dikedepankan

dan diajarkan secara tersurat. Menurut Fasli, sekolah bebas untuk memilih dan

menerapkan nilai-nilai yang hendak dibangun dalam diri siswa. Bahkan

pemerintah berusaha dalam mendorong sekolah terutama guru-guru untuk

memunculkan keragaman bentuk pelaksanaan pendidikan karakter.

(http://nasional.kompas.com/read/2010/08/31/19585479/pendidikan.karakter.d

iintegrasikan).

Seiring berjalannya waktu, pendidikan yang diberikan tetapi kurang

menekankan pada aspek penanaman karakter menimbulkan berbagai macam

permasalahan dikalangan generasi muda. Jelas terlihat, entah melalui

pengalaman pribadi maupun lewat media massa atau sosial bahwa dasar-dasar

nilai karakter yang menjadi ciri baik seseorang yang khas mulai tergerus

dimakan oleh arus globalisasi. Marak terjadi dekadensi atau penurunan

kualitas moral seperti tidak jujur, mencuri, melalaikan tugas dan

tanggungjawab, menghancurkan lingkungan, bermusuhan, malas beribadah,

tidak hormat pada yang lebih tua, malas berjuang, bullying dan masih banyak

lagi. Hal ini juga terjadi karena generasi sekarang menganggap bahwa

intelektual dan tren mengikuti perkembangan zaman merupakan hal yang

lebih penting, dibandingkan dengan menumbuhkembangkan dan

mengaplikasikan nilai-nilai karakter.

Menjadi hal yang cukup mengejutkan manakalah faktanya adalah yang

menjadi pelaku penurunan nilai karakter yang telah susah payah ditanamkan

dari rumah, sekolah, maupun lingkungan adalah generasi muda. Padahal


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mereka adalah orang-orang yang sedang mengenyam pendidikan di bangku

sekolah. Melihat fenomena ini, sekolah yang menjadi tempat atau rumah

kedua bagi siswa dalam menghabiskan dan menyibukkan diri dengan belajar,

tentu dipertanyakan kualitas pemberian pendidikannya terutama dalam

pemberian dan pengembangan pendidikan karakter. Hal ini tentunya menjadi

bahan evaluasi untuk menemukan formula yang lebih tepat dalam

menanamkan pendidikan karakter yang lebih tepat sasaran dan efektif untuk

mencapai tujuan penanaman pendidikan karakter.

Hasil olah evaluasi tersebut, mendorong pemerintah melalui

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk lebih berusaha mengatasi dan

mengurangi dekadensi moral dengan cara memasukan pendidikan karakter ke

dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Sekarang ini di Indonesia,

kurikulum yang sedang diberlakukan dan diaplikasikan adalah kurikulum

2013. Dalam kurikulum 2013 pendidikan karakter mendapatkan tekanan lebih

besar dengan penekanan pada Kompetensi Inti (KI) 1 dan 2 tentang ketakwaan

dan karakter yang harus ditekankan di sekolah oleh setiap guru lewat mata

pelajaran masing-masing. Menurut Suyanto (Sinaga dan Artati, 2017: 15)

menjadi masalah baru lagi, ketika pendidikan karakter yang dicanangkan oleh

pemerintah melalui Direktorat Pembinaan SMP ternyata belum diaplikasikan

sampai pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan

peserta didik sehari-hari. Semua ini terjadi karena pemerintah dalam

mendesain kurikulum belum mengorientasikan kurikulum secara integral ke

dalam semua materi pelajaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pemberian pendidikan karakter oleh pemerintah juga belum

memberikan dampak nyata perubahan pada karakter peserta didik. Selain itu,

pemberian pendidikan karakter oleh guru tidak diimbangi dengan alternatif

atau cara mudah agar dapat mendeteksi seberapa besar penurunan kualitas

karakter peserta didik. Padahal kembali lagi seperti yang kita ketahui, bahwa

gerakan pendidikan karakter di sekolah khususnya di SMP di seluruh tanah air

telah digalakan sejak 2010, namun belum dibicarakan dan dikembangkan

mengenai sistem asesmen dan evaluasi pendidikan karakter yang terstandar

(Barus, 2017: 155). Hal ini menjadi penting karena dengan adanya sistem

penilaian ini, guru akan secara tepat dapat mendeteksi penurunan kualitas

karakter peserta didik. Hasil penilaian pendidikan karakter juga dapat

membantu dalam menyusun serta merancang pembelajaran maupun kegiatan

non pembelajaran yang lebih tepat sasaran dalam menumbuhkan karakter

peserta didik. Oleh karena itu, alat penilaian yang tepat yang dapat membantu

guru menilai karakter siswa sangat dibutuhkan.

Langkah/cara atau alternatif mudah yang dapat dilakukan oleh guru

selaku pendidik untuk menilai karakter siswa adalah dengan menggunakan

asesmen (penilaian). Asesmen merupakan sebuah proses/cara dalam

memberikan penilaian terhadap siswa guna mendapatkan informasi yang dapat

digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para

peserta didik, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan,

metode dan atau instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga

yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu. Asesmen dapat memudahkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

guru dan sekolah dalam mencari data selengkap-lengkapnya tentang siswa dan

kebutuhan mereka terutama untuk menggali karakter mereka. Melihat

fenomena ini, guru sebagai pendidik sejak awal diharapkan telah memiliki

pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam mengasesmen dan

mengelola hasil asesmen. Tetapi, pada kenyataannya banyak masalah dan

kesulitan yang dihadapi guru dalam melakukan asesmen, khususnya dalam

menilai pelaksanaan hasil pendidikan karakter. Guru di Indonesia mungkin

mendapat sedikit bekal tentang asesmen ketika mereka duduk di bangku

perkuliahan. Tetapi ketika terjun ke lapangan, asesmen yang menjadi salah

satu kunci dalam menilai dan mengukur hasil pendidikan kebanyakan lebih

berfokus pada mengukur hasil belajar. Sedangkan dalam hal penilain sikap

terutama berkaitan dengan pendidikan karakter, guru tidak cukup paham untuk

mulai dari mana atau menggunakan cara apa yang tepat.

Secara umum, dalam penilaian sikap dan karakter peserta didik di

sekolah terutama SMP, guru hanya mengandalkan observasi dan keaktifan

peserta didik di kelas maupun luar kelas. Cara-cara penilaian seperti ini

tentunya mengandung banyak kelemahan seperti subjektif, sporadik,

persepsional, inkonsistensi, kurang sistematik, dan mengundang banyak

perdebatan (Barus, Widanarto & Sinaga, Laporan Tahunan (1) PSHP 2017: 2).

Hal ini tentunya harus dihindari, sehingga peserta didik tidak merasa dirugikan

terutama bila penilaian karakter tersebut juga dijadikan sebagai acuan dalam

penilaian rapor atau berkontribusi dalam penentuan kenaikan kelas. Perbaikan

dan peningkatan pendidikan karakter di SMP semestinya dimulai dari


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penyelidikan evaluatif untuk memperoleh gambaran obyektif seperti apa

potret pelaksanaan pendidikan karakter di SMP saat ini, sejauhmana

pendidikan karakter secara aktual sungguh dibutuhkan para peserta didik

(berdasarkan character needs assessment), seperti apa pelayanan itu

seharusnya dirancangkembangkan, bagaimana proses dan hasil pendidikan

karakter dinilai dan dievaluasi, ragam kegiatan pendidikan karakter apa yang

telah terimplementasikan secara aktual kepada peserta didik, sejauhmana

kualitas implementasi program pendidikan karakter, sejauhmana hasil

pendidikan karakter di SMP. Malangnya, sampai saat ini belum ditemukan

model evaluasi program pendidikan karakter di SMP yang efektif untuk

mengukur hasil. Intrumen penilaian pendidikan karakter yang dibakukan

hingga saat ini belum tersedia, maka hal ini dibebankan menjadi tugas guru

untuk menyusunnya (Barus, Widanarto & Sinaga, Laporan Tahunan (1) PSHP

2017: 9).

Bila ditelusuri dengan cermat mengenai keterlaksanaan penilaian

pendidikan karakter di sekolah, maka dapat dipastikan hasilnya belum

memuaskan. Berdasarkan pengalaman observasi dan wawancara terhadap

beberapa guru yang telah dilakukan oleh peneliti, dengan jujur mereka

menyampaikan bahwa mereka tidak paham dan tidak tahu tentang dan

bagaimana penggunaan asesmen pendidikan karakter di lingkungan sekolah

karena tidak adanya pedoman penilaian yang terstandar. Pada tubuh sekolah

sendiri, penanaman dan penilaian pendidikan karakter memang ada, tetapi

pedoman tersebut diciptakan oleh guru berdasarkan pemahamannya dan tidak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dibuatkan standar penilaian yang dipatenkan oleh pihak sekolah. Selain itu,

pemberian dan penilaian pendidikan karakter juga ditanamkan dan

digabungkan dalam kegiatan ekstrakulikuler seperti pramuka, OSIS, PMR,

kegiatan keagamaan, olahraga, seni dan ekstrakurikuler lainnya yang dapat

mengembangkan nilai-nilai karakter, yang mana juga menjadi patokan guru

dalam menilai sejauh mana perkembangan karakter peserta didik tersebut.

Sehingga dapat dikatakan bahwa penilaian pendidikan karakter secara

sederhana ada di sekolah, tetapi belum baku, terukur, dan valid.

Hambatan lain yang perlu dilihat dan dihadapi adalah kurangnya

edukasi dari pemerintah atau lembaga yang bertanggungjawab dalam

memberikan pengetahuan kepada guru dan sekolah mengenai penting dan

bergunanya asesmen pendidikan karakter siswa bagi sekolah dan bagi siswa

itu sendiri. Tentunya ini hanya segelintir hambatan yang benar-benar terekam

oleh proses wawancara awal dengan para guru. Permasalahan pendidikan

karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-

alternatif solusinya, serta perlu dikembangkan suatu model pelaksanaan dan

evaluasinya secara lebih operasional dan efektif sehingga mudah

diimplementasikan di sekolah.

Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik mengangkat judul

“Keterlaksanaan dan Hambatan-Hambatan Asesmen Pendidikan

Karakter di SMP”. Peneliti melakukan penelitian deskriptif kuantitatif pada

level eksploratif yang bertujuan untuk menganalisis deskripsi hasil jawaban

soal-soal dalam angket penelitian yang sudah disesuaikan dengan judul


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penelitian dalam rangka tugas akhir. Penelitian ini,diharapkan memberikan

gambaran secara jelas mengenai bagaimana keterlaksanaan penilaian

pendidikan karakter di sekolah dan apa hambatan-hambatan yang dihadapi

oleh guru maupun sekolah terutama di tingkat SMP. Hasil penelitian ini akan

sangat membantu dalam meninjau ulang proses asesmen (dalam bentuk

penilaian apa pun) yang sudah berjalan di sekolah dan dijadikan sebagai

sumber inspirasi dalam merefleksikan sistem penilaian umum yang selama ini

telah digunakan di sekolah atau dapat dijadikan loncatan baru dalam

menciptakan sistem penilaian, pengukuran, maupun evaluasi yang sederhana

tetapi mampu mengukur secara tepat jalannya pendidikan karakter dan hasil

pendidikan karakter peserta didik di SMP.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diidentifikasikan

berbagai masalah sebagai berikut:

1. Pendidikan yang diberikan di sekolah tetapi kurang menekankan pada

aspek penanaman karakter menimbulkan berbagai macam permasalahan

dikalangan generasi muda, yakni terjadi penurunan kualitas moral pada

generasi muda.

2. Pendidikan karakter yang dicanangkan oleh pemerintah belum sampai

pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan peserta

didik sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

3. Pemberian dan penanaman pendidikan karakter di sekolah-sekolah belum

memberikan bekal memadai bagi guru dalam menilai dan mendeteksi

sebarapa besar hasilnya.

4. Pemerintah belum mengembangkan suatu sistem penilaian, pengukuran

maupun evaluasi pendidikan karakter yang terstandar di SMP.

5. Belum adanya sistem penilaian yang mampu mengukur secara tepat

mengenai pelaksanaan dan hasil pendidikan karakter siswa di sekolah.

6. Dalam hal penilaian sikap terutama berkaitan dengan pendidikan karakter,

guru tidak mengetahui harus mulai dari mana atau menggunakan cara apa

yang tepat.

7. Ada indikasi guru kurang paham dan tidak tahu menggunakan asesmen

pendidikan karakter di sekolah.

8. Ada indikasi bahwa penilaian karakter siswa di sekolah masih bersifat

subjektif karena guru kurang paham mengaplikasikan asesmen pendidikan

karakter yang objektif, valid, dan terpercaya.

9. Model evaluasi program pendidikan karakter di SMP yang efektif untuk

mengukur hasil pendidikan karakter secara holistik/komprehensif hingga

saat ini belum ditemukan dan tersedia, maka guru dibebankan untuk

menyusunnya.

10. Penilaian pendidikan karakter secara sederhana ada di sekolah, tetapi

belum baku, terukur, dan valid.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

11. Kurangnya edukasi oleh pemerintah atau lembaga yang bertanggungjawab

dalam memberikan pengetahuan kepada guru dan sekolah mengenai

penting dan bergunanya asesmen pendidikan karakter siswa.

12. Sangat dibutuhkan alat penilaian yang tepat yang dapat membantu guru

menilai karakter siswa.

13. Adanya hambatan-hambatan dalam proses asesmen pendidikan karakter.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada menjawab

permasalahan yang teridentifikasi di atas khususnya berkaitan dengan

keterlaksanaan dan hambatan-hambatan asesmen pendidikan karakter di

Sekolah Menengah Pertama dalam skala nasional.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, pertanyaan penelitian

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keterlaksanaan perencanaan pendidikan karakter dan

asesmen pendidikan karakter di SMP?

2. Bagaimanakah proses pelaksanaan penilaian pendidikan karakter di SMP

dijalankan?

3. Bagaimanakah proses evaluasi penilaian pendidikan karakter di SMP?

4. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi para guru di SMP dalam

proses penilaian pendidikan karakter?

5. Usaha-usaha apa sajakah yang dilakukan sekolah yaitu SMP untuk

mengatasi hambatan-hambatan penilaian pendidikan karakter?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan keterlaksanaan perencanaan pendidikan karakter dan

asesmen pendidikan karakter di SMP.

2. Memperoleh gambaran proses pelaksanaan penilaian pendidikan karakter

yang dilaksanakan di SMP.

3. Memperoleh gambaran proses evaluasi penilaian pendidikan karakter di

SMP.

4. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi para guru di SMP

dalam proses penilaian pendidikan karakter.

5. Mengidentifikasi usaha-usaha yang dilakukan para guru di SMP dalam

mengatasi hambatan-hambatan penilaian pendidikan karakter.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi dan

pengetahuan dalam bidang keterlaksanaan dan hambatan-hambatan

asesmen pendidikan karakter di sekolah, khususnya untuk SMP di seluruh

Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah

1) Penelitian ini memberikan sumbangan dalam mengumpulkan data

mengenai ragam penilaian, keterlaksanaan, hambatan, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

kesulitan asesmen (penilaian) pendidikan karakter di sekolah

khususnya SMP.

2) Pemerintah memiliki gambaran dalam menciptakan asesmen

(penilaian) pendidikan karakter di sekolah yang sesuai dan mudah

digunakan serta diaplikasikan oleh para guru SMP di sekolah.

b. Bagi sekolah dan guru

1) Penelitian ini memberikan sumbangan yang baik dalam

mengetahui pemahaman dan penggunaan asesmen (penilaian)

pendidikan karakter di sekolah serta hambatan-hambatan yang

mungkin dihadapi oleh sekolah berkaitan dengan penggunaan

instrumen penilaian pendidikan karakter.

2) Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber acuan dan bahan

evaluasi untuk membenahi dan menggalakan penggunaan asesmen

yang baik dan benar sebagai penilai dan pengukur pendidikan

karakter siswa di sekolah.

3) Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber masukan dan refleksi

mendalam bagi guru, agar dapat mengaplikasikan dan

menggunakan secara tepat asesmen (penilaian) pendidikan karakter

di sekolah.

c. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

1) Penelitian ini dapat menjadi bagian dari refleksi guru BK dalam

memahami betapa pentingnya penilaian pendidikan karakter untuk

siswa. Oleh karenanya siswa tidak hanya berkembang dalam hal


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

intelektual, tetapi berdasarkan penilaian tersebut dapat

membimbing siswa dalam hal pengembangan karakter.

2) Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber acuan dan dorongan

bagi guru BK dalam membuat dan menghasilkan penilaian

sederhana yang baik dan tepat berdasarkan ilmu ke-BKan dalam

mengukur perkembangan karakter, sehingga guru BK ikut ambil

bagian dalam perkembangan karakter siswa ke arah yang lebih

baik.

3) Hasil penelitian ini dapat menginspirasi guru BK dalam membantu

guru-guru di sekolah untuk meningkatkan pemahaman mengenai

penilaian pendidikan karakter siswa yang lebih bermanfaat dan

mudah bagi evaluasi dan mencari solusi bersama untuk lebih

meningkatkan perkembangan karakter siswa ke arah yang lebih

baik dan positif.

d. Bagi peneliti

1) Peneliti memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai

keterlaksanaan dan hambatan-hambatan asesmen pendidikan

karakter yang ada di SMP.

2) Peneliti mendapat kesempatan pembelajaran melalui prosedur

penelitian dan pengembangan secara ilmiah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

e. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai

referensi dalam mengkaji dan mengembangkan keterlaksanaan dan

hambatan-hambatan asesmen pendidikan karakter di SMP.

G. Batasan Istilah

1. Karakter

Karakter adalah kepribadian yang membedakan dan menjadikan seseorang

unik dibandingkan orang lain yang diyakini dan digunakan sebagai

panduan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak baik dalam

lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

2. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian

seseorang agar mengalami, memperoleh, dan memiliki karakter kuat yang

diinginkan melalui pendidikan budi yang sesuai dengan nilai-nilai luhur

yang menjadi jati dirinya agar dapat mengambil keputusan dengan bijak

dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Asesmen

Asesmen adalah penilaian yang digunakan untuk memperoleh berbagai

macam informasi yang disesuaikan dengan tujuan atau kriteria yang telah

ditetapkan sehingga tujuan tersebut dapat tercapai.

4. Asesmen pendidikan karakter

Asesmen pendidikan karakter adalah penilaian yang digunakan untuk

memperoleh berbagai macam informasi data karakeristik dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

perkembangan karakter siswa yang disesuaikan dengan tujuan atau kriteria

yang telah ditetapkan sehingga tujuan penanaman pendidikan karakter

tersebut dapat tercapai.

5. Keterlaksanaan asesmen pendidikan karakter

Keterlaksanaan asesmen pendidikan karakter yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah penilaian dan evaluasi pendidikan karakter yang

dilakukan oleh pendidik karakter yaitu guru kepada peserta didik di

sekolah terutama SMP.

6. Hambatan-hambatan asesmen pendidikan karakter

Hambatan-hambatan asesmen pendidikan karakter yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah hambatan-hambatan yang dialami oleh para pelaku

pendidik karakter di sekolah, yakni kepala sekolah dan guru-guru.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan kajian teori dan kajian penelitian yang relevan.

Kedua sub-bagian tersebut merupakan bagian-bagian dari kajian pustaka yang

berisikan teori-teori pendukung dan penelitian yang relevan yang diperoleh

dari berbagai sumber dan jurnal ilmiah. Setiap pengertian dan penjabaran

didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Masing-masing sub-bagian akan dijabarkan secara singkat, padat dan

komprehensif. Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing sub-bagian.

A. Hakikat Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari Bahasa Yunani „karasso‟ berarti cetak

biru, format dasar, seperti sidik jari. Menurut Kemendiknas (2010),

karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian sesorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbagi kebajikan (virtues) yang

diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir,

bersikap, dan bertindak. Karakter yang tercipta ini akan menjadikan

seseorang memiliki kekhasan atau keunikan yang berbeda dengan yang

lainnya.

Menurut Samani dan Hariyanto (2015: 41) karakter merupakan

cara berpikir dan berperilaku yang khas dari tiap individu yang

berguna dalam hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang memiliki

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

karakter baik adalah individu yang mampu membuat keputusan dan

selalu siap bertanggungjawab terhadap setiap akibat dari keputusan

yang diambil atau dipilih dirinya. Sejalan dengan pemikiran tesebut,

Sinaga dan Artati (2017: 16) menjelaskan bahwa karakter merupakan

kepribadian milik seseorang yang terbentuk melalui internalisasi hasil

berbagi kebajikan yang dipercaya dan dijadikan dasar untuk perspektif,

berpikir, berperilaku, dan beraksi, yang menjadi karakteristik unik

setiap individu dalam hidup dan bekerja sama dalam keluarga, sekolah,

masyarakat, dan bangsa.

Driyarkara (Suparno, 2015: 28) menyamakan karakter dengan

budi pekerti. Menurut Driyarkara, seseorang disebut memiliki budi

pekerti atau karakter bila orang tersebut mempunyai kebiasaan untuk

mengalahkan dorongan yang tidak baik yang timbul dari dalam

dirinya, atau secara positif orang mempunyai kebiasaan untuk

menjalankan dorongan yang baik. Pendidikan budi pekerti, bakat-bakat

yang baik tentu harus dikembangkan sehingga mendominasi

kehidupan orang itu. Bakat awal itu harus dikembangkan sehingga

karakternya menjadi baik. Unsur pendidikan tentunya berperan sangat

penting dalam membangun karakter seseorang.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka secara sederhana

dapat disimpulkan bahwa karakter adalah kepribadian yang

membedakan dan menjadikan seseorang unik dibandingkan orang lain

yang diyakini dan digunakan sebagai panduan cara pandang, berpikir,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

bersikap, dan bertindak baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat,

bangsa, dan negara.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Thomas Lickona (Gunawan, 2014: 23) mendefinisikan

pendidikan karakter sebagai pendidikan yang membentuk kepribadian

seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya dapat terlihat

dalam tindakan nyata seseorang yakni tingkah laku yang baik, jujur,

bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan

sebagainya. Sementara itu, Suparno (2015: 29) menjelaskan bahwa

“pendidikan karakter berarti pendidikan yang berguna dalam

membantu siswa agar siswa-siswa mengalami, memperoleh, dan

memiliki karakter kuat yang diinginkan”.

Menurut Megawangi (Kesuma, Triana & Permana. 2011: 5)

mendefenisikan pendidikan karakter sebagai sebuah usaha dalam

mendidik anak-anak sehingga mereka dapat mengambil keputusan

dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,

serta memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Hampir sejalan dengan penjelasan sebelumnya, Zubaedi (2011) juga

menjelaskan bahwa pendidikan karakter dimaknai sebagai upaya

dilakukannya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan

dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang

sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan

dalam interaksi dengan Tuhan, diri sendiri, antar sesama, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

lingkungannya. Nilai-nilai luhur tersebut yakni antara lain: kejujuran,

kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berpikir, dan

berpikir logis.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan untuk

membentuk kepribadian seseorang agar mengalami, memperoleh, dan

memiliki karakter kuat yang diinginkan melalui pendidikan budi yang

sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya agar dapat

mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Kemendiknas (2011: 7) menegaskan bahwa pendidikan

karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk

karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi:

a. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

b. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.

c. Mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya

diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat

manusia.

Fathurrohman, dkk. (2013) menyebutkan bahwa tujuan

pendidikan karakter secara khusus, yaitu untuk:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

a. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji

dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi karakter bangsa

yang religius.

b. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan

warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter dan karakter

bangsa.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa.

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan

persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh

kekuatan.

4. Fungsi Pendidikan Karkater

Kemendiknas (2011: 7) menegaskan bahwa pendidikan

karakter berfungsi untuk:

a. Membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural.

b. Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan

mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat

manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,

berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

c. Membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri,

dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu

harmoni.

Berdasarkan kebijakan Nasional Pembangunan Karakter

Bangsa (Narwanti, 2011: 18), fungsi pendidikan karakter adalah:

a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Pembangunan

karakter bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan

potensi manusia dan warga negara Indonesia agar berpikiran dan

berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

b. Fungsi perbaikan dan penguatan. Pembangunan karakter bangsa

berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan

pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi

dan bertanggungjawab dalam pengembangan potensi warga negara

dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan

sejahtera.

c. Fungsi penyaring. Pembangunan karakter bangsa berfungsi

memilah budaya sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang

tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang

bermanfaat.

5. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter

Prinsip-prinsip dasar pendidikan karakter di sekolah menurut

Kemendiknas (2010) adalah sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etik sebagai basis karakter.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan perilaku.

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk

membangun karakter.

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan

perilaku yang baik

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan

menantang yang menghargai semua pesreta didik, membangun

karakter peserta didik, dan membantu peserta didik untuk sukses.

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada

nilai dasar yang sama.

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter.

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra

dalam usaha membangun karakter.

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-

guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan

peserta didik

Menurut Fathurrohman, dkk. (2013) prinsip-prinsip pendidikan

karakter sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

a. Berkelanjutan yang artinya bahwa proses pengembangan nilai-nilai

karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal

peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.

b. Pengembangan nilai-nilai karakter terintegrasi melalui setiap mata

pelajaran dan setiap kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler, dan

kokurikuler.

c. Nilai karakter tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses

belajar.

d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan

menyenangkan.

6. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di SMP

Pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang

disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permendiknas No. 23 Tahun

2006) dan SK/KD (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Berikut ini

adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan deskripsi singkatnya.

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius).

Pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu

berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya.

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

1) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

2) Bertanggungjawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagaimana yang harus dia lakukan, terhadap

diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),

negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam

menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan

buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

6) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan

tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

7) Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku mandiri dan pandai atau berbakat mengenali

produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun

operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta

mengatur permodalan operasinya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika

untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari

apa yang telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10) Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat,

dan didengar.

11) Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

pengetahuan.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi

milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau

kewajiban diri sendiri serta orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan

dengan masyarakat dan kepentingan umum.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,

mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa

maupun tata perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak

dan kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu

ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

1) Nasionalis

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik

bangsanya.

2) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai

macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku,

dan agama.

7. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP

Suyanto (2010: 9), menegaskan bahwa keberhasilan program

pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian butir-

butir Standar Kompetensi Lulusan peserta didik yang meliputi sebagai

berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangan remaja

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri

c. Menunjukkan sikap percaya diri

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan

yang lebih luas

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan

sosial ekonomi dalam lingkup nasional

b. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan

sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif

c. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan

inovatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

d. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan

potensi yang dimilikinya

e. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari.

f. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial

g. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab

h. Menerapkan nila-nilai kebersamaan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya

persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

i. Menghargai karya seni dan budaya nasional

j. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk

berkarya

k. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan

waktu luang dengan baik

l. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun

m. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan

di masyarakat; menghargai adanya perbedaan pendapat

n. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek

sederhana

o. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sederhana

p. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti

pendidikan menengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

q. Memiliki jiwa kewirausahaan

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter

adalah terbentuknya budaya sekolah. Budaya sekolah yang dimaksud

yaitu perilaku keseharian, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-

simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat

sekitar sekolah yang harus berlandaskan pada nilai-nilai tersebut.

B. Hakekat Asesmen

1. Pengertian Asesmen, Tes dan Evaluasi

a. Pengertian Asesmen

Asesmen diadopsi dari kata assessment yang diartikan

sebagai penilaian. Asesesmen (penilaian), dalam penggunaannya

bagaimanapun bukan lebih dari sekedar pengujian. Penilaian

adalah penerapan dari berbagai cara dan penggunaan berbagai

macam alat. Penilaian digunakan untuk memperoleh berbagai

macam informasi tentang sejauhmana hasil belajar peserta didik

atau informasi tentang ketercapaian kompetensi yang digapai oleh

peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk memberikan

gambaran atau membantu menjawab pertanyaan tentang sebaik apa

hasil atau prestasi belajar peserta didik.

Menurut Suwandi (2010: 7) penilaian adalah proses untuk

mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan

yang dilaksanakan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang

telah ditetapkan. Sementara itu, Linn dan Grounlund (Uno dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Koni, 2012: 1) menegaskan asesemen (penilaian) adalah sebuah

prosedur yang digunakan dalam mendapatkan informasi tentang

belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan

format penilaian kemajuan belajar siswa.

Asesmen juga dapat diartikan sebagai proses pengukuran

dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik siswa

dengan aturan tertentu. Selain itu, asesmen merupakan sebuah

proses yang ditempuh guna mendapatkan informasi yang

digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai

para peserta didik, kurikulum, program-program, dan kebijakan

pendidikan, metode dan atau instrumen pendidikan lainnya oleh

suatu badan, lembaga yang menyelenggarakan suatu aktivitas

tertentu.

Dalam kegiatan asesmen terkandung kegiatan mengukur

dan menilai. Asesmen lebih sering dihubungkan dengan

pencapaian tujuan. Sudjana (1989) berpendapat bahwa proses

penilaian yang dilakukan tidak hanya diarahkan kepada tujuan-

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga kepada tujuan-

tujuan yang tersembunyi, termasuk menilai efek samping yang

mungkin timbul. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, maka

dapat dilakukan penilaian apakah telah mencapai tujuan seperti

yang diharapkan atau masih perlu dilakukan berbagai tindakan lain

untuk pencapaian tujuan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka secara

sederhana dapat disimpulkan bahwa asesmen adalah penilaian

yang digunakan untuk memperoleh berbagai macam informasi

yang disesuaikan dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan

sehingga tujuan tersebut dapat tercapai.

b. Pengertian Tes

Menurut Zainul A. dan Mulyana A. (Wahyudi, 2010: 289)

tes diartikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat

tugas yang direncanakan guna memperoleh informasi tentang

atribut pendidikan atau psikologi tertentu dan setiap butir

pertanyaan atau tugas tersebut memiliki jawaban atau ketentuan

yang dianggap benar, dan apabila jawaban tersebut tidak

memenuhi ketentuan tersebut, maka jawaban Anda dianggap salah.

Hampir sejalan dengan pengertian di atas, menurut

Poerwanti (Wahyudi, 2010: 289) tes merupakan seperangkat tugas

yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus

dijawab oleh para peserta didik untuk mengukur tingkat

pemahaman atau penguasaan mereka terhadap cakupan materi

yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

Selain itu, Arikunto (2012) menegaskan tes adalah suatu

cara untuk melakukan penilaian, yang mana cara tersebut

berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Jawaban

yang diberikan siswa terhadap pertanyan-pertanyaan itu dianggap


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

sebagai informasi terpercaya yang mencerminkan kemampuan

dirinya. Informasi tersebut dinyatakan sebagai masukan yang

sangat penting dalam mempertimbangkan siswa. Sehingga dapat

dikatakan bahwa tes adalah alat atau prosedur yang digunakan

untuk mengetahui atau mengukur sesuatu, dengan cara dan aturan-

aturan yang sudah ditentukan.

c. Pengertian Evaluasi

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni evaluation yang

berarti penilaian dan atau penaksiran. Edwind Wandt dan Geral W.

Brwon (Sudijono, 1995: 1) menyatakan; “Evaluation refer to the

act or process to determining the value of something. Menurut

definisi ini, maka istilah evaluasi itu mengandung pengertian; suatu

tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu”.

Sedangkan menurut Uno dan Koni (2012: 3) evaluasi merupakan

sebuah proses pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil

pengukuran dengan membandingkan angka hasil pengukuran

tersebut dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan atau dipilih.

Suwandi (2010: 8) berpendapat bahwa evaluasi sebagai

sebuah penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk

perencanaan suatu program subtansi pendidikan, termasuk

kurikulum beserta penilaian, dan pelaksanaannya, pengadaan, dan

peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, serta

reformasi pendidikan secara keseluruhan. Sementara itu, Ralph


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Tyler (Arikunto, 2013) menegaskan evaluasi adalah proses

pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa,

dan bagian mana suatu tujuan tercapai. Dengan kata lain, evaluasi

sebagai proses pengambilan keputusan dengan menggunakan

informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar dan

proses menilai sesuatu yang didasarkan pada kriteria atau tujuan

yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan

pengambilan keputuasan atas obyek yang dievaluasi.

2. Tujuan Asesmen

Sumardi & Sunaryo (Ambara, dkk. 2014:56) menyebutkan

beberapa tujuan asesmen, yaitu:

a. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif

tentang kondisi anak saat ini.

b. Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan

hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-

kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang

dibutuhkan anak.

c. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi

kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.

3. Fungsi Asesmen

Menurut Ambara, dkk. (2014), dengan melihat tujuan asesmen,

asesmen memiliki fungsi sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

a. Sebagai alat/bahan untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang

dihadapi seseorang saat itu.

b. Sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya

dibutuhkan dalam pembelajaran siswa.

c. Digunakan untuk menemukan dan menentukan di mana letak

masalah yang dihadapi serta apa yang menjadi kebutuhan belajar

seorang anak.

d. Guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat

realistis dan objektif, sesuai dengan kualitas yang dihadapi.

Poerwanti (2001: 38) mengatakan fungsi asesmen ada empat yaitu:

a. Menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah

menguasai suatu kompetensi.

b. Membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan

tentang langkah pemilihan program, pengembangan kepribadian

dan penjurusan.

c. Menemukan kesulitan belajar dan prestasi yang bisa dikembangkan

serta sebagai alat diagnosis perlu tidak siswa mengikuti remedial

atau program pengayaan.

d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang

telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung.

4. Ruang Lingkup Asesmen

Uno dan Koni (2012:17) isi model penilaian kelas ini meliputi

konsep dasar penilaian kelas, teknik penilaian, langkah-langkah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil penilaian serta pemanfaatan

dan pelaporan hasil penilaian. Dalam konsep penilaian, akan dijelaskan

apa yang dimaksud dengan penilaian, manfaat penilaian, fungsi

penilaian, dan rambu-rambu penilaian. Teknik penilaian akan

menjelaskan berbagai cara dan alat penilaian.

5. Prinsip-Prinsip Asesmen

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 menjelaskan bahwa

penilaian hasil belajar pada peserta didik pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Objektif bermakna penilaian berbasis pada standar dan tidak

dipengaruhi faktor subjektivitas penilaian.

b. Terpadu bermakna penilaian oleh pendidik dilakukan secara

terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan

berkesinambungan.

c. Ekonomis bermakna penilaian yang efisien dan efektif dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

d. Transparan bermakna prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan

dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

e. Akuntabel bermakna penilaian dapat dipertanggungjawabkan

kepada pihak intenal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,

prosedur, dan hasilnya.

f. Edukatif bermakna mendidik dan memotivasi peserta didik dan

guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Departemen Pendidikan Nasional Pusat kurikulum Balitbang

Kemediknas (2002), menjelaskan bahwa secara umum, penilaian

berbasis kelas harus memenuhi prinsip, yaitu valid, terbuka,

berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.

a. Valid (tepat). Dalam prinsip ini, alat ukur yang digunakan dalam

penilaian berbasis kelas harus betul-betul mengukur apa yang

hendak diukur.

b. Mendidik. Dalam penilaian berbasis kelas, guru harus dapat

memberikan penghargaan, motivasi dan upaya-upaya mendidik

lainnya kepada peserta didik yang berhasil serta membangkitkan

semangat bagi peserta didik yang kurang berhasil.

c. Berorentasi pada Kompetensi. Penilaian berbasis kelas dilakukan

dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil

belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum berbasis

kompetensi. Untuk itu, semua pendekatan, model harus diterapkan

dengan baik.

d. Adil dan Objektif. Kata adil dan objektif memang mudah

diucapkan, tetapi susah dilaksanakan karena penilai itu sendiri

adalah manusia biasa, yang tidak luput dari faktor subjektifitas.

e. Terbuka. Sistem dan hasil penilaian berbasis kelas tidak boleh

disembunyikan atau dirahasiakan oleh guru. Apapun format dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

model penilaian yang digunakan harus terbuka dan diketahui oleh

semua pihak, termasuk kriteria dalam membuat keputusan.

f. Berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas tidak hanya dilakukan

pada akhir kegiatan pembelajaran saja, tetapi harus dimulai dari

awal sampai akhir pembelajaran, terencana, bertahap dan

berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar peserta

didik dapat diperoleh secara utuh dan komprehensif.

g. Menyeluruh. Penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta

didik harus dilakukan secara menyeluruh, utuh dan tuntas, baik

yang berkenaan dengan domain kognitif, afektif, maupun

psikomotorik.

h. Bermakna. Penilaian berbasis kelas harus memberikan makna

kepada berbagai pihak untuk melihat tingkat perkembangan

penguasaan kompetensi peserta didik sehingga hasil penilaian

dapat ditindaklanjuti, terutama bagi guru, orang tua, dan peserta

didik.

6. Jenis-jenis Asesmen

Asesmen memiliki beberapa bentuk dan jenis. Jenis Asesmen

itulah yang kemudian menjadi alat ukur dari objek penilaian yang

dilakukan. Jenis-jenis asesmen (www.referensimakalah.com),yaitu:

a. Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan tes dalam bentuk bahan tulisan (baik soal

maupun jawabannya). Dalam menjawab soal siswa tidak selalu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

harus merespons dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetapi

dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar

grafik, diagram dan sebagainya.

b. Performance Assessment

Performance Assessment adalah suatu penilaian yang meminta

peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan

pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan

kriteria yang diinginkan.

c. Penilaian Portofolio

Portofolio merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat

memberikan informasi bagi suatu penilaian.

d. Penilaian Proyek

Penilaian Proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam

periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi

sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga

penyajian data.

e. Product Assessment

Penilaian hasil kerja siswa merupakan penilaian terhadap

keterampilan siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu

dan kualitas produk tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

f. Penilaian sikap

Manusia mempunyai sifat bawaan, misalnya: kecerdasan,

temperamen, dan sebagainya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh

terhadap pembentukan sikap.

g. Self Assessment

Penilaian diri di tingkat kelas (PDK) atau Classroom Self

Assessmen (CSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh

guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan

kegiatan belajar mengajar (KBM) di tingkat kelas.

h. Pusat Belajar dan Berakar dalam Proses Pembelajaran

Perhatian utama penilaian berbasis kelas terletak pada perhatian

guru dan peserta didik dalam perbaikan hasil belajar. Adapun

apabila guru melakukan perbaikan program pengajaran, tujuannya

tidak lain adalah dalam rangka memperbaiki hasil belajar peserta

didik.

i. Umpan Balik

Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur

proses umpan balik (feedback loop) di kelas. Hasil penilaian

berbasis kelas guru maupun peserta didik dapat menghasilkan saran

perbaikan belajar. Penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk

memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk

mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Asesmen dikategorikan menjadi dua menurut Blaustein, D. et

al. (Sudjana, 2008: 45) yaitu:

a. Asesmen Konvensional

Asesmen ini menggunakan paper and pencil test atau

disebut dengan asesmen formal. Disebut demikian karena metode

inilah yang biasa digunakan oleh guru. Metode paper and pencil

test hanya dapat mengukur kemampuan kognitif peserta didik

namun belum dapat mengukur hasil belajar peserta didik secara

holistik. Soal-soal tes tradisional dibagi menjadi 2 tipe

yaitu selected response items (soal pilihan ganda dan benar-salah,

memungkinkan siswa memilih jawaban di antara alternatif yang

tersedia) dan constructed-response item (esai atau jawaban pendek

mengisi titik-titik, mengharuskan siswa memberikan jawabannya

sendiri).

b. Asesmen Berbasis Kinerja

Asesmen ini menginginkan siswa dapat mengerjakan tugas

tertentu seperti menulis esai, melakukan eksperimen,

menginterpretasi solusi untuk masalah atau menggambarkan

sesuatu. Siswa mengerjakan beragam tugas selama beberapa hari,

bukan tugas yang dapat diakses beberapa menit. Hal ini

merupakan upaya mengukur berbagai macam keterampilan dan

proses intelektual yang kompleks. Asesmen kinerja bisa dalam

bentuk portofolio siswa atau penilaian dalam proses belajar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

mengajar misalkan dalam kerja kelompok, eksperimen, atau

diskusi kelompok.

7. Teknik-teknik Asesmen

Pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar siswa

terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat

dilakukan dengan teknik tes dan non tes. Poerwati (2001) menegaskan

teknik-teknik asesmen yaitu:

a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh

orang yang diberi tes dan berdasarkan hasil tugas-tugas tersebut

akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada oramg

tersebut. Alat tes ini memberikan tekanan pada dimensi kuantitatif

dari berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin

seseorang, dengan mengukur berapa banyak dari aspek tertentu

terdapat pada seseorang.

b. Teknik non tes adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

dengan observasi baik secara langsung ataupun tak langsung,

angket, wawancara, dan sosiometri. Teknik non tes digunakan

sebagai pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan

dalam pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar.

Poerwati (2001) mendeskripsikan jenis-jenis tes berdasarkan

taknik-tekniknya, sebagai berikut.

a. Teknik Tes

Bila ditinjau dari berbagai segi, teknik asesmen tes terdiri dari:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

1) Test ditinjau dari berbagai fungsinya, dapat dibagi atas:

a) Speed test atau tes kecepatan, yaitu suatu tes untuk

mengetahui kecepatan seseorang mengerjakan suatu tugas

dengan kelompok soal-soal yang relatif kesulitannya

dianggap sama.

b) Power test atau tes batas kesanggupan, yaitu suatu tes

untuk mengetahui sejauhmana kemampuan peserta didik

yang hendak dites.

c) General survey test, yaitu dilakukan untuk mengetahui

tingkat pelajaran yang dikuasai seseorang yang

dibandingkan dengan kecepatan orang lain yang dianggap

sebaya dengan kepandaiannya.

d) Diagnostic test atau tes pengukuran, yaitu suatu tes yang

dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang

dialami oleh peserta didik atau suatu unit pelajaran,

sehingga dapat diketahui hal-hal yang perlu mendapat

perbaikan.

2) Tes ditinjau dari segi banyaknya orang yang dites. Test ini

terdiri atas:

a) Tes individual, yaitu tes yang diberikan kepada peserta

didik untuk dapat mengetahui faktor-faktor individualnya.

b) Tes kelompok, yaitu tes yang diberikan oleh seorang guru

atau beberapa orang guru kepada sekelompok peserta didik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

3) Test ditinjau dari segi cara penyampaian bahan, dapat dibagi

atas:

a) Tes bahasa, yaitu tes untuk menguji kemampuan berbahasa.

Ini dapat ditempuh dengan lisan atau tulisan.

b) Tes perbuatan atau tes tingkah laku. Ini dapat dilakukan

dengan menyuruh mempraktekkan, seperti praktek wudhu,

salat, dan sebagainya.

4) Test ditinjau dari segi proses pembuatan tes, terdiri atas:

a) Standardiset test, yaitu tes yang disusun oleh suatu

lembaga, yang orang-orangnya terdiri atas orang-orang

yang ahli pada bidang mata pelajaran yang hendak diteskan

itu.

b) Tes buatan guru, yaitu tes yang dibuat oleh seorang guru

sendiri dalam mata pelajaran tertentu.

5) Tes ditinjau dari segi awal dan akhir pelaksanaan program

pengajaran, terdiri atas:

a) Tes awal atau pre-test, yaitu tes yang dilakukan sebelum

pelajaran inti diberikan untuk mengetahui sejauhmana

peserta didik dapat menguasai pelajaran yang akan

diberikan.

b) Post test, yaitu tes yang diberikan pada akhir pelajaran. Tes

ini disebut juga tes formatif, yaitu tes untuk mengukur

pencapaian TIK (Tujuan Instruksional Khusus) yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

merupakan umpan balik untuk mencari motivasi dari suatu

masalah terhadap guru untuk mempelajari kelemahan-

kelemahan dalam pengujian dan sebagainaya.

c) Sumatif test, yaitu tes yang dilakukan pada tiap akhir catur

wulan untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap

materi yang telah disampaikan dalam setiap catur wulan.

6) Tes ditinjau dari segi tujuan khusus dilaksanakannya. Tes ini

terdiri atas:

a) Achievement test atau tes penguasaan, yaitu tes yang

bertujuan meneliti tingkat kemajuan yang dicapai peserta

didik dalam suatu pelajaran.

b) Intelligence test atau tes kecerdasan, yaitu tes yang

bertujuan meneliti atau mengetahui tingkat kecerdasan

peserta didik.

c) Tes minat, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk

meneliti kecenderungan atau minat peserta didik.

d) Tes kepribadian, yaitu suatu tes yag dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui sifat pribadi peserta didik.

7) Tes ditinjau dari segi strukturnya, terdiri atas:

a) Essay test atau tes menerangkan, yaitu suatu bentuk tes

yang meminta jawaban dengan jalan menerangkan

sehingga memerlukan jawaban agak panjang. Jenis tes

menjawab, terbagi atas:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

a) Short answer test, yaitu tes menjawab pendek. Biasanya

pertanyaan diakhiri dengan akhiran “kah”.

b) Completion test, yaitu tes melengkapi. Biasanya dibuat

dengan kalimat yang tidak lengkap, hanya dengan titik-

titik (…….).

b) Tes pilihan, terdiri atas:

(a) True False test, yaitu tes yang terdiri atas pernyataan-

pernyataan yang mengandung salah satu dari dua

kemungkinan benar atau salah.

(b) Multiple choice test atau tes pilihan ganda. Peserta tes

dituntut untuk memilih salah satu dari pernyataan-

pernyataan yang tersedia sebagai jawaban yang tepat.

(c) Matching test atau tes menjodohkan. Peserta didik

dituntut untuk menjodohkan pernyataan-pernyataan

yang paling ada hubungannya secara logis dan tepat.

(d) Rearrangment test atau tes mengatur kembali. Tes ini

merupakan pernyataan yang tidak teratur dan peserta

didik diharap menyusun dengan rapi dan benar.

b. Teknik non tes

Dengan menggunakan teknik penilaian non tes, asesmen

atau evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa

“menguji” peserta didik, melainkan dengan melakukan observasi

atau pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

lain-lain. Teknik penilaian non tes menurut Uno dan Koni (2012:

19-32) antara lain:

1) Penilaian Unjuk Kerja

Penilaian unjuk kerja adalah penilaian yang digunakan untuk

mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.

Penilaian ini menuntut peserta didik untuk menunjukkan unjuk

kerja sehingga ketercapaian kompetensinya dapat dinilai.

a) Daftar Cek

Penilaian unjuk kerja dapaat dilakukan dengan

menggunakan daftar cek (ya-tidak). Pada penilaian ini,

peserta didik memperoleh nilai apabila kriteria penguasaan

kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai dan

sebaliknya.

b) Skala Rentang

Penilaian unjuk kerja ini, memungkinkan penilai memberi

nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu

karena pemberian nilai secara kontinu, di mana pilihan

kategori nilai yang tersedia lebih dari dua. Penilaian ini

sebaiknya dilakukan lebih dari satu penilai sehingga faktor

subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih

akurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

2) Penilaian Produk

Penilaian produk merupakan penilaian terhadap keterampilan

dalam membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut.

Penilaian ini, tidak hanya dinilai dari hasil akhir saja tetapi juga

proses pembuatannya.

3) Penilaian Proyek

Penilaian ini merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu

tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.

Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,

pengumpulan data, pengorganisasian, pengelolahan, dan

penyajian data.

4) Portofolio

Penilaian ini merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan

pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan

peserta didik dalam satu periode tertentu. Berdasarkan

informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik dapat

menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus

melakukan perbaikan.

5) Penilaian Sikap

Sikap berasal dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan

bertindak seseorang dalam merespon suatu objek. Sikap juga

sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

dimiliki oleh seseorang. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan

beberapa cara atau teknik, yaitu:

a) Observasi Perilaku

Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan

kecenderungan seseorang dalam suatu hal. Oleh karena itu,

guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik

yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai

umpan balik pembinaan.

b) Pertanyaan Langsung

Guru juga dapat bertanya secara langsung terhadap peserta

didik berkaitan dengan suatu hal. Berdasarkan jawaban dan

reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat

dipahami sikap peserta didik terhadap suatu objek sikap.

c) Laporan Pribadi

Penggunaan cara ini adalah di mana peserta didik diminta

untuk membuat ulasan yang berisi pandangan atau

tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan atau hal yang

menjadi objek sikap. Dari ulasan yang diberikan oleh

peserta didik, dapat dibaca dan dipahami kecenderungan

sikap yang dimilikinya.

6) Pengamatan atau Observasi

Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mengkaji perilaku

kelas, interaksi antara siswa dan guru, dan faktor-faktor yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

dapat diamati (observable) lainnya, terutama

keterampilan/kecakapan sosial (social skills). Observasi bisa

dilakukan secara formal ataupun informal, terstruktur

(structured) maupun tidak terstruktur (unstructured).

7) Interviews (interviu)

Melakukan interviu tidak bisa lepas dari proses mengobservasi

siswa yang sedang melakukan proses pembelajaran (in action).

Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan sebaiknya semakin

lama semakin mendetil terkait dengan proses dan strategi

penalaran yang digunakan.

8) Angket

Angket dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang

tidak mudah diakses dengan cara lain. Hasilnya adalah berupa

data deskriptif. Biasanya berupa angket sikap (Attitude

Questionnaires).

9) Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)

Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja) digunakan untuk

mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa

dalam pekerjaannya. Hasilnya berupa informasi mengenai

kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa

berdasarkan jumlah, tipe, pola, dsb.

10) Anecdotal record


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Anecdotal record adalah pencatatan mengenai seseorang dalam

sesuatu atau banyak aspek. Pencatatan ini dibuat oleh evaluator

baik berdasarkan pengamatannya sehari-hari maupun

berdasarkan autobiografi peserta didik.

11) Sociometri

Sociometri merupakan suatu teknik untuk mengetahui

hubungan-hubungan antara perserta didik dalam kelas atau

kelompok-kelompok dalam kelas.

8. Langkah-Langkah Asesmen

Menurut pendapat yang disampaikan oleh sejumlah pakar,

termasuk 2 (dua) pakar berikut yakni Anderson dan Sudijono (Widodo,

2008: 3 - 4), secara garis besar terdapat 7 (tujuh) langkah pokok

asesmen yaitu sebagai berikut.

a. Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil Belajar

Dalam merencanakan asesmen atau evaluasi hasil belajar, perlu

melakukan setidaknya enam hal, yaitu:

1) Merumuskan tujuan dilakukannya asesmen atau evaluasi,

termasuk merumuskan tujuan terpenting dari diadakannya

asesmen. Perlu dilakukan agar arah proses asesmen jelas.

2) Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, apakah aspek

kognitif, afektif, atau psikomotor.

3) Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan yakni

menggunakan teknik tes ataukah non tes dengan memperhatikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

ciri-ciri dan memahami beberapa kelebihan dan kekurangan

masing-masing teknik.

4) Menyusun instrumen yang akan dipergunakan dalam menilai

proses dan hasil belajar peserta didik. Dalam langkah ini

membuat petunjuk yang akan dicantumkan pada lembar

asesmen, yang meliputi:

a) tujuan diadakannya asesmen.

b) waktu yang disediakan untuk menyelesaikan.

c) dasar yang digunakan untuk memberikan jawaban

(misalnya memilih jawaban yang benar ataukah yang

terbaik?).

d) prosedur menulis jawaban (tanda silang, melingkari, dsb.).

e) akibat yang diterima jika guessing (menebak).

5) Menentukan metode penskoran jawaban peserta didik dengan

memutuskan tolok ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan

pegangan atau patokan dalam menginterpretasi data hasil

evaluasi.

6) Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau

evaluasi (kapan, berapa kali, dan berapa lama).

7) Mereviu tugas-tugas asesmen

Setelah menyusun tugas asesmen, hendaknya meminta bantuan

pihak lain untuk mencermatinya sebelum mencantumkan atau

memasukannya pada instrumen asesmen. Dengan meminta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

bantuan pihak lain, akan diketahui banyak hal yang dapat

menolong untuk menyempurnakan tugas asesmen.

b. Menghimpun Data

Dalam kegiatan ini sebagai guru bisa memilih teknik tes

atau memilih teknik non tes. Ketika melakukan asesmen kepada

peserta didik, para guru hendaknya harus memahami situasi dan

kondisi lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik harus

tenang dan nyaman.

c. Melakukan Verifikasi Data

Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan

data yang “baik” (yakni data yang akan memperjelas gambaran

mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi) dari data yang

“kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran

mengenai peserta didik).

d. Mengolah dan Menganalisis Data

Tujuan dari dilakukannya langkah ini adalah agar

memberikan makna terhadap data yang telah dihimpun. Agar data

yang terhimpun tersebut bisa dimaknai, kita bisa menggunakan

teknik statistik dan/atau teknik non statistik, berdasarkan pada

mempertimbangkan jenis data.

e. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan

Kegiatan ini dasarnya merupakan proses verbalisasi

terhadap makna yang terkandung pada data yang telah diolah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah kesimpulan.

Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentu saja harus mengacu

pada sejumlah tujuan yang telah ditentukan di awal.

f. Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen

Pada langkah ini dengan disimpannya instrumen, ringkasan

dan jawaban siswa, termasuk berbagai catatan tentang upaya

memperbaiki instrumen, sewaktu-waktu dibutuhkan untuk

memperbaiki instrumen tes pada tahun berikutnya maka tidak akan

membutuhkan waktu yang lama. Tentu saja, perubahan disana-sini

perlu dilakukan karena isi dan struktur unit pelajaran yang

dipelajari siswa juga telah berubah.

g. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi

Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis,

dan disimpulkan maka sebagai guru atau evaluator bisa mengambil

keputusan atau merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut

konkret dari kegiatan penilaian. Dengan demikian, seluruh

kegiatan penilaian yang telah dilakukan akan membawa banyak

manfaat karena terjadi berbagai perubahan dan atau perbaikan.

9. Tes Sebagai Teknik Asesmen

Arikunto (2012) menjelaskan bahwa tes merupakan sebuah

prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis untuk

mengukur atribut tertentu yang dilakukan dengan prosedur

administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama.

Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari

penyelenggaraan tes karena tes mengukur perilaku, sebagai manifestasi

atribut psikologis atau tingkah laku individu yang akan diukur.

Tes sebagai teknik asesmen dapat menyediakan informasi-

informasi objektif yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam

penentuan keputusan yang harus diambil pendidik terhadap proses dan

hasil belajar. Tes ini dilakukan sebelum, saat, dan akhir pembelajaran,

sehingga bergulir tanpa henti (dynamic assesment). Test adalah

semacam ujian atau percobaan yang diharuskan untuk menyelesaikan

atau menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu.

C. Pelaksanaan Asesmen Pendidikan Karakter Di SMP

1. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter Di SMP

Penilaian merupakan kegiatan untuk menentukan pencapaian

hasil pembelajaran yang dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu

ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Setiap peserta didik memiliki

tiga ranah tesebut, hanya kedalamannya tidak sama. Penilaian pada

ranah afektif, seperti ranah lainnya memerlukan data yang bisa berupa

kuantitatif atau kualitatif.

Karakter yang baik melibatkan pemahaman, perhatian, dan

bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika. Pendekatan yang holistik

terhadap pengembangan karakter diharapkan dapat membantu peserta

didik SMP dalam mengembangkan kognitif, emosi, dan aspek perilaku


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

dari kehidupan moral. Peserta didik yang duduk di bangku SMP

berkembang untuk memahami nilai-nilai karakter dengan mempelajari,

mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan memecahkan

masalah yang mencakup nilai-nilai tersebut. Asesmen pendidikan

karakter di SMP bermanfaat agar pendidikan karakter membawa

peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai

secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.

2. Teknik-Teknik Asesmen Pendidikan Karakter di SMP

Mardapi menjelaskan bahwa karakter adalah bagian dari ranah

afektif. Maka dari itu, metode asesmen yang digunakan haruslah

metode pngukuran yang dapat mengukur ranah afektif. Anderson

(dalam Mardapi) menjelaskan bahwa dua metode yang dapat

digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan

metode laporan diri. Pemakaian metode observasi didasarkan kepada

asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau

perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologis, atau keduanya.

Sedangkan penggunaan metode laporan diri didasarkan pada asumsi

bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya

sendiri. Penggunaan metode ini menuntut kejujuran dalam

mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Pada ranah afektif,

penilaian memerlukan data berupa data kuantitatif atau kualitatif. Data

kuantitatif diperoleh melalui pengukuran atau pengamatan dan

hasilnya berbentuk angka. Data kualitatif pada umumnya diperoleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

melalui pengamatan. Maka dari itu tentu diperlukan instrumen nontes,

yaitu instrumen yang hasilnya tidak ada yang benar atau salah.

D. Penilaian Pendidikan Karakter di SMP

1. Penilaian Pendidikan

Badan Standar Nasional Pendidikan Departemen Pendidikan

Nasional (2006) menyatakan bahwa dalam prosedur penilaian, guru

seharusnya menggunakan langkah-langkah sistematis sebagai berikut.

a. Perumusan Indikator Pencapaian Hasil Belajar

Rumusan indikator pencapaian tidak ada di dalam standar

isi (SI). Oleh karena itu, pada saat mengembangkan silabus yang

akan ditindaklanjuti dengan kegiatan penilaian, guru diharuskan

merumuskan indikator pencapaian keberhasilan penguasaan

kompetensi dasar (KD) dengan kriteria:

1) sesuai tingkat perkembangan berpikir peserta didik;

2) berkaitan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar (KD);

3) memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari

(life skills); harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar

peserta didik secara utuh (meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor);

4) memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan;

5) dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati;

6) menggunakan kata kerja operasional.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Indikator pada hakekatnya adalah ukuran, karakteristik, ciri-

ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan

ketercapaian suatu kompetensi dasar.

b. Penyusunan Kisi-kisi

Kisi-kisi penilaian dalam bentuk silabus dan rencana

pelaksanaan harus jelas keterkaitan antara SK, KD, materi

pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar di satu

sisi, dengan indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta

teknik penilaian dan bentuk instrumen yang digunakan. Seringkali

terjadi para guru menggunakan pola asesmen tertentu, tanpa

melakukan pertimbangan secara serius kenapa dia melakukan

asesmen dan memilih pola asesmen tertentu. Kebutuhan untuk

memberikan nilai terhadap siswa itulah yang menjadi pendorong

utama bagi para guru untuk melakukan asesmen terhadap siswa.

2. Penilaian Pendidikan Karakter di SMP

Menurut Suparno (2015: 158-164) beberapa sekolah

memberikan nilai akhir pada anak tentang perkembangan karakter

mereka. Dalam penilaian ini, beberapa catatan yang dapat diberikan

berkaitan dengan penilaian pendidikan karakter di sekolah terutama

SMP antara lain:

a) Penilaian oleh Guru Lewat Pelajaran

Guru yang mengajarkan nilai karakter lewat mata pelajaran dapat

memberikan nilai karakter siswa yang berkaitan dengan karakter


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

yang memang direncanakan oleh guru setelah siswa mempelajari

mata pelajaran yang diampu.

b) Penilaian Lewat Program Khusus Outbond, Live In, atau yang

Lain

Guru yang mendampingi program khusus, seperti outbond, atau

live in, dapat memberikan penilaian tentang karakter siswa.

Karakter yang dinilai memang direncanakan sejak awal, sehingga

penilaian tidak meluas ke segala. Apabila program pendidikan

karakter diselenggarakan oleh instansi di luar sekolah, maka

sekolah dapat meminta penilaian dari instansi penyelanggara.

c) Penilaian Karakter yang Ditentukan oleh Sekolah

Sebagai muatan nilai karakter, beberapa sekolah menentukan

beberapa karakter yang menjadi ciri sekolah. Setiap guru juga

harus memasukkan nilai karakter muatan sekolah itu dalam

penilaian karakter matapelajaran yang diajarkan

d) Bentuk Penilaian Karakter Siswa

Bentuk penilaian karakter dapat berupa angka, huruf, atau

deskrpsi penilaian.

(b) Apakah Deskripsi atau Nilai Karakter Disatukan dengan Nilai

Pengetahuan Pelajaran dalam Rapor?

Bagi para guru, sangat penting memperhatikan pedoman dari

sekolahnya, apakah sekolahnya memasukkan nilai karakter dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

rapor yang sama atau tidak. Selanjutnya, ikuti saja pedoman

sekolah tempat dia bekerja.

(c) Pendidikan Karakter Berkaitan Dengan Pengetahuan pada Mata

Pelajaran

Bagaimana menggabungkan kedua nilai itu, ada beberapa

kemungkinan. Pertama, dengan model rata-rata, yaitu nilai

pengetahuan dan karakter dijumlahkan lalu dibagi dua. Kedua,

dengan model persentase. Nilai pengetahuan diberi persentase

berapa dan nilai karakter diberi berapa persen. Selanjutnya,

digabungkan dengan dengan memperhatikan persentase yang

digunakan.

(d) Apakah Nilai Karakter Menentukan Kenaikan Kelas?

Sebenarnya bila nilai karakter dianggap penting, dan tidak kalah

penting dengan pendidikan pengetahuan, maka pendidikan

karakter memengaruhi kenaikan kelas. Beberapa sekolah yang

menekankan pendidikan utuh berani tidak menaikan siswa karena

karakternya masih kurang. Bahkan beberapa sekolah berani

mengeluarkan siswa karena dianggap tidak jujur dan melanggar

nilai sekolah yang dianggap penting.

E. Evaluasi Pendidikan Karakter di SMP

1. Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Evaluasi Pendidikan

Menurut Sudijono (2010: 7-17) fungsi, tujuan, dan evaluasi

pendidikan antara lain:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

a. Fungsi Evaluasi Pendidikan

Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan memiliki lima

macam fungsi, yaitu:

1) Memberikan dasar untuk menilai hasil (prestasi) yang telah

dicapai peserta didik.

2) Memberikan informasi yang sangat berguna, terutama untuk

mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-

tengah kelompoknya.

3) Memberikan bahan yang berguna dan penting dalam memilih

dan kemudian menetapkan status peserta didik.

4) Memberikan pedoman dalam mencari dan menemukan jalan

keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.

5) Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program

pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai.

b. Tujuan Evaluasi Pendidikan

1) Tujuan Umum

Tujuan evaluasi dalam pendidikan secara umum, yaitu:

a) Untuk mengumpulkan dan menghimpun data yaitu bahan-

bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti

mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang

dialami peserta didik setelah mereka mengikuti proses

pembelajaran dalam waktu tertentu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

b) Untuk mengetahui tingkat evektifitas dari metode-metode

pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses

pembelajaran selama selama jangka waktu tertentu.

2) Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus evaluasi pendidikan yaitu:

a) Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh

program pendidikan.

b) Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab

keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam

mengikuti program pendidikan, sehingga dapat ditemukan

jalan keluarnya.

c. Kegunaan Evaluasi Pendidikan

Kegunaan yang dapat dipetik dari evaluasi pendidikan adalah:

1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator dalam memperoleh

informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka

pelaksanan program.

2. Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi

antara program pendidikan yang telah dirumusakan, dengan

tujuan yang hendak dicapai.

3. Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha

perbaikan, penyesuaian, dan penyempurnaan program

pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat dicapai

dengan hasil sebaik-baiknya.

2. Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SMP

Menurut Suparno (2015: 155-158) kegiatan atau program

pendidikan karakter yang dijalankan di sekolah, apabila ingin terus

dikembangkan, tentunya harus selalu dievaluasi. Tujuan dilakukannya

evaluasi adalah untuk melihat, meninjau kembali, dan menilai apakah

program dan kegiatan pendidikan karakter yang dilakukan dan

dikembangkan di sekolah dan di luar sekolah secara keseluruhan

berjalan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan. Beberapa unsur

yang harus dilihat dalam evaluasi program pendidikan karakter di SMP

antara lain:

a) Apakah tujuannya tercapai?

Menjawab pertanyaan ini, tentunya dilihat pada diri siswa apakah

memang menjadi berkarakter seperti yang direncanakannya.

Dapat terjadi bahwa tujuannya tidak tercapai. Bila hal terjadi,

maka harus dicari penyebabnya, kemudian program itu diperbaiki

dan dicoba kembali.

b) Apakah pelaksanaanya lancar dan baik?

Menjawab pertanyaan ini, bila pelaksanaanya lancar dan baik

perlu dipertahankan dan dikembangkan. Bila tidak lancar perlu

diteliti apa yang menyebabkan program berjalan tidak lancar.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

(e) Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program.

Beberapa kendala atau gangguan yang terjadi dalam pelaksaanaan

program perlu dilihat secara teliti sehingga di kemudian hari

dapat lebih baik dan sungguh mengembangkan karakter siswa.

(f) Usulan ke depan mau bagaimana

Berdasarkan pelaksanaan program yang diteliti, diajukan usulan-

usulan yang berguna untuk pengembangan atau perbaikan di

kemudian hari.

Agar evaluasi program pendidikan karakter sungguh lengkap

dan menyeluruh, sangat penting dalam evaluasi pendidikan karakter

peserta didik di SMP hendaknya juga meminta masukan dari berbagai

pihak yang terkait, seperti:

a) Siswa. Dalam evaluasi ini bisa ditanyakan tentang tingkat

kepuasan dan senang tidaknya dengan program yang dilakukan.

Selain itu apakah memang mereka dapat merasakan nilai

karakternya serta merasa berkembang karakternya.

b) Orang tua. Orang tua perlu ditanya apakah anak mereka memang

berkembang karakternya selama semester lalu yang dilihat saat

anak berada di rumah.

c) Pengguna lulusan. Pimpinan sekolah di atasnya, perusahaan atau

lembaga, tempat para alumni meneruskan sekolah atau bekerja

dapat ditanya tentang karakter lulusan kita apakah sungguh baik

atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

F. Hambatan Penilaian Pendidikan Karakter di SMP

Menurut Kurniasih dan Sani (2014: 138-140) keterlaksanaan

pendidikan karakter terintegrasi di sekolah masih memiliki hambatan-

hambatan. Hambatan-hambatan ini berasal dari berbagai aspek yang saling

berkaitan, yaitu antara lain tenaga pendidik, manajemen, pembelajaran,

penilaian, pendanaan, tanggapan, atau umpan balik dari masyarakat,

sarana dan prasarana, serta kegiatan ekstrakulikuler. Kesulitan yang paling

disorot di sini adalah hambatan yang dialami guru dalam hal penilaian.

Triatmanto (2010) menjelaskan bahwa pendidikan karakter

merupakan suatu proses yang dimulai dari pemahaman, pembiasaan

hingga ke pembudayaan, sehingga menjadi perilaku hidup sehari-hari. Bila

penilaian karakter yang ditanamkan pada peserta didik saat ini, diuji saat

ini juga, mungkin belum menggambarkan hasil pendidikan karakter yang

sebenarnya. Hasil pendidikan karakter saat ini, mungkin baru akan

menjadi perilaku sehari-hari pada tahun-tahun berikutnya. Uji yang

dilakukan diakhir pembelajaran, mungkin baru menggambarkan aspek

pengetahuan karakter saja. Hambatan yang dihadapi guru bisa bertambah,

bila kemudian guru diminta mengevaluasi hasil pembelajarannya dengan

target pendidikan karakter yang telah ditetapkan. Tidak semua guru dapat

menyusun perangkat observasi yang menggambarkan karakter peserta

didik secara tepat. Perumusan indikator dan deskriptor tentang perilaku

disiplin misalnya, dapat sangat bervariasi diantara guru-guru dengan

pengalaman hidup yang berbeda. Padahal, satu aspek karakter yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

bersifat universal, seharusnya memiliki indikator dan deskriptor yang

setara atau bahkan mungkin sama. Apakah semua guru dengan variabilitas

tingkat pendidikan, pengalaman hidup, lingkungan sosial dan budaya,

memiliki kemampuan yang sama dalam menyusun alat evaluasi karakter

peserta didik? Hal ini merupakan tantangan bagi semua pihak yang peduli

dengan pendidikan karakter dan masa depan generasi penerus bangsa.

Perguruan tinggi perlu memainkan perannya, terutama dalam hal

peningkatan kualitas guru dalam menyusun alat evaluasi pendidikan

karakter di sekolah.

G. Kajian Penelitian yang Relevan

Barus (Lampiran Laporan Tahunan (1) PSHP, 2017) dalam

artikelnya yang berjudul “Sekilas Potret Pendidikan Karakter di Indonesia

(Analisis Evaluatif Perencanaan dan Pelaksanaan Pendidikan Karakter

pada 11 SMP di Berbagai Kota di Indonesia)” mengungkapkan beberapa

kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu bahwa:

1. Sebagian besar guru pada 11 SMP dari berbagai kota di Indonesia

mengaku sekolah mereka memiliki perencanaan pendidikan karakter

yang operasional. Mereka juga mengakui bahwa dilibatkan dalam

pembuatan perencanaan ini, namun hanya sedikit sekali guru yang

merasa mampu melaksanakan rencana ini.

2. Meski sebagian besar guru (hampir 75% dalam kasus ini) mengaku

bahwa dalam pendidikan karakter di sekolah mereka ada perencanaan

baik dan operasional, dan hampir 65% guru mengaku turut dilibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

dalam perencanaan ini, namun hanya 10% saja dari 51 orang guru yang

mengatakan telah membaca dan memahami isi pedoman pendidikan

karakter sebagai rambu utama perencanaan dan pelaksanaan

pendidikan karakter di sekolah.

3. Sebagian besar guru (71%) menyadari bahwa meski ada perencanaan,

namun pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah mereka belum baik,

belum ideal, dan hasilnya belum memuaskan.

Berdasarkan penelitian Barus, Hastuti, Setyandari dan Sinaga yang

berjudul “Pengembangan Model Pendidikan Karakter di SMP Berbasis

Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiental Learning”

dihasilkan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian ini,

yakni:

1. Terdapat keragaman cara/strategi dan perbedaan variasi antara saluran

dalam implementasi pendidikan karakter pada SMP satu dengan SMP

lainnya. Dalam kasus penelitian terbatas ini, variasi gagasan dan

strategi aksi yang ditempuh sekolah-sekolah swasta nasional dalam

implementasi pendidikan karakter lebih kaya dan beragam

dibandingkan apa yang dikerjakan sekolah-sekolah negeri.

2. Beberapa hambatan yang teridentifikasi dalam implementasi

pendidikan karakter di SMP pada 5 (lima) kota di Indonesia adalah (1)

Pedoman Pendidikan Karakter dari Pemerintah c.q. Direktorat

Pembinaan SMP (2010) tidak operasional; (2) Penanaman nilai

karakter yang diintegrasikan melalui pembelajaran masih bersifat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

sekedar tempelan di RPP, indah dalam perencanaan tetapi miskin

dalam aksi, para guru mengaku sulit menerapkannya, tidak tahu

cara/strategi yang tepat dalam penyampaian nilai karakter yang

dicantumkan dalam RPP kecuali sekedar memberi nasehat-nasehat dan

diceramahkan sambil memberi pesan-pesan moral (berhenti pada

tataran kognitif); (3) Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk

mengukur ketercapaian karakter; dan (4) Komitmen dan konsistensi

para guru dalam menjaga karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh:

dan belum tercipta kolaborasi yang baik antara para guru dan

konselor/guru BK dalam implementasi pendidikan karakter.

Dari beberapa kajian teori di atas, peneliti semakin tertarik untuk

melakukan penelitian di SMP baik swasta maupun negeri. Mengingat

bahwa pendidikan karakter yang baik itu dapat berkembang dengan baik

juga karena adanya penerapan, pengembangan, dan penanaman nilai-nilai

karakter itu sendiri. Selain itu penilaian dan evaluasi juga menjadi sangat

penting dalam perkembangan pendidikan karakter siswa oleh guru, karena

dengan adanya bantuan ini guru dapat tertolong dalam melihat tingkat

perkembangan karakter peserta didiknya, sehingga bila hasil penilaiannya

buruk maka dapat dipikirkan jalan keluar serta strategi yang baik dan tepat,

dan bila hasil penilainnya baik, guru dapat mempertahankan kinerja dan

cara baik penerapan pendidikan karakter di SMP dengan lebih optimal.

Untuk itulah penelitian ini sangat strategis dilakukan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek

penelitian, defenisi variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data,

teknik pengolahan data dan teknik analisis data. Ketujuh sub-bagian tersebut

merupakan bagian-bagian dari metode yang digunakan dalam penelitian ini.

Masing-masing sub-bagian dijabarkan secara singkat, padat, dan jelas. Berikut

merupakan penjabaran dari masing-masing sub-bagian.

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan tingkat eksplanasi dan sumber data, jenis penelitian

dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat deskriptif kuantitatif pada level

eksploratif. Menurut Best (Sukardi, 2003: 157), penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

objek penelitian sesuai dengan apa adanya. Sementara itu, Nazir (Prastowo,

2014: 201) berpendapat bahwa metode deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu system pemikiran, dan ataupun suatu kelas peristiwa yang ada

pada masa sekarang. Menurut Arikunto (2002: 7) penelitian eksploratif

merupakan penelitian yang memiliki tujuan untuk menggali secara luas

tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.

Sementara itu menurut Earl Babbie (Danandjaja 2012: 29) penelitian

eksploratif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan

69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

pemahaman baru dari gejala sosial yang aktual dan menarik perhatian untuk

dipecahkan saat ini.

Jadi penelitian deskriptif eksploratif adalah penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi sesuatu berdasarkan peristiwa masa

sekarang yang aktual secara luas berkaitan dengan sebab-sebab atau hal-hal

yang menarik perhatian untuk dipecahkan saat ini. Penelitian menggunakan

penelitian deskriptif karena peneliti ingin59mengumpulkan informasi tentang

variabel dan mendeskripsikan tentang keterlaksanaan dan hambatan-

hambatan asesmen pendidikan karakter di SMP.

Dalam metode penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian kuantitatif. Sugiyono (2013: 14) berpendapat bahwa

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang


berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yang

menjadi karakteristik penelitian ini. Menurut Bogdan dan Biklen (Sugiyono,

2013:21) pertama metode ini dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke

sumber data dan peneliti yang meneliti adalah instrumen kunci. Kedua,

penelitian kualitatif yang digunakan ini lebih bersifat deskriptif dan data yang

terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada

angka. Ketiga, metode ini lebih menekankan pada proses daripada produk

atau outcome. Keempat, analisis data dilakukan secara induktif. Kelima,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

metode penelitian kualitatif ini lebih menekankan pada makna yakni data

dibalik yang teramati.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 11 SMP yang terdiri 7 SMP Negeri dan 4

SMP Swasta yang telah menjadi mitra Tim Peneliti PSHP (Barus, Widanarto,

& Sinaga, 2017). Sekolah-sekolah ini tersebar di beberapa wilayah baik di

area Pulau Jawa yakni Yogyakarta dan sekitarnya maupun di luar Pulau Jawa.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti yang dibantu oleh dosen pembimbing

telah mengantongi MoU (Memorandum of Understanding), sebagai bukti

kesepakatan dan mitra ketersediaan sekolah menjadi tempat dilakukannya

penelitian.

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai Desember

2017 dengan waktu pengambilan data 31 Mei-14 Juni 2017 berdasarkan hasil

kesepakatan dengan pihak sekolah. Pada penelitian ini, peneliti terjun

langsung menyebarkan instrumen di sekolah yang berada di wilayah

Yogyakarta dan sekitarnya. Sedangkan untuk sekolah mitra yang berada di

luar Pulau Jawa, peneliti bekerja sama dengan Tim Peneliti PSHP 2017 lain

yang bertugas meneliti di luar Pulau Jawa untuk menyebarkan instrumen

penelitian peneliti. Berikut merupakan jadwal penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti dan Tim Peneliti PSHP 2017 prodi BK (Barus, Widanarto, &

Sinaga, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Tanggal Keterangan Tempat
Pertemuan
1. Senin, 1 Mei Penyusunan item-item kuisioner Kampus
2017 mengenai keterlaksanaan, hambatan, Paingan USD
dan penilaian hasil pendidikan
karakter.
2. Kamis, 4 Mei Penyelesaian dan perbaikan angket Kampus
2017 penelitian. Paingan USD
3. Jumad-Sabtu, 5- Uji Validitas bersama Tim Dosen Kampus
6 Mei 2017 Peneliti PSHP 2017. Paingan USD
4. Senin, 8 Mei Pemantapan dan penjilidan angket Kampus
2017 yang akan dibawa ke sekolah. Paingan USD
5. Selasa, 9 Mei Pendistribusian angket kapada tim Kampus
2017 peneliti PSHP 2017. Paingan USD
6. Rabu 31 Mei Pengambilan data di sekolah-sekolah Sekolah-sekolah
2017-Rabu 14 yang menjadi mitra penelitian PSHP mitra penelitian
Juni 2017 2017. PSHP 2017
7. Senin-Jumad, Waktu pengumpulan dan penyerahan Kampus
19-30 Juni 2017 angket penelitian kepada peneliti dari Paingan USD
tim peneliti PSHP 2017 luar dan Kos peneliti
Yogyakarta dan sekitarnya.
8. Senin-Minggu, Membuat tabulasi dan menganalisis Kampus
3-9 Juli 2017 hasil angket dari sekolah-sekolah. Paingan USD
dan Kos peneliti
9. Senin, 10 Juli Triangulasi teknik dan sumber sebagai Kampus
2017 uji validitas. Paingan USD
dan Kos peneliti

Tabel 3.2
Waktu Pengambilan data
No. Nama Sekolah Tanggal Penelitian
1. SMP N 31 Purworejo 31 Mei 2017
2. SMP N 7 Cirebon 12 Juni 2107
3. SMP Santo Aloysius Turi 12 Juni 2017
4. SMP N 2 Playen 14 Juni 2017
5. SMP N 4 Wates 13 Juni 2017
6. SMP N 2 Giriwoyo 13 Juni 2017
7. SMP K Santa Maria II Malang 7 Juni 2017
8. SMP Xaverius I Palembang 12-13 Juni 2017
9. SMP N 1 Gedungaji Baru 12 Juni 2017
10. SMP N 7 Pangkalpinang 12 Juni 2017
11. SMP Fransiskus Asisi Samarinda 12 Juni 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anggota sekolah, diantaranya

kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan guru Bimbingan dan Konseling di

SMP. Beberapa subjek tersebut dipilih sebagai perwakilan anggota sekolah

yang menerapkan dan menilai pendidikan karakter yang diberikan kepada

siswa-siswi di sekolah, sehingga informasi yang didapatkan bersifat

menyeluruh. Informasi diperoleh melalui melalui angket yang disebarkan

kepada anggota sekolah yang dipilih menjadi subjek penelitian. Jumlah

anggota sekolah yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 51 orang.

Berikut adalah daftar jumlah subjek penelitian yang menjadi sumber

informasi.

Tabel 3.3
Subyek Penelitian
No. Nama Sekolah Subyek Jumlah
1. SMP N 31 Purwerejo Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 5 Orang
(1), Guru Mata Pelajaran (3), Guru BK
(1)
2. SMP N 7 Cirebon Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 5 Orang
(-), Guru Mata Pelajaran (2), Guru BK
(3)
3. SMP Santo Aloysius Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 5 Orang
Turi (1), Guru Mata Pelajaran (3), Guru BK
(1)
4. SMP N 2 Playen Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 5 Orang
(1), Guru Mata Pelajaran (3), Guru BK
(1)
5. SMP N 4 Wates Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 5 Orang
(1), Guru Mata Pelajaran (2), Guru BK
(2)
6. SMP N 2 Giriwoyo Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 4 Orang
(-), Guru Mata Pelajaran (3), Guru BK
(1)
7. SMP K Santa Maria Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 4 Orang
II Malang (-), Guru Mata Pelajaran (2), Guru BK
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

8. SMP Xaverius I Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 3 Orang


Palembang (-), Guru Mata Pelajaran (1), Guru BK
(2)
9. SMP N 1 Gedungaji Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 5 Orang
Baru (1), Guru Mata Pelajaran (4), Guru BK
(-)
10. SMP N 7 Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 5 Orang
Pangkalpinang (1), Guru Mata Pelajaran (4), Guru BK
(-)
11. SMP Fransiskus Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah 5 Orang
Asisi (1), Guru Mata Pelajaran (3), Guru BK
(1)
51
Total
Orang
D. Defenisi Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 59) “Variabel penelitian adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya”. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengukuran

terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen

penelitian.

Defenisi operasional variabel merupakan proses mendefinisikan

variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang sedang diteliti (Alimul

Hidayat, 2007). Defenisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang

dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan

cara yang mana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Tabel 3.4
Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Hasil
No Variabel Defenisi Variabel Skala
Ukur/Kategori
1. Keterlaksana Penilaian dan evaluasi 1. Perencanaan Nominal
an yang dilakukan oleh 2. Pelaksanaan
pendidik. 3. Penilaian
4. Evaluasi
5. Hasil
2. Hambatan Hambatan-hambatan yang 1. Hambatan Nominal
dialami oleh para pelaku 2. Upaya
pendidik. 3. Usulan
3. Asesmen Penilaian yang digunakan 1. Asesmen Tes Nominal
untuk memperoleh 2. Asesmen Non
berbagai macam Tes
informasi yang 3. Tujuan
disesuaikan dengan tujuan 4. Langkah-
atau kriteria yang telah Langkah
ditetapkan sehingga
tujuan tersebut dapat
tercapai.
4. Evaluasi Suatu tindakan atau suatu 1. Keterlaksanaan Nominal
proses untuk menentukan 2. Teknik
nilai dari sesuatu. 3. Sasaran
5. Pendidikan Pendidikan untuk 1. Perencanaan Nominal
Karakter membentuk kepribadian 2. Penyusunan
seseorang agar 3. Pelaksanaan
mengalami, memperoleh, 4. Pedoman
dan memiliki karakter 5. Sasaran
kuat yang diinginkan 6. Hasil
melalui pendidikan budi
yang sesuai dengan nilai-
nilai luhur yang menjadi
jati dirinya agar dapat
mengambil keputusan
dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2002: 197) yang dimaksud dengan teknik

pengumpulan data adalah “cara yang digunakan oleh peneliti dalam

pengumpulan data penelitiannya”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat

dikatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang dipergunakan oleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.

Siregar (2013: 17) menjelaskan bahwa proses pengumpulan data primer

dan sekunder dalam suatu penelitian merupakan langkah yang sangat

penting, karena data yang telah dikumpulkan tersebut akan digunakan

dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

angket. Menurut Sudaryono, Margano, & Rahayu (2013: 30) angket atau

kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak

langsung yakni peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan

koresponden. Selain itu, angket (questionmaire) juga merupakan suatu

daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan

kepada subyek, baik secara individual atau kelompok, untuk mendapatkan

informasi tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat, dan perilaku.

Tujuan dari penyebaran angket adalah mendapatkan informasi atau

data yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa

khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan

kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan yang diberikan. Angket

dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan tertutup. Prosedur

pengumpulan data yang menggunakan angket ini dihasilkan dan disusun

bersama tim dosen peneliti PSHP 2017. Peran peneliti di sini adalah: ikut

menyusun butir-butir kuisioner, ikut mengumpulkan data di tempat-

tempat penelitian PSHP, dan ikut mengelolah data bersama tim dosen

penelitian PSHP 2017.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

2. Instrumen Pengumpulan data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian

yaitu angket dengan tipe angket terbuka dan tertutup yang disatukan ke

dalam satu instrument penelitian. Pertanyaan terbuka adalah adalah

pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya

berbentuk uraian tentang suatu hal. Sedangkan pertanyaan tertutup adalah

pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan

responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap

pertanyaan yang telah tersedia (Sugiyono, 2010: 201).

a. Angket Terbuka

Pada instrumen penelitian ini, angket disajikan dengan

pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan di mana responden

bebas menjawab sesuai dengan persepsi, kehendak, dan keadaannya.

Di sini, responden dituntut untuk menuliskan jawaban dengan kata-

kata mereka sendiri.

b. Angket tertutup

Pada angket tertutup instrumen penelitian ini, pertanyaan

tertutup disajikan dalam bentuk multiple-choice question atau

pertanyaan pilihan ganda. Peneliti telah menyiapkan jawaban-jawaban

untuk setiap pertanyaan yang disajikan dan responden boleh memilih

satu atau lebih dari antara jawaban tersebut. Pertanyaan tertutup yang

diberikan tidak untuk menilai salah-benar jawaban responden, tetapi

memberikan keluasan dan kebebasan kepada responden untuk memilih


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

jawaban yang sekiranya sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan

responden.

(Angket terlampir pada lampiran)

F. Validitas Instrumen

Azwar (2009) berpendapat bahwa validitas mempunyai arti ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes

atau instrument pengukuran dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila

alat yang yang digunakan dalam penelitian menjalankan fungsi ukurnya.

Azwar (2009: 45) menyebutkan bahwa, validitas isi tidak dapat dinyatakan

dengan angka, namun pengesahannya perlu melalui berbagai tahap pengujian

terhadap isi alat ukur tersebut dengan kesepakatan penilaian dari penilai yang

berkompeten (expert judgement). Validitas kuisioner keterlaksanaan dan

hambatan-hambatan asesmen pendidikan karakter di SMP dilakukan melalui

expert judgement, dengan yang berperan sebagai expert judgement adalah ahli

bimbingan dan konseling yaitu Dr. Gendon Barus, M. Si., dan tim dosen

Peneliti PSHP 2017.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Hasan (2006: 35) teknik analisis data adalah


“memperkirakan atau dengan menentukan besarnya pengaruh secara
kuantitatif dari suatu (beberapa) kejadian terhadap suatu (beberapa)
kejadian lainnya, serta memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya.
Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel. Proses
analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik
melalui hasil kuesioner dan bantuan wawancara.”
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif persentase. Menurut Siregar (2013: 221) “analisis deskriptif

merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

penelitian berdasarkan satu sampel”. Analisis deskriptif ini menggunakan satu

variable atau lebih tetapi bersifat mandiri, sehingga analisis ini tidak

berbentuk perbandingan atau hubungan. Sementara itu persentase atau

propose merupakan cara analisis yang paling sederhana yaitu membuat

perbandingan kejadian suatu kasus dengan total kasus yang ada dikalikan

dengan 100. Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada pada

penelitian yaitu keterlaksanaan dan hambatan-hambatan asesmen pendidikan

karakter di SMP. Rumus dasar yang dipakai adalah:

Keterangan:

P : Persentase

F : Frekuensi data

N : Jumlah sampel yang diolah

100% : Bilangan tetap

(Warsito, 1992:59)

Penghitungan deskriptif persentase dalam penelitian ini mempunyai

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan skoring data angket

Setiap jawaban yang diberikan oleh responden pada angket diberi

skor dengan angka 1.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

2. Memasukan skor ke dalam tabel

Hasil jawaban angket penelitian dari responden, kemudian

disajikan ke dalam bentuk tabel. Tabel yang digunakan adalah tabel biasa,

yaitu tabel yang mengelompokkan data berdasarkan satu informasi atau

satu kriteria tertentu (Siregar, 2013: 90).

3. Membuat tabulasi data

Tabulasi data adalah proses penempatan data ke dalam tabel yang

telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Salah satu cara

menghitung tabulasi data yang digunakan oleh peneliti di sini adalah

dengan melakukan tally.

4. Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal

melalui distribusi frekuensi dan persentase. dengan menggunakan rumus :

P = f/N x 100%

5. Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk grafik berbentuk histogram.

Hasil perhitungan presentase frekuensi yang diperoleh kemudian

disajikan dalam bentuk tabel dan histogram. Histogram merupakan

penyajian data dari tabel distribusi frekuensi yang diubah dalam bentuk

batang.

6. Membuat interpretasi dan analisis data berdasarkan histogram.

Berdasarkan histogram yang telah ada untuk masing-masing nomor

pertanyaan, hasil analisis deskriptif persentase diinterpretasikan dengan

tabel kriteria deskriptif persentase, kemudian ditafsirkan dengan kalimat

yang bersifat kualitatif.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Tabel 3.5
Kriteria Deskriptif Persentase Tingkat Penilaian Menurut Arikunto
(2011)
Interval Kriteria Tingkat Penilaian

80% - 100% Sangat Baik


66%- 79% Baik
56%- 65% Cukup Baik
40%- 55% Kurang Baik
≤ 40% Tidak Baik
7. Membuat kesimpulan.

Berdasarkan interpretasi dan analisis data, kemudian dapat ditarik

kesimpulan berdasarkan aspek-aspek pertanyaan/pernyataan yang terdapat

dalam penelitian ini.

Secara umum, langkah-langkah yang diambil peneliti dalam

menganalisis data adalah:

1. Reduksi data

Menurut Sugiyono (2013: 338) mereduksi data berarti merangkum,

memilah hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Reduksi data dilakukan dengan menggunakan computer, yang kemudian

akan diberikan kode-kode (coding) pada aspek-aspek tertentu.

2. Model data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplay data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Melalui


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono, 2013:

341).

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah proses atau sebuah kegiatan

penggambaran yang utuh dari proyek yang utuh untuk konfigurasi yang

utuh dari obyek penelitian. Proses pengambilan kesimpulan ini

merupakan proses pengambilan inti dari penelitian yang kemudian

disajikan dalam bentuk pernyataan kalimat.

Peneliti menggunakan trianggulasi dengan cara membandingkan data

yang diperoleh dari beberapa sumber sehingga diperoleh data yang absah.

Dalam hal ini, peneliti memakai dua langkah, yakni membandingkan data

hasil angket (triangulasi teknik) dan membandingkan keadaan perspektif

seseorang dalam berbagai pendapat dan pandangan orang lain (triangulasi

sumber). Hal ini mempertimbangkan bahwa kedua langkah ini lebih praktis

dan bersifat obyektif. Dalam melakukan analisis data diatas menggunakan

pola berpikir yang bersifat induktif, yaitu metode berpikir yang berangkat dari

fakta-fakta/peristiwa khusus yang kemudian akan ditarik generalisasi yang

memiliki sifat umum.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi keterlaksanaan perencanaan pendidikan karakter dan

asesmen pendidikan karakter di SMP.

a. Perencanaan dan Pelaksanaan Pendidikan Karakter

1) Menurut penilaian Bapak/Ibu, apakah sekolah ini memiliki

perencanaan tentang pendidikan karakter?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.1
Perencanaan tentang Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Ada perencanaan yang baik dan operasional 38 74.5
Ada perencanaan, namun kurang operasional 13 25.5
Kurang direncanakan dengan baik 0 0
Tidak ada perencanaan yang jelas 0 0
Saya kurang begitu paham 0 0
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa sebanyak 74,5%

menjawab bahwa di sekolah mereka ada perencanaan yang baik

dan operasional berkaitan dengan pendidikan karakter. Sisanya

25,5% mengatakan bahwa berkaitan dengan pendidikan karater,

sekolah memiliki perencanaan tetapi kurang operasional. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam merencanakan pendidikan karakter,

83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

sebagian besar sekolah sudah memiliki perencanaan yang baik dan

operasional.

2) Apakah Bapak/Ibu turut terlibat dalam menyusun perencanaan

pendidikan karakter?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.2
Penyusunan Perencanaan Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Ya, saya dan semua guru turut terlibat 33 64.7
Ya, saya terlibat namun tidak semua guru 7 13.7
Beberapa guru terlibat, tetapi saya tidak 5 9.8
Hanya Kepala Sekolah dan beberapa guru (tim) yang
dilibatkan menyusun 6 11.8
Saya kurang begitu paham 0 0
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Berdasarkan data di atas, sebanyak 64,7% guru mengakui bahwa

mereka dan semua guru yang ada di sekolah terlibat dalam

penyusunan perencanaan pendidikan karakter. Sedangkan sisanya,

13,7% mengakui bahwa dirinya terlibat bersama beberapa guru,

9,8% mengakui bahwa beberapa guru terlibat kecuali dirinya, dan

11.,8% menjawab hanya kepala sekolah dan tim yang dilibatkanlah

yang menyusun. Data ini menunjukkan bahwa dalam menyusun

perencanaan pendidikan karakter ini, guru cukup dilibatkan

terlepas dari jabatan maupun mata pelajaran apa yang diajarkan.

Tetapi cukup disayangkan ketika masih ada guru yang tidak terlibat

(entah karena sudah ada tim khusus atau tidak ingin melibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

diri). Hal ini karena dalam merencanakan pendidikan karakter, ide

maupun pendapat dari semua guru sangat dibutuhkan untuk

memperkaya rencana maupun cara menerapkan pendidikan

karakter di sekolah yang lebih baik dan efektif.

3) Pemerintah c.q Direktorat Pembinaan SMP, Depdiknas (2010)

telah memberlakukan Pedoman Pendidikan Karakter di SMP.

Sejauhmana Bapak/Ibu mengetahui isinya?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.3
Pengetahuan Guru tentang Pedoman Pendidikan Karakter
di SMP
Respon Partisipan F %
Saya sudah membaca dan mengetahui persis isinya 5 9.8
Saya belum sempat membacanya 11 21.6
Saya merasa tidak perlu membaca/mempelajarinya 0 0
Hanya Kepala Sekolah dan beberapa guru yang
ditugasi mempelajari 7 13.7
Sudah pernah disosialisasikan sekolah atau melalui
pelatihan guru 23 45.1
Pedoman itu bagus dan komplit, namun tidak
operasional/sulit diterapkan 3 5.9
Saya kurang begitu paham 2 3.9
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Pada data ini, sangat beragam jawaban yang diberikan oleh guru.

Hampir setengah dari responden memberikan jawaban bahwa

mereka pernah atau telah mendapatkan sosialisasi maupun

pelatihan guru tentang memberlakukan Pedoman Pendidikan

Karakter di SMP. Tetapi yang memprihatinkan adalah bahwa

walaupun telah mendapatkan sosialisasi ataupun pelatihan, hanya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

9,8% yang benar-benar telah membaca dan mengetahui isinya,

sedangkan sisanya ada yang merasa tidak perlu mempelajarinya,

kurang paham, itu merupakan tugas kepala sekolah dan beberapa

guru, dan terakhir bahwa pedoman ini tidak operasional.

Pengakuan ini menunjukkan bahwa jawaban pada tabel 4.1 dan 4.2

bukanlah jawaban fakta yang berdasarkan kenyataan berkaitan

dengan perencanaan pendidikan karakter di sekolah.

4) Bagaimanakah perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter

di sekolah ini?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.4
Perencanaan dan Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Direncanakan dan dilaksanakan sesuai rencana 16 31.4
Perencanaannya bagus, namun pelaksanaannya
sulit/kurang baik 17 33.3
Perencanaan maupun pelaksanaan belum memuaskan 10 19.6
Kurang baik dalam perencanaan, namun baik dalam
pelaksanaan 0 0
Ditulis indah dalam RPP, namun miskin dalam aksi/sulit
diterapkan 5 9.8
Saya kurang begitu paham 1 2
Belum pernah dievaluasi antara rencana, pelaksanaan,
maupun hasilnya 3 5.9
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Data pada tabel menunjukkan bahwa 31,4% responden mengakui

bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter di

sekolah telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai rencana.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Sedangkan bila diketagorikan dalam rencana maupun

pelaksanaannya baik ataupun kurang baik dalam perencanaan

maupun pelaksanannya, maka terdapat sekitar 63% responden yang

mengakuinya. Sisanya yaitu 8% responden mengakui bahwa

kurang paham dan rencana pelaksanaan maupun hasilnya belum

pernah dievaluasi. Data ini mengakui adanya “bias” kejanggalan

pengakuan spekulatif guru pada tabel 4.1 dan 4.2 sebelumnya.

5) Mohon Bapak/Ibu berkenan menuliskan jenis/bentuk kegiatan atau

melalui kegiatan apa pendidikan karakter dilaksanakan di sekolah

ini.

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.5
Ragam Kegiatan Pendidikan Karakter yang
Dilaksanakan di SMP Menurut 51 Guru
SMP Negeri (7 Sekolah) N SMP Swasta (4 sekolah) N = 17
= 34
1. Kegiatan ekstra 1. Doa Angelus setiap jam 12 siang (11)
Pramuka (15) 2. Kegiatan pembiasaan (misal: renungan
2. Ekstra kurikuler (15) pagi, doa pagi, doa pulang) (10)
3. Kegiatan Keagamaan 3. Penerapan Budaya 3S (8)
(12) 4. Bimbingan konseling ( kelas, pribadi)
4. Upacara Bendera (6)
Senin /HB Nas (11) 5. Integrasi KBM pada semua mapel (5)
5. Budaya senyum, 6. Upacara bendera setiap Senin (5)
salam, sapa (11) 7. Kegiatan ekstrakulikuler. (5)
6. Sholat Dhuhur 8. Kerja bakti/Sabtu Bersih: bersih lingk,
berjamaah (10) gereja, patroli sampah (5)
7. Integrasi KBM 9. 6. Kegiatan bina iman dan non bina iman
Matapelajaran (9) (4)
8. Peduli bersih 10. Program kegiatan kesiswaan (LKTD,
lingkungan/kelas (8) AMT, Sexedu) (4)
9. Kelompok belajar (6) 11. Pembiasaan baca kitab suci (3)
10. Jum’at Peduli (Amal) 12. Kegiatan weekend (3)
(5) 13. Baksos. (3)
11. Baca tulis Al Quran (3) 14. Kegiatan ret-ret/rekoleksi (2)
12. Sholat Duha (3) 15. Kegiatan misa bulanan di sekolah (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

13. Kultum setelah Sholat 16. Pendidikan Budi Pekerti di semua kelas
Dhuhur (3) 17. Mengunjungi Orang Sakit Di RS.
14. Kegiatan outbound (3) 18. Melayat Kerumah Duka.
15. Menyanyikan lagu 19. Memberikan sumbangan sosial.
wajib nasional (2) 8. 20. Kelompok belajar yang
Olahraga (2) bertanggungjawab
16. Pend Tingkah laku 21. Kegiatan terprogram dari OSIS: PBB,
(PKN) (2) Live in
17. Pend Budi pekerti 22. Berdoa Rosario Bersama Di Goa Maria.
(Pendidikan Agama) 23. Misa bulanan di gereja
18. Latihan PBB 24. Pendalaman iman pada bulan
19. Kantin kejujuran September.
20. Tadarus pagi 25. Terlibat dalam APP
21. Kerja sosial 26. Kegiatan ekstra Pramuka
22. MOS 27. MOS
23. Berdoa ketika makan, 28. Apel pagi rutin: Budaya Disiplin &
masuk toilet, dll. Tertib
29. Budaya membaca
30. Budaya antri
31. Kegiatan keagamaan
32. Kegiatan bimbingan di kelas (Anti
Bullying)
33. Meditasi 2 minggu sekali
34. Ziarah
35. Budaya 6S, Tomat, 10 K
36. Kemah raya

Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Berdasarkan data pada tabel 4.5 menunjukkan fakta bahwa ragam

kegiatan pendidikan karakter di sekolah-sekolah swasta lebih

bervariasi dibanding pada sekolah-sekolah negeri. Kegiatan

pramuka, ekstrakurikuler, upacara bendera, kegiatan keagamaan,

dan pembudayaan sikap senyum, salam, sapa merupakan ragam

kegiatan yang paling popular dipilih oleh guru sebagai sarana

pendidikan karakter siswa di SMP. Di antara 51 guru yang menjadi

partisipan survei ini, hanya satu orang guru yang masih mengingat

“kantin kejujuran” sebagai saluran pendidikan karakter. Tercatat 9

kegiatan di SMP negeri dan 13 ragam kegiatan pendidikan karakter

di SMP swasta bernuansa kegiatan religi (keagamaan).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

6) Indikasi apa yang dapat Bapak/Ibu tunjukkan/rasakan atas

keberhasilan pendidikan karakter di sekolah ini? Mohon dituliskan

beberapa tanda/indikasi di kotak ini.

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.6
Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter yang
Dirasakan 51 Guru Indikator Hasil Pendidikan Karakter
Indikator Hasil Frek Indikator Hasil Frek
Pendidikan Karakter Pendidikan Karakter
1. Perilaku siswa yang 13 21. Kesadaran akan 1
etis/sopan santun lebih kebersihan kelas semakin
terasa meningkat
2. Siswa semakin disiplin 11 22. Toleransi terhadap 1
3. Perubahan karakter 8 perbedaan
menjadi lebih baik dari 23. Semangat belajar siswa 1
beberapa siswa, meningkat
4. Saling menghargai dan 8 24. Siswa semakin tanggung 1
menyayangi sesama jawab
5. Makin banyak 7 25. Siswa semakin integritas 1
anak,melakukan 5S, 26. Berkurangnya 1
6. Kedisplinan dalam 6 permasalahan perilaku
hidup dan belajar negatif siswa
7. Kesadaran siswa 6 27. Guru,TU, siswa terjalin 1
bertaqwa, berdoa, dan komunikasi yang harmonis,
beribadah meningkat kondusif
8. Siswa lebih memiliki 5 28. Mampu meningkatkan 1
rasa kebangsaan prestasi akademik dan non
9. Siswa lebih 4 akademik
menghormati dan 29. Suasana sekolah yang
menghargai bapak/ibu lebih menyenangkan. 1
guru. 30. Siswa tidak mudah
10. Menjaga kebersihan 4 terpengaruh hal-hal buruk 1
sekolah dan peduli 31. Siswa memiliki sikap
lingkungan kebersamaan yang tinggi 1
11. Percaya diri dan 4 32. Keakraban sesama siswa
keberanian semakin terjalin 1
bertanya/tampil 33. Berkurang frekuensi
meningkat siswa membolos/alpha 1
12. Siswa memiliki 4 34. Terbangun Budaya antri
empati dan peduli 35. Muncul kepedulian 1
terhadap yang lain siswa pandai untuk 1
13. Warga sekolah 3 membantu siswa yang lemah
semakin kerjasama dalam belajar.
secara baik 36. Kepedulian siswa pada
14. Tertib datang ke 3 teman yang pendiam untuk 1
sekolah/ berkurangnya diajak membaur.
siswa terlambat 37. Kepedulian siswa pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

15. Perilaku siswa lebih 3 teman sehingga berani 1


mudah diatur dan menceritakan masalah pada
dikendalikan guru BK.
16. Siswa semakin 2 38. Pola pikir siswa lebih
mandiri berkembang 1
17. Semakin banyak 2 39. Keterampilan peserta
siswa yang mau bekerja didiksemakin tertempa 1
keras
18. Pemilihan pengurus 2
OSIS semakin
demokratis
19. Siswa semakin jujur, 2
tidak nyontek.
20. Kepatuhan siswa
terhadap peraturan/tata
tertib di sekolah.

Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Berdasarkan data, diperoleh bahwa pendidikan karakter yang

diberikan di sekolah sudah cukup membawa perubahan positif

pada perilaku dan sikap siswa. Data juga menunjukkan keyakinan

sekolah bahwa pendidikan karakter akan lebih berhasil melalui

penguatan kegiatan keagamaan ternyata tidak sepenuhnya

didukung data ini. Hanya 6 orang guru dari 51 guru yang merespon

bahwa keberhasilan pendidikan karakter ditunjukkan oleh

peningkatan kesadaran siswa dalam bertaqwa, berdoa, dan

beribadah.

7) Indikasi apa yang dapat Bapak/Ibu tunjukkan/rasakan atas

kekurangberhasilan pendidikan karakter di sekolah ini?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Tabel 4.7
Indikasi Kekurangberhasilan Pendidikan Karakter di SMP
Menurut 51 Guru Indikasi Pendidikan Karakter
Kurang Berhasil
Indikasi Pendidikan Frek Indikasi Pendidikan Frek
Karakter Karakter
Kurang Berhasil Kurang Berhasil
1. Ada beberapa siswa 7 22. Ada beberapa siswa 1
yang berkarakter buruk yang terjaring kasus
2. Masih ada sebagian 7 klitih.
siswa yang melanggar 23. Hasil belajar siswa 1
aturan/ tata tertib sekolah. kurang maksimal
3. Masih ada siswa yang 5 24. Penyesuaian diri 1
bersikap tidak dengan visi sekolah
sopan/kurang ramah pada kurang
guru/karyawan. 25. Ada siswa 1
4. Belum berhasil karena 3 berperilaku menyimpang
belum 100 % dilakukan. 26. Masih ada siswa 1
5. Ada beberapa siswa 3 yang tidak jujur, disiplin,
yang belum terbentuk tanggungjawab, dsbnya.
karakternya 27. Masih terjadi 1
6. Latar belakang siswa 3 tawuran antar pelajar.
dan lingkungan sosial yang 28. Ada beberapa siswa 1
buruk yang belum peduli pada
7. Masih ada siswa tidak 2 lingkungan
tertib berpakaian 29. Sikap brutal dan 1
8. Sebagian siswa/kurang 2 menentang pada aturan
menerapkan 5S dan pada guru
9. Sebagian siswa kurang 2 30. Ada beberapa anak 1
memahami dan kurang yang berkata-kata kasar
peduli tentang pendidikan pada temannya.
karakter 31. Masih ada siswa 1
10. Kadang terdapat siswa 2 kelakar berlebihan
yang tidak disiplin 32. Masih ada siswa 1
11. Ada siswa lupa berdoa 2 alpha/bolos
dan ribut saat berdoa 33. Masih ada siswa 1
12. Siswa kadang malas 2 yang belum rapi
mengikuti upacara bendera menggunakan atribut
13. Belum berhasil 100% sekolah.
karena di sekolah tidak ada 1 34. Masih banyak siswa 1
Guru BK atau Psikolog yang malas belajar
Pendidikan, yang 35. Beberapa siswa 1
memberikan bimbingan memilih teman yang
klasikal tentang berperilaku buruk
pendidikan karakter. 36. Siswa masih suka 1
14. Belum berhasil karena pilih-pilih teman
baru dilaksanakna oleh 1 37. Siswa belum 1
kesiswaan, Pembina OSIS, memahami jarak sosial
dan guru tertentu. dengan orang yang lebih
15. Masih ada siswa yang tua.
tidak jujur, misalnya 1 38. Munculnya perilaku 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

mengambil uang milik meniru tanpa


teman, memperdulikan benar
16. Masih ada beberapa atau salah
siswa yang kurang 1 39. Masih banyak siswa 1
memperhatikan pendidikan yang keluar karena
karakter menikah usia dini.
17. Sulit 40. Lingkungan kurang 1
menanamkan/pemahaman 1 mendukung
pendidikan karakter karena pembentukan karakter
waktu terbatas. baik
18. Beberapa siswa kurang 41. Ada siswa yang 1
peduli dalam kegiatan 1 dikeluarkan/pindah
sosial, ketaqwaan, dan tata sekolah karena belum
pergaulan berhasil dalam
19. Keterbelakangan pendidikan karakter
keluarga, keluarga tidak 1 42. Masih ada siswa 1
mendukung dan kurang yang kurang memiliki
kebebasan rasa tanggung jawab
20. Beberapa siswa kurang 43. Sekolah belum 1
mampu menghargai orang 1 bisa/belum berhasil
lain dan menyepelekan tata memecahkan masalah
tertib. karakter siswa
21. Berkarakter belum 44. Ada guru yang tidak 1
menjadi sebuah kesadaran, 1 peduli terhadap
masih sebatas pada taat pendidikan karakter
aturan, bukan karena sadar, siswa.
merasa penting, dan
mengerti

Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Fakta pada tabel 4.7 ini ingin menegaskan bahwa pendidikan

karakter di sekolah belum cukup berhasil dan memberikan

perbaikan kearah perilaku berkarakter siswa yang baik.

Keberhasilan pemberian dan penerapan pendidikan karakter

sebagaimana ditunjukkan data pada tabel 4.7 sepatutnya diakui

dan dihargai sebagai keberhasilan jerih payah para guru,

sekolah, (dan orangtua?) sebagai contoh teladan bagi siswa.

Namun, 44 item yang terindikasi sebagai ketidakberhasilan

pemberian pendidikan karakter pada tabel ini memberikan

sinyal kepada sekolah, khususnya guru dan orangtua bahwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

pelaksanaan pendidikan karakter harus terus dievaluasi,

ditindaklanjuti, dan diperbaiki dan karenanya pendidikan

karakter di sekolah perlu digarap secara lebih serius oleh semua

pihak yang berkepentingan.

b. Perencanaan Asesmen (Penilaian) Pendidikan Karakter

1) Menurut Bapak/Ibu apakah asesmen (penilaian) pendidikan

karakter itu penting?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.8
Sikap Guru Terhadap Penting/Tidaknya Asesmen
Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Sangat penting 37 72.5
Penting 13 25.5
Kurang penting 1 2
Tidak perlu 0 0
Membebani 0 0
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Bagi 72,5 % responden bahwa penilaian pendidikan karakter itu

sangat penting. Mengamini 37 responden tersebut, 25,5%

responden mengakui bahwa penilaian tersebut penting, sedangkan

2 % responden berani mengakui bahwa hal tersebut tidaklah

penting. Terlepas dari semua ini, yang patut diapresiasi adalah

bahwa masih banyak yang menilai bahwa penilaian pendidikan

karakter ini penting bagi perkembangan karakter siswa dan

mendukung program penanaman pendidikan karakter di sekolah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

2) Bagaimanakah keterlaksanaan asesmen pendidikan karakter di

sekolah ini?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.9
Keterlaksaanaan Asesmen Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Terlaksana rutin 42 82.4
Dilaksanakan bila perlu 7 13.7
Dilaksanakan bila ada permintaan dari dinas
pendidikan 0 0
Jarang 2 3.9
Tidak pernah 0 0
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Data menunjukkan bahwa 42 (82.4%) guru mengakui bila

keterlaksanaan penilaian pendidikan karakter di sekolah terlaksana

rutin. Untuk sekitar 18% guru mengakui bahwa penilaian ini hanya

dilaksanakan bila perlu dan jarang dilakukan.

3) Bagi Bapak/Ibu, apa tujuan melakukan asesmen (penilaian)

pendidikan karakter?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Data dari 51 responden, diperoleh 100 variasi jawaban yang

menunjukkan tujuan pendidikan karakter dan tujuan asesmen

pendidikan karakter. Dari 100 variasi respon tersebut teridentifikasi

49 jawaban dari hanya sepertiga (30%) responden yang mengarah

pada rumusan (relatif tepat) tujuan asesmen pendidikan karakter.

Beberapa rumusan sama, secara umum sebagian kecil guru


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

memahami tujuan asesmen pendidikan karakter sebagai berikut: 1)

mengetahui ketercapaian karakter siswa, 2) sebagai awal

pemberian pendampingan yang tepat, 3) mengevaluasi program

pendidikan karakter yang sudah terlaksana, 4) mengukur tingkat

keberhasilan/ efektivitas pelaksanaan pendidikan karakter, 5)

menetapkan nilai akhlak dan kepribadian peserta didik, 6) hasilnya

bisa digunakan untuk membuat perencanaan berikutnya, 7)

membenahi kekurangan program, 8) mengetahui sikap dan perilaku

siswa sesuai dengan budaya Indonesia, 9) meningkatkan karakter

sesuai yang diprogramkan sekolah, 10) memperoleh umpan balik

dan sebagai bahan EDS, 11) dasar memberikan bimbingan pada

siswa lebih lanjut, 12) sebagai laporan ke orang tua/wali siswa di

rapor, 13) menilai sejauh mana kegiatannya berdampak pada anak,

14) memenuhi tuntutan dari pemerintah pusat, dan 15)

memudahkan dalam penilaian sikap siswa.

(Sumber: Laporan Penelitian PSHP (Barus, Widanarto, dan Sinaga, 2017))

4) Bagaimana sekolah merancang asesmen pendidikan karakter di

sekolah ini?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Tabel 4.10
Rancangan Sekolah Tentang Asesmen Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Sekolah belum memikirkan dan melakukannya 5 9.8
Diserahkan kepada satu tim kerja untuk merancang 22 43.1
Diserahkan kepada masing-masing guru untuk
merancang 19 37.3
Sekolah maupun guru belum pernah memikirkan hal itu 0 0
Saya kurang begitu paham 1 2
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Data menunjukkan bahwa dalam hal merancang penilaian

pendidikan karakter di sekolah, masih ada sekitar 10 % guru yang

mengakui bahwa di sekolahnya belum memikirkan dan melakukan

hal tersebut. Sementara itu, sekitar 80% sekolah memiliki tim dan

menyerahkan pada guru dalam merancang penilaian pendidikan

karakter di sekolah. Ini menunjukkan bahwa sekolah sudah cukup

memiliki kepedulian terhadap pendidikan karakter di sekolah.

5) Sepengetahuan Bapak/Ibu, pedoman penilaian pendidikan karakter

di sekolah ini dibuat berdasarkan apa?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.11
Pedoman Pembuatan Penilaian Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Mengikuti peraturan pemerintah 8 15.7
Membuat berdasarkan visi dan misi sekolah 13 25.5
Menggabungkan peraturan pemerintah dan Visi Misi
sekolah 28 54.9
Membuat berdasarkan nilai-nilai yang berkembang di
dalam sekolah 9 17.6
Membuat berdasarkan inisiatif pemikiran Kepala
sekolah dan Guru-guru 0 0
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Berdasarkan data diketahui bahwa, dalam pembuatan pedoman

penilaian pendidikan karakter, sebanyak 15,7% sekolah mengikuti

peraturan pemerintah, sedangkan sekitar 43% menyatakan bahwa

membuat berdasarkan visi dan misi sekolah serta nilai-nilai yang

berkembang di dalam sekolah. Sementara itu, sekitar 60%

menyatakan bahwa pembuatan pedoman penilaian ini, dibuat

dengan menggabungkan peraturan pemerintah dengan visi dan misi

sekolah. Data ini menunjukkan bahwa dalam penilaian pendidikan

karakter, sekolah mengutamakan untuk menerapkan visi dan misi

maupun nilai-nilai di sekolah dengan harapan siswa mampu

menerapkan itu ke dalam hidup keseharian maupun setelah mereka

lulus dengan tetap memegang budaya sekolah yang baik. Apresiasi

sekolah juga cukup besar terhadap program penanaman pendidikan

karakter di sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah, yakni di

mana sekolah mau mengikuti dan menggabungkan peraturan

pemerintah dalam membuat pedoman penilaian pendidikan

karakter.

6) Sasaran apa yang Bapak/Ibu harapkan dari penilaian pendidikan

karakter?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Tabel 4.12
Sasaran dari Penilaian Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Sejauh mana terlaksana tidaknya pendidikan karakter 14 27.5
Sejauh mana manfaat yang dicapai dari pendidikan
karakter 18 35.5
Sejauh mana efektivitas pencapaian tujuan pendidikan
karakter 15 29.4
Hasil apa yang diperoleh terkait peningkatan/perbaikan
karakter siswa 26 51
Hambatan/gangguan apa yang dialami dalam
pelaksanaan pendidikan karakter 11 21.6
Faktor-faktor pendukung apa yang menyumbang
kelancaran pendidikan karakter 8 15.7
Hal-hal apa yang dirasakan menjadi praktik baik
(unggul) dalam pendidikan karakter 12 23.5
Program/kegiatan apa yang perlu diperbaiki atau
dihapuskan 6 11.8
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Menilik data di atas, separuh dari responden mengungkapkan

bahwa sasaran yang diharapkan dari penilaian pendidikan karakter

adalah adanya peningkatan/perbaikan karakter siswa. Fakta ini

hendak menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang diberikan

dan dinilai bermuara pada perubahan karakter siswa yang menjadi

pencapaian hasil pendidikan karakter yang biasanya diukur

menggunakan indikator yang menjadi patokan para guru, bukan

pada bagaimana program karakter tersebut direncanakan,

dilaksanakan, faktor pendukung dan penghambat, serta tindak

lanjut program/kegiatan tersebut maupun siswa berproses di

dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

7) Ranah pendidikan karakter manakah menurut Bapak/Ibu yang

paling diutamakan untuk dinilai dalam asesmen pendidikan

karakter di sekolah ini?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.13
Ranah Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Kognitif (pengenalan/pemahaman) 10 19.6
Afektif (perasaan, sikap, dan nilai) 36 70.6
Psikomotorik (perilaku dan tindakan) 28 54.9
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Ketika ditanya mengenai hal ini, data menunjukkan bahwa, saat

dinilai perubahan karakter siswa, ranah yang paling disoroti adalah

ranah afektif, di mana sebanyak 70,6% guru menyadari betul

bahwa penilaian hasil pendidikan karakter harus berfokus pada

aspek afektif dan 54,9% kepada hasil tindakan, dan 19,6% kepada

kognitif siswa. Data ini menunjukan bahwa perubahan yang

diharapkan pada siswa, tidak sekedar berfokus kepada

intelektualnya. Pemahaman ini sejalan dengan misi pendidikan

karakter itu sendiri, yaitu membangun akhlak, watak, perilaku yang

bermoral.

8) Dari ketujuh langkah penilaian berikut ini, langkah mana yang

Bapak/Ibu lakukan?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Tabel 4.14
Langkah-Langkah Asesmen
Respon Partisipan F %
A. Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil
Belajar 30 58.8
B. Menghimpun Data 19 37.3
C. Melakukan Verifikasi Data 12 23.5
D. Mengolah dan Menganalisis Data 15 29.4
E. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan
Menarik Kesimpulan 18 35.3
F. Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil
Asesmen 10 19.6
G. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi 16 31.4
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Data menunjukkan, dari ketujuh langkah penilaian hampir separuh

lebih yakni sekitar 59% guru hanya sampai pada tahap menyusun

rencana asesmen. Fakta ini cukup kontradiksi karena pada tabel 4.9

di mana Guru mengakui bahwa keterlaksanaan asesmen pendidikan

karakter terlaksana rutin tetapi pada kenyataannya hanya separuh

lebih melaksanakan hanya sampai ke dalam tahap perencanaan dan

hanya sepertiga dari data yang melakukan sampai pada tahap

menghimpun data, mengolah, dan menginterpretasi data hasil

penilaian pendidikan karakter.

9) Dari ketujuh langkah diatas, lingkarilah langkah yang Bapak/Ibu

rasakan paling sulit!

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Tabel 4.15
Langkah-Langkah Asesmen Yang Paling Sulit Menurut Guru
Respon Partisipan F %
A. Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil
Belajar 11 21.6
B. Menghimpun Data 0 0
C. Melakukan Verifikasi Data 5 9.8
D. Mengolah dan Menganalisis Data 12 23.5
E. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan
Menarik Kesimpulan 5 9.8
F. Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil
Asesmen 2 3.9
G. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi 22 43.1
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Fakta pada bagian ini sesungguhnya tidak menggambarkan

kebenaran dari tabel 4.3 yakni di mana pada data sebelumnya,

separuh guru hanya sampai pada tahap perencanaan sedangkan

pada tabel ini, guru mengalami kesulitan saat melakukan proses

verifikasi data, mengolah dan menganalisis data, menginterpretasi,

menyiapkan instrumen dan hasil asesmen, serta menindaklanjuti

hasil tersebut yang menempati urutan tertinggi yakni sekitar 43%.

Logikanya adalah bagaimana guru hendak melakukan tahap B-G

dengan baik, bila penilaian pendidikan karakter yang dibuat hanya

sebatas rencana dan tidak ada data yang dihimpun. Kalaupun

sampai pada proses pengolahan, maka pengolahannya bisa saja

kurang tepat, bias data, tidak valid, dan subjektif yakni berdasarkan

data pengetahuan guru tentang siswa yang dinilai.

10) Siapa-siapa sajakah yang terlibat dalam perancangan asesmen

pendidikan karakter di sekolah ini dan apa perannya?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.16
Pihak yang Terlibat dalam Perancangan Asesmen Pendidikan
Karakter
D Respon Partisipan F %
Kepala sekolah 44 86.3
aWakasek Kesiswaan 41 80.4
Guru BK 37 72.5
lGuru Agama 36 70.6
Guru PPKN 36 70.6
aGuru Olahraga 29 56.9
Wali kelas 37 72.5
mOrang tua/komite sekolah 30 58.8

perancangan asesmen pendidikan karakter di sekolah, hampir

separuh mendekati seperduabelas pihak yang ditanyakan di atas

yang terlibat. Bila menilik fokus penelitian ini dilakukan dengan

subyek yang adalah kepala sekolah/wakil kepala sekolah, guru

mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling sendiri. Bila

dilihat, pada data menunjukkan bahwa porsi keterlibatan tertinggi

dipegang oleh kepala sekolah diikuti wakasek yang mana perannya

berdasarkan variasi jawaban yang diberikan oleh responden adalah

sebagai penanggungjawab program, koordinator, pembina,

pelindung, ataupun ketua. Lalu ditempat selanjutnya guru BK,

yakni guru yang sangat berperan aktif (seharusnya) dalam

peningkatan perkembangan peserta didik dengan perannya secara

umum menafsirkan, menindaklanjuti, pelaksana, dan penilai.

Terakhir ditempati oleh para guru mata pelajaran dengan porsinya

masing-masing secara umum berperan sebagai pelaku


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

pengamat/penilai/evaluasi. Hasil ini hendak menyampaikan bahwa,

sebagai pemimpin peran yang keterlibatan kepala sekolah maupun

wakasek sudah memenuhi kriteria di mana pemimpin adalah

contoh bagi bawahannya.

Sedangkan untuk Guru BK walaupun porsinya sudah cukup

bagus tetapi ini masih sangat kurang dalam peran keterlibatannya

karena seperti diketahui bahwa ini juga merupakan ranah yang

sangat berhubungan dengan ilmu keBKan. Sedangkan wali kelas

dan orang tua/komite sekolah juga ikut memainkan peran dalam

perancangan, karena mereka adalah orang tua dan orang tua kedua

dari siswa yang secara dekat maupun secara garis besar mengetahui

perkembangan anak/peserta didik, sehingga pendapat maupun ide

dari mereka dapat menambah perancangan penilaian pendidikan

karakter.

11) Apakah hasil asesemen pendidikan karakter siswa dapat dijadikan

ukuran penentu siswa naik kelas?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.17
Asesmen sebagai Ukuran Kenaikan Kelas
Respon Partisipan F %
Ya, dijadikan sebagai ukuran 39 76.5
Sedikit ikut andil untuk dijadikan ukuran 1 2
Tidak dijadikan sebagai ukuran 2 3.9
Hanya sebatas sebagai penilai sikap 5 9.8
50% dijadikan ukuran, 50% penentu nilai sikap 3 5.9
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Berdasarkan data, menunjukkan bahwa hampir sekitar 77% guru

mengakui bahwa hasil penilaian pendidikan karakter dijadikan

sebagai ukuran dari proses penentuan kenaikan kelas siswa. Bila

dihubungkan dengan program penerapan pendidikan karakter di

sekolah, ini menunjukkan bahwa program ini mendapatkan tempat

dan porsi yang cukup besar di sekolah karena juga dijadikan

ukuran penentuan kenaikan kelas. Tetapi, yang perlu diwaspadai

adalah kebijakan dan sistem penilaian ini dapat menimbulkan bias

penilaian dan berkesan subjektif karena proses penilaian yang

belum dibenahi sehingga data belum pasti terukur secara objektif,

jujur, dan bertanggungjawab. Hal ini haruslah menjadi perhatian

besar yang harus dipertimbangkan lagi oleh sekolah sehingga

sistem penilaiannya seimbang dan dapat menghasilkan keputusan

kenaikan kelas siswa secara terukur.

12) Bagaimanakah frekuensi dan durasi kegiatan asesmen hasil

pendidikan karakter?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.18
Frekuensi dan Durasi Kegiatan Asesmen Hasil Pendidikan
Karakter
Respon Partisipan F %
1 kali per semester selama 1-3 hari atau lebih 15 29.4
1 kali per tahun selama 2 hari atau lebih 0 0
2 kali per semester selama 1-2 hari/kali 6 11.8
2 kali per tahun selama 2-4 hari/kali 5 9.8
Tidak menentu tergatung kebijakan sekolah 21 41.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Belum pernah dilakukan 1 2


Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Saat para guru ditanya mengenai hal ini, sekitar 40% guru

mengakui bahwa frekuensi dan durasi kegiatan asesmen hasil

pendidikan karakter itu tidak menentu tergantung kebijakan

sekolah. Fakta ini sangat kontradiktif dengan tabel 4.8 yang mana

sebagian besar mengakui bahwa asesmen pendidikan karakter

dilaksanakan secara rutin. Dengan demikian bahwa, pengakuan

dari 82,4% guru yang mengakui bahwa penilaian hasil pendidikan

karakter terlaksana secara rutin, terbantahkan oleh fakta pada tabel

bagian ini.

2. Gambaran proses pelaksanaan penilaian pendidikan karakter yang

dilaksanakan di SMP.

a. Pelaksanaan Penilaian Pendidikan Karakter

1) Sebelum melakukan penilaian pendidikan karakter di sekolah, hal

apa saja yang dilakukan atau dipersiapkan oleh Bapak/Ibu?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Tabel 4.19
Hal yang Dilakukan Sebelum Melakukan Penilaian Pendidikan
Karakter
Respon Responden F %
Saya menyiapkan alat/instrument untuk penilaian
pendidikan karakter 27 54
Saya berkonsultasi terlebih dahulu dengan orang yang
paham dengan pendidikan karakter 12 24
Saya menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan
dalam penilaian pendidikan karakter 14 28
Saya bekerja sama dengan guru lain dalam
mempersiapkan diri dan bahan untuk penilaian diri 21 42
Saya mengecek lingkungan sekolah sehari sebelum
dimulai penilaian pendidikan karakter 4 8
Data pada tabel menunjukkan bahwa sebelum para guru melakukan

penilaian pendidikan karakter di sekolah, sebanyak 54% guru

menyiapkan alat/instrumen terlebih dahulu. Terlepas dari

bagaimana bentuk instrumen yang dipersiapkan guru dan tingkat

pemahaman terhadap penilaian pendidikan karakter, menunjukkan

bahwa guru tetap berusaha untuk menilai dengan menggunakan

alat dan cara yang mereka pahami dalam pelaksanaanya serta 28%

berusaha menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam

pelaksanaan penilaian ini. Selain itu, sekitar 70% guru

berkonsultasi terlebih dahulu dengan orang yang paham dengan

pendidikan karakter dan bekerja sama dengan guru lain. Hal ini

menunjukkan bahwa guru cukup berusaha untuk memberikan

penilaian pendidikan karakter yang baik di sekolah. Sisanya 8%

mengecek lingkungan sekolah sehari sebelum penilaian, guna

mendukung proses penilaian yang akan dilakukan oleh guru.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Berarti guru juga memperhatikan faktor pendukung dan

penghambat dalam penilaian pendidikan karakter ini.

2) Cara-cara apa yang Bapak/Ibu pakai untuk menilai hasil

pendidikan karakter siswa di sekolah?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.20
Cara Guru Menilai Hasil Pendidikan Karakter Siswa
Respon Responden F %
Tes 16 31.4
Observasi 40 78.4
Inventori skala sikap 8 15.7
Wawancara 22 43.1
Anekdota record 10 19.6
Diserahkan ke guru BK 10 19.6
Menulis refleksi pribadi 16 31.4
Dokumentasi 10 19.6
Mencermati laporan orang tua (orang lain) 14 27.5
Penilaian dari antar siswa 28 54.9
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Berdasarkan data di atas, cara penilaian yang telah dikuasai,

menjadi keahlian, dan popular di kalangan guru adalah observasi,

meskipun masih ada cara-cara lain yang mendukung proses

penilaian. Sedangkan cara yang paling sedikit dipilih adalah

inventori skala sikap (15,7%) mengingat dalam menyusun

inventori skala sikap ini tidaklah mudah bagi kebanyakan guru.

3) Berikut ini adalah teknik-teknik penilaian yang dapat digunakan

dalam penilaian pendidikan karakter. Teknik manakah yang paling

sering Bapak/Ibu gunakan?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.21
Teknik-Teknik Penilaian Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Tes Inteligensi 2 3.9
Tes Bakat 3 7.8
Tes Minat 7 13.7
Tes Kepribadian 9 17.6
Tes Kreativitas 5 9.8
Tes Sikap 20 39.2
Tes Hasil Belajar 18 35.3
Tes Individual 5 9.8
Tes Kelompok 6 11.8
Tes Tertulis 5 9.8
Tes Lisan 12 23.5
Tes Perbuatan 12 23.5
Pengamatan 42 82.4
Wawancara 19 37.3
Angket 14 27.5
Pemeriksaan Dokumen 2 3.9
Inventori 0 0
Daftar cek (Checklist) 6 11.8
Skala Penilaian 3 5.9
Skala Penilaian diri 7 13.7
Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

Berdasarkan data di atas, teknik asesmen bila dilihat dari teknik

yang digunakan, hampir sebagian besar guru memilih

menggunakan asesmen teknik tes karena tes tersebut telah

memiliki alat/instrumen yang telah teruji dan dapat terukur.

Sedangkan untuk teknik asesmen non tes, guru lebih sedikit

memilih menggunakan teknik-teknik ini, walaupun ada beberapa

teknik yang telah memiliki instrumen yang telah teruji dan dapat

terukur seperti daftar cek dan skala penilaian. Teknik non tes yang

paling popular adalah pengamatan atau observasi sebanyak 82,4%.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Sejalan dengan tabel sebelumnya yang mengungkapkan bahwa

observasi adalah cara penilaian yang paling popular di kalangan

guru. Tetapi perlu dipertimbangkan lagi karena bisa menimbulkan

penilaian subjektivitas dan ini belum terukur secara objektif.

4) Apa saja kelebihan dari teknik asesemen yang digunakan oleh

Bapak/Ibu dalam mengasesmen pendidikan karakter di sekolah?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Data dari 40 variasi jawaban responden yang mengunggulkan

teknik observasi. Intinya keunggulan observasi menurut mereka

adalah: 1) memberikan penilaian karakter peserta didik secara

langsung (terutama yang bermasalah), 2) mudah untuk menilai, 3)

mudah dalam pengolahan, 4) lebih jelas, 5) obyektif, 6) bisa

dilakukan sambil melakukan tugas yang lain, 7) diperoleh data

valid, 8) mudah mengetahui hasil pendidikan karakter (sikap,

perilaku, perbuatan, ucapan), 9) mampu untuk menunjukkan nilai

kepribadian siswa baik dalam bentuk angka maupun kategori, 10)

berguna untuk tindak lanjut pembimbingan, 11) bukti nyata

perilaku siswa, 12) dapat melihat, menilai tentang hasil belajar

anak, sikap anak, dalam kehidupan sehari-hari, 13) mengamati

bakat siswa serta kecenderungannya, 14) langsung bisa berhadapan

dengan siswa, 15) saling mendukung dan melengkapi, 16) bisa

mengamati dan menilai setiap saat, 17) semakin berpengaruh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

terhadap validitas hasil, 18) mengetahui dan memahami karakter

siswa dengan baik, dan 19) lebih subjektif sehingga lebih mudah

dalam mengevaluasi.

(Sumber: Laporan Penelitian PSHP (Barus, Widanarto, dan Sinaga, 2017) ).

5) Apa saja kekurangan dari teknik asesemen yang digunakan oleh

Bapak/Ibu dalam mengasesmen pendidikan karakter di sekolah?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Data dari 51 guru yang menjawab secara terbuka, terjaring 40

variasi respon yang semuanya mengarah pada kelemahan observasi

yang diandalkan sebagai teknik asesmen hasil pendidikan karakter.

Teridentifikasi kelemahan teknik asesmen (observasi) sebagai

berikut: 1) waktu yang dibutuhkan lebih banyak, 2) terlalu banyak

siswa/kelas gemuk, 3) objek yang dinilai kurang detil dan spesifik,

4) kurang tertib dalam mendokumentasikan, 5) hasil penilain

kurang obyektif, 6) ada kesulitan dalam mengevaluasi setiap

tindakan peserta didik, 7) guru lupa mencatat hasil observasi

terhadap siswa karena jumlah yang banyak sehingga hasil

observasi bagian akhir saja yang dirunut, 8) hasil kadang tidak

sama dari masing-masing guru, 9) susah menentukan interval skala

sikap, 10) Masih ragu, apakah observasi valid/tidak untuk

mengukur karakter siswa, 11) siswa yang baik-baik sering tidak

tersentuh, 12) sulit menganalisis hasil penilaian, 13) pengamatan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

hanya sebatas di sekolah saja, 14) tidak tersedia tes untuk lebih

mendalami karakter siswa, 15) terkadang siswa tidak jujur dalam

mengisi tes yang diberikan, 16) terlalu banyak masalah-masalah

dan terlalu banyak bahan-bahan yang diperlukan dalam pendidikan

karakter, dan q) kurang memahami karakter siswa.

Sumber: Laporan Tahunan (1) PSHP (Barus, Widanarto, & Sinaga, 2017)

6) Bagaimana cara Bapak/Ibu melaksanakan teknik penilaian

pendidikan karakter tersebut?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.22
Pelaksanaan Teknik Penilaian Pendidikan Karakter
Respon Responden F %
Memberikan tes kepada siswa 14 27.5
Meminta siswa mengisi lembar kerja penilaian 13 25.5
Meminta siswa menuliskan kekuatan dan kelemahan
pribadi dirinya 16 31.4
Menugaskan siswa melakukan sebuah tindakan atau
aksi nyata berhubungan dengan nilai-nilai karakter,
kemudian dinilai 27 52.9
Memberikan siswa angket untuk diisi 15 29.4
Meminta siswa untuk saling menilai temannya 15 29.4
Ketika para guru diberikan pertanyaan ini, sebanyak 27 (52,9%)

menugaskan siswa melakukan sebuah tindakan atau aksi nyata

berhubungan dengan nilai-nilai karakter, kemudian dinilai. Cara ini

dilakukan oleh guru dengan tujuan agar dapat menilai secara

langsung perubahan karakter yang dialami oleh siswa. Sedangkan

sisanya para guru memberikan dengan cara pemberian tes,

meminta siswa menuliskan kekuatan dan kelemahan pribadinya,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

meminta siswa mengisi angket dan saling menilai temannya.

Positif yang didapatkan dari beberapa cara terakhir ini adalah guru

mendapatkan sumber penilaian yang berbeda dan kaya. Sedangkan

kekurangan dari beberapa cara ini adalah adanya subjektivitas

entah dari guru maupun siswa yang ikut menilai serta siswa “ogah”

dalam melakukan penilaian yang diminta oleh guru.

7) Setelah melakukan penilaian hasil pendidikan karakter, apakah

Bapak/Ibu membuat kesimpulan dari hasil penilaian tersebut?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.23
Kesimpulan Penilaian Hasil Pendidikan Karakter
Respon Responden F %
Ya 38 74.5
Tidak 9 17.6
Berdasarkan data, sebanyak 74,5% guru mengungkapkan bahwa

mereka membuat kesimpulan setelah melakukan penilaian hasil

pendidikan karakter. Sedangkan 17,6% mengungkapkan tidak

melakukannya. Beberapa guru yang menjawab ya, umumnya

membuat kesimpulan seperti berikut: 1) ada perubahan

sikap/tindakan dari siswa, 2) ada pengaruh perbedaan latar

belakang keluarga siswa, 3) sikap dan perilaku peserta didik

banyak dipengaruhi oleh teman dan lingkungan, 4) secara umum

karakter anak-anak baik, hanya sebagian kecil saja yang kurang,

5)siswa mendapat nilai B apabila jumlah skor yang didapat 5,5 –

6,8; Siswa mendapat nilai A apabila skor yang di dapat 6,9 – 8;


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

Jika skor kurang dari 5,5 nilainya K, 6) perlu untuk melanjutkan

dan memperbaiki program tahunan di bidang pendidikan karakter,

7) secara umum si A memiliki karakter baik sekali/amat baik, baik,

kurang atau A : amat baik, B : Baik, C : Cukup, 8) ada beberapa

yang masih belum mentaati atau melakukan kesalahan, 9) siswa

terbiasa untuk melakukan hal yang terbaik yang sangat bermanfaat

bagi kehidupannya baik hidup dalam dunia ini lebih-lebih sangat

bermanfaat bagi lingkungan mereka, 10) hanya kesimpulan singkat

bagaimana kepribadian dan latar belakang si anak, 11) pendidikan

karakter akan berhasil jika didukung oleh stake holder sekolah dan

orang tua di rumah. Dukungan teman sebaya juga sangat penting,

12) karakter siswa masih sulit untuk diperbaiki, 13) hasil penilian

tidak memuaskan karena tidak sesuai dengan yang diharapkan, 14)

siswa paham dengan pendidikan karakter yang diterapkan oleh

sekolah namun sulit menerapkannya.

b. Penilaian Pendidikan Karakter

1) Bentuk penilaian apakah yang Bapak/Ibu gunakan untuk menilai

hasil pendidikan karakter siswa di sekolah ini?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Tabel 4.24
Bentuk Penilaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa
Respon Responden F %
Menggunakan angka 1-10 atau 1-100 8 15.7
Menggunakan huruf A-E 27 52.9
Menggunakan deskripsi (menggambarkan dengan
kata atau kalimat) 15 29.4
Angka dan deskripsi 3 5.9
Angka, huruf, dan deskripsi penilaian 4 7.8
Di sekolah, dalam pemberian penilaian terhadap karakter siswa,

hampir separuh guru memberikan bentuk penilaian berupa huruf

A-E di mana A menunjukkan karakter siswa yang paling baik dan

E adalah yang paling buruk. Sejalan dengan cara ini, 29,4% guru

memberikan penilaian dengan menggunakan deskripsi.

Penggunaan pemberian nilai menggunakan deskripsi, angka dan

deskripsi (5,9%) maupun angka, huruf, dan deskripsi penilaian

(7,8%) merupakan cara yang bagus dalam menggambarkan

karakter siswa, sehingga siswa yang bersangkutan dapat

memahami dengan baik perkembangan karakternya yang mana bila

baik akan dipertahankan maupun sebaliknya akan diperbaiki bila

buruk serta mendapatkan apresiasi atas sikapnya (entah baik atau

buruk) dengan angka dan huruf. Dibandingkan dengan hanya

memberikan penilaian dalam bentuk huruf maupun angka yang

mana dilakukan oleh 15,7%.

2) Apakah sekolah memiliki bentuk penilaian sendiri terhadap hasil

asesmen pendidikan karakter di sekolah ini?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Tabel 4.25
Bentuk Pedoman Penilaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa
Respon Responden F %
Ya, sekolah memiliki bentuk penilaian sendiri 11 21.6
Tidak, sekolah mengikuti bentuk penilaian dari
pemerintah 22 43.1
Ya, sekolah mengkombinasi bentuk penilaian sendiri
dan pemerintah 16 31.4
Ya, Sekolah bekerja sama dengan lembaga yang
berkarya dalam bidang pendidikan karakter untuk
membuat skor penilaian 2 3.9
Tidak, sekolah sama sekali tidak memiliki bentuk
penilaian sendiri 0 0
Dalam penilaian pendidikan karakter di sekolah, sebanyak 43,1%

guru mengakui bahwa pedoman penilaian mengikuti bentuk dari

pemerintah dan 31,4% mengakui bahwa bentuk penilaian tersebut

dikombinasi mengikuti bentuk penilaian sekolah dan pemerintah.

Hanya 21,6% guru yang mengakui bahwa sekolah mereka

memiliki bentuk penilaian tersendiri. Di luar itu, pada data sekolah

menurut pengakuan 3,9% guru tidak menutup jalan dalam bekerja

sama dengan lembaga yang berkarya dalam bidang pendidikan

karakter untuk membuat skor penelitian. Bukti ini menunjukkan

bahwa sekolah mengutamakan peraturan pemerintah dalam segala

“gerak-gerik” pendidikan dan lalu mengikuti peraturan sekolah.

Kerja sama dibutuhkan ketika sekolah membutuhkan pedoman

yang lebih efektif, mudah, dan objektif sehingga dapat langsung

digunakan oleh para guru.

3) Bagaimanakah cara Bapak/Ibu menganalisis dan mengelolah data

hasil asesmen pendidikan karakter di sekolah? Mohon Bapak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

berkenan menuliskan cara Bapak/Ibu menganalisis dan mengelolah

data hasil penilaian pendidikan karakter di sekolah ini.

Berdasarkan hasil penelitian dan merangkum jawaban yang relevan

dari 51 guru yang adalah responden penelitian maka diperoleh

jawaban sebagai berikut: 1) pengamatan, wawancara – konvesi

nilai ke angka – deskripsi, 2) bekerja sama dengan guru

BK/Konselor sekolah untuk menggabungkan nilai-nilai yang sudah

dibuat oleh guru matapelajaran dan wali kelas sampai terdapat hasil

akhir, 3) mengumpulkan dan menghitung instrumen serta skoring,

4) mengumpulkan data – data dan menyimpulkan hasil dari tes

yang diberikan, 5) dengan cara memberikan 100 poin diawal tahun

ajaran. Setiap pelanggaran terhadap karakter dikurangi berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan. Selanjutnya bila data hasil asesmen

pendidikan karakter hendak diinterpretasi dan dibuat kesimpulan,

pihak yang dilibatkan adalah guru (matapelajaran), guru BK, wali

kelas, tim ahli, dan orang tua (walaupun keterlibatannya sangatlah

kecil).

4) Dalam menginterpretasi dan mengambil kesimpulan hasil

pendidikan karakter siswa, pihak mana yang dilibatkan?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

Tabel 4.26
Pihak yang Terlibat dalam Menginterpretasi dan Mengambil
Kesimpulan Hasil Pendidikan Karakter Siswa
Respon Responden F %
Setiap guru (matapelajaran) sendiri-sendiri
menginterpretasi data karakter yang ada 42 82.4
Ada tim yang ditunjuk untuk menginterpretasi 8 15.7
Guru BK dan atau bersama wali kelas 27 52.9
Wali kelas saja 9 17.6
Perwakilan siswa 0 0
Masukan dari orang tua 2 3.9
Ahli penilaian dari luar sekolah 0 0
Psikolog pendidikan 0 0
Ketika menginterpretasi dan mengambil kesimpulan hasil

pendidikan karakter siswa, menurut sebanyak 82,4% guru

(matapelajaran) merekalah yang menginterpretasi, diikuti dengan

guru BK dan atau bersama wali kelas sebanyak 52,9% maupun

wali kelas sendiri (17,9%). Dalam melibatkan orang tua masih

sangat kecil perannya yakni 3,9%. Selain itu dalam keterlibatan ini,

sekolah hanya sekitar 16% menyerahkan kepada tim ahli yang

telah ditunjuk untuk menginterpretasi. Data ini membuktikan

bahwa guru sebagai pemegang peranan penting atau utama dalam

tugas ini, karena gurulah yang lebih paham dan memberikan

pendidikan karakter di sekolah.

3. Gambaran proses evaluasi penilaian pendidikan karakter di SMP.

a. Evaluasi Penilaian Pendidikan Karakter

1) Adakah evaluasi bersama setelah melakukan asesemen pendidikan

karakter di sekolah?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

Tabel 4.27
Tindakan Evaluasi
Respon Responden F %
Ya, ada proses evaluasi bersama 28 54
Ya, ada proses evaluasi tetapi hanya dilakukan
beberapa guru yang bergabung dalam tim penilai 6 11.8
Ya, ada proses evaluasi, tetapi proses evaluasi
dilakukan secara mandiri oleh guru-guru. 9 17.6
Tidak ada proses evaluasi bersama, tetapi guru
mengevaluasi dengan menuliskan kritik dan saran 8 15.7
Tidak ada proses evaluasi sama sekali 0 0
Data pada tabel menunjukkan bahwa, setelah melakukan penilaian

pendidikan karakter di sekolah, sekitar 99% guru melakukan

evaluasi entah dilakukan secara bersama-sama, data penilaian

diserahkan kepada tim penilai, dilakukan secara mandiri oleh guru-

guru ataupun dengan cara memberikan kritik dan saran terhadap

program yang diterapkan. Hal ini menunjukkan bahwa proses

evaluasi merupakan proses yang sangat penting bagi perbaikan,

penambahan maupun bagi keberlanjutan pendidikan karakter yang

diterapkan dan ditanamkan di sekolah. Proses evaluasi ini juga

sangat penting untuk mencapai perubahan, penerapan strategi baru

maupun pengumpulan ide yang mana berguna bagi keberlanjutan

dan penanaman pendidikan karakter yang efektif dan efisien di

sekolah.

2) Berdasarkan teknik penilaian tertentu yang Bapak/Ibu gunakan

untuk menilai hasil pendidikan karakter, apakah tujuan pendidikan

karakter yang direncanakan sudah tercapai?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Tabel 4.28
Ketercapaian Pendidikan Karakter yang Direncanakan
Respon Responden F %
Sangat tercapai dengan memuaskan 1 2
Tercapai dengan memuaskan 12 23.5
Tercapai, namun setengah memuaskan 24 47.1
Kurang tercapai dan belum memuaskan 13 25.5
Belum ada capaian sama sekali yang terlihat 1 2
Dari data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa hampir

separuh guru mengakui bahwa tujuan pendidikan karakter yang

direncanakan sudah tercapai namun setengah memuaskan dan

hampir 28% guru mengakui bahwa kurang dan belum memuaskan

serta. capaian yang didapatkan juga belum memuaskan dan belum

terlihat. Bila dianalisa pengaruh tujuan yang direncanakan

kurang/belum memuaskan dapat dijelaskan pada tabel 4.3 yang

mana hanya separuh dari jumlah responden yang mengaku pernah

mendapatkan sosialisasi tentang pedoman pendidikan karakter, dan

hanya 10% guru yang sudah membaca dan paham isinya.

Sisi ini tentu menegaskan bahwa bagaimana tujuan yang

pendidikan karakter yang direncanakan dapat memuaskan

keinginan dan tercapai kalau pedoman pendidikan karakter yang

telah diterbitkan dari 7 tahun lalu, hanya sekedar tempelan ataupun

belum pernah dibaca. Padahal pedoman ini dapat menjadi landasan

strategi bagi guru dalam perencanaan pendidikan karakter yang

tujuannya dapat tercapai dan memuaskan. Bila ini benar-benar

diterapkan oleh para guru, bukan tidak mungkin akan mengikuti

jejak 25,5% guru yang mengakui bahwa tujuan pendidikan karakter


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

yang menjadi tujuan pencapaian dapat tercapai dengan hasil yang

memuaskan bahkan sangat memuaskan.

3) Apakah pelaksanaan evaluasi pendidikan karakter di sekolah ini

berjalan lancar dan baik?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.29
Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Karakter
Respon Responden F %
Ya, sangat lancar dan baik 4 7.8
Ya, lancar dan baik 17 33.3
Ya, cukup lancar dan cukup baik 27 52.9
Tidak lancar dan tidak baik 0 0
Tidak, sangat tidak lancar dan tidak baik 0 0
Belum pernah dilakukan evaluasi sama sekali 1 2
Pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia menerbitkan Konsep dan

Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah Dasar

dan Sekolah Menengah (2017) yang mana dalam terbitan ini

terdapat penilaian dan evaluasi program penguatan pendidikan

karakter. Berdasarkan data dapat dilihat bahwa 94% guru

mengakui bahwa evaluasi pendidikan karakter di sekolah benar

berjalan terlepas dari bagaimana kelancarannya dan hanya 2% guru

yang mengakui bahwa hal itu belum pernah dilakukan. Ini

menunjukkan bahwa pedoman yang diberikan oleh pemerintah

benar diaplikasikan di sekolah dalam hal evaluasi. Kinerja seperti

ini, hendaknya oleh guru tetap dipertahankan dan ditingkatkan

sehingga banyak masukkan yang diperoleh oleh guru mengenai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

penerapan pendidikan karakter di sekolah dan hasil evaluasi

tersebut dapat ditindaklanjuti maupun diperbaiki.

4) Apakah siswa sebagai sasaran asesmen pendidikan karakter di

sekolah benar-benar ikut terlibat?

Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.30
Keterlibatan Sasaran Asesmen Pendidikan Karakter
Respon Responden F %
Ya sangat terlibat 28 54.9
Cukup terlibat 19 37.3
Kurang terlibat 3 5.9
Tidak terlibat 0 0
Sangat tidak terlibat 0 0
Data keterlibatan siswa sebagai sasaran dari penilaian ini cukup

memuaskan, di mana berdasarkan pengakuan 28 (54,9%) guru

mengakui bahwa siswa sangat terlibat dan 37,3% cukup terlibat. Ini

menandakan bahwa dalam pemberian, penerapan, dan

pengembangan pendidikan karakter, guru benar-benar menyasar

sasaran yang tepat terlepas dari bagaimana cara guru menilai. Sisi

positifnya adalah guru tetap memperhatikan dan melibatkan siswa

dalam pendidikan karakter. Untuk pengakuan 5,9% guru mengenai

kurangnya keterlibatan siswa, hendaknya mendorong guru untuk

mencari penyebab mengenai hal ini, apakah faktor ini berasal dari

guru sendiri maupun dari siswa sehingga segera dapat dicari jalan

keluar maupun strateginya dalam mengatasi kurang terlibatnya

siswa sehingga baik guru terutama siswa dapat berkembang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

5) Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah tindak lanjut dari temuan

penilaian hasil pendidikan karakter di sekolah?

Berdasarkan hasil penelitian dan merangkum jawaban 51 guru

yang adalah responden penelitian maka diperoleh jawaban sebagai

berikut: 1) adanya parenting di awal tahun ajaran baru, 2) Guru

maple, BK, wali kelas, bekerja sama untuk membuat nilai sikap

digunakan untuk dasar kenaikan, 3) sebagai pedoman pemantauan

sikap siswa dalam hidup sehari-hari baik di sekolah, rumah

maupun lingkungan luar sehingga berkesinambungan dengan hasil

belajar, 4) menentukan kebijakan/kegiatan sekolah untuk waktu

berikutnya, 5) dibicarakan dalam rapat sekolah untuk mengukur

tercapainya visi misi sekolah, 6) dituangkan dalam program

tahunan yang akan datang, 7) penyempurnaan instrumen/alat

penilaian, 8) diberi apresiasi dengan pemberian reward

(penghargaan), 9) tindak lanjut yang memerlukan penanganan

khusus di serahkan ke guru BK dan wali kelas, 10) perlu terus

menerus dilakukan, dievaluasi dan dikembangkan, 11) pendidikan

karakter perlu dilaksanakan dengan konsisten dan

berkesinambungan dengan melihat hasil evaluasi sebelumnya, 12)

melakukan pembinaan dan tindak lanjut terhadp penilaian

pendidikan karakter, 13) harus lebih di sosialisasikan baik kepada

pihak sekolah maupun orang tua dan lingkungan sekolah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

4. Hambatan-hambatan yang dihadapi para guru di SMP dalam proses

penilaian pendidikan karakter.

a. Kendala apa yang Bapak/Ibu atau sekolah hadapi dalam proses

penilaian, pelaksanaan maupun hasil pendidikan karakter di sekolah

ini? Berdasarkan hasil penelitian, 51 guru yang adalah responden

penelitian memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.31
Kendala Proses Asesmen Pendidikan Karakter
Respon Responden F %
Tidak ada waktu 7 13.7
Tidak ada ahli 11 21.6
Tidak ada model yang dapat diikuti 10 19.6
Tidak ada pedoman yang operasional dari pemerintah 13 25.5
Tidak ada perintah dan petunjuk dari sekolah 1 2
Saya tidak tahu teknik dan cara menilainya 5 9.8
Tidak tersedia soal-soal tes yang dapat mengukur capaian
karakter 20 39.2
Dari cara dan instrument yang tersedia, guru sulit
menggunakannya 3 5.9
Hambatan yang dihadapi oleh para guru yang menjadi responden

terhadap proses pelaksanaan maupun hasil pendidikan karakter di

sekolah adalah 23 (45,12%) guru mengaku bahwa belum adanya soal

yang-soal tes yang dapat mengukur capaian pendidikan karakter dan

walaupun terdapat instrumen yang tersedia, guru sulit dalam hal

pengaplikasiannya. Selain itu, faktor lain yang menjadi penghambat

adalah tidak adanya pedoman yang operasional dari pemerintah dan

model yang dapat diikuti. Pemerintah memang menggalakan program

pengembangan karakter, tetapi yang ditangkap dari pengakuan 24 guru

(47,1%) guru tentang ketidaktersediaan pedoman operasional berkaitan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

dengan model penilaian. Sejalan dengan pengakuan ini, 9,8% guru

mengakui bahwa mereka tidak tahu teknik dan cara menilainya.

Hal-hal lain lagi yang menjadi hambatan bagi proses ini adalah

berasal dari tidak adanya waktu (13,7%), tidak ada ahli (21,6%), dan

tidak ada perintah dan petunjuk dari sekolah (2%). 3 (tiga) pengakuan

terakhir ini menunjukkan bahwa guru kurang dalam berusaha untuk

menghadirkan penilaian pendidikan karakter versi mereka dengan

alasan tidak ada waktu, tidak adanya ahli yang paham tentang hal ini,

maupun tidak membuat karena tidak ada perintah dan petunjuk dari

sekolah.

5. Usaha-usaha yang dilakukan para guru di SMP dalam mengatasi

hambatan-hambatan penilaian pendidikan karakter.

a. Upaya-upaya apa saja yang Bapak/Ibu lakukan/tempuh untuk

mengatasi kesulitan dalam menilai pendidikan karakter?

Berdasarkan hasil penelitian dan merangkum jawaban 51 guru yang

adalah responden penelitian, diperoleh jawaban sebagai berikut yakni:

Tabel 4.32
Upaya-Upaya Guru Mengatasi Hambatan Asesmen
Pendidikan Karakter
Upaya-upaya yang para guru lakukan/tempuh dalam mengatasi
No
Hambatan dalam menilai pendidikan karakter
Bertanya kepada pimpinan/ahli yang lebih membidangi penilaian
1.
pendidikan karakter.
2. Memberikan pengertian lebih kepada siswa.
3. Melakukan pendekatan, wawancara maupun observasi.
4. Melibatkan seluruh komponen sekolah.
Berusaha mencari referensi yang relevan dan konsultasi dengan
5.
ahli/pengawas agar mudah untuk melanjutkannya.
6. Mengevaluasi kembali .
7. Berkoordinasi bersama seluruh stake holder.
8. Membuat perencanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

Sharing pengalaman dalam rapat-rapat sekolah dan


9.
mencari/browsing di internet.
10. Menyamakan standar instrumen penilaian kepribadian.
11. Menilik catatan-catatan siswa.
12. Membaca buku-buku karakter.
13. Mengikuti berbagai bintek/pelatihan.
14. Mengembangkan instrument yang lebih tepat.
15. Pendekatan secara face to face kepada siswa.
16. Membangun kesadaran semua pihak.
17. Bimbingan kelompok dalam proses KBM .
Mengikuti seminar, memahami karakter siswa, kerja sama dengan
18.
guru dan orang tua.
Merencanakan ulang pendidikan karakter yang akan dilaksanakan
19.
(waktu).
20. Mencari referensi (buku) untuk pengembangan asesmen.
21. Mencari formulasi instrumen yang tepat.
Belajar melalui sekolah yang telah melaksanakan pendidikan
22.
karakter secara maksimal.
b. Usulan seperti apa yang ingin diaspirasikan agar penilaian hasil

pendidikan karakter di sekolah ini berjalan sesuai dengan rencana di

kemudian hari?

Berdasarkan hasil penelitian dan merangkum jawaban 51 guru yang

adalah responden penelitian maka diperoleh:

Tabel 4.32
Usulan Guru Agara Asesmen Pendidikan Karakter Berjalan
Sesuai Rencana
Usulan yang ingin diaspirasikan agar penilaian hasil pendidikan
No.
karakter di sekolah ini berjalan sesuai dengan rencana
Adanya modul yang baku, dapat mengukur capaian karakter dari
1.
pemerintah.
Penilaian menggunakan standar baku/instrumen yang pas untuk
2.
menghasilkan karakter yang diharapkan.
Jumlah siswa harus relevan dan menemukan cara penilaian karakter
3.
siswa yang efektif.
4. Instrument lebih jelas dan lebih detil lagi.
Melibatkan peran orang tua dalam penilaian pendidikan karakter
5.
siswa.
6. Ada evaluasi berkala.
7. Kekompakkan antar dewan guru dan semua pihak yang terkait.
Pendidikan karakter harus lebih ditekankan, kegiatannya dibuat
8.
lebih detail, ada penilaian terjadwal dan tindak lanjut.
Seluruh dewan guru melaksanakan penilaian karakter dan saling
9.
mendukung terhadap kebijakan sekolah dengan tujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

mengembangkan karakter siswa.


Diadakan berbagai pelatihan/bintek/workshop/seminar tentang
pendidikan karakter bagi guru-guru, tersedia soal-soal tes, diadakan
10.
tes setiap akhir semester, diadakan sosialisai tentang pendidikan
karakter disekolah/wali siswa dan semua warga sekolah.
Hendaklah lebih di tingkatkan lagi atau disosialisasi tentang
11. pendidikan karakter di sekolah, karena pendidikan karakter di
sekolah kami belum maksimal dilaksanakan.
Hendaknya penilaian pendidikan karakter sudah ada pedoman dan
12.
perencanaan khusus, sehingga guru lebih fokus.
Terus melakukan penilaian asesmen agar siswa memiliki karakter
13.
yang baik.
Kerjasama yang baik antara warga sekolah dalam penerapan
14.
karakter dalam lingkungan sekolah.
B. Pembahasan

1. Deskripsi keterlaksanaan perencanaan pendidikan karakter dan

asesmen pendidikan karakter di SMP.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 Sekolah

Menengah Pertama dalam skala nasional, terdapat sekitar 75% sekolah

yang telah memiliki perencanaan yang baik dan operasional berkaitan

dengan pendidikan karakter dan hampir 65% guru mengaku terlibat

dalam penyusunan perencanaan tersebut. Senada dengan hasil ini,

Mulyasa (2012: 191) menyatakan bahwa dalam implementasi

pendidikan karakter di sekolah dalam garis besarnya menyangkut tiga

fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.

Berfokus pada perencanaan, dalam fungsi perencanaan, rencana yang

dibuat dikaitkan dengan perumusan kompetensi dasar, penetapan jenis

karakter, dan memperkirakan cara pembentukannya.

Penelitian ini juga menemukan hanya sekitar 10% dari 51

responden (guru) yang telah benar-benar membaca dan mengetahui isi

pedoman pendidikan karakter sebagai pedoman utama perencanaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

dan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Padahal seperti yang

diketahui bahwa Pemerintah c.q Direktorat Pembinaan SMP,

Depdiknas sejak tahun 2010 telah memberlakukan Pedoman

Pendidikan Karakter di SMP. Menilik perencanaan dan pelaksanaan

pendidikan karakter yang dijalankan di sekolah, tentunya sekolah yang

terwakilkan oleh pengamatan Bapak/Ibu guru telah banyak

menerapkan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter yang telah diterapkan tentunya

menunjukkan adanya indikasi keberhasilan maupun

kekurangberhasilan. Bila melihat hasil penelitian, penerapan

pendidikan karakter dalam bentuk kegiatan, pada sekolah swasta lebih

banyak ragamnya dibandingkan dengan sekolah negeri. Hal ini dapat

dipahami, karena sekolah swasta sedikit terikat dengan pemerintah dan

lebih banyak menjalankan otonomi dan kewenangannya sendiri,

sehingga banyak kegiatan yang dapat diterapkan bila itu

menguntungkan siswa dan membawa nama baik sekolah. Berbeda

dengan swasta, sekolah negeri begitu terikat dengan aturan, kebijakan,

dan wewenang yang berasal dari pemerintah. Sehingga kegiatan yang

dicanangkan pun harus sesuai dengan pedoman yang telah disusun dan

diterapkan oleh pemerintah secara nasional, dan kalaupun ada

penambahan harus menunggu persetujuan, terutama kegiatan yang

menggunakan tata kelola perencanaan anggaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

Pemberian dan penerapan pendidikan karakter di sekolah, tentu

saja tidak selalu berjalan baik dan mulus. Penelitian menunjukkan

bahwa pendidikan karakter di sekolah belum cukup berhasil dan

memberikan perubahan karakter pada siswa ke arah yang lebih baik.

Banyak sekali indikasi yang melatarbelakangi ketidakberhasilan ini.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 44 butir “noda”

ketidakberhasilan yang hadir sebagai perwakilan dari sekian

banyaknya “kegagalan” pendidikan karakter yang diterapkan di

sekolah. Peneliti berpendapat, 44 butir “noda” harus menjadi pekerjaan

rumah dan keprihatin yang harus segera diperbaiki. Oleh karena itu,

dibutuhkan kerja sama yang baik dari sekolah, guru maupun

khususnya orang tua di rumah, yakni dengan cara terus dievaluasi dan

dicari jalan keluar atau pun strategi yang tepat dalam mengurangi

bahkan “membasmi” ketidakberhasilan penerapan pendidikan karakter

ini.

Salah satu cara efektif dan efisien dalam mengatasi indikasi

kekurangberhasilan dan mengetahui sejauh mana perkembangan

karakter peserta didik adalah dengan cara melakukan asesmen

(penilaian) pendidikan karakter. Linn dan Grounlund (Uno dan Koni,

2012: 1) menegaskan asesmen (penilaian) adalah sebuah prosedur

yang digunakan dalam mendapatkan informasi tentang belajar siswa

(observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian

kemajuan belajar siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa asesmen


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

pendidikan karakter merupakan prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan informasi seputar perkembangan karakter siswa.

Ketika sesuatu diterapkan, tentunya ada tujuan yang hendak

dicapai. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 15 butir tujuan

asesmen yang telah terangkum dari berbagai jawaban yang diberikan

oleh para guru. Oleh peneliti, 15 butir tujuan asesmen pendidikan

karakter ini dibagi ke dalam tujuan dengan melihat kepentingannya

bagi siswa dan bagi guru. Maka diketahui bahwa tujuan dilakukannya

asesmen pendidikan karakter bagi kepentingan siswa adalah 1)

mengetahui ketercapaian karakter siswa, 2) sebagai awal pemberian

pendampingan yang tepat, 3) menetapkan nilai akhlak dan kepribadian

peserta didik, 4) mengetahui sikap dan perilaku siswa sesuai dengan

budaya Indonesia, 5) dasar memberikan bimbingan pada siswa lebih

lanjut, 6) memudahkan dalam penilaian sikap siswa. Sedangkan, tujuan

dilakukannya asesmen pendidikan karakter bagi kepentingan guru

adalah 1) mengukur tingkat keberhasilan/ efektivitas pelaksanaan

pendidikan karakter, 2) mengevaluasi program pendidikan karakter

yang sudah terlaksana, 3) hasilnya bisa digunakan untuk membuat

perencanaan berikutnya, 4) membenahi kekurangan program, 5)

menilai sejauh mana kegiatannya berdampak pada anak, 6)

meningkatkan karakter sesuai yang diprogramkan sekolah, 7)

memperoleh umpan balik dan sebagai bahan EDS, 8) sebagai laporan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

ke orang tua/wali siswa di rapor, 9) memenuhi tuntutan dari

pemerintah pusat.

Sejalan dengan hasil penelitian tujuan dilakukannya asesmen

pendidikan karakter bagi kepentingan siswa, Sumardi & Sunaryo

(Ambara, dkk. 2014:56) menyebutkan beberapa tujuan asesmen, yakni

1) memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif

tentang kondisi anak saat ini, 2) mengetahui profil anak secara utuh

terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi

yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung

lingkungan yang dibutuhkan anak, 3) menentukan layanan yang

dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya

dan memonitor kemampuannya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

telah menerbitkan Konsep Dan Penguatan Pendidikan Karakter Untuk

Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah (2017) yang dapat dijadikan

acuan oleh sekolah dan pendidik dalam pembuatan pedoman

pendidikan penilaian karakter. Berdasarkan hasil penelitian sekitar

43% menyatakan bahwa dalam membuat pedoman pendidikan karakter

dilaksanakan berdasarkan visi dan misi sekolah serta nilai-nilai yang

berkembang di dalam sekolah. Sementara itu, sekitar 60% menyatakan

bahwa pembuatan pedoman penilaian ini, dibuat dengan

menggabungkan peraturan pemerintah dengan visi dan misi sekolah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

Menurut pandangan peneliti dalam penilaian pendidikan

karakter, sekolah mengutamakan untuk menerapkan visi dan misi

maupun nilai-nilai di sekolah dengan harapan siswa mampu

menerapkan itu ke dalam keseharian hidup mereka maupun setelah

mereka lulus dengan tetap memegang budaya sekolah yang baik.

Apresiasi sekolah juga cukup besar terhadap program penanaman

pendidikan karakter di sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah,

yakni di mana sekolah mau mengikuti dan menggabungkan visi dan

misi serta nilai-nilai sekolah dengan peraturan pemerintah. Dalam

penilaian pendidikan karakter ini sasaran pencapaian yang diharapkan

dari penilaian pendidikan karakter adalah adanya

peningkatan/perbaikan karakter siswa.

Fakta ini hendak menunjukkan bahwa pendidikan karakter

yang diberikan dan dinilai bermuara pada perubahan karakter siswa

yang menjadi pencapaian hasil pendidikan karakter yang biasanya

diukur menggunakan indikator. Indikator pada hakekatnya adalah

ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang

berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar

(Badan Standar Nasional Pendidikan Departemen Pendidikan

Nasional, 2006).

Selanjutnya pada data penelitian menunjukkan bahwa, saat

dinilai perubahan karakter siswa, ranah yang paling disoroti adalah

ranah afektif. Pemahaman ini sejalan dengan misi pendidikan karakter


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

itu sendiri, yaitu membangun akhlak, watak, perilaku yang bermoral.

Menurut Lewin (Andersen, 1981), perilaku seseorang merupakan

fungsi dari watak yang terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotor,

dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan.

Selama ini walau pemerintah berusaha untuk membangun pendidikan

karakter, namun pembelajaran di sekolah lebih menekankan pada

ranah kognitif. Hal ini mungkin disebabkan pembelajaran pada ranah

kognitif lebih mudah dilaksanakan dibandingkan pembelajaran pada

ranah afektif.

Berkaitan dengan penilaian yang telah dinilai di atas, asesmen

pendidikan karakter yang diteliti tentunya memiliki langkah-langkah

yang harus dikuasai oleh guru. Pada penelitian ini terdapat 7 (tujuh)

langkah asesmen pendidikan karakter yang mana mengikuti para pakar

termasuk 2 (pakar) berikut yakni Anderson dan Sudijono (Widodo:

2008, 3 - 4), yang secara garis besar menetapkan 7 (tujuh) langkah

pokok asesmen yaitu 1) menyusun rencana asesmen atau evaluasi hasil

belajar, 2) menghimpun data, 3) melakukan verifikasi data, 4)

mengolah dan menganalisis data, 5) melakukan penafsiran atau

interpretasi dan menarik kesimpulan, 6) menyimpan instrumen

asesmen dan hasil asesmen, 7) menindaklanjuti hasil evaluasi.

Data menunjukkan, dari ketujuh langkah penilaian tersebut

hampir separuh lebih yakni sekitar 59% guru hanya sampai pada tahap

menyusun rencana asesmen. Diantara ketujuh langkah ini, guru


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

mengalami kesulitan saat melakukan proses verifikasi data, mengolah

dan menganalisis data, menginterpretasi, menyiapkan instrumen dan

hasil asesmen, serta menindaklanjuti hasil tersebut yang menempati

urutan tertinggi yakni sekitar 43%. Logikanya adalah bagaimana guru

hendak melakukan tahap 2-7 (dua sampai tujuh) dengan baik, bila

penilaian pendidikan karakter yang dibuat hanya sebatas rencana dan

tidak ada data yang dihimpun. Kalaupun sampai pada proses

pengolahan, maka pengolahannya bisa saja kurang tepat, bias data,

tidak valid, dan subjektif yakni berdasarkan data pengetahuan proinadi

guru tentang siswa yang dinilai.

Perancangan asesmen pendidikan karakter di sekolah tentunya

melibatkan stake holder yang berkepentingan dan bertanggungjawab di

dalamnya. Berdasarkan hasil penelitian, stake holder yang terlibat

adalah kepala sekolah/wakil kepala sekolah dengan porsi keterlibatan

tertinggi dipegang oleh kepala sekolah lalu diikuti wakasek, yang

mana perannya berdasarkan variasi jawaban yang diberikan oleh

responden adalah sebagai penanggungjawab program, koordinator,

pembina, pelindung, ataupun ketua. Lalu ditempat selanjutnya guru

BK, yakni guru yang sangat berperan aktif (seharusnya) dalam

peningkatan perkembangan peserta didik dengan perannya secara

umum menafsirkan, menindaklanjuti, pelaksana, dan penilai.

Terakhir ditempati oleh para guru mata pelajaran dengan

porsinya masing-masing secara umum berperan sebagai pelaku


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

pengamat/penilai/evaluasi. Wali kelas dan orang tua/komite sekolah

juga ikut memainkan peran dalam perancangan, karena mereka adalah

orang tua dan orang tua kedua dari siswa yang secara dekat maupun

secara garis besar mengetahui perkembangan anak/peserta didik.

Sehingga pendapat maupun ide dari mereka dapat menambah

perancangan penilaian pendidikan karakter. Mengenai frekuensi dan

durasi kegiatan pemberian asesmen hasil pendidikan karakter, sekitar

40% guru mengakui bahwa tidak menentu tergantung kebijakan

sekolah. Fakta ini sangat kontradiktif dengan data yang mana

menunjukkan bahwa sebagian besar mengakui bahwa asesmen

pendidikan karakter dilaksanakan secara rutin.

Penggunaan hasil penilaian pendidikan karakter ini oleh sekitar

77% guru diakui dijadikan sebagai ukuran dari proses penentuan

kenaikan kelas siswa. Bila dihubungkan dengan program penerapan

pendidikan karakter di sekolah, ini menunjukkan bahwa program ini

mendapatkan tempat dan porsi yang cukup besar di sekolah karena

juga dijadikan ukuran penentuan kenaikan kelas. Sependapat dengan

hasil penelitian ini, Suparno (2015) menjelaskan bahwa sebenarnya

bila nilai karakter dianggap penting, dan tidak kalah penting dengan

pendidikan pengetahuan, maka pendidikan karakter mempengaruhi

kenaikan kelas. Beberapa sekolah yang menekankan pendidikan utuh

berani tidak menaikan siswa karena karakternya masih kurang. Tetapi,

yang perlu diwaspadai adalah kebijakan dan sistem penilaian ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

menimbulkan bias penilaian dan berkesan subjektif, karena proses

penilaian yang belum dibenahi sehingga data belum pasti terukur

secara objektif, jujur, dan bertanggungjawab. Hal ini haruslah menjadi

perhatian besar yang harus dipertimbangkan lagi oleh sekolah sehingga

sistem penilaiannya seimbang dan dapat menghasilkan keputusan

kenaikan kelas siswa secara terukur.

2. Gambaran proses pelaksanaan penilaian pendidikan karakter

yang dilaksanakan di SMP.

Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebelum para

guru melakukan penilaian pendidikan karakter di sekolah, sebanyak

54% guru menyiapkan alat/instrumen terlebih dahulu. Suharsimi (

Sudaryono, Margono, & Rahayu. 2013: 30) menjelaskan bahwa

instrumen pengumpulan data adalah “alat bantu yang dipilih dan

digunakan peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Terlepas dari

bagaimana bentuk instrumen yang dipersiapkan guru dan tingkat

pemahaman terhadap penilaian pendidikan karakter, ini menunjukkan

bahwa guru tetap berusaha untuk menilai dengan menggunakan alat

dan cara yang mereka pahami dalam pelaksanaanya.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa cara penilaian yang

telah dikuasai, menjadi keahlian, dan popular di kalangan guru adalah

observasi, meskipun masih ada cara-cara lain yang mendukung proses

penilaian. Sedangkan cara yang paling sedikit dipilih adalah inventori


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

skala sikap mengingat dalam menyusun inventori skala sikap ini

tidaklah mudah bagi kebanyakan guru. Menurut peneliti hampir

sebagian besar guru memilih menggunakan asesmen teknik tes karena

tes tersebut telah memiliki alat/instrumen yang telah teruji dan dapat

terukur. Sedangkan untuk teknik asesmen non tes, guru lebih sedikit

memilih menggunakan teknik-teknik ini walaupun ada beberapa teknik

yang telah memiliki instrumen yang telah teruji dan dapat terukur

seperti daftar cek dan skala penilaian.

Menurut Poerwati (2001) teknik tes adalah seperangkat tugas

yang harus dikerjakan oleh orang yang diberi tes dan berdasarkan hasil

tugas-tugas tersebut akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek

tertentu pada oramg tersebut. Alat tes ini memberikan tekanan pada

dimensi kuantitatif dari berbagai aspek dalam tingkah laku dan

kehidupan batin seseorang, dengan mengukur berapa banyak dari

aspek tertentu terdapat pada seseorang. Sedangkan teknik non tes

adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi baik

secara langsung ataupun tak langsung, angket, wawancara, dan

sosiometri. Teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan

digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan

keputusan penentuan kualitas hasil belajar.

Seperti yang diketahui bahwa teknik non tes yang paling

popular adalah pengamatan atau observasi yakni sebanyak 82,4%.

Tetapi tentu perlu dipertimbangkan lagi karena bisa menimbulkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

penilaian subjektivitas dan ini belum terukur secara objektif. Menurut

para guru dalam hasil penelitian, beberapa inti keunggulan dari teknik

observasi yang dirangkum oleh peneliti dari 40 variasi jawaban antara

lain: 1) memberikan penilaian karakter peserta didik secara langsung

(terutama yang bermasalah), 2) mudah mengetahui hasil pendidikan

karakter (sikap, perilaku, perbuatan, ucapan), 3) mampu untuk

menunjukkan nilai kepribadian siswa baik dalam bentuk angka

maupun kategori, 4) berguna untuk tindak lanjut pembimbingan, 5)

mengamati bakat siswa serta kecenderungannya. Menambahkan

pendapat para guru, keunggulan utama dari observasi partispatif adalah

individu-individu yang diamati tidak tahu bahwa mereka sedang

diobservasi sehingga situsi dan kegiatan tentunya dapat berjalan

dengan wajar, sedangkan observasi nonpatisipatif membuat pengamat

dapat lebih terfokus dan seksama dalam melakukan pengamatan

(Sudaryono, Margono, & Rahayu, 2013: 39).

Kelemahan observasi yang diandalkan sebagai teknik asesmen

hasil pendidikan karakter menurut para guru yang telah dirangkum

oleh peneliti dari 40 variasi jawaban antara lain 1) waktu yang

dibutuhkan lebih banyak, 2) hasil penilain kurang obyektif, 3) guru

lupa mencatat hasil observasi terhadap siswa karena jumlah yang

banyak sehingga hasil observasi bagian akhir saja yang dirunut, 4)

hasil kadang tidak sama dari masing-masing guru, 5) masih ragu,

apakah observasi valid/tidak untuk mengukur karakter siswa. Hampir


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

sependapat dengan jawaban para guru, berdasarkan dua sumber yakni

Gibson & Mitchell dan Mc. Millan & Schumacher (Barus, 2017: 156),

kelemahan dari observasi adalah 1) kemampuan manusia untuk secara

akurat dalam menyimpan kesan yang didapatkannya dari pengamatan

sangatlah terbatas, baik dalam jumlah dan durasi tayangan (informasi),

sehingga mungkin terjadi hilang atau tidak lengkapnya informasi yang

diobservasi, 2) perspektif setiap individu yang adalah subjek penilaian

tidak selalu sama terhadap objek yang dinilai. Hal ini karena setiap

orang memiliki keunikan yang berbeda satu dengan yang lain.

Sehingga kesan dan hasil penilainnya juga tidak akan sama, 3) kesan

setiap orang terhadap sesuatu jugalah tidak sama. Sehingga dalam

menafsirkan dan memberikan penilaian kepada objek yang dinilai yang

sama hasilnya pun tidaklah selalu sama. Seorang pengamat yang

menjunjung tinggi norma sosial akan melihat remaja yang mewarnai

rambut sebagai sebuah kenakalan, sedangkan seorang pengamat yang

mudah menerima norma baru, akan melihat itu sebagai penampilan

remaja yang mengikuti perkembangan zaman dan dinilai positif, 4)

terdapat kecenderungan bahwa manusia menilai sesuatu itu baik atau

buruk berdasarkan sifat yang menonjol. Seorang pengamat dalam

menilai siswa terkadang masih dipengaruhi oleh faktor siapa dia,

dinilai dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan aspek yang

dinilai, atau dinilai dengan melihat penampilan yang terkadang tidak

menggambarkan kenyataan yang sebenarnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

Melaksanakan teknik penilaian pendidikan karakter, sebanyak

27 guru (52,9%) menugaskan siswa melakukan sebuah tindakan atau

aksi nyata berhubungan dengan nilai-nilai karakter, kemudian dinilai.

Menurut peneliti cara ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar dapat

menilai secara langsung perubahan karakter yang dialami oleh siswa.

Hal positif yang didapatkan dari beberapa cara terakhir ini adalah guru

mendapatkan sumber penilaian yang berbeda dan kaya. Sedangkan

kekurangan dari beberapa cara ini adalah adanya subjektivitas entah

dari guru maupun siswa yang ikut menilai temannya “ogah” dalam

melakukan penilaian yang diminta oleh guru. Setelah memberikan

penilaian hasil pendidikan karakter, sebanyak 74,5% guru

mengungkapkan bahwa mereka membuat kesimpulan. Sedangkan

17,6% mengungkapkan tidak melakukannya.

Merangkum jawaban beberapa guru yang menjawab ya,

umumnya membuat kesimpulan antara lain: 1) ada perubahan

sikap/tindakan dari siswa, 2) ada pengaruh perbedaan latar belakang

keluarga siswa, 3) sikap dan perilaku peserta didik banyak dipengaruhi

oleh teman dan lingkungan, 4) siswa mendapat nilai B apabila jumlah

skor yang didapat 5,5 – 6,8; Siswa mendapat nilai A apabila skor yang

di dapat 6,9 – 8; Jika skor kurang dari 5,5 nilainya K, 5) secara umum

si A memiliki karakter baik sekali/amat baik, baik, kurang atau A :

amat baik, B : Baik, C : Cukup, 6) karakter siswa masih sulit untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

diperbaiki, 7) siswa paham dengan pendidikan karakter yang

diterapkan oleh sekolah namun sulit menerapkannya.

Terhadap pemberian penilaian terhadap karakter siswa, hampir

separuh guru memberikan bentuk penilaian berupa huruf A-E di mana

A menunjukkan karakter siswa yang paling baik dan E adalah yang

paling buruk. Sejalan dengan cara ini, 29,4% guru memberikan

penilaian dengan menggunakan deskripsi. Sependapat dengan hasil

penelitian ini, Suparno (2015) mengungkapkan bahwa beberapa

sekolah mencantumkan nilai karakter dalam bentuk deskripsi di rapor

bersama dengan nilai pengetahuan siswa, sehingga siswa dan orang tua

langsung tahu apakah karakter anaknya tinggi atau tidak. Beberapa

sekolah juga memisahkan penilaian pengetahuan dengan nilai karakter,

agar karakter siswa yang kurang baik tidak selalu terlihat di dalam

rapor. Nilai karakter dilampirkan dalam lembar penilaian tersendiri.

Ketika menginterpretasi dan mengambil kesimpulan hasil

pendidikan karakter siswa, menurut sebanyak 82,4% guru

(matapelajaran) merekalah yang menginterpretasi, diikuti dengan guru

BK dan atau bersama wali kelas sebanyak 52,9% maupun wali kelas

sendiri (17.9%). Dalam melibatkan orang tua masih sangat kecil

perannya yakni 3,9%. Selain itu dalam keterlibatan ini, sekolah hanya

sekitar 16% menyerahkan kepada tim ahli yang telah ditunjuk untuk

menginterpretasi. Data ini membuktikan bahwa guru sebagai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

pemegang peranan utama/penting dalam tugas ini, karena gurulah yang

lebih paham dalam memberikan pendidikan karakter di sekolah.

3. Gambaran proses evaluasi penilaian pendidikan karakter di SMP.

Menurut Majid (2014: 1) pengendalian mutu pendidikan

merupakan pengendalian mutu sumber daya manusia yang berada

dalam sistem tersebut. Pengendalian mutu tersebut dapat diperoleh

melalui evaluasi (evaluation), penilaian (assesment), pengujian

(testing), dan pengukuran (measurement) pendidikan yang valid,

kreadibel, komparabel, dan dilakukan secara profesional sarta

independen. Adanya penilaian seperti ini di harapkan dapat menjadi

instrumen penjaminan mutu, pengendalian mutu, dan perbaikan mutu

sistem pendidikan, baik di tingkat kelas, sekolah, regional, maupun

ditingkat nasional, bahkan di tingkat internasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah melakukan

penilaian pendidikan karakter di sekolah, sekitar 99% guru melakukan

evaluasi entah dilakukan secara bersama-sama, data penilaian

diserahkan kepada tim penilai, dilakukan secara mandiri oleh guru-

guru ataupun dengan cara memberikan kritik dan saran terhadap

program yang diterapkan. Proses evaluasi merupakan sebuah proses

pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan

membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria

tertentu yang telah ditetapkan atau dipilih (Uno dan Koni, 2012: 3).

Sehingga dapat dikatakan bahwa evaluasi pendidikan karakter


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

merupakan proses pemberian makna hasil pengukuran pendidikan

karakter dengan membandingkan angka hasil pengukuran tersebut

dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan atau dipilih. Menurut

peneliti proses evaluasi sangat penting dilakukan guna mencapai

perubahan, penerapan strategi baru maupun pengumpulan ide yang

mana berguna bagi keberlanjutan dan penanaman pendidikan karakter

yang efektif dan efisien di sekolah.

Pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia menerbitkan Konsep dan Pedoman

Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah

Menengah (2017) yang mana dalam terbitan ini terdapat penilaian dan

evaluasi program penguatan pendidikan karakter. Berdasarkan data

dapat dilihat bahwa 94% guru mengakui bahwa evaluasi pendidikan

karakter di sekolah benar berjalan terlepas dari bagaimana

kelancarannya. Ini menunjukkan bahwa pedoman yang diberikan oleh

pemerintah benar diaplikasikan di sekolah dalam hal evaluasi. Kinerja

seperti ini, hendaknya oleh guru tetap dipertahankan dan ditingkatkan

sehingga banyak masukkan yang diperoleh guru mengenai penerapan

pendidikan karakter di sekolah dan hasil evaluasi tersebut dapat

ditindaklanjuti maupun diperbaiki.

Pada proses evaluasi ini, yang menjadi sasaran utama evaluasi

berkaitan dengan hasil penilaian pendidikan karakter adalah karakter

siswa. Sejalan dengan ini, Arikunto (2012: 30) mengungkapkan bahwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi adalah hal-hal yang

menjadi pusat perhatian untuk dievaluasi. Apapun yang ditentukan

oleh evaluator atau penilai, itulah yang disebut dengan objek evaluasi.

Jadi bila evaluator ingin menilai keterlibatan siswa terhadap program

pendidikan karakter yang diberikan guru, maka yang dinilai adalah

keterlibatan siswa yang berkaitan dengan pengembangan karakter.

Data keterlibatan siswa sebagai sasaran dari penilaian ini cukup

memuaskan, di mana berdasarkan pengakuan 28 (54,9%) guru

mengakui bahwa siswa sangat terlibat dan 37,3% cukup terlibat. Ini

menandakan bahwa dalam pemberian, penerapan, dan pengembangan

pendidikan karakter, guru benar-benar menyasar sasaran yang tepat

terlepas dari bagaimana cara guru menilai. Sisi positifnya adalah guru

tetap memperhatikan dan melibatkan siswa dalam pendidikan karakter.

4. Hambatan-hambatan yang dihadapi para guru di SMP dalam

proses penilaian pendidikan karakter.

Hambatan yang dihadapi oleh para guru yang menjadi

responden terhadap proses pelaksanaan maupun hasil pendidikan

karakter di sekolah adalah 23 (45.1,2%) guru mengaku bahwa belum

adanya soal yang-soal tes yang dapat mengukur capaian pendidikan

karakter dan walaupun terdapat instrumen yang tersedia, guru sulit

dalam hal pengaplikasiannya. Selain itu, faktor lain yang menjadi

penghambat adalah tidak adanya pedoman yang operasional dari

pemerintah dan model yang dapat diikuti. Pemerintah memang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

menggalakan program pengembangan karakter, tetapi yang ditangkap

dari pengakuan 24 guru (47,1%) guru tentang pedoman operasional

berkaitan dengan ketidaktersediaanya model penilaian. Sejalan dengan

pengakuan ini, 9,8% guru mengakui bahwa mereka tidak tahu teknik

dan cara menilainya.

Hal-hal lain lagi yang menjadi hambatan bagi proses ini adalah

berasal dari tidak adanya waktu (13,7%), tidak ada ahli (21,6%), dan

tidak ada perintah dan petunjuk dari sekolah (2%). 3 (tiga) pengakuan

terakhir ini menunjukkan bahwa kurang dalam berusaha untuk

menghadirkan penilaian pendidikan karakter versi mereka dengan

alasan tidak ada waktu, tidak adanya ahli yang paham tentang hal ini,

maupun tidak membuat karena tidak ada perintah dan petunjuk dari

sekolah. Walaupun secara presentase rentang ini cukup rendah, tetapi

sangat mengkhawatirkan, karena guru selalu dituntut untuk juga ikut

berperan aktif dalam tumbuh kembang karakter siswa yang salah

satunya adalah dengan membuat penilaian.

Menurut Kurniasih dan Sani (2014: 138-140) keterlaksanaan

pendidikan karakter terintegrasi di sekolah masih memiliki hambatan-

hambatan. Hambatan-hambatan ini berasal dari berbagai aspek yang

saling berkaitan, yaitu antara lain tenaga pendidik, manajemen,

pembelajaran, penilaian, pendanaan, tanggapan, atau umpan balik dari

masyarakat, sarana dan prasarana, serta kegiatan ekstrakulikuler.

Kesulitan yang paling disorot di sini adalah hambatan yang dialami


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

guru dalam hal penilaian. Sejalan dengan hal ini, Triatmanto (2010)

menjelaskan bila penilaian karakter yang ditanamkan pada peserta

didik saat ini, diuji saat ini juga, mungkin belum menggambarkan hasil

pendidikan karakter yang sebenarnya. Hasil pendidikan karakter saat

ini, mungkin baru akan menjadi perilaku sehari-hari pada tahun-tahun

berikutnya. Uji yang dilakukan diakhir pembelajaran, mungkin baru

menggambarkan aspek pengetahuan karakter saja. Hambatan yang

dihadapi guru bisa bertambah, bila kemudian guru diminta

mengevaluasi hasil pembelajarannya dengan target pendidikan

karakter yang telah ditetapkan. Tidak semua guru dapat menyusun

perangkat observasi yang menggambarkan karakter peserta didik

secara tepat. Perumusan indikator dan deskriptor tentang perilaku

disiplin misalnya, dapat sangat bervariasi diantara guru-guru dengan

pengalaman hidup yang berbeda. Padahal, satu aspek karakter yang

bersifat universal, seharusnya memiliki indikator dan deskriptor yang

setara atau bahkan mungkin sama.

5. Usaha-usaha yang dilakukan para guru di SMP dalam mengatasi

hambatan-hambatan penilaian pendidikan karakter.

Upaya-upaya yang para guru lakukan/tempuh untuk mengatasi

kesulitan dalam menilai pendidikan karakter teridentifikasi 22

jawaban, antara lain yaitu 1) bertanya kepada pimpinan/ahli yang lebih

membidangi penilaian pendidikan karakter, 2) melibatkan seluruh

komponen sekolah, 3) berusaha mencari referensi yang relevan dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

konsultasi dengan ahli/pengawas agar mudah untuk melanjutkannya,

4) mengevaluasi kembali, 5) berkoordinasi bersama seluruh stake

holder, 6) mengikuti berbagai bintek/pelatihan, 7) mengembangkan

instrumen yang lebih tepat, 16) membangun kesadaran semua pihak, 8)

bimbingan kelompok dalam proses KBM, 9) mencari referensi (buku)

untuk pengembangan asesmen, 10) belajar melalui sekolah yang telah

melaksanakan pendidikan karakter secara maksimal. Menurut peneliti,

upaya-upaya yang telah digalakan oleh para guru ini sebagai salah satu

bukti nyata bahwa di tengah ketidamengertian dan banyaknya

hambatan yang harus mereka hadapi berkaitan dengan penilaian hasil

pendidikan karakter, para guru tetap berusaha untuk menuaikan tugas

mereka dalam memberikan penilaian dan ikut andil dalam

“menyukseskan” perkembangan karakter siswa ke arah yang lebih

baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online

(www.kbbi.web.id) aspirasi merupakan harapan dan tujuan untuk

keberhasilan pada masa yang datang. Jadi, dapat dikatakan bahwa

usulan yang ingin diaspirasikan oleh para guru dari 11 SMP yang

diteliti merupakan harapan dan tujuan agar ke depannya penilaian hasil

pendidikan karakter dapat berjalan sesuai dengan rencana. Berdasarkan

hasil penelitian, usulan yang ingin para guru aspirasikan agar penilaian

hasil pendidikan karakter di sekolah ini berjalan sesuai dengan rencana

di kemudian hari, teridentifikasi 14 jawaban antara lain: 1) adanya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

modul yang baku, dapat mengukur capaian karakter dari pemerintah,

2) jumlah siswa harus relevan dan menemukan cara penilaian karakter

siswa yang efektif, 3) pendidikan karakter harus lebih ditekankan,

kegiatannya dibuat lebih detail, ada penilaian terjadwal dan tindak

lanjut, 4) seluruh dewan guru melaksanakan penilaian karakter dan

saling mendukung terhadap kebijakan sekolah dengan tujuan untuk

mengembangkan karakter siswa, 5) diadakan berbagai

pelatihan/bintek/workshop/seminar tentang pendidikan karakter bagi

guru-guru, tersedia soal-soal tes, diadakan tes setiap akhir semester dan

diadakan sosialisai tentang pendidikan karakter disekolah/wali siswa,

semua warga sekolah, 6) hendaklah lebih di tingkatkan lagi atau

disosialisasi tentang pendidikan karakter di sekolah, karena pendidikan

karakter di sekolah belum maksimal dilaksanakan, 7) hendaknya

penilaian pendidikan karakter sudah ada pedoman dan perencanaan

khusus, sehingga guru lebih fokus.

Menambahkan dan mendukung saran para guru diatas,

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang

Pendidikan Retno Listyarti menyarankan lima hal agar penguatan

pendidikan karakter berhasil. Saran ini terkait penerbitan Peraturan

Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK) oleh Presiden Joko Widodo, yaitu 1)

membangun karakter harus dimulai dengan membangun budaya

sekolah (school culture), 2) pembangunan karakter harus dimulai dari


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

orang dewasa di lingkungan rumah dan sekolah. Sebab, anak belajar

dari model atau butuh panutan atau role model di sekitarnya, 3)

mendidik karakter adalah membangun kebiasaan, perilaku berulang

yang bisa menjadi budaya atau kebiasaan, 4) keberhasilan PPK sangat

ditentukan oleh faktor pendidik yang akan jadi role model bagi peserta

didik, 5) agar PPK berhasil diimplementasikan oleh satuan pendidikan,

pemerintah harus berkonsentrasi penuh melatih dan mempersiapkan

guru. Pemerintah juga harus bekerja keras memenuhi delapan standar

nasional pendidikan (SNP) yaitu standar kompetensi lulusan, standar

isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan

pendidikan, dan standar penilaian pendidikan (Permana dan Puspita:

2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan analisis yang telah

dilakukan tentang keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan

karakter di SMP, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pendidikan karakter di 11 SMP dalam skala nasional

memiliki perencanaan yang baik dan operasional, telah dijalankan

berdasarkan rencana dan guru terlibat di dalamnya. Sebagian besar guru

mengaku kurang berhasil dalam menerapkan perencanaan itu dengan hasil

yang baik dan hanya sedikit yang benar-benar telah membaca dan

mengetahui isi pedoman pendidikan karakter di SMP yang diterbitkan

oleh Direktorat Pembinaan SMP pada tahun 2010. Sebagian besar guru

menilai bahwa asesmen (penilaian) pendidikan karakter penting. Dalam

merancang asesmen pendidikan karakter di sekolah, sebagian besar

sekolah memiliki tim dan menyerahkan pada guru dengan menggunakan

pedoman penilaian pendidikan karakter di sekolah masing-masing, salah

satunya dibuat dengan menggabungkan peraturan pemerintah dengan visi

dan misi sekolah.

2. Proses pelaksanaan penilaian pendidikan karakter di SMP meliputi banyak

hal yang membentuk proses ini. Salah satu yang dilakukan oleh para guru

adalah menyiapkan alat/instrumen sebelum melakukan penilaian

149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

pendidikan karakter. Para guru memakai banyak cara dalam menilai hasil

pendidikan karakter siswa. Cara penilaian yang telah dikuasai, menjadi

keahlian, dan popular di kalangan guru adalah observasi. Tetapi tentu

perlu dipertimbangkan lagi karena bisa menimbulkan penilaian

subjektivitas dan ini belum terukur secara objektif. Pada pemberian

penilaian terhadap karakter siswa, hampir separuh guru memberikan

bentuk penilaian berupa huruf A-E. Pemberian penilaian karakter di

sekolah paling banyak mengikuti pedoman penilaian dengan

mengkombinasikan antar bentuk pemerintah dengan sekolah.

3. Proses pelaksanaan evaluasi penilaian pendidikan karakter oleh para guru

di 11 SMP dalam skala nasional, diakui oleh sebagian besar guru

dilaksanakan. Pelaksanaan evaluasi ini dilakukan entah secara bersama-

sama, diserahkan kepada tim penilai, dilakukan secara mandiri oleh guru-

guru ataupun dengan cara memberikan kritik dan saran terhadap program

yang diterapkan. Proses pelaksanaan evaluasi ini menurut para guru benar

berjalan terlepas dari bagaimana kelancarannya.

4. Hambatan yang dihadapi oleh para guru yang menjadi responden terhadap

proses pelaksanaan maupun hasil pendidikan karakter di sekolah adalah 1)

guru mengaku bahwa belum adanya soal yang-soal tes yang dapat

mengukur capaian pendidikan karakter, 2) walaupun terdapat instrumen

yang tersedia, guru sulit dalam hal pengaplikasiannya, 3) tidak adanya

pedoman yang operasional dari pemerintah 4) tidak ada model yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

diikuti 5) tidak tahu teknik dan cara menilainya. 6) tidak adanya waktu ,7)

tidak ada ahli, 8) tidak ada perintah dan petunjuk dari sekolah.

5. Upaya-upaya yang para guru lakukan/tempuh untuk mengatasi hambatan-

hambatan dalam menilai pendidikan karakter teridentifikasi 22 jawaban,

antara lain yaitu 1) bertanya kepada pimpinan/ahli yang lebih membidangi

penilaian pendidikan karakter, 2) melibatkan seluruh komponen sekolah,

3) berusaha mencari referensi yang relevan dan konsultasi dengan

ahli/pengawas agar mudah untuk melanjutkannya, 4) mengevaluasi

kembali, 5) berkoordinasi bersama seluruh stake holder, 6) mengikuti

berbagai bintek/pelatihan, 7) mengembangkan instrumen yang lebih tepat,

16) membangun kesadaran semua pihak, 8) bimbingan kelompok dalam

proses KBM, 9) mencari referensi (buku) untuk pengembangan asesmen,

10) belajar melalui sekolah yang telah melaksanakan pendidikan karakter

secara maksimal.

B. Saran-Saran

1. Bagi Pemerintah

a. Hendaknya pemerintah lebih meningkatkan sosialiasi mengenai

pentingnya pendidikan karakter kepada seluruh warga sekolah.

b. Pemerintah perlu menghadirkan pedoman penilaian pendidikan

karakter yang benar-benar terukur dalam menilai karakter siswa.

c. Pemerintah perlu menggalakan kegiatan-kegiatan edukatif bagi guru

terutama berkaitan dengan pendidikan dan penilaian karakter,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

sehingga guru benar-benar menjadi pioner maupun contoh teladan

dalam pembelajaran pendidikan karakter oleh siswa dan dapat

menguasai penilaian pendidikan karakter yang valid dan terukur.

d. Mempertimbangkan dan mempelajari hambatan dan usulan yang

disampaikan dan diajukan oleh guru berkaitan dengan penilaian

pendidikan karakter dengan memberikan jawaban dan bukti nyata.

2. Bagi sekolah:

a. Sekolah hendaknya lebih memperhatikan perkembangan karakter

siswa dengan benar, sehingga siswa dapat tumbuh tidak hanya dalam

hal intelektual, tetapi juga memiliki sikap, watak, dan tindakan yang

positif.

b. Sekolah hendaknya lebih memfasilitasi perkembangan guru dalam

menguasai asesmen sehingga di lapangan guru benar-benar

menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, alih-alih bersifat

subjektif ataupun tidak paham sama sekali tentang penilaian.

c. Guru perlu lebih dituntut untuk menguasai asesmen, sehingga dapat

menolong dalam hal penilaian pendidikan karakter siswa.

d. Harus sering mengadakan evaluasi yang berguna bagi kemajuan

sekolah maupun warga sekolahnya terutama mengenai penilaian

pendidikan karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

3. Bagi guru:

a. Perlu membaca dan memahami isi pedoman pendidikan karakter,

sehingga dapat membuat rencana dan melaksanakan pendidikan

karakter dengan baik dan benar.

b. Pendidikan karakter yang direncanakan hendaknya bukan hanya

sebagai “pemanis” dalam memberikan pendidikan karakter yang

tertempel indah di “RPP”.

c. Hendaknya saling bekerja sama dalam menerapkan dan memberikan

pendidikan karakter yang baik kepada siswa, sehingga membantu

siswa mengurangi hal/kebiasaan buruk dalam karakternya.

d. Hendaknya perlu mempelajari lagi dan meningkatkan kualitas

berkaitan dengan penguasaan penilaian pendidikan karakter, sehingga

ketika diterapkan, guru dapat mengukur karakter siswa dengan baik

dan tepat.

e. Mempelajari lagi tentang langkah-langkah asesmen, sehingga terlatih

dan menguasai seluk beluk penilaian pendidikan karakter sampai

kepada bagian evaluasinya.

f. Dalam memberikan jawaban pada penelitian, guru hendaknya jujur

dan konsisten sehingga dapat terekam dengan jelas hal atau bagian

mana yang perlu ditolong berkaitan dengan penilaian pendidikan

karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

g. Bila asesmen dijadikan ukuran kenaikan kelas bagi siswa, hendaknya

hindari teknik penilaian yang bersifat subjektif, belum baik, dan belum

ideal untuk dijadikan sebagai teknik penilaian pendidikan karakter

yang tepat.

h. Bila tidak tahu atau paham mengenai asemen pendidikan karakter,

guru hendaknya membangkitkan inisiatif diri untuk mencari tahu,

meminta tolong kepada yang lebih ahli, atau mengusulkan kepada

pihak sekolah agar difasilitasi.

i. Evaluasi hendaknya menjadi rutinitas bagi guru, sehingga guru setiap

harinya bisa belajar dan menemukan cara atau strategi baru yang tepat

dari hasil evaluasi yang ada, terutama berkaitan dengan penilaian

pendidikan karakter.

j. Hambatan-hambatan yang terekam, hendaknya dijadikan

pembelajaran, dicari jalan keluarnya atau strategi, sehingga ke

depannya pelaksanaan penilaian pendidikan karakter dapat berjalan

dengan lebih efektif dan efisien tanpa menambah beban guru.

4. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

a. Sebagai guru yang khusus mempelajari dan mengurusi karakter siswa,

guru BK perlu lebih berperan aktif dalam pemberian dan penanaman

pendidikan karakter di sekolah.

b. Guru BK perlu menguasai pedoman pendidikan karakter, sehingga

dalam pengaplikasiannya di sekolah dapat diberikan dengan baik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

c. Hendaknya guru BK berinisiatif dalam menguasai dan menerapkan

penilaian pendidikan karakter di sekolah, karena sesuai dengan bidang

keilmuan yang dikuasai.

d. Guru BK harus menguasai hal-hal yang berkaitan dengan asesmen dan

evaluasi, sehingga dapat diterapkan dalam menilai dan mengevaluasi

program pendidikan karakter yang diberikan di sekolah.

e. Bila penilaian pendidikan karakter belum terdapat di sekolah, guru BK

hendaknya memiliki inovasi dalam membuat bentuk penilaian

pendidikan karakter yang sederhana namun terukur serta dapat

digunakan dengan mudah oleh guru-guru lainnya.

5. Bagi Peneliti lain

a. Bagi para peneliti lain yang berminat pada asesmen pendidikan

karakter, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melakukan

penelitian lanjutan pada semua guru di 11 SMP dalam skala nasional

ini, demi keterlaksanaan asesmen pendidikan karakter di sekolah yang

lebih baik, objektif dan terukur.

b. Peneliti lain yang berminat pada asesmen pendidikan karakter

terutama yang menggunakan observasi sebagai teknik penilaian

pendidikan karakter, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk

menambah referensi dan melakukan penelitian lanjutan karena cukup

banyak temuan-temuan pada penelitian ini yang dapat mendukung

penelitian tentang teknik observasi di kemudian hari.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat. A. Aziz. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dam Teknik Analisa
Data. Semarang: Salemba Medika.

Ambara, Didith Pramunditya, dkk. (2014). Asesmen Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Anas, Sudijono. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Anas, Sudijono. (2010). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Andersen, L. W. (1981). Assessing Affective Characteristic in The Schools. Boston:


Allyn and Bacon.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi


Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2011). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi


Revisi VII. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan di Sekolah. Jakarta:


Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2009). Relliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Depdiknas.

Barus, Gendon., Hastuti, M. M., & Sinaga, J. D., dkk. (2014). Penelitian Strategi
Nasional Pengembangan Model Pendidikan Karakter di SMP Berbasis
Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiental Learning.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

Barus, Gendon. (2017, November). The Implementation of Assessment Character


Education Results in Secondary School. Advances in Social Science, Education
and Humanities Research, Volume 118. Diambil pada tanggal 20 Januari 2018,
dari https://www.atlantis-press.com/proceedings/icset-17/25886525

Barus, Gendon., Widanarto, Sebastianus., dan Sinaga, J. D. (2017). Laporan Tahunan


(1) PSHP: Pengembangan Model Asesmen Pendidikan Karakter di SMP
Berbasis Media Film Karakter. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Danandjaja. (2012). Metodologi Penelitian Sosial: Disertai Aplikasi SPSS for


Windows. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:


Puskur-Balitbang.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Fathurrohman, dkk. (2013). Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: Refika


Aditama.

Gunawan, Heri. (2014). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implikasi. Bandung:


Alfabeta.

Iqbal, Hasan. (2006). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2017). Konsep Dan


Penguatan Pendidikan Karakter Untuk Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Buku Induk Pembangunan Karakter.


Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan


Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Kesuma, Dharma., Triana, Cepi., & Permana H. Johar. (2011). Pendidikan Karakter:
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Kurinasih, Imas & Berlin Sani. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

Mardapi. (tanpa tahun). Penilaian Pendidikan Karakter. Tersedia dalam


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Penilaian_karakter.pdf. Diakses 18
Agustus 2017.

Majid. Abdul. (2014). Penilaian Autentik: Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Narwanti, Sri. (2011). Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Pembentukan


Karakter dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia.
Pendidikan Karakter Diintegrasikan. (01 September 2010). Diakses pada 09 Januari
2018.
http://nasional.kompas.com/read/2010/08/31/19585479/pendidikan.karakter.dii
ntegrasikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang


Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 Tahun 2006


menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar


Penilaian Pendidikan.

Permana, Fuji Eka dan Puspita, Ratna. (07 September 2017). Ini 5 Saran KPAI Agar
Pendidikan Karakter Berhasil. Diakses pada 15 Januari 2018.
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/09/07/ovwe2t-ini-5-
saran-kpai-agar-pendidikan-karakter-berhasil.

Poerwanti, E. (2001). Evaluasi pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press.

Prastowo, Andi. (2014). Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan


Teoritis dan Praksis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Samani dan Hariyanto. (2013). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.

Sardiman AM. (28 September 2013). Pendidikan karakter dan Peran Pemerintah.
Diakses pada 09 Januari 2018. http://www.infodiknas.com/pendidikan-
karakter-dan-peran pemerintah.html
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

Sinaga dan Artati. (2017). Experiential Learning Theory (ELT)-Based Classical


Guidance Model to Improve Responsible Character (PDF Download
Available). Available from:
https://www.researchgate.net/publication/317336018_Experiential_Learning_T
heory_ELT-
Based_Classical_Guidance_Model_to_Improve_Responsible_Character
[accessed Jan 23 2018].

Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Prbandingan


Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana.

Sudaryono., Margono, Gaguk., & Rahayu, Wardani. (2013). Pengembangan Instrumen


Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.


Yogyakarta: Bumi Aksara.

Suparno, Paul. (2015). Pendidikan Karakter Di Sekolah: Sebuah Pengantar Umum.


Yogyakarta: PT Kanisius.

Suwandi, Sarwiji. (2010). Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma


Pustaka.

Suyanto. (2010). Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.


Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP, Ditjenmandikdasmen.

Triatmanto. (2010). Tantangan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.


Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

http://eprints.uny.ac.id/3792/1/14Triatmanto_EDIT.pdf . Diunduh pada tanggal


18 Januari 2018.

Uno, Hamzah B. & Koni, Satria. (2012). Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.

Wahyudi. (2010). Asesmen Pembelajaran Berbasis Portofolio Di Sekolah. Jurnal Visi


Ilmu Pendidikan, Vol 2, No 1, 288-296. Diambil pada tanggal 19 Juni 2017,
dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jvip/article/view/370

Warsito, Hermawan. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Widodo, Estu. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi. Departement Pendidikan Nasional.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana.

https://kbbi.web.id/aspirasi diakses pada 15 Januari 2018

http://www.referensimakalah.com/2013/02/jenis-jenis-assessment-penilaian.html
diakses pada 17 Juli 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN


ASESMEN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

ANGKET PENELITIAN

Disusun oleh:
Tim Peneliti PSHP 2017

KERJASAMA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS SANATA DHARMA
DAN
DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
KEMENRISTEKDIKTI
2017

161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

ANGKET KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN


PENILAIAN (ASESMEN) PENDIDIKAN KARAKTER
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

A. Pengantar
Angket ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keberlangsungan, kesulitan/hambatan-
hambatan penilaian (asesmen) pendidikan karakter yang Bapak/Ibu lakukan di sekolah ini.
Informasi atau data tersebut diharapkan dapat membantu memahami permasalahan mengenai
keterlaksanaan evaluasi pendidikan karakter sehingga dapat dipikirkan jalan atau solusi
pemecahannya, agar pelaksanaan pendidikan karakter dapat lebih baik. Penelitian ini difasilitasi
oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Kemenristekdikti tahun 2017 dengan sampel
skala nasional. Sekolah ini dipilih menjadi salah satu tempat penelitian ini. Untuk itu, dengan
kerendahan hati, perkenankanlah kami memohon bantuan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi
angket ini, sesuai dengan pemahaman, pengalaman, pemikiran, dan penilaian Bapak/Ibu terkait
dengan masalah-masalah pelaksanaan pendidikan karakter dan sistem penilaiannya di sekolah
ini. Keikhlasan dan bantuan Bapak/Ibu sangat bermanfaat bagi kami dalam mengembangkan
sebuah model asesmen (penilaian) hasil pendidikan karakter di SMP. Kami menyadari pekerjaan
ini sangat melelahkan Bapak/Ibu, hanya Tuhanlah Yang Maha Murah membalas kebaikan
Bapak/Ibu. Kami hanya dapat menghaturkan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya.
Yogyakarta, Mei 2017
Tim Peneliti

Dr. Gendon Barus, M. Si.


Koordinator Peneliti

B. Petunjuk Pengisian
1. Terdapat berbagai format pertanyaan dalam angket ini. Bapak/Ibu dimohon membaca
secara cermat sebelum memberi respon.
2. Untuk pertanyaan yang disediakan alternatif jawabannya, lingkarilah huruf di depan
setiap jawaban yang sesuai dengan penilaian/pengalaman/pendapat/ pemikiran
Bapak/Ibu. Dimungkinkan pilihan jawaban Bapak/Ibu lebih dari satu pilihan jawaban.
Kami menyediakan space kosong (_______) untuk menampung respon Bapak/Ibu yang
belum terwakili pada alternatif pilihan itu, maka jika dipandang perlu berkenanlah
Bapak/Ibu untuk mengisinya.
3. Untuk pertanyaan tertentu yang mengandung kemungkinan jawaban terbuka, kami
menyediakan tempat isian berupa garis kosong atau kotak. Berkenanlah Bapak/Ibu
mengisinya dengan jawaban yang sesuai.
4. Kami menyadari pekerjaan ini sangat melelahkan Bapak/Ibu, hanya Tuhanlah Yang
Maha Murah membalas kebaikan Bapak/Ibu. Kami hanya dapat menghaturkan terima
kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

C. Identitas
Nama sekolah :
Nama lengkap responden :
Jabatan stuktural :
Guru matapelajaran :

Perencanaan dan Pelaksanaan Pendidikan Karakter

1. Menurut penilaian Bapak/Ibu, apakah sekolah ini memiliki perencanaan tentang pendidikan
karakter?
A. Ada perencanaan yang baik dan operasional
B. Ada perencanaan, namun kurang operasional
C. Kurang direncanakan dengan baik
D. Tidak ada perencanaan yang jelas
E. Saya kurang begitu paham
F. _____________________________________________________________
2. Apakah Bapak/Ibu turut terlibat dalam menyusun perencanaan pendidikan karakter?
A. Ya, saya dan semua guru turut terlibat
B. Ya, saya terlibat namun tidak semua guru
C. Beberapa guru terlibat, tetapi saya tidak
D. Hanya Kepala Sekolah dan beberapa guru (tim) yang dilibatkan menyusun
E. Saya kurang begitu paham
F. _____________________________________________________________
3. Pemerintah c.q Direktorat Pembinaan SMP, Depdiknas (2010) telah memberlakukan
Pedoman Pendidikan Karakter di SMP. Sejauhmana Bapak/Ibu mengetahui isinya?
A. Saya sudah membaca dan mengetahui persis isinya
B. Saya belum sempat membacanya
C. Saya merasa tidak perlu membaca/mempelajarinya
D. Hanya Kepala Sekolah dan beberapa guru yang ditugasi mempelajari
E. Sudah pernah disosialisasikan sekolah atau melalui pelatihan guru
F. Pedoman itu bagus dan komplit, namun tidak operasional/sulit diterapkan
G. Saya kurang begitu paham
H. _____________________________________________________________
4. Bagaimanakah perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini?
A. Direncanakan dan dilaksanakan sesuai rencana
B. Perencanaannya bagus, namun pelaksanaannya sulit/kurang baik
C. Perencanaan maupun pelaksanaan belum memuaskan
D. Kurang baik dalam perencanaan, namun baik dalam pelaksanaan
E. Ditulis indah dalam RPP, namun miskin dalam aksi/sulit diterapkan
F. Saya kurang begitu paham
G. Belum pernah dievaluasi antara rencana, pelaksanaan, maupun hasilnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

H. _________________________________________________________
5. Mohon Bapak/Ibu berkenan menuliskan jenis/bentuk kegiatan atau melalui kegiatan apa
pendidikan karakter dilaksanakan di sekolah ini:
(1) _______________________________ (6)________________________________
(2) _______________________________ (7) _______________________________
(3) _______________________________ (8) _______________________________
(4) ________________________________ (9) _______________________________
(5) ________________________________(10) _______________________________

6. Indikasi apa yang dapat Bapak/Ibu tunjukkan/rasakan atas keberhasilan pendidikan karakter
di sekolah ini? Mohon dituliskan beberapa tanda/indikasi di kotak ini.

7. Indikasi apa yang dapat Bapak/Ibu tunjukkan/rasakan atas kekurangberhasilan pendidikan


karakter di sekolah ini? Tuliskan beberapa tanda/indikasi di kotak ini.

Perencanaan Asesmen (Penilaian) Pendidikan Karakter

1. Menurut Bapak/Ibu apakah asesmen (penilaian) pendidikan karakter itu penting?


A. Sangat penting
B. Penting
C. Kurang penting
D. Tidak perlu
E. Membebani
F. _____________________________________________________
2. Bagaimanakah keterlaksanaan asesemen pendidikan karakter di sekolah ini?
A. Terlaksana rutin
B. Dilaksanakan bila perlu
C. Dilaksanakan bila ada permintaan dari dinas pendidikan
D. Jarang
E. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

F. _______________________________________________________
3. Bagi Bapak/Ibu, apa tujuan melakukan asesmen (penilaian) pendidikan karakter?
(1) ___________________________________________________________________
(2) ___________________________________________________________________
(3) ___________________________________________________________________
4. Bagaimana sekolah merancang asesmen pendidikan karakter di sekolah ini?
A. Sekolah belum memikirkan dan melakukannya
B. Diserahkan kepada satu tim kerja untuk merancang
C. Diserahkan kepada masing-masing guru untuk merancang
D. Sekolah maupun guru belum pernah memikirkan hal itu
E. Saya kurang begitu paham
F. ___________________________________________________________
5. Sepengetahuan Bapak/Ibu, pedoman penilaian pendidikan karakter di sekolah ini dibuat
berdasarkan apa?
A. Mengikuti peraturan pemerintah
B. Membuat berdasarkan visi dan misi sekolah
C. Menggabungkan peraturan pemerintah dan Visi Misi sekolah
D. Membuat berdasarkan nilai-nilai yang berkembang di dalam sekolah
E. Membuat berdasarkan inisiatif pemikiran Kepala sekolah dan Guru-guru
F. ___________________________________________________________
6. Sasaran apa yang Bapak/Ibu harapkan dari penilaian pendidikan karakter?
A. Sejauh mana terlaksana tidaknya pendidikan karakter
B. Sejauh mana manfaat yang dicapai dari pendidikan karakter
C. Sejauh mana efektivitas pencapaian tujuan pendidikan karakter
D. Hasil apa yang diperoleh terkait peningkatan/perbaikan karakter siswa
E. Hambatan/gangguan apa yang dialami dalam pelaksanaan pendidikan karakter
F. Faktor-faktor pendukung apa yang menyumbang kelancaran pendidikan karakter
G. Hal-hal apa yang dirasakan menjadi praktik baik (unggul) dalam pendidikan karakter
H. Program/kegiatan apa yang perlu diperbaiki atau dihapuskan
7. Ranah pendidikan karakter manakah menurut Bapak/Ibu yang paling diutamakan untuk
dinilai dalam asesmen pendidikan karakter di sekolah ini?
A. Kognitif (pengenalan/pemahaman)
B. Afektif (perasaan, sikap, dan nilai)
C. Psikomotorik (perilaku dan tindakan)
8. Dari ketujuh langkah penilaian berikut ini, langkah mana yang Bapak/Ibu lakukan?
A. Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil Belajar
B. Menghimpun Data
C. Melakukan Verifikasi Data
D. Mengolah dan Menganalisis Data
E. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
F. Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen
G. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
9. Dari ketujuh langkah diatas, Lingkarilah langkah yang Bapak/Ibu rasakan paling sulit!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

A B C D E F G
10. Siapa-siapa sajakah yang terlibat dalam perancangan asesmen pendidikan karakter di
sekolah ini dan apa perannya?
A. Kepala sekolah (perannya: ………………………………………………………)
B. Wakasek Kesiswaan (perannya: …………………………………………………)
C. Guru BK (perannya: …………………………………………………………..…)
D. Guru Agama (perannya: …………………………………………………………)
E. Guru PPKN (perannya: ………………………………………………………..…)
F. Guru Olahraga (perannya: ……………………………………..…………………)
G. Wali kelas (perannya: …………………………………………………………….)
H. Orang tua/komite sekolah (perannya: ……………………………………………)
I. ________________________________________________________________
11. Apakah hasil asesemen pendidikan karakter siswa dapat dijadikan ukuran penentu siswa
naik kelas?
A. Ya, dijadikan sebagai ukuran
B. Sedikit ikut andil untuk dijadikan ukuran
C. Tidak dijadikan sebagai ukuran
D. Hanya sebatas sebagai penilai sikap
E. 50% dijadikan ukuran, 50% penentu nilai sikap
F. ____________________________________________________________
12. Bagaimanakah frekuensi dan durasi kegiatan asesmen hasil pendidikan karakter?
A. 1 kali per semester selama 1-3 hari atau lebih
B. 1 kali per tahun selama 2 hari atau lebih
C. 2 kali per semester selama 1-2 hari/kali
D. 2 kali per tahun selama 2-4 hari/kali
E. Tidak menentu tergatung kebijakan sekolah
F. Belum pernah dilakukan

Pelaksanaan Penilaian Pendidikan Karakter

1. Sebelum melakukan penilaian pendidikan karakter di sekolah, hal apa saja yang
dilakukan atau dipersiapkan oleh Bapak/Ibu?
A. Saya menyiapkan alat/instrument untuk penilaian pendidikan karakter
B. Saya berkonsultasi terlebih dahulu dengan orang yang paham dengan pendidikan
karakter
C. Saya menyiapkan bahan-bahan yang akan diguanakan dalam penilaian pendidikan
karakter
D. Saya bekerja sama dengan guru lain dalam mempersiapkan diri dan bahan untuk
penilaian diri
E. Saya mengecek lingkungan sekolah sehari sebelum dimulai penilaian pendidikan
karakter
F. _______________________________________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

2. Cara-cara apa yang Bapak/Ibu pakai untuk menilai hasil pendidikan karakter siswa di
sekolah?
A. Tes G. Menulis refleksi pribadi
B. Observasi H. Dokumentasi
C. Inventori skala sikap I. Mencermati laporan orang
D. Wawancara tua (orang lain)
E. Anekdota record J. Penilaian dari antar siswa
F. Diserahkan ke guru BK K. ________________________
3. Berikut ini adalah teknik-teknik penilaian yang dapat digunakan dalam penilaian
pendidikan karakter. Teknik manakah yang paling sering Bapak/Ibu gunakan?
A. Tes Inteligensi K. Tes Lisan
B. Tes Bakat L. Tes Perbuatan
C. Tes Minat M. Pengamatan
D. Tes Kepribadian N. Wawancara
E. Tes Kreativitas O. Angket
F. Tes Sikap P. Pemeriksaan Dokumen
G. Tes Hasil Belajar Q. Inventori
H. Tes Individual R. Daftar cek (Checklist)
I. Tes Kelompok S. Skala Penilaian
J. Tes Tertulis T. Skala Penilaian diri
4. Apa saja kelebihan dari teknik asesemen yang digunakan oleh Bapak/Ibu dalam
mengasesmen pendidikan karakter di sekolah?

5. Apa saja kekurangan dari teknik asesemen yang digunakan oleh Bapak/Ibu dalam
mengasesmen pendidikan karakter di sekolah?

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu melaksanakan teknik penilaian pendidikan karakter tersebut?


A. Memberikan tes kepada siswa
B. Meminta siswa mengisi lembar kerja penilaian
C. Meminta siswa menuliskan kekuatan dan kelemahan pribadi dirinya
D. Menugaskan siswa melakukan sebuah tindakan atau aksi nyata berhubungan
dengan nilai-nilai karakter, kemudian dinilai
E. Memberikan siswa angket untuk diisi
F. Meminta siswa untuk saling menilai temannya
G. ____________________________________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

7. Setelah melakukan penilaian hasil pendidikan karakter, apakah Bapak/Ibu membuat


kesimpulan dari hasil penilaian tersebut?
A. Ya
B. Tidak
Bila ya, kesimpulan paling umum apakah yang sering Bapak/Ibu temukan dari hasil
penilaian tersebut?

Penilaian Pendidikan Karakter

1. Bentuk penilaian apakah yang Bapak/Ibu gunakan untuk menilai hasil pendidikan
karakter siswa di sekolah ini?
A. Menggunakan angka 1-10 atau 1-100
B. Menggunakan huruf A-E
C. Menggunakan deskripsi (menggambarkan dengan kata atau kalimat)
D. Angka dan deskripsi
E. Angka, huruf, dan deskripsi penilaian
F. __________________________________________________________
2. Apakah sekolah memiliki bentuk penilaian sendiri terhadap hasil asesmen pendidikan
karakter di sekolah ini?
A. Ya, sekolah memiliki bentuk penilaian sendiri
B. Tidak, sekolah mengikuti bentuk penilaian dari pemerintah
C. Ya, sekolah mengkombinasi bentuk penilaian sendiri dan pemerintah
D. Ya, Sekolah bekerja sama dengan lembaga yang berkarya dalam bidang
pendidikan karakter untuk membuat skor penilaian
E. Tidak, sekolah sama sekali tidak memiliki bentuk penilaian sendiri
F. ________________________________________________________________
3. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu menganalisis dan mengelola data hasil asesemen
pendidikan karakter di sekolah ini? Mohon Bapak/Ibu berkenan menuliskan cara
Bapak/Ibu menganalisis dan mengelolah data hasil penilaian pendidikan karakter di
sekolah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

4. Dalam menginterpretasi dan mengambil kesimpulan hasil pendidikan karakter siswa,


pihak mana yang dilibatkan?
A. Setiap guru (matapelajaran) sendiri-sendiri menginterpretasi data karakter yang ada
B. Ada tim yang ditunjuk untuk menginterpretasi
C. Guru BK dan atau bersama wali kelas
D. Wali kelas saja
E. Perwakilan siswa
F. Masukan dari orang tua
G. Ahli penilaian dari luar sekolah
H. Psikolog pendidikan
I. _______________________________________________________________

Evaluasi Penilaian Pendidikan


Karakter
1. Adakah evaluasi bersama setelah melakukan asesemen pendidikan karakter di sekolah?
A. Ya, ada proses evaluasi bersama
B. Ya, ada proses evaluasi tetapi hanya dilakukan beberapa guru yang bergabung
dalam tim penilai
C. Ya, ada proses evaluasi, tetapi proses evaluasi dilakukan secara mandiri oleh
guru-guru.
D. Tidak ada proses evaluasi bersama, tetapi guru mengevaluasi dengan menuliskan
kritik dan saran
E. Tidak ada proses evaluasi sama sekali
F. __________________________________________________________
2. Berdasarkan teknik penilaian tertentu yang Bapak/Ibu gunakan untuk menilai hasil
pendidikan karakter, apakah tujuan pendidikan karakter yang direncanakan sudah
tercapai?
A. Sangat tercapai dengan memuaskan
B. Tercapai dengan memuaskan
C. Tercapai, namun setengah memuaskan
D. Kurang tercapai dan belum memuaskan
E. Belum ada capaian sama sekali yang terlihat
F. ____________________________________________________________
3. Apakah pelaksanaan evaluasi pendidikan karakter di sekolah ini berjalan lancar dan baik?
A. Ya, sangat lancar dan baik
B. Ya, lancar dan baik
C. Ya, cukup lancar dan cukup baik
D. Tidak lancar dan tidak baik
E. Tidak, sangat tidak lancar dan tidak baik
F. Belum pernah dilakukan evaluasi sama sekali
G. ____________________________________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

4. Apakah siswa sebagai sasaran asesmen pendidikan karakter di sekolah benar-benar ikut
terlibat?
A. Ya sangat terlibat
B. Cukup terlibat
C. Kurang terlibat
D. Tidak terlibat
E. Sangat tidak terlibat
F. ____________________________________________________________
5. Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah tindak lanjut dari temuan penilaian hasil pendidikan
karakter di sekolah ini?

Hambatan dan Solusi Penilaian Pendidikan


Karakter
1. Kendala apa yang Bapak/Ibu atau sekolah hadapi dalam proses penilaian, pelaksanaan
maupun hasil pendidikan karakter di sekolah ini?
A. Tidak ada waktu
B. Tidak ada ahli
C. Tidak ada model yang dapat diikuti
D. Tidak ada pedoman yang operasional dari pemerintah
E. Tidak ada perintah dan petunjuk dari sekolah
F. Saya tidak tahu teknik dan cara menilainya
G. Tidak tersedia soal-soal tes yang dapat mengukur capaian karakter
H. Dari cara dan instrument yang tersedia, guru sulit menggunakannya
I. _______________________________________________________________
2. Upaya-upaya apa saja yang Bapak/Ibu lakukan/tempuh untuk mengatasi kesulitan dalam
menilai pendidikan karakter di sekolah?

3. Usulan seperti apa yang ingin diaspirasikan agar penilaian hasil pendidikan karakter di
sekolah ini berjalan sesuai dengan rencana di kemudian hari?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

Penilaian Terhadap Model Asesmen yang Kami Kembangkan

Bapak/Ibu telah mengamati uji coba penggunaan prototipe tes hasil pendidikan karakter berbasis
potongan film/video yang baru saja kami lakukan di kelas. Kami mohon Bapak/Ibu memberikan
feedback/masukan dengan merespon pernyataan berikut.
No. Pernyataan kualitas/efektivitas model Ya Tidak Ragu
1. Tes ini sangat kami perlukan untuk menilai karakter siswa
2. Tes ini sangat bermanfaat untuk mengukur hasil karakter
3. Tes ini valid/tepat/cermat untuk mengukur hasil karakter
4. Tes ini lebih baik/berkualitas dibanding cara lain yang sudah ada
5. Tes ini menyenangkan siswa
6. Tes ini bagus sekali dan perlu disebarkan
7. Tes ini terlalu sulit dikerjakan siswa
8. Tes ini buang-buang waktu
9. Tes ini kurang meyakinkan untuk mengukur karakter siswa
10. Tes ini terlalu panjang dan melelahkan siswa
11. Tes ini tidak efektif menggambarkan karakter siswa
12. Tes ini baik digunakan setiap menjelang akhir semester
Tes ini sangat menginspirasi siswa untuk memperbaiki
13.
karakternya
14. Tes ini mampu menggugah siswa untuk bertobat
15. Tes ini sangat inspiratif bagi siswa untuk berefleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

Tabel Data Hasil Angket Penelitian


Nama Responden, Hasil Pilihan Angket
Nama Sekolah Jabatan Structural, Perencanaan dan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Perencanaan Penilaian Pendidikan Karakter
Guru Matapelajaran 5 6 7 3 10
SMP N 31 F. Sugeng Subagyo – 1. Pramuka 1. Mandiri Masih ada siswa 1. Mengetahui A. Kepala sekolah: menyusun
PURWEREJO Bimbingan dan 2. Sholat berjamaah 2. Pekerja keras yang tidak jujur, ketercapaian rencana.
Konseling 3. Baca tulis Al Quran 3. Keberanian misalnya karakter siswa B. Wakases kesiswaan:
4. Renungan Mingguan (Non mengambil uang menindaklanjuti.
Muslim) milik teman, dan C. Guru BK:menghimpun
sebagainya. data, mengelolah,
menindaklanjuti.
D. Guru Agama: penafsiran,
menindaklanjuti.
E. Guru PPKN: penafsiran,
menindaklanjuti.
F. Guru Olahraga: penafsiran.
G. Wali Kelas:
menindaklanjuti.
H. Orang tua/komite sekolah:
Drs. Yuwandi 1. Sholat berjamaah 1. Siswa melaksanakan Masih ada 1. Untuk A. Kepala sekolah:
Purwantoro- Prakarya 2. BTQ sesuai perencanaan. beberapa siswa meningkatkan B. Wakases kesiswaan:
3. Pramuka 2. Mandiri. yang masih karakter anak didik C. Guru BK:
4. Olahraga 3. Bekerja keras kurang D. Guru Agama:
5. Matapelajaran memperhatikan E. Guru PPKN:
perencanaan F. Guru Olahraga:
pendidikan G. Wali Kelas:
karakter.
Rini Handayani – 1. Upacara Bendera Kepedulian siswa Sulit 1. Melatih disiplin A. Kepala sekolah:
Wakil Kepala Sekolah 2. Sholat Dhuhur berjamaah terhadap siswa yang kena menanamkan/pem 2. Tingkah laku siswa penanggung jawab.
– Ilmu Pengetahuan 3. Budi pekerti (Pendidikan musibah (Amal) ahaman menjadi baik B. Wakases kesiswaan: ketua.
Sosial Agama) pendidikan 3. Rasa nasionalis C. Guru BK: tim penilai.
4. Tingkah laku (PKN) karakter karena meningkat D. Guru Agama: tim penilai.
5. Jum’at Peduli (Amal) waktu terbatas. E. Guru PPKN: tim penilai.
F. Guru Olahraga: tim penilai.
G. Wali Kelas: penge.lolah
data/nilai
H. Orang tua/komite sekolah:

172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

penerima nilai.
Triyono – Bahasa 1. Sholat berjamaah Masih ada beberapa Untuk A. Kepala sekolah:
Indonesia 2. BTQ siswa yang kurang meningkatkan B. Wakases kesiswaan:
3. Pramuka memperhatikan karakter anak C. Guru BK:
4. Olahraga didik. D. Guru Agama:
5. matapelajaran E. Guru PPKN:
F. Guru Olahraga:
Sugeng Wibowo – 1. Kegiatan Jumat peduli 1. Kepedulian social Beberapa siswa 1. Peningkatan mutu
Pembina Pramuka – 2. Sholat Dhuhur berjamaah siswa lebih kurang peduli pendidikan.
Seni Budaya 3. Menyambut di pintu meningkat. dalam kegiatan
gerbang 2. Ketaqwaan siswa social, ketaqwaan,
lebih terlihat. dan tata
3. Tata sopan santun pergaulan.
lebih terasa.
SMP N 7 Khairunnisa – Ilmu 1. 5S Dengan sikap anak- Keterbelakangan 1. Meningkatkan A. Kepala sekolah: menyusun
CIREBON Pengetahuan Alam 2. Eskul anak,melakukan 5S, keluarga, keluarga oralitas siswa rencana.
3. Kelompok belajar kebersihan kelas yang tidak mendukung sekolah. B. Wakases kesiswaan:
4. Kebersihan kelas semakin disadari oleh dan kurang 2. Menjunjung nilai- membantu kepsek
anak-anak. kebebasan. nilai keagamaan menyusun.
3. Menjadi pribadi C. Guru BK: menindaklanjuti.
yang lebih baik D. Guru Agama:
menindaklanjuti.
E. Guru PPKN:
menindaklanjuti.
F. Guru Olahraga:
G. Wali Kelas: menindaklanjuti
dan berhubungan dengan
orang tua siswa.
H. Orang tua/komite sekolah:
mendampingi siswa.
Ernalia A. K – 1. Eskul 2. Kedisplinan dalam 1. Latar 1. Melatih untuk A. Kepala sekolah: penanggung
Koordinator BK – 2. Keagamaan hidup belakang meningkatka jawaab program.
Bimbingan dan 3. Kelompok belajar 3. Kedisplinan dalam siswa moralitas pelajar. B. Wakases kesiswaan:
Konseling belajar 2. lingkungan mengkoordinir kegiatan
4. Saling menhargai sosial pengembangan diri.
5. proses C. Guru BK: mengkoordinir
kegiatan pengembangan diri.
D. Guru Agama:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

mengkoordinir kegiatan
pengembangan diri.
E. Guru PPKN: mengkoordinir
kegiatan pengembangan diri.
F. Guru Olahraga:
mengkoordinir kegiatan
pengembangan diri.
G. Wali Kelas: mengkoordinir
kegiatan pengembangan diri.
H. Orang tua/komite sekolah:
mengkoordinir kegiatan
pengembangan diri.
Yohanes Prayitno – 1. Eskul 1. Kedisplinan dalam 1. Latar 1. Melatih untuk A. Kepala sekolah: penanggung
Bimbingan dan 2. Keagamaan hidup belakang meningkatka jawab program.
Konseling 3. Kelompok belajar 2. Kedisplinan dalam siswa moralitas pelajar. B. Wakases kesiswaan:
belajar 2. lingkungan 2. Meningkatkan mengkoordinir kegiatan
3. Saling menhargai sosial nilai-nilai hidup. pengembangan diri.
4. proses C. Guru BK: pelaksana,
pioneer, koordinator.
D. Guru Agama: pelaksana,
pioneer, koordinator.
E. Guru PPKN: pelaksana,
pioneer, koordinator.
F. Guru Olahraga: pelaksana,
pioneer, koordinator.
G. Wali Kelas: pelaksana,
pioneer, koordinator.
Astrianingsih – Ilmu 1. 5S Penguatan pendidikan Latar belakang 1. Meningkatkan A. Kepala sekolah: menyusun
Pengetahuan Sosial 2. Eskul moral, karena pendidikan keluarga. moralitas pelajar. rencana.
3. Kelompok belajar yang berkarakter 2. Semua orang bisa B. Wakases kesiswaan:
didukung oleh kebaikan berbuat baik. membantu kepsek menyusun
(perbuatan baik). 3. Menjunjung nilai- rencana.
nilai keagamaan. C. Guru BK: menghimpun
data.
D. Guru Agama:
menindaklanjuti.
E. Guru PPKN:
menindaklanjuti.
F. Guru Olahraga:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

G. Wali Kelas: menindaklanjuti


dan sebagai orang tua siswa
di lingkungan sekolah.
H. Orang tua/komite sekolah:
mendampingi putra-putri.
Anny Marfuah – 1. Eskul 1. Kedisiplinan dalam 1. Latar 1. Melatih dan A. Kepala sekolah: penanggung
Bimbingan dan 2. Keagamaan hidup. belakang meningkatkan jawab program.
Konseling 3. Kelompok belajar 2. Saling menghargai siswa. moralitas pelajar B. Wakases kesiswaan:
belajar. 2. Lingkungan mengkoordinir kegiatan
3. Proses. social. pengembangan diri.
C. Guru BK: pelaksana,
pioneer.
D. Guru Agama: pelaksana,
pioneer.
E. Guru PPKN: pelaksana,
pioneer.
F. Guru Olahraga: pelaksana,
pioneer.
G. Wali Kelas: pelaksana,
pioneer.
SMP SANTO Danu Mukti – 1. Pembiasaan sabtu bersih Sebagian besar siswa Beberapa siswa 1. Sebagai awal A. Kepala sekolah: Pembina.
ALOYSIUS TURI Bimbingan dan 2. Penerapan 3S memiliki tingkat kurang mampu pemberian B. Wakases kesiswaan:
Konseling 3. Budaya membaca kedisiplinan yang cukup menghargai orang pendampingan coordinator.
4. Pembiasaan baca kitab tinggi, toleransi antar lain dan yang tepat. C. Guru BK:
suci perbedaan yang ada, menyepelekan 2. Untuk melihat sosialisasi/pengamat/penilai/
5. Apel pagi rutin tentang menjaga kebersihan tata tertib yang seberapa baik evaluasi.
disiplin sekolah dan peduli berlaku. karakter siswa. D. Guru Agama:
6. Strategi belajar yang lingkungan. 3. Untuk pengamat/penilai/evaluasi.
bertanggungjawab mengevaluasi E. Guru PPKN:
(mindmap) program pengamat/penilai/evaluasi.
pendidikan karakter F. Guru Olahraga:
yang sudah pengamat/penilai/evaluasi.
terlaksana. G. Wali Kelas:
pengamat/penilai/evaluasi.
H. Orang tua/komite sekolah:
pemberi masukkan.
Agnes Natalia Endry 1. Masuk pada semua 1. Lebih sopan Kurang masuk 1. Membentuk pribadi A. Kepala sekolah:
Krisnawardani – matapelajaran 2. Lebih mudah diatur menjadi sebuah yang berkualitas pelindung/pembina.
Kurikulum – Bahasa 2. Bimbingan konseling 3. Lebih mudah kesadaran, masih namun mempunyai B. Wakases kesiswaan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

Inggris (masuk kelas, pribadi) dikendalikan sebatas pada sikap rendah coordinator.
3. Kegiatan ekstrakulikuler. 4. semangat aturan dan taat hati/sopan/jujur. C. Guru BK: pelaku
4. Kegiatan pembiasaan bukan karena 2. Mempunyai kasih sosialisasi/pengamat/penilai/
(misal: apel pagi) sadar, penting dan dan peka. evaluasi.
5. Kegiatan terprogram dari mengerti. 3. Beriman dan D. Guru Agama: pelaku
OSIS. beretika. pengamat/penilai/evaluasi.
E. Guru PPKN: pelaku
pengamat/penilai/evaluasi.
F. Guru Olahraga: pelaku
pengamat/penilai/evaluasi.
G. Wali Kelas: pelaku
pengamat/penilai/evaluasi.
H. Orang tua/komite sekolah:
pemberi
masukkan/kritikkan.
Restuti Dwi Wahyu 1. Kegiatan pembiasaan (apel 1. Peserta didik Siswa/peserta 1. Mengukur tingkat A. Kepala sekolah:
Handayani – Wakil pagi, angelus, dll.) memetuhi didik masih ada keberhasilan pelindung/pembina.
Kepala Sekolah – Seni 2. Program kegiatan peraturan/tata tertib yang melanggar pelaksanaan B. Wakases kesiswaan:
Budaya kesiswaan (LKTD, ret-ret) yang berlaku di aturan karena pendidikan coordinator.
3. KBM pada setiap maple sekolah konsep karakter. C. Guru BK: pelaku
4. Pendampingan BK dan 2. Peserta didik lebih pendidikan 2. Mendapatkan nilai sosialisasi/pengamat/penilai/
wali kelas mudah diarahkan dan karakter belum akhlak dan evaluasi.
5. Kegiatan ekstrakulikuler dikendalikan menjadi sebuah kepribadian peserta D. Guru Agama: pelaku
3. Memiliki sikap sopan kesadaran. didik. pengamat/penilai/evaluasi.
dan menghargai 3. Membentuk pribadi E. Guru PPKN: pelaku
orang lain yang berkualitas. pengamat/penilai/evaluasi.
F. Guru Olahraga: pelaku
pengamat/penilai/evaluasi.
G. Wali Kelas: pelaku
pengamat/penilai/evaluasi.
H. Orang tua/komite sekolah:
pemberi masukkan.
Agustina Ambar 1. Apel pagi 1. Keterlambatan anak Ada beberapa 1. Untuk mengetahui A. Kepala sekolah:
Purbayanti – Bidang 2. Sabtu bersih masuk sekolah siswa yang keberhasilan penanggungjawab.
Kesiswaan – 3. Doa setiap jam 12 prosentasenya kecil. terjaring kasus pendidikan B. Wakases kesiswaan:
Matematika dan TIK 4. Meditasi 2 minggu sekali 2. Lingkungan bersih klitih. karakter yang kita merancang tata tertib.
5. MOS dan nyaman. terapkan. C. Guru BK: merancang tata
6. LKTD 3. Bullying antar siswa 2. Hasilnya bisa tertib.
7. Ziarah satu sekolah sedikit. digunakan untuk D. Guru Agama: merancang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

membuat dan menilai.


perencanaan E. Guru PPKN: merancang dan
berikutnya. menilai.
F. Guru Olahraga: merancang
dan menilai.
G. Wali Kelas: menilai.
H. Orang tua/komite sekolah:
merancang.
No Name 1. Kegiatan bimbingan 1. Siswa semakin 1. Hasil belajar 1. Menilai A. Kepala sekolah:
konseling disiplin kurang keberhasilan memananage sekolah.
2. Kegiatan belajar mengajar 2. Siswa semakin jujur maksimal 2. Membenahi B. Wakases kesiswaan:
3. Kegiatan ekstrakulikuler 3. Siswa semakin 2. Penyesuaian kekurangan membantu kasek.
4. Kegiatan keagamaan tanggung jawab diri dengan 3. Syukur C. Guru BK: pelaku komponen
5. Kegiatan kesiswaan 4. Siswa semakin visi sekolah layanan dasar.
percaya diri kurang D. Guru Agama: mencerdaskan
5. Siswa semakin 3. Perilaku spiritual siswa.
integritas menyimpang E. Guru PPKN: penanam moral
6. Siswa semakin etis, 4. Tidak jujur, siswa.
dsbnya. disiplin, F. Guru Olahraga:
tanggungjawa mencerdasakan kinestetik.
b, dsbnya. G. Wali Kelas:
5. Tawuran antar penilai/pembentuk
pelajar. kepribadian.
H. Orang tua/komite sekolah:
pendidik pertama dan
utama/fasilitator
perkembangan siswa.
SMP N 2 PLAYEN Drs. Faturochman – 1. Upacara bendera setiap 1. Peningkatan Setiap tahun 1. Untuk mengetahui A. Kepala sekolah: sebagai
Kepala Sekolah hari senin kedisiplinan terutama berusaha sikap dan perilaku penanggungjawab dalam
2. Ekstra wajib pramuka dalam jam KBM memperbaiki sesuai dengan perancangan penilaian.
3. Pembiasaan ibadah (sesuai 2. Tidak ada rencana kerja budaya Indonesia B. Wakases kesiswaan: sebagai
agamanya) permasalahan yang tahunan di bidang 2. Untuk ketua perancang penilaian.
4. Budaya senyum, salam, berhubungan dengan pendidikan meningkatkan C. Guru BK: membantu
sapa karakter negative karakter. karakter sesuai memberikan informasi
5. Sabtu bersih untuk siswa siswa (dapat dilihat yang diprogramkan tentang rancangan penilaian.
6. Latihan PBB untuk siswa pada catatan wali sekolah D. Guru Agama: rancangan
kelas VII kelas dan Guru BK) 3. Sebagai umpan penilaian akhlak mulia.
7. Bimbingan ekstra (II 3. Guru, TU, siswa balik dan sebagai E. Guru PPKN: rancangan
kegiatan) terjalin komunikasi bahan EDS penilaian budi pekerti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

8. Memperingati hari besar yang harmonis, F. Guru Olahraga: rancangan


nasional kondusif penilaian sikap.
9. Memperingati hari besar 4. Mampu G. Wali Kelas: dalam
keagamaan meningkatkan pengelolaan di kelas sebagai
10. Kantin kejujuran prestasi akademik pengganti orang tua.
dan non akademik H. Orang tua/komite sekolah:
5. Suasana sekolah mendorong terealisasinya
yang menyenangkan. rancangan penilaian.
M. Lathifah – 1. Upacara bendera 1. Kesopanan anak 1. Ada beberapa 1. Mengetahui tingkat A. Kepala sekolah: memberi
Bimbingan dan 2. Sabtu bersih meningkat siswa yang perkembangan pergerakan
Konseling 3. Dana social setiap siswa 2. Percaya diri dan belum pendidikan karakter B. Wakases kesiswaan:
4. Senyum, salam, sapa keberanian terlihat terbentuk siswa membantu kepsek seperti
5. Peduli lingkungan: sampah (bukti banyak karakternya 2. Bimbingan pada diatas
6. Kegiatan outbound memperoleh 2. Ada beberapa siswa lebih lanjut. C. Guru BK: merancang,
7. Kegiatan pramuka (wajib) kejuaraan saat siswa yang membimbing,
8. Kegiatan ekstrakulikuler berbagai lomba) belum peduli mengevaluasi.
9. Kegiatan keagamaan 3. Peduli temannya pada D. Guru Agama: merancang,
(sesuai agamanya) (jika sakit lebih dari lingkungan membimbing,
3 hari dijenguk) mengevaluasi.
4. Pemilihan pengurus E. Guru PPKN: merancang,
OSIS dengan membimbing,
pemungutan suara mengevaluasi.
F. Guru Olahraga: merancang,
membimbing,
mengevaluasi.
G. Wali Kelas: membimbing,
kerja sama dengan guru lain
H. Orang tua/komite sekolah:
kerja sama dengan sekolah
Yuliana Sulastri – 1. Kegiatan pramuka 1. Siswa memiliki Ada beberapa 1. Untuk mengukur A. Kepala sekolah: memimpin
PPKN/PKN 2. Kegiatan rohani kepribadian yang karakter yang tingkat dan mengkoordinir.
3. Pendidikan PPKN baik belum terbentuk, perkembangan B. Wakases kesiswaan:
4. Kegiatan upacara bendera 2. Siswa memiliki karena dasar yang kepribadian/karakte membantu KS menyusun
5. Kegiatan ekstrakulikuler kepribadian sopan kuat dari dalam r program.
6. Kegiatan social santun keluarga yang 2. Untuk C. Guru BK: merancang,
kemasyarakatan 3. Siswa tidak mudah tidak menumbuhkemban melaksanakan,
7. Kegiatan outbound terpengaruh hal-hal memperhatikan gkan karakter siswa mengevaluasi.
8. Kegiatan sabtu bersih buruk perkembangan yang lebih baik D. Guru Agama: merancang,
9. Pembiasaan salam, 4. Siswa memiliki sikap anaknya. 3. Untuk tindak lanjut melaksanakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

senyum, sapa, sopan kebersamaan yang pendidikan/pembi mengevaluasi.


santun tinggi mbingan terhadap E. Guru PPKN: merancang,
5. Siswa memiliki siswa. melaksanakan,
demokratis dan mengevaluasi.
empati terhadap yang F. Guru Olahraga: merancang,
lain melaksanakan,
mengevaluasi.
G. Wali Kelas: membimbing,
mengarahkan dan kerja
sama dengan guru.
H. Orang tua/komite sekolah:
kerja sama dengan sekolah
Bambang Dira Susila – 1. Bertanggungjawab Supaya saling menyapa Ada beberapa 1. Bertingkah laku A. Kepala sekolah:
Bahasa Indonesia 2. Sapa setiap bertemu siswa yang tidak yang baik penanggungjawab.
3. Cinta tanah air teman/guru/karyawan mengaplikasikan. 2. Bisa menghargai B. Wakases kesiswaan:
4. Menghargai setiap siswa perencana.
5. Mandiri C. Guru BK: pengawasan
6. Toleransi tindak lanjut.
7. Bangga dengan sekolah D. Guru Agama: pengawas
tindak lanjut penilaian.
E. Guru PPKN: penilaian
pengawas tindak lanjut.
F. Guru Olahraga: tindak
lanjut pengawasan
G. Wali Kelas: membantu
guru, wakase, kepsek.
H. Orang tua/komite sekolah:
mengawasi di rumah
No Name 1. Upacara bendera 1. Kesopanan anak Ada beberapa Mengukur tingkat A. Kepala sekolah:
2. Sabtu bersih meningkat siswa yang belum pendidikan karakter penanggungjawab/pengarah.
3. Dana social setiap senin 2. Kepercayaan didi dan terbentuk siswa B. Wakases kesiswaan:
4. Senyum, salam, sapa keberanian karakternya membantu KS.
5. Peduli lingkungan meningkat C. Guru BK:
6. Kegiatan outbound D. Guru Agama:
7. Kegiatan pramuka E. Guru PPKN:
8. Kegiatan ekstrakulikuler F. Guru Olahraga:
9. Kegiatan keagamaan G. Wali Kelas:
H. Orang tua/komite sekolah:
SMP N 4 WATES Wantinem – Wakasek 1. MOS 1. Kedisplinan siswa Masih ada 1. Sebagai laporan ke A. Kepala sekolah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

180

Kurikulum - 2. Ekstrakulikuler pramuka 2. Etika dan sopan sebagian siswa orang tua/wali mensosialisasikan.
Matematika 3. Kegiatan keagamaan santun siswa yang melanggar siswa di raport B. Wakasek Kesiswaan:
4. Upacara bendera terhadap guru tata tertib sekolah. menuangkan dalam
kurikulum.
Mahmuda – Bimbingan 1. Pembiasaan beribadah Sikap sopan santun yang Sikap brutal dan 1. Agar pendidikan A. Kepala sekolah:
dan Konseling di tunjukkan siswa dalam menentang pada karakter dapat coordinator.
kesehariannya. aturan dan pada mencapai tujuan B. Wakasek Kesiswaan: ikut
guru. 2. Agar diketahui membantu permasalahan
sampai di mana siswa.
tujuan tercapai C. Guru BK: membantu
3. Menentukan masalah siswa.
langkah pendidikan
selanjutnya.
Sugaib Suhatmoko – 1. Ibadah Anak dapat bersikap Ada anak yang 1. Pendidikan A. Kepala sekolah: sebagai
Bimbingan dan 2. Kerja sosial lebih santun baik kepada masih belum karakter dapat coordinator guru.
Konseling guru maupun kepada santun karena tercapai. B. Wakasek Kesiswaan:
yang lain. tidak terbiasa 2. Anak-anak dapat sebagai coordinator siswa.
sebelumnya. lebih bersikap C. Guru BK: ikut menilai
sopan. pendidikan karakter.
3. Menjadi
kepribadian yang
baik
Huly Sumarlen - PPKN 1. Beribadah Anak lebih bisa bersikap Ada beberapa 1. Agar pendidikan A. Kepala sekolah: sebagai
2. Kerja kelompok sopan santun kepada anak yang karakter bisa coordinator dan pimpinan
sesama berkata-kata kasar tercapai tujuannya. B. Wakasek Kesiswaan:
pada temannya. 2. Anak-anak bisa mengurusi kegiatan siswa.
lebih memahami C. Guru PPKN: ikut
aturan yang menanamkan karakter.
berlaku.
3. Agar tidak terjadi
banyak
pelanggaran.
Wasiyem – Pendidikan 1. Sholat jamaah (di rumah) Yang saya rasakan Yang bapak ibu 1. Agar anak terbiasa A. Kepala sekolah: coordinator
Agama Islam 2. Jabat tangan terhadap guru adalah puas ketika anak rasakan atas hidup sehat. semua.
3. Tadarus pagi mampu atau kekurangberhasila 2. Agar siswa taat B. Wakasek Kesiswaan: ikut
4. Jamaah Dhuhur 1. Menghafal surat dari n pendidikan berbadah sesuai membina siswa.
5. Sholat Duha Al Qur’an ketiak mau karakter di agamanya masing- C. Guru Agama: pelaksana.
6. Berdoa masuk (mulai) pelajaran, dll. sekolah ini, sikap masing. D. Wali kelas: membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

181

pelajaran 2. Terbiasa menyapa siswa yang 3. Agar siswa bisa mengarahkan siswa.
7. Mengucapkan salam setiap dengan ucapan salam kemungkinan belajar dengan
datang dan berjabat tangan. besar berasal dari nyaman dan
8. Duduk ketika makan dan 3. Terbiasa beribadah lingkungan rumah berprestasi.
minum dengan rutin seperti dan bermain.
9. Berdoa ketika makan, sholat Duha, jamaah
masuk toilet, dll. Dhuhur, membaca Al
10. Pengumpulan sampah di Qur’an yang
lingkungan sekolah dilakukan dalam
kehidupan.
SMP N 2 Sunarso -Kesiswaan- 1. Awal pelajaran 1. Keakraban sesame 1. Masih 1. Untuk mengukur A. Kepala sekolah: penentu
GIRIWOYO Ilmu Pengetahuan 2. Dalam pembelajaran siswa ada/jarang keberhasilan kebijakan, pencapaian visi
Sosial 3. Mengakhiri pelajaran 2. Saling menghargai siswa guyon 2. Untuk mencari dan misi.
4. Dalam upacara bendera sesama siswa berlebihan kelemahan B. Wakasek Kesiswaan:
5. Kegiatan keagamaan di 3. Ketertiban dan 2. Masih 3. Untuk evaluasi pelaksana kebijakan umum
sekolah kedisiplinan siswa ada/jarang kepada siswa.
4. Sikap hormat siswa siswa C. Guru BK: pelaksana
kepada guru alpha/bolos kebijakan dalam bimbingan
3. Masih dan konseling.
ada/jarang D. Guru Agama: pelaksana
siswa tidak kebijakan dalam aspek
tertib keagamaan.
berpakaian. E. Guru PPKN: pelaksana
kebijakan dalam aspek
pendidikan karakter.
F. Guru Olahraga: pelaksana
kebijakan dalam aspek
kegiatan fisik.
G. Wali kelas: pelaksana
kebijakan dalam inter kelas
H. Orang Tua/Komite sekolah:
pelaksana kebijakan dalam
pelaksanaan di rumah.
Endah Rosita Kurniasih 1. Proses KBM dalam kelas Minimnya frekuensi Masih ada siswa 1. Untuk mengetahui
– Bimbingan dan 2. Pada saat upacara bendera siswa membolos/alpha yang belum rapi sejauh mana
Konseling menggunakan pendidikan
atribut sekolah. karakter.
Elisabeth Srilestari – 1. Ekstra pramuka Siswa bisa bersikap lebih Masih banyak 1. Bisa membantu A. Kepala sekolah:
Ekstra Pembina 2. Upacara bendera santun siswa yang minat siswa menentukan penanggungjawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

182

Pramuka 3. Pengamatan dalam PBM belajarnya rendah pola belajarnya. B. Wakasek Kesiswaan:
membantu kepala sekolah.
C. Guru Agama: penentu
komponen penilaian akhlak
D. Guru PPKN: penentu
komponen penilaian
kepribadian.
Dra. Dwi Harmini - 1. Upacara bendera A. Kepala sekolah: ketua
PPKN 2. Pembelajaran di kelas sekaligus
3. Penghormatan siswa penannggungjawab.
B. Wakasek Kesiswaan:
membantu kepala sekolah.
C. Guru PPKN: sebagai guru
yang bersentuhan langsung
dengan tindakan
pembentukan karakter
siswa.
SMP K SANTA Maria Marsiti – 1. Budaya 6S, Tomat 1. Hormat kepada 1. Belum semua 1. Membantu agar A. Kepala sekolah:
MARIA II Document Control – 2. Weekend suster, Bapak/Ibu siswa mau terbentuk karakter penanggungjawab.
MALANG Bimbingan dan 3. 10 K guru dan karyawan menyapa yang baik B. Guru BK: menampung hasli
Konseling 4. Budaya antri 2. Budaya antri guru/karyawa 2. Membentuk pribadi konseling siswa.
5. Memberi salam dengan 3. Buang sampah pada n yang utuh C. Semua guru
hormat tempatnya 2. Ada siswa
4. Tertib berseragam yang memakai
5. Tertib datang ke seragam
sekolah kurang rapi
3. Memilih
teman
Theresia Sri Wahyuni – 1. Melalui tata tertib di 1. Kepedulian siswa Masih ada siswa 1. Mengetahui sejauh A. Kepala sekolah:
Tim Kurikulum – sekolah pandai untuk yang bersikap mana penanggungjawab.
Bimbingan dan 2. Kegiatan ekstra pramuka membantu siswa tidak perkembangan B. Guru BK: menggali dan
Konseling (kelas VIII) yang lemah dalam sopan/kurang karakter anak membantu siwa untuk
3. Kegiatan bimbingan di belajar. ramah pada mengalami mengungkapkan masalah
kelas (Anti Bullying) 2. Kepedulian siswa guru/karyawan. peningkatan dan membantu
4. Doa pagi, Angelus, doa pada teman yang menyelesaikan.
pulang pendiam untuk diajak C. Guru Agama:
5. Kegiatan weekend (kelas membaur. D. Guru PPKN:
VII) 3. Kepedulian siswa E. Wali kelas:
6. Kegiatan ret-ret/rekoleksi pada teman sehingga I. Orang Tua/Komite sekolah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

183

7. Kegiatan bina iman dan menceritakan pada


non bina iman (untuk guru BK.
Katolik) 4. Kesadaran siswa mau
8. Kegiatan misa di sekolah diajak berdoa, ikut
misa.
Regina Mayura Agni – 1. Binar/ non binary 1. Siswa disiplin 1. Siswa kurang 1. Menilai sejauh A. Kepala sekolah:
Bahasa Inggris 2. Bersalaman dengan guru 2. Siswa menyapa guru santun mana kegiatannya penanggungjawab.
tiap pagi 3. Siswa tidak 2. Siswa masih berdampak pada B. Guru BK: menampung
3. Doa mencontek saat ujian suka pilih- anak konsultasi siswa.
4. Misa pilih teman 2. Mengetahui C. Guru Agama:
kekurangan dan menggabungkan dengan
kelebihan kegiatan prinsip agama
3. Mengetahui D. Wali kelas: orang tua murid
evektivitas di sekolah
kegiatan E. Orang Tua/Komite sekolah:
melaksanakan pendidikan
karakter di luar sekolah.
R. Aldo Aggasi – 1. Kemah raya 1. Pola pikir anak yang Belum memahami 1. Menjadikan anak Kurang begitu paham
Bahasa Indonesia 2. Weekend berkembang jarak social antara sesuai dengan
3. LKTD 2. Kedisiplinan anak orang yang lebih karakter yang
untuk mengikuti tua. diinginkan
kegiatan belajar 2. Memenuhi tuntutan
3. Kebersihan di sekitar dari pemerintah
lingkungan sekolah pusat.
dengan murid
membuang sampah
pada tempatnya
SMP XAVERIUS I Maleluan Pramana – 1. Salaman pagi saat siswa Peserta didik Masih dijumpai 1. Untuk mengukur A. Kepala sekolah:
PALEMBANG Bimbingan dan datang memberikan salam dan peserta didik yang ketercapaian tujuan pembimbing/pelindung/pen
Konseling 2. Upacara bendera sapa saat berjumpa acuh tak acuh saat pendidikan anggungjawab.
3. Bimbingan konseling dengan tenaga pendidik bertemu dengan karakter. B. Wakasek Kesiswaan:
4. Dll. dan kependidikan. tenaga pendidik 2. Melakukan membantu kepala sekolah.
dan kependidikan. evaluasi terhadap C. Guru BK: melaksanakan
pendidikan proses konseling/layanan
karakter yang BK.
sudah diterapkan. D. Guru Agama: memberikan
pendampingan
religi/keimanan.
E. Guru PPKN: memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

pendampingan moral
F. Wali kelas: memberikan
pendampingan intensif
terhadap kelasnya.
G. Orang Tua/Komite sekolah:
berkoordinasi dengan
sekolah.
Rafael sukasah - PKN 1. RPP berbasis PPR Penerapan 5S : senyum, Sebagian 1. Mengetahui
2. Upacara bendera sapa, salam, sopan, siswa/peserta karakter peserta
3. Pemb. Wali kelas santun didik kurang didik
4. Salam pagi menerapkan 5S 2. Mencari solusi
5. Bimbingan dan konseling yang tepat
3. Menerapkan secara
konsisten
Catarina Lis Wahyuni 1. Upacara bendera Peserta didik dan juga Masih ada
– Bimbingan dan 2. Senyum, salam, sapa personil sekolah sudah sebagian peserta
Konseling 3. Rekoleksi menerapkan langsung didik belum
4. Ret-ret dan ikut kerjasama memahami dan
5. Pembinaan iman secara baik. menerapkan
pendidikan
karakter dalam
kehidupan sehari-
hari.
SMP N 1 Suparjo – Kepala 1. Pramuka Belum berhasil karena 1. Masih Untuk mengetahui A. Kepala sekolah:
GEDUNGAJI Sekolah - PKN 2. Masuk kelas dan baru dilaksanakna oleh banyaknya perkebangan karakter penanggungjawab.
BARU pulang,bersalaman dan kesiswaan, Pembina anak siswa, maksudnya ada B. Wakasek kesiswaan: ketua.
mencium tangan guru OSIS, dan guru. Maka melanggar perubahan atau tidak C. Guru BK: pembimbing.
3. Berdoa saat akan belajar hasilnya belum bisa aturan dengan dengan bimbingan D. Guru Agama: pembimbing.
dan diakhiri dipakai untuk ukuran sengaja kesiswaan, Pembina E. Guru PPKN: pembimbing.
4. Sholat Dhuhur berjamaah keberhasilan. 2. Munculnya OSIS maupun para F. Guru Olahraga:
5. Kultum (kuliah 7 menit) perilaku guru. pembimbing.
setelah Sholat Dhuhur meniru yang G. Wali Kelas: pembimbing.
6. Berbagai kegiatan dia lihat tanpa H. Orang tua/komite sekolah:
ekstrakulikuler memperdulika pemantau.
n benar atau
salah
3. Masih banyak
siswa yang
keluar karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

185

menikah usia
dini.
Siti Fatonah – 1. Pramuka Belum berhasil karena Masih banyak 1. Untuk mengetahui A. Kepala sekolah:
Pendidikan Agama 2. Sholat Duha belum 100 % dilakukan. siswa yang perkembangan penanggungjawab.
Islam 3. Kultum setelah Sholat melanggar siswa B. Wakasek kesiswaan: ketua.
4. Kegiatan ekstrakulikuler peraturan. 2. Untuk mengontrol C. Guru BK: pembimbing.
kepribadian siswa D. Guru Agama: pembimbing.
agar tidak banyak E. Guru PPKN: pembimbing.
melakukan F. Guru Olahraga:
kesalahan pembimbing.
G. Wali Kelas: pembimbing.
H. Orang tua/komite sekolah:
pemantau.
Yusmala Adinta – Ilmu 1. Pramuka Masih banyak 1. Untuk A. Wakasek kesiswaan:
Pengetahuan Sosial 2. Berdoa sebelum dan siswa melakukan memperbaiki menindaklanjut.
sesudah belajar pelanggaran tata karakter dan sikap B. Guru Agama: membimbing
3. Menyanyikan lagu wajib tertib. siswa siswa dengan nilai-nilai
nasional 2. Untuk spiritual.
memperbaiki sopan C. Guru PPKN: membimbing
santun dan budi siswa dengan nilai-nilai
pekerti moral.
D. Guru Olahraga:
membimbing siswa disiplin
di lapangan.
E. Wali Kelas: membimbing
perbaikan karakter secara
intensif di dalam kelas.
Ngatiyem – Bahasa 1. Pramuka Belum berhasil karena Masih banyak 1. Untuk mengetahui A. Kepala sekolah :
Indonesia 2. Sholat Dhuha belum 100% dilakukan siswa yang perkembangan penanggungjawab.
3. Kultum setelah Sholat melanggar siswa B. Wakasek kesiswaan: ketua.
4. Kegiatan ekstrakulikuler peraturan 2. Untuk mengontrol C. Guru BK: pembimbing.
kepribadian siswa D. Guru Agama: membimbing
agar tidak banyak siswa dengan nilai-nilai
melakukan spiritual.
kesalahan E. Guru PPKN: membimbing
siswa dengan nilai-nilai
moral.
F. Guru Olahraga:
membimbing disiplin di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

186

lapangan.
G. Wali Kelas: membimbing
perbaikan karakter secara
intensif dalam 1 kelas.
H. Orang tua/komite sekolah:
pembantu.
Adi Setiawan - PKN 1. Pramuka Belum berhasil 100% 1. Masih ada 1. Untuk mengetahui A. Kepala sekolah:
2. Menyanyikan lagu karena di sekolah tidak siswa yang perkembangan penanggungjawab.
Indonesia Raya di jam ada Guru BK atau melanggar karakter siswa B. Wakasek kesiswaan: ketua.
pertama, sebelum Psikolog Pendidikan, tata tertib C. Guru BK: pembimbing.
pelajaran di mulai yang memberikan dengan D. Guru Agama: pembimbing.
bimbingan klasikal sengaja E. Guru PPKN: pembimbing.
tentang pendidikan 2. Lingkungan F. Guru Olahraga:
karakter. kurang pembimbing.
mendukung G. Wali Kelas: pembimbing.
H. Orang tua/komite sekolah:
pemantau.
SMP N 7 Ira Suci Febrianti - Perubahan karakter Beberpa siswa 1. menumbuhkan nilai A. Kepala Sekolah: Penanggung
Pangkalpinang Guru Bimbingan dan menjadi lebih baik dari masih banyak karakter disekolah Jawab
konseling beberapa siswa, walupun memiliki karekter 2. untuk mengetahui B. Waka Kesiswaan: kordinator
belum begitu maksimal buruk seperti pada pengembangan dalam perencanaan
1. perencanaan dalam RPP tetapi masih terus bulan puasa, pendidikan karakter C. Guru BK: Merancang dengan
2. Pengembangan dalam diupayakan agar hasinya merka guru lain tentang asasmen
Ekstrakurikuler sesuai dengan harapan, makan/minum pendidikan
3. litegrasi dalam yaitu menghasilkan dilingkungan G. Wali kelas: mengetahui
pembelajaran siswa yang bersikap baik sekolah atau sehauh mana pendidikan
budi perkertinya tempat umum karakter
lainnya H. Orang tua/komite sekolah:
mengetahui perkembanagan pen
karakter anak disekolah
Purnama Dewi – Guru 1. indikasi dalam pembelajran Sudah merasa senang Merasa prihatin 1. untuk mengetahui A. Kepala sekolah; Kordinator
Matimatika 2. pengembangan diri melihat karakter siswa karena pindah perkembangan dan penanggung jawab
eksrakurikuler yang dapat dilihat dalam sekolah belum pendidiakan karakter B. Wakasek kesiswaan:
3. perencanaan dalam RPP kegiatan sehari-hari. berhasil dalam disekolah kordinator data permasalahan
pendidikan 2. menumbuhkan nilai- karakter
karakter yang nilai karakter disekolah C. Guru BK: memotivasi dalam
sudah pendidikan karakter
disampaikan G. Wali kelas: untuk
mengertahui perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

187

pendidikan karakter
H. Orang tua/komite sekolah:
untuk mengetahui kegunaan dari
hasil pendidikan karakter
disekolah
Laila Intan G –Guru 1. Literasi 1. Terbiasa untuk disiplin Sebagian siswa 1. unutk membiasakan A. Kepala sekolah: sebagai
PKN 2. Dalam pembuatan RPP dan 2. Lebih memiliki rasa kurang siswa dalam pemimpin
Silabus nasionalisme memahami dan memanajemen B. Wakasek Kesiswaan: sebagai
3. Dalam proses pembelajaran kurang peduli 2. Pola hidupnya coordinator
tentang menuju masa depan C. Guru BK: Pembimbing
pendidikan D. Guru Agama: penasehat
karakter. Contoh: E. Guru PPKN: Memberikan
masih ada siswa contoh sikap
yang tidak jujur G. Wali kelas: Pengarah
dll H. Orang tua/komite sekolah:
pelindung
Indrarita Y S – Guru 1. literasi 1. terbiasa untuk Sebagian siswa 1. sebagai pembiasaan A. Kepala sekolah: pemimpin
pendidikan agama 2. dalam pembuatan RPP berdisiplin kurang bagi siswa B. Wakasek Kesiswaan:
islam 3. dalam silabus 2. lebih memiliki rasa memahami dan 2. agar siswa terbiasa koordinator
4. dalam proses pembelajaran kebangsaan kurang peduli unutk melakukan hal- C. Guru BK:
tentang hal positif Fasilitator/pembimbing
pentingnya D. Guru Agama: penasihat
pendidikan E. Guru PPKN: penentuan sikap
karakter. Contoh: G: Wali kelas: Sebagai
masih ada siswa pengarah buat siswa
yang kurang H. Orang tua/Komite sekolah:
memiliki rasa sebagai pelindung
tanggung jawab
Marlina – kepala 1. mengitergrasi kesetiap mata Merasa senang atau Merasa 1. untuk mengetahui A. Kepala sekolah: Penanggung
sekolah pelajaran bahagia ketika melihat sedih/prihatin perkembangan hasil jawab
2. melalui maple muatan local seorang siswa yang karena sekolah pendidikan karakter B. Wakasek kesiswaan:
3. melalui pengembangan diri: tadinya kurang disiplin belum bisa/belum 2. untuk membiasakan coordinator
ekstrakurikuler, kegiatan (datang terlambat) berhak dalam nilai-nilai karakter H. orang tua/komite sekolah:
pembiasaan, kegiatan menjadi seorang anak memecahkan pelindung
kerohaniann, kegiatan belajar yang rajin (tidak pernah masalah karakter
diluar kelas terlambat lagi) siswa
SMP Fransiskus Sr. Oktavic Purba 1. Bimbingan. Menjadikan sisa semakin Sisa kehilangan 1. Perkembangan
Asisi FSE.S.Pd.-kepala 2. Kerohanian. berkarakter. karakter yang karakteryang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

188

sekolah- Guru 3. Ekstrakulikuler. baik. 2. Penilaian yang


Bimbingan dan 4. Belajar di kelas. baik.
Konseling
Albinus Embu Sella, 1. Kegiatan belajar di kelas. Senang dapat Sangat 1. Untuk memahami A. Sebagai pemimpin/Pembina.
S.Pd 2. Kegiatan bimbingan. menjadikan siswa disayangkan bila perkembangan B. Mengkondisikan siswa.
3. Kegiatan kerohanian. semakin berkarakter. siswa tidak karakter siswa. C. Sebagai pembimbing siswa.
4. Kegiatan ekstrakulikuler. memiliki karakter. 2. Untuk D. Memberikan nilai-nilai
memudahkan dalam keagamaan.
penilaian sikap. E. Memberikan nilai-nilai
3. Mengetahui apa moral.
yang menjadi F. Memberikan kesehatan
keinginan siswa. jasmani.
G. Mengatur siswa dalam kelas.
H. Turut membantu pendidikan
karakter.
Marlina Malau, S.Pd.- 1. Berdoa setiap pagi sebelum 1. Siswa lebih mencintai 1. Kadang Supaya siswa semakin A. Memberikan masukan
Guru PPKN dan siang sesudah KBM. sesama. terdapat siswa memahami betapa mengenai karakter dan
2. Mendengarkan firman 2. Siswa lebih mampu yang tidak pentingnya penerapan pengambilan keputusan.
Tuhan dan merenungan bekerjasama dengan disiplin. karakter dalam B. Memberikan masukan.
setiap pagi. teman. 2. Terdapat kehidupan sehari-hari C. Memberikan masukan dan
3. Mengucapkan salam 3. Siswa lebih siswa yang dalam berbagai mengevaluasi tugas-tugas
sambil berjabat tangan menghormati dan tidak sopan lingkungan siswa.
dengan bapak/ibu guru. menghargai santun. D. Memberikan masukan.
4. Baksos. bapak/ibu guru. 3. Terkadang E. Memberikan masukan.
5. Kerja bakti. 4. Lebih rajin berdoa siswa asa yang F. Memberikan masukan.
6. Upacara bendera setiap dan beribadah. lupa berdoa G. Memberikan masukan.
senin. 5. Siswa semakin dan ribut saat H. Memberikan masukan.
7. Doa Angelus setiap jam 12 mengetahui lagu-lagu berdoa.
siang. wajib nasional dan 4. Siswa kadang
semakin cinta tanah malas
air. mengikuti
upacara
bendera.
Vesmor Filiarus Sitsus. 1. Mengunjungi Orang Sakit 1. Pendidikan sikap : Sejauh ini baik 1. Untuk membina A. Memberikan masukan
S.Pd.- Guru pendidikan Di RS. Setiap peserta didik saja tetapi ada dan mendidik sikap hingga mengusahakan
agama katolik- 2. Melayat Kerumah Duka. dan juga bapak/ibu beberapa hal yang peserta didik. rancangan.
pendidikan budipekerti. 3. Berdoa Rosario Bersama guru di sekolah mesti 2. Untuk B. Menyampaikan pendapat.
Di Goa Maria. sangat disiplin dan diberdayakan meningkatkan C. Menyediakan
4. Misa bulanan di gereja ST. baik. yaitu setiap guru minat belajar dan pendapat/gagasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

189

Lukas. 2. Pengetahuan : peserta harus mengtahuai prestasi. rancangan.


5. Memberikan sumbangan. didik belajar dengan tugas pokok dan 3. Untuk membina D. Menyampaikan gagasan/ide
6. Pembersihan tempat rajin dan disiplin. saling dan menampa bakat rancangan.
ibadat. 3. Keterampilan : mengevaluasi diri dan keterampilan. E. Menyampaikan gagasan
7. Pendalaman iman pada peserta didik ditempa terhadap setiap rancangan.
bulan september. keterampilannya. jenis kegiatan/hal. F. Menyampaikan gagasan
8. Terlibat dalam APP rancangan.
Keuskupan Angung G. Menyampaikan gagasan
Samarinda. rancangan, usulan,
9. Pembersihan lingkungan rancangan.
sekolah. H. Memberikan usulan,
10. Baksos. nasihat/petuah.

Yeni Susanti S.Pd.- 1. Berdoa setiap pagi sebelum 1. Siswa lebih mencintai 1. Kadang Supaya siswa semakin A. Memberikan masukan
Guru Bahasa Indonesia dan siang sesudah KBM. sesama. terdapat siswa memahami betapa mengenai karakter dan
2. Mendengarkan firman 2. Siswa lebih mampu yang tidak pentingnya penerapan memutusan.
Tuhan dan merenungan bekerjasama dengan disiplin. karakter dalam B. Memberikan masukan.
setiap pagi. teman. 2. Terdapat kehidupan sehari-hari C. Memberikan masukan dan
3. Mengucapkan salam 3. Siswa lebih siswa yang dalam berbagai mengevaluasi kasus siswa.
sambil berjabat tangan menghormati dan tidak sopan lingkungan hidup. D. Memberikan masukan.
dengan bapak/ibu guru. menghargai santun. E. Memberikan masukan.
4. Baksos. bapak/ibu guru. 3. Terkadang F. Memberikan masukan.
5. Kerja bakti. 4. Lebih rajin berdoa siswa asa yang G. Memberikan masukan.
6. Upacara bendera setiap dan beribadah. lupa berdoa H. Memberikan masukan.
senin. 5. Siswa semakin dan ribut saat
7. Doa Angelus setiap jam 12 mengetahui lagu-lagu berdoa
siang. wajib nasional dan 4. Siswa kadang
semakin cinta tanah malas
air. mengikuti
upacara
bendera

Hasil Pilihan Angket


Penilaian Pendidikan Evaluasi
Nama Responden,
Karakter Penilaian Hambatan dan Solusi Penilaian
Nama Sekolah Jabatan Structural, Pelaksanaan Penilaian Pendidikan Karakter
Pendidikan Pendidikan Karakter
Guru Matapelajaran
Karakter
4 5 7 3 5 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

190

SMP N 31 F. Sugeng Subagyo Secara langsung Masih ragu, Ya. Dari pengamatan, Adanya Bertanya kepada Adanya modul
PURWEREJO – Bimbingan dan dapat terlihat apakah Ada perubahan wawancara – konvesi parenting di pimpinan/yang yang baku, dapat
Konseling valid/tidak. sikap/tindakan nilai ke angka – awal tahun lebih membidangi mengukur capaian
deskripsi. ajaran baru. pendidikan karakter.
karakter.
Drs. Yuwandi Dapat memberikan Ya. Konversi dari angka ke
Purwantoro- penilaian karakter Terjadi huruf.
Prakarya peserta didik secara perubahan
langsung. tindakan siswa.
Rini Handayani – Langsung melihat Siswa yang Tidak. Berdasarkan nilai Guru maple, Perlu waktu yang Penilaian
Wakil Kepala ke siswa yang baik-baik sering angka – kemudian BK, wali kelas, banyak untuk menggunakan
Sekolah – Ilmu dinilai (terutama tidak tersentuh. dideskripsikan menurut bekerja sama mencermati standar
Pengetahuan Sosial yang bermasalah). konversi. untuk membuat penilaian yang baku/instrumen
nilai sikap diharapkan (kerja yang pas untuk
digunakan untuk sama dengan BK, menghasilkan
dasar kenaikan. wali kelas). karakter yang
diharapkan.
Triyono – Bahasa Dapat memberi Ya. Mengkonversi dari
Indonesia penilaian kenaikan Ada perubahan angka ke huruf.
peserta didik secara karakter siswa.
langsung.
Sugeng Wibowo – Hasil lebih nyata Waktu yang Memberikan arahan Sebagai dasar Memberikan 1. Direncanakan
Pembina Pramuka – dibutuhkan atau petunjuk tindakan pengertian lebih dengan lebih
Seni Budaya lebih banyak. pelaksanaan dan berikutnya. kepada siswa. baik.
evaluasi. 2. Perlu
kerjasama
semua warga
sekolah.
SMP N 7 Khairunnisa – Ilmu Mudah untuk Terlalu banyak Ya. 1. Pengelompokkan Peningkatan 1. Pendekatan 1. Jumlah siswa
CIREBON Pengetahuan Alam menilai. siswa. Perbedaan latar siswa. peran walikelas 2. Wawancara harus
belakang 2. Pendekatan lebih dan guru bidang 3. Observasi memadai.
keluarga siswa. mudah. studi. 2. Didikan oleh
orang tua.
Ernalia A. K – 1. Mudah dalam Kelas gemuk. Ya. Peneglompokkan siswa Pendampingan Melibatkan seluruh Perlu tindak
Koordinator BK – pengelolahan Tingkah laku dalam perilaku. komponen. lanjut.
Bimbingan dan 2. Lebih jelas. dan kebiasaan
Konseling belajar.
Yohanes Prayitno – 1. Mudah dalam Terlalu banyak Ya. Pengelompkkan siswa. 1. Pendamping 1. Koordinasi Perlu kontinuitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

191

Bimbingan dan pengelolahan siswa/ kelas 1. Kebiasaan an lebih dengan pihak dan tindak lanjut.
Konseling 2. Lebih jelas. gemuk. dalam ekstra terkait.
tingkah 2. Melalui 2. Melibatkan
laku. bimbingan seluruh
2. Kebiasaan baik komponen
belajar. individual sekolah.
maupun
kelompok.
Astrianingsih – Mudah memberikan Terlalu banyak Ya. 1. Pengelompokkan Peningkatan 1. Pendekatan 1. Jumlah siswa
Ilmu Pengetahuan nilai. siswa. Perbedaan latar siswa. peran wali kelas 2. Wawancara. yang relative
Sosial belakang 2. Pendekatan lebih dan guru bidang sesuai.
keluarga siswa. mudah. studi. 2. Peningkatan
elektibitas
dari masing-
masing guru
dan orang tua.
Anny Marfuah – 1. Lebih jelas. Terlalu banyak Pengelompokkan 1. Melalui 1. Melibatkan Perlu kontinuitas
Bimbingan dan 2. Mudah dalam siswa/kelas siswa. bimbingan seluruh dan tindak lanjut.
Konseling pengelolahan. gemuk. baik komponen
individu/kel sekolah.
ompok. 2. Koordinasi
2. Pendamping dengan pihak
an lebih terkait.
ekstra.
SMP SANTO Danu Mukti – Obyektif Kurang detil Ya Melihat catatan buku Tindak lanjut Berusaha mencari Menemukan cara
ALOYSIUS Bimbingan dan dan spesifik. Pengaruh tertulis siswa, sangat baik, referensi yang penilaian karakter
TURI Konseling negative dari mengelolah hasil karena relevan dan siswa yang
lingkungan yang asesmen. menyesuaikan konsultasi dengan efektif.
kurang baik kebutuhan ahli/pengawas.
bagi siswa.
perkembangan
siswa.
Agnes Natalia Lebih obyektif Kurang detil Ya. Bekerja sama dengan Sebagai 1. Mengevaluasi 1. Lebih intensif.
Endry Kecenderungan guru BK/Konselor pedoman kembali 2. Instrument
Krisnawardani – anak untuk sekolah untuk pemantauan kelemahan/keku lebih jelas dan
Kurikulum – bersikap karena menggabungkan nilai- siakp siswa rangan. lebih detil
Bahasa Inggris pengaruh nilai yang sudah dibuat dalam hidup 2. Koordinasi lagi.
teman/lingkung oleh guru sehari-hari baik bersama guru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

192

an malas dalam matapelajaran dan wali di sekolah, konselor,


banyak hal kelas sampai terdapat rumah maupun kepsek.
karena hasil akhir. lingkungan luar
pengaruh- sehingga
pengaruh luar, berkesinambung
kurang an dengan hasil
semangat. belajar.
Restuti Dwi Wahyu Lebih obyektif Kurang detil Ya. Bekerja sama antara 1. Untuk 1. Mengevaluasi 1. Penanganan
Handayani – Wakil Sikap dan BK, wali kelas, dan memantau kembali. lebih intensif
Kepala Sekolah – perilaku peserta guru matapelajaran sikap dan 2. Berkoordinasi 2. Perumusan
Seni Budaya didik banyak untuk menentukan perilaku bersama seluruh instrument
dipengaruhi hasil akhir. siswa dalam stake holder. penilaian
oleh teman dan kehidupan yang lebih
lingkungan. sehari-hari detail.
di manapun
berada.
2. Dikonsultasi
kan pada
orang tua
untuk
penanganan
anak, baik
di sekolah
maupun di
rumah.
Agustina Ambar Penilaian lebih Kurang lengkap Ya. Membandingkan hasil Menentukan Membuat Membuat
Purbayanti – obyektif Secara umum penilaian angket kebijakan/kegiat perencanaan dengan perencanaan dan
Bidang Kesiswaan karakter anak- dengan pengamatan an sekolah baik. penjadwalan
– Matematika dan anak baik, keseharian. untuk waktu dengan baik.
TIK hanya sebagian berikutnya.
kecil saja yang
kurang.
1. 2. No Name 3. Pengamatan Guru lupa Ya Jika siswa mandapat Dibicarakan Sharing 1. Semua guru
kelebihannya mencatat hasil 1. Siswa nilai K (C, D, E) maka dalam rapat pengalaman dalam menyadari
bisa dilakukan observasi mendapat pendampingan sekolah untuk rapat-rapat sekolah pentingnya
sambil terhadap siswa nilai B terhadap siswa tersebut mengukur dan pendidikan
melakukan karena jumlah apabila perlu lebih tercapainya visi mencari/browsing karakter.
tugas yang lain. yang banyak jumlah skor diefektifkan. misi sekolah. di internet. 2. Semua
4. Diperoleh data sehingga hasil yang Berkoordinasi dengan lembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

193

valid. observasi bagian didapat 5,5 semuayang terlibat. terkait


5. Angket: Siswa akhir saja yang – 6,8 Dan dimusyawarakan mendukung
mudah dibantu dirunut. 2. Siswa dalam rapat kenaikan dan
refleksi untuk mendapat kelas/kelulusan. memfasilitasi.
menilai diri nilai A
sendiri. apabila skor
yang di
dapat 6,9 - 8
3. Jika skor
kurang dari
5,5 nilainya
K.
1. SMP N 2 2. Drs. 3. Mudah 1. Perancanga Ya. 1. Memberikan 1. Dituangkan Mengkoordinasi 1. Pembekuan
PLAYEN Faturochman – mengetahui n penilaian1. Mengetahui tes/mengisi angket dalam guru/wali kelas, instrument
Kepala Sekolah hasil karakter karakter 2. Membuat program BK, dalam penilaian
pendidikan 2. Menganalisi individu skoring/rentang tahunan menyamakan pendidikan
karakter (sikap, s hasil setiap siswa, angka yang akan standar instrument karakter di
perilaku, penilaian. baik yang 3. Mengumpulkan datang penilaian sekolah
perbuatan, mengarah dan menghitung 2. Sebagai kepribadian. (distandarisasi
ucapan) ke perilaku instrumen serta bahan EDS kan)
4. Mampu untuk negative skoring 3. Penyempurn 2. Melibatkan
menunjukkan maupun 4. Menetapkan hasil aan peran orang
nilai positif isian instrumen instrumen/al tua dalam
kepribadian 2. Melanjutkan dengan skoring at penilaian penilaian
siswa baik dan 5. Menetapkan hasil pendidikan
dalam bentuk memperbaik skoring dalam karakter siswa
angka maupun i program bentuk predikat
kategori tahunan di (A,B, C)
bidang
pendidikan
karakter
M. Lathifah – Kita langsung Kurang tertib Ya. 1. Dilihat data-data Yang sudah 1. Sementara 1. Diadakan
Bimbingan dan mengetahu karakter dalam Secara umum si perkembangan berkarakter dengan pedoman dan
Konseling siswa dan mendokumentas A memiliki perilaku siswa dari bagus diberi observasi/ instrument
perkembangannya ikan (tidak karakter baik awal-akhir apresiasi dan pengamatan yang jelas dan
semua sekali/amat semester bagi yang belum sikap/ TL, mudah
terdokumentasik baik, baik, 2. Jika pada baik karakternya wawancara/ko dipahami
an pada semua kurang. bimbingan, anak selalu munikasi. guru.
siswa) dibimbing. dibimbing. 2. Menilik 2. Bimbingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

194

3. Memberi penilaian catatan-catatan teknologi dari


siswa. lembaga yang
berkompeten.
1. 2. Yuliana Sulastri 3. Langsung Kurang Ya. 1. Melihat data 1. Perencanaan 1. Membaca buku- 1. Pedoman dari
– PPKN/PKN mengetahui didokumentasik Bisa menilai perkembangan 2. Pembimbing buku karakter pemerintah.
perkembangan an secara tingkat karakter karakteristik siswa. an 2. Diskusi antar 2. Ada berbagai
karakteristik terprogram siswa 2. Membuat tindak 3. Menyimpul guru pelatihan/bint
siswa A : amat baik lanjut. kan 3. Mengikuti ek/workshop/s
4. Tindak lanjut B : Baik 3. Menyimpulkan. 4. Diberi berbagai eminar dari
untuk C : Cukup apresiasi bintek/pelatihan berbagai
pembimbingan dengan lembaga.
pemberian
reward
(penghargaa
n)
Bambang Dira Dapat digunakan Tidak dapat Ya. Dari sikap, tindakan Bagus dapat Saling komunikasi Ada evaluasi
Susila – Bahasa untuk tindak lanjut, setiap siswa Memberi nilai siswa dalam kegiatan membuat antar guru, PKN, berkala.
Indonesia memperdulikan toleransi dengan setiap siswa, belajar mengajar di karakter lebih Agama, BP,
siswa dalam baik. sikap dan kelas dan di luar kelas. baik dari hari ke Kepsek, kurikulum.
bersikap. kepribadian. hari.
No Name Bisa langsung Kurang tertib Ya. Dilihat dari catatan 1. Selalu Dengan Ada
mengetahui dalam Secara umum si harian siswa dan mendapat mengobservasi dan model/pedoman/i
karakter siswa mendokumentas A memiliki perkembangan bimbingan menilai sikap siswa nstrumen yang
ikan data karakter baik kepribadian siswa. bagi siswa sehari-hari. jelas untuk
sekali/ amat yang menilai karakter
baik/ baik/ karakternya siswa.
kurang baik. masih
kurang.
2. Diberikan
penghargaan
bagi siswa
yang
karakterna
baik.
SMP N 4 WATES Wantinem – Pengamatan Pengamatan Ya. Dari pengamatan dan Tindak lanjut Mengembangkan Komitmen
Wakasek merupakan bukti hanya sebatas di Sikap dan penilaian antar teman yang instrument yang bersama
Kurikulum - nyata perilaku sekolah saja. perilaku baik. kemudian memerlukan lebih tepat. seluruh stake
Matematika siswa. dideskripsikan. penanganan holder.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

195

khusus di
serahkan ke
guru BK dan
wali kelas.
Mahmuda – Dapat membentuk Kurang valid Ya. Pengumpulan data Di Pendekatan secara Kekompakkan
Bimbingan dan karakter siswa yang dalam Ada beberapa dulu, kemudian di musyawarakan face to face kepada antar semua
Konseling baik. mengukur yang masih musyawarakan dengan di dalam rapat siswa. pihak.
karakter siswa. belum mentaati semua siswa dewan guru.
atau melakukan
kesalahan.
Sugaib Suhatmoko Mengamati sikap Tidak semua Ya. Data yang sudah Dimusyawaraka Pendekatan dengan Dengan guru-guru
– Bimbingan dan anak di sekolah. siswa dapat Ada beberap terkumpul di bahas dan n oleh semua anak yang punya mendukung
Konseling diamati dengan anak yang dimusyawarakan guru masalah. program yang
baik. masih tidak bersama. sudah disepakati
bersikap sopan. bersama.
Huly Sumarlen - Teknik pengamatan Karena jumlah Ya. Setelah data terkumpul, Dibicarakan dan Pendekatan secara Agar semua
PPKN tentang perilaku siswa yang Ada beberapa kemudian semua bapak simusyawarakan pribadi dengan komponen
anak dalam banyak, kadang anak yang ibu guru membahas dengan dewan anak-anak yang sekolah
kehidupan di kita tidak bisa belum bisa hasil data tersebut guru semua. bermasalah. mendukung dan
sekolah. mengawasi menghargai kemudian melaksanakan
semuanya. orang lain. dimusyawarakan dengan tujuan
bersama. yang sama.
Wasiyem – Dapat melihat, Tidak Ya. Siswa diberikan tugas Dimusyawaraka Pendekatan Kekompakkan
Pendidikan Agama menilai tentang mengutamakan Kesimpulan: (angket), melakukan n dalam rapat terhadap siswa antar dewan guru
Islam hasil belajar anak, nilai siswa terbiasa sebuah tindakan atau dewan guru. secara face to face. dan semua pihak
sikap anak, dalam pengetahuan untuk aksi nyata yang yang terkait.
kehidupan sehari- (intelegensi) melakukan hal berhubungan dengan
hari. anak namun yang terbaik nilai-nilai karakter
kebiasaanlah yang sangat yang diketahui dan
yang bermanfaat bagi ditandatangani oleh
diutamakan. kehidupannya wali murid di rumah
baik hidup dan diserahkan pada
dalam dunia ini guru setiap minggu.
lebih-lebih (Angket)
sangat
bermanfaat bagi
lingkungan
mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

196

SMP N 2 Sunarso - Mudah dalam Kurang Ya. 1. Disiapkan daftar 1. Temuan Membangun Memudahkan
GIRIWOYO Kesiswaan- Ilmu pelaksanaan karena spesifik/detail 1. Tindakan nilai pengamatan siswa yang kesadaran semua semua komponen.
Pengetahuan Sosial cukup pengamatan dalam capaian ekstriem sikap. positif pihak.
langsung. yang atas/menonj 2. Pengisisan dipanggil
dinilai/item ol/positif berdasarkan dan di
karakter 2. Tindakan temuan yang motivasi.
ekstrem bersifat ekstrem 2. Temuan
bawah/negat positif/atas dan siswa yang
if ekstrem negative
bawah/negatif dipanggil di
tekankan
kelemahann
ya.
Endah Rosita Mengamati bakat Belum Belum mencoba Bimbingan
Kurniasih – siswa serta menganalisis kelompok dalam
Bimbingan dan kecenderungannya proses KBM
Konseling
Elisabeth Srilestari Kurang obyektif Ya. 1. Ditentukan Masih mencari Mohon diberi soal
– Ekstra Pembina Kesimpulan komponen acuan yang tepat tes yang dapat
Pramuka karakternya penilaian untuk penilaian mengukur capaian
baik. 2. Penilaian skala 1- karakter. karakter.
100 lalu dikonversi
ke A-E.
Dra. Dwi Harmini -
PPKN
SMP K SANTA Maria Marsiti – Dengan Hasil kadang Tidak Masing-masing guru Perlu terus Mengikuti seminar, Ada bentuk tes
MARIA II Document Control pengamatan tidak sama dari menilai sikap siswa, menerus emamhami karakter yang bisa menilai
MALANG – Bimbingan dan langsung bisa masing-masing diolah menjadi nilai dilakukan, siswa, kerja sama karakter dan
Konseling berhadapan dengan guru. sikap akhir. dievaluasi dan dengan guru, orang menggambarkan
siswa. dikembangkan. tua. secara tepat
karakter siswa
tersebut.
Theresia Sri Saling mendukung Kurang ada tes Tidak Dilihat dari sikap dan Perlu 1. Mengikuti Ada tes baku,
Wahyuni – Tim dan melengkapi untuk lebih perilaku siswa dilaksanakan seminar sehngga dapat
Kurikulum – mendalami dibandingkan dengan secara continue pendidikan mengukur dengan
Bimbingan dan karakter siswa hasil belajar serta hasil dan karakter tepat sesuai
Konseling tes IQ. pengembangan 2. Kerjasama perkembangan
lebih lanjut. dengan orang zaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

197

tua
Regina Mayura Dengan Teknik Tidak. Nilai pendidikan Ditindaklanjuti Membuat angket Pendidikan
Agni – Bahasa pengamatan, bisa pengamatan karakter tersebut dengan endekati dan checklist sesuai karakter harus
Inggris mengamati dan mungkin termasuk dalam nilai siswa yang petunjuk dan lebih ditekankan,
menilai setiap saat. memberikan sikap. Nilai sikap dari bermasalah, pedoman kegiatannyadibuat
hasil yang tiap maple konsultasi dan pemerintah. lebih detail, ada
berbeda-beda digabungkan dan terus mengawasi penilaian
tiap guru. diolah menjadi nilai perkembangann terjadwal dan
sikap akhir. ya. tindak lanjut.
R. Aldo Aggasi – Ya.
Bahasa Indonesia Hanya
kesimpulan
singkat
bagaimana
kepribadian dan
latar belakang si
anak.
SMP XAVERIUS Maleluan Pramana Semakin kompleks Membutuhkan Ya. Saya tidak tahu persis Pendidikan 1. Merencanakan Seluruh dewan
I PALEMBANG – Bimbingan dan assesmen yang waktu dan Pendidikan karena saya tidak karakter perlu ulang guru
Konseling digunakan maka tenaga yang karakter akan terlibat di dalamnya. dilaksanakan pendidikan melaksanakan
semakin lebih banyak berhasil jika dengan karakter yang penilaian karakter
berpengaruh untuk didukung oleh konsisten dan akan dan saling
terhadap validitas mengumpulkan stake holder berkesinambung dilaksanakan mendukung
hasil. data dan sekolah dan an dengan (waktu) terhadap
membandingkan orang tua di melihat hasil 2. Mencari kebijakan sekolah
hasil/setiap rumah. evaluasi referensi (buku) dengan tujuan
assemen. Dukungan sebelumnya. untuk untuk
teman sebaya pengembangan mengembangkan
juga sangat asesmen. karakter siswa.
penting.
Rafael sukasah - objektif Ya. Mengelolah dari 1. Mengevaluasi 1. Mendatangka
PKN angket, observasi. 2. Mencari n narasumber
formulasi 2. Formulasi
instrumen yang model
tepat instrument
lain.
Catarina Lis Ya.
Wahyuni –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

198

Bimbingan dan
Konseling
SMP N 1 Suparjo – Kepala
GEDUNGAJI Sekolah - PKN
BARU
Siti Fatonah –
Pendidikan Agama
Islam
Yusmala Adinta – Hasil penilain Ya.
Ilmu Pengetahuan kurang obyektif. Karakter siswa
Sosial masih sulit
untuk
diperbaiki.
Ngatiyem – Bahasa Ya.
Indonesia
Adi Setiawan - Ya. Hanya melakukan Ditindaklanjuti Diadakann diklat
PKN Perilaku siswa pengamatan dan oleh waka tentang
yang kurang disimpulkan. kesiswaan dan pendidikan
disiplin, kurang wali kelas. karakter bagi
sopan, dan guru-guru,
rendahnya tersedia soal-soal
motivasi belajar. tes, diadakan tes
setiap akhir
semester.
SMP N 7 Ira Suci Febrianti - Untuk lebih Terkadang tidak Mengumpulkan data – Melakukan Diharappkan ada Lebih senang
Pangkalpinang Guru Bimbingan memudhkan dalam siswa tidak jujur data dan tindak lanjut ahli, model yang diadakan
dan konseling mengetahui dalam mengisi menyimpulkan hasil terhadp dapat dijadikan sosialisai tentang
perkembangan pen tes yang dari ters yang diberikan penilaian acuan dalam pendidikan
karakter siswa diberikan pendidikan pendidikan karakter karakter
karakter disekolah/walli
siswa, semua
warga sekolah
Purnama Dewi – Untuk Terlalu banyak tidak Bahan menganalilis Melakukan Kami hendaklah lebih di
Guru Matimatika memudahkan data masalah- dan mengolah data pembinaan mengharapkan tingkatkan lagi
penilian pendidikan masalah dan hasil penilaian terhadap adanya ahli atau atau disosialisasi
karakter yang telah terlalu banyak pendidikan karakter penilian orang yang paham tentang
dilakukan bahan-bahan pendidikan sekali tentang pendidikan
yang diperlukan karakter pendidikan karakter karakter di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

199

dalam disekolah serta menjelaskan sekolah, karena


pendidikan tentang teknik dan pendidikan
karakter cara dalam penilian karakter di
pendidikan karakter sekolah kami
belum maksimal
dilaksanakan
Laila Intan G – 1. tes tertulis Susah Hasil penilian Dengan menggunakan Harus lebih di Sekolah harus Hendaknya
Guru PKN 2. tes lisan menentukan tidak sesuai tes dan skala sikap sosialisasikan membatasi jumlah penilaian
3. sikap interval skala dengan yang baik kepada siswa dalam pendidikan
sikao diharapkan pihak sekolah rombongan belajar karakter sudah
maupun orang ada pedoman
tua dan khusus, sehingga
lingkungan guru lebih fokus
sekolah
Indrarita Y S – 1. tes lisan Susah untuk Hasil penilian Dengan menggunakan Agar lebih Harus membatasi Hendaknya
Guru pendidikan 2. tes tertulis menentukan tidak tes skala sikap disosialisasikan jumlah rombongan penilaian
agama islam 3. sikap skala sikap memuaskan kepada semua belajar disekolah pendidikan
siswa karena tidak yang terlibat karakter sudah
sesuai dengan memiliki
yang diharapkan perencanaan
khusus
Marlina – kepala Membantu siswa Terlalu banyak tidak Saya belum pernah 1. Tindak lanut Belajar melalui Diadakannya
sekolah dalam memiliki menyita waktu melakukan analisis dan bahkan sekolah yang telah pelatihan-
keberhasilan dan terlalu mengolah data hasil dilakukan secara melaksanakan pelatihan
pendidikan karakter banyak bahan- penilian pendidikan antusiasnime pendidikan karakter
bahan yang karakter 2. melakukan secara maksimal
diperlukan pembinaan
dalam terhadap
pendidikan penilian
karakter pendidikan
karakter
SMP Fransiskus Sr. Oktavic Purba Memahami karakter Kurang Menunjukan Menyebarkan angket Melakukan Konsultasi dengan Melakukan
Asisi FSE.S.Pd.-kepala siswa dengan baik. memehami karakter yang dan mengolahnya. asesmen yang lebih asesmen agar
sekolah- Guru karakter siswa. semakin baik. berbasis mengetahui. siswa mwmiliki
Bimbingan dan karakter. karakter yang
Konseling baik
Albinus Embu Dapat mengetahui Kurangnya Kesimpulan Caranya dengan Tindak Berkonsultasi Terus melakukan
Sella, S.Pd dan memahami keterbukaan dari paling umum memberikan angket lanjutnya ialah dengan yang lebih penilaian asesmen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

200

karakter siswa siswa maupun siswa dapat dan mengolahnya terus melakukan memahami agar agar siswa
dengan baik. guru. menunjukan sesuai petunjuk. asesmen mudah untuk memiliki karakter
karakter yang pendidikan melanjutkannya. yang baik.
baik. karakter agar
siswa semakin
berkembang.
Marlina Malau, Lebih subjektif Kadang sulit Siswa paham Dengan 1. Tetap Berkoordinasi Kerjasama yang
S.Pd.- Guru PPKN sehingga lebih mengikuti setiap dengan caramemberukan 100 mengawasi dengan guru-guru baik antara warga
mudah dalam tindakan siswa pendidikan poin diawal tahun tindakan sekolah dalam
mengevaluasi. tersebut. karakter yang ajaran. Setiap setiap siswa. penerapan
diterapkan oleh pelanggaran terhadap 2. Memberikan karakter dalam
sekolah namun karakter dikurangi motivasi. lingkungan
sulit berdasarkan ketentuan sekolah.
menerapkan yang ditetapkan.
nya. Contoh : siswa yang
terlambat masuk
setelah jam istirahat
dikurangi poin 3.
Vesmor Filiarus Lebih bersifat Kadangkala ada Siswa Dengan cara 1. Bapak/ibu Kerjasama dan Kerjasama yang
Sitsus. S.Pd.- Guru subjektif sehingga kesulitan dalam memahami memberikan 100 poin guru dan saling baik dengan
pendidikan agama memudahkan mengevaluasi pendidikan kepada setiap peserta komite berkoordinasi warga sekolah
katolik- pendidikan bapak/ibu guru setiap tindakan karakter yang didik diawal tahun sekolah tetap dengan para guru. dalam Penerapan
budipekerti. mengevaluasi peserta didik diterapkan oleh ajaran pada buku mengevaluas karakter di
peserta didik. tersebut. sekolah namun pribadi, setiap i setiap lingkungan
ada kesulitan pelanggaran terhadap karakter sekolah
yang dihadapi aturan sekolah maka siswa.
tetapi dengan akan dikurangi sesuai 2. Memberikan
jesulitan itu, dengan ketentuan yang motovasi
bapak/ibu berlaku. dan nasehat.
guru/komite
mencari
solusinya.
Yeni Susanti S.Pd.- Bersifat subjektif Kadang sulit Siswa paham Dengan 1. Tetap Berkoordinasi Kerjasama yang
Guru Bahasa sehingga mudah mengikuti setiap dengan caramemberukan 100 mengawasi dengan guru-guru. baik antara warga
Indonesia dalam tindakan siswa pendidikan poin diawal tahun tindakan sekolah dalam
mengevaluasi. tersebut. karakter yang ajaran. Setiap setiap siswa. penerapan
diterapkan oleh pelanggaran terhadap 2. Memberikan karakter dalam
sekolah namun karakter dikurangi motivasi. lingkungan
sulit berdasarkan ketentuan sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

201

menerapkan yang ditetapkan.


nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

203

DOKUMENTASI

203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

208

Anda mungkin juga menyukai