Anda di halaman 1dari 2

Menjaga Loyalitas Pelanggan ...

Bisnis Retail adalah bisnis yang bersentuhan langsung dengan masyarakat banyak.
Customer dari jenis bisnis ini sangatlah heterogen. Memiliki banyak sekali
faktor unik yang berbeda-beda.

Supaya bisnisnya bisa tetap berjalan dengan baik, pelaku bisnis retail harus
pandai-pandai meraih hati para pelanggannya.

Bicara tentang cara meraih hati para pelanggannya, kita mungkin bisa mencoba
mengambil pelajaran dari trik-trik yang digunakan oleh para pelaku bisnis retail
yang benar-benar terjun ke masyarakat. Misalnya saja para tukang sayur, tukang
dagin/ikan keliling, dan para pedagang keliling lainnya.

Jika kita perhatikan, biasanya pada momen tertentu seperti pada saat bulan
Ramadhan menjelang Lebaran, para tukang sayur akan memberikan "THR" kepada
ibu-ibu pelanggannya. Adapun yang disebut dengan THR ini dapat berupa kue
kaleng, minyak goreng, dan bingkisan khas ibu-ibu lainnya.

Meski jika dilihat dari nilai, THR dari tukang sayur ini tidak seberapa, namun
terbukti berhasil "membeli" hati para ibu. Mereka jadi pelanggan setia tukang
sayur ini.

Selain itu, keberadaan tukang sayur akan diikuti dengan berkerumunnya ibu-ibu.
Sambil memilih sayuran/bumbu apa saja yang akan dibeli, secara naluriah para ibu
yang berkumpul ini akan berinteraksi satu sama lain, saling berbagi ide memasak
hari ini, berbagi cerita, bahkan tak jarang bergosip.

Secara tidak langsung tukang sayur ini menyediakan tempat buat para ibu untuk
"hang out", berkumpul dengan sesama ibu-ibu dan melakukan hal-hal yang disenangi
ibu-ibu. Disadari atau tidak oleh tukang sayur, tempat dia berjualan telah
mempunyai nilai tambah tersendiri, yakni menjadi tempat bersosialisasi bagi para
pelanggannya. Dan efek positifnya kembali ke tukang sayur sendiri, karena
dagangannya laku lebih banyak.

Lain halnya dengan tukang daging keliling. Produk yang mereka jajakan mungkin
hanya satu jenis saja yakni daging. Dan sepertinya, karena dagangannya hanya
satu jenis, maka para pembeli pun tidak akan berlama-lama berada di tukang
daging tersebut.

Namun kondisi ini tetap bisa disiasati oleh pedagang daging tersebut. Untuk
meraih hati pelanggan, mereka memberikan nomor telpon dan menerima pesanan.
Dengan demikian para ibu tidak perlu lagi menunggu-nunggu tukang daging lewat,
cukup menghubungi tukang daging tadi lewat telpon atau aplikasi pengirim pesan,
kemudian memberitahukan jenis daging pesanannya. Bisa daging ayam utuh 1 ekor,
daging ayam fillet, paha bawah saja, sayap saja, ceker saja, atau bahkan ada
yang memesan jeroannya saja. Tak lama daging yang dipesan tersebut, dikirim ke
rumah.

Selain itu tukang daging ayam ini selalu menjaga daging ayam jualannya selalu
segar. Dia tidak pernah menjual daging ayam kemarin. Pagi-pagi sekali dia akan
ke pasar, membeli ayam hidup dan memotongnya saat itu juga. Kemudian
memprosesnya menjadi berbagai jenis produk sesuai pesanan atau kebutuhan
terbanyak. Setelah semuanya rapi, baru berangkat keliling.
Dengan cara ini, tukang daging ayam selalu menyediakan barang berkualitas bagi
pelanggannya. Tak heran jika para ibu setia menjadi pelanggannya.

Strategi penjual sayur dan tukang daging ayam ini sepertinya bisa diterapkan di
bidang bisnis retail yang lainnya, dalam berbagai skala. Kita bisa menerapkan
ide dasarnya kemudian diterjemahkan menjadi langkah-langkah strategi yang sesuai
dengan bidang dan skala bisnis retail kita.

Ide dasar tersebut diantaranya:


- Hubungan Personal. Pemberian THR, meski hanya sekedar kue kaleng, atau minyak
goreng, dapat membuat para ibu merasa diperlakukan spesial oleh penjual sayur.
Kita juga dapat melakukan hal serupa, dengan memberikan hadiah/THR yang bersifat
personal kepada pembeli/pelanggan/customer kita. Dengan ini para pelanggan
merasa dirinya adalah orang yang spesial dimata penjual.

- Memberikan nilai lebih pada bisnisnya. Para ibu betah berkumpul di tukang
sayur, meski itu di pinggir jalan atau di sudut lapangan. Dengan demikian tempat
tukang sayur ini berada mempunyai nilai yang lebih dari sekedar tempat jualan
sayur, namun jadi tempat berkumpul bersosialisasi. Para pemilik bisnis juga
dapat menerapkan strategi yang serupa, memberikan nilai lebih pada tempat
bisnisnya dalam berbagai bentuk. Bisa sarana bermain anak, food court, atau
kalau perlu menyediakan semacam co-working space. Kenapa tidak. Sehingga para
pelanggan mendapatkan sesuatu yang lebih ketika dia berbelanja di tokonya.

- Memanfaatkan sosial media. Masyarakat sekarang sebagian besar sudah


"terkoneksi" ke internet dan mengkonsumsi berbagai informasi di sosial media.
Maka pemilik bisnis sebaiknya memanfaatkan sosial media untuk tetap menjalin
hubungan dengan para pelanggannya lewat dunia maya. Selain itu sosial media juga
dapat dimanfaatkan untuk memperluas cara dan media untuk bertransaksi.

- Harga bersaing. Tidak bisa dipungkiri, harga memang memegang peranan penting
ketika pelanggan sedang dalam proses pengambilan keputusan, apakah akan membeli
suatu produk atau tidak. Para pemilik bisnis dapat memformulasikan penetapan
harga pada barang-barang yang dijual, semenarik mungkin sehingga pelanggan
mendapatkan barang-barang dari tokonya dengan harga yang membuat mereka "puas"
dan "tenang".

- Menerapkan semangat dan cara berfikir yang sama kepada semua karyawan. Jika
toko kita termasuk besar dengan banyak karyawannya, adalah penting jika kita
membuat semua karyawan mempunyai semangat dan cara berfikir yang sama. Sehingga
dari semua jenjang dan bidang, para karyawan akan mempunyai semangat dan cara
berfikir untuk bagaimana menjaga kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan.

Demikianlah beberapa ide dasar yang bisa kita terapkan pada bisnis retail kita
dengan mengambil pelajaran dari tukang sayur keliling dan tukang daging ayam
keliling yang telah terbukti berhasil menjaga loyalitas para pelanggannya.

Anda mungkin juga menyukai