Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sehat bukan hanya sekedar sehat jasmani dan badan saja, akan tetapi

hal ini juga mencakup akan kesehatan kita secara mental jiwa dan juga

spiritual sosial kita juga. Kesehatan merupakan suatu pandangan akan

kondisi yang fleksibel antara kesehatan badan jasmani dengan kesehatan

mental rohani yang dibedakan dalam sebuah rentang yang selalu

berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan

hidup dari kebahagiaan sehat (Dr.Asriwati,S.Kep dkk, 2019)

Lingkungan merupakan semua kondisi internal dan eksternal yang

memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan perilaku seseorang

atau kelompok. Lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam

tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosional dan

kepribadian) serta proses pemicu stres biologis (sel maupun molekul) yang

berasal dari dalam tubuh individu. lingkungan eksternal dapat berupa

keadaan secara fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu

dan dipersepsikan suatu ancaman (Nursalam, 2013).

Faktor yang mempengaruhi kesakitan dan kematian seseorang pada

masa ini bermacam-macam, mulai dari faktor individu maupun faktor

lingkungan. Aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi kesehatan

masyarakat dan harus menjadi perhatian khusus oleh setiap kalangan agar

terus menjaga kesehatan baik itu secara eksternal maupun internal, dan pada

1
2

saat ini penyakit terbesar yang mengancam kesehatan masyarakat terutama

negara-negara berkembang di dunia adalah penyakit yang disebabkan oleh

gangguan kardiovaskular atau jantung. Jantung merupakan organ yang ada

pada manusia memiliki empat ruang, terletak di belakang tulang dada di

dalam rongga toraks di antara paru-paru, yang memiliki fungsi sebagai

pompa untuk mengalirkan atau mengedarkan darah ke seluruh tubuh (Evu

Luvina Dwisang, 2013).

Gangguan kardiovaskular meliputi keadaan yang mengganggu

kemampuan jantung untuk memompa, keadaan yang menganggu aliran

darah didalam pembuluh darah koroner atau serebral, dan penyakit vaskular

perifer yang mengganggu aliran darah ke area lokal misalkan ekstremitas

(Caroline Bunker Rosdahl dan Mary T.Kowalski, 2015).

World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17, 5

juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari

56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 75% kematian akibat

penyakit kardiovaskular terjadi di Negara berkembang yang berpenghasilan

rendah sampai sedang (Kemenkes, 2017).

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki

penghasilan rendah sampai sedang, dan hal ini membuat kesehatan pada

masyarakat menjadi buruk terutama penyakit jantung. Survei Sampel

Regristrasi sistem (SRS) pada 2014 di Indonesia menunjukkan, Penyakit

Jantung Koroner (PJK) menjadi penyebab kematian tertinggi pada semua

umur setelah stroke, yakni sebesar 12,9%. Kemenkes imbau masyarakat

agar melakukan cek kesehatan secara berkala, menjauhi asap rokok, rajin
3

beraktifitas fisik, diet yang sehat dan seimbang, istirahat yang cukup dan

kelola stress (CERDIK) untuk mengendalikan factor resiko PJK (Kemenkes,

2017).

Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk

penyakit Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari

prevalensi tersebut, angka tertinggi ada di provinsi Nusa Tenggara Timur

(4,4%) dan terendah di provinsi Riau (0,3%). Menurut kelompok umur, PJK

paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74 tahun (3,6%) diikuti

kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun

(2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%). Sedangkan menurut status

ekonomi terbanyak pada tingkat ekonomi bawah (2,1%) dan menengah ke

bawah (1,6%) (Kemenkes, 2017).

Menurut laporan kasus penyakit tidak menular kota jambi pada tahun

2017 terdapat 41,63% kasus PJK di kota jambi, dan puskesmas tertinggi

yang memiliki kasus PJK terbanyak adalah puskesmas Simpang IV Sipin

yaitu 32%. Sedangkan pada tahun 2018 terdapat penurunan kasus sebesar

890,6% dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga total keseluruhan kasus

PJK pada tahun 2018 yaitu sebesar 32,72%, walaupun mengalami

penurunan jumlah kasus PJK, namun puskesmas simpang IV Sipin tetap

menjadi puskesmas yang memiliki kasus PJK terbesar dari puskesmas yang

lainnya di kota Jambi yaitu sebanyak 25% kasus PJK (Dinkes Kota Jambi,

2018).

Penyakit arteri Koroner atau jantung koroner (PJK) terjadi ketika

arteri yang mensuplai darah untuk dinding jantung mengalami pengerasan


4

dan penyempitan. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pasokan oksigen

dan zat gizi ke jaringan miokard karena terbatasnya aliran darah Koroner.

Berkurangnya aliran darah dapat mengakibatkan terjadinya sindrom coroner

yaitu angina atau miokard infark (Dr. Lyndon Saputra, 2014)

Hasil penelitian oleh Fentia Budiman dkk (2015), yang sejalan

dengan penelitian Ade Sutrimo (2014), terdapat 18 responden yang

berpendidikan rendah dari 21 sampel yang diteliti memliki kecemasan berat.

Menurut Stuart dan Sundeen (2000) dalam Ade Sutrimo (2014), tingkat

pendidikan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut

mudah mengalami kecemasan, disebabkan kurangnya pengetahuan

seseorang. Sesuai dengan hal tersebut, maka peneliti berpendapat bahwa

tenaga medis wajib memberikan health education terhadap pasien IMA

dengan kecemasan, agar pasien mampu mengolah informasi ataupun

pendidikan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam

meminimalisir kecemasan pasien IMA (Fentia Budiman dkk, 2015).

Sejalan dengan penelitian Byme, Walsh, Murphy (2005) adanya

persepsi diri yang baik tentang penyakit yang diderita oleh pasien infark

miokard dihubungkan dengan perilaku dan gaya hidup yang dijalani pasien.

Penelitian menyimpulkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi

responden dengan kemampuan responden melakukan pencegahan sekunder

faktor risiko penyakit jantung koroner. Hal ini sesuai dengan penelitian

Becki, 2009, kondisi depresi pada penyakit jantung koroner seringkali

mempengaruhi motivasi seseorang dan tingkat pengetahuan (Lina Indrawati,

2014)
5

Permasalahan psikososial pada pasien PJK menjadi hal yang sangat

penting untuk diperhatikan. Beberapa literatur serta penelitian menunjukkan

hubungan yang sangat erat antara masalah psikososial dan PJK. Gustad,

Laugsand, Janszky, Dalen, dan Bjerkeset (2014) menyatakan bahwa pasien

dengan PJK seringkali mengalami cemas dan depresi. Sedangkan kejadian

cemas dan depresi pada pasien PJK dapat menimbulkan permasalahan yang

lebih buruk bagi penderitanya, sebagai akibat dari respon fisiologis yang

menyertainya. Hal ini dijelaskan bahwa kedua masalah tersebut dapat

memengaruhi jantung secara langsung karena dapat meningkatkan

kebutuhan oksigen jantung dan meningkatkan beban kerja jantung (Lewis,

Heitkemper, dan Dirksen 2010).

Permasalahan psikososial yang dapat meningkatkan rekurensi serta

menurunkan kualitas hidup paling tinggi pada pasien PJK adalah depresi.

Depresi dapat menyebabkan kualitas hidup lebih rendah sebanyak 5,4 kali

dibandingkan pasien PJK yang tidak depresi, serta kemungkinan dapat

meningkatkan rekurensi karena efeknya dapat memperburuk kondisi pasien

dengan PJK bahkan menurunkan kualitas hidup. Berdasarkan hal tersebut

permasalahan psikososial terutama depresi perlu mendapatkan perhatian

lebih baik. Pengkajian tentang faktor apa saja yang berhubungan dengan

kejadian depresi perlu diketahui, agar upaya antisipasi maupun

penanganannya dapat lebih tepat dan cepat (Nuraeni et al, 2016)

Pencegahan agar tidak terulangnya kembali serangan jantung, pasien

dengan PJK perlu melakukan perubahan gaya hidup. Seperti perubahan


6

dalam pola diet, kebiasaan merokok, pembatasan aktivitas, serta

pengendalian stres dan kecemasan. Kondisi ini justru dapat memicu

timbulnya stres baru, ditambah lagi perubahan dalam kondisi fisik dan

perubahan peran yang terjadi akibat sakit yang berkepanjangan. Beberapa

penelitian mengungkapkan bahwa stress, depresi, rendahnya dukungan

sosial dan spiritual dapat meningkatkan perburukan kondisi penyakit pada

pasien dengan PJK (Aldana et al., 2006; Fukuoka, Lindgren, Rankin,

Cooper, & Carroll, 2007; Davidson et al., 2013). Beberapa penelitian

lainnya mengungkapkan masih tingginya angka cemas dan depresi pada

pasien PJK di Indonesia (Krisnayanti;Widiyanti, 2013) sehingga pasien

mengalami komplikasi dan perburukan yang jumlahnya cukup tinggi seperti

penurunan kualitas hidup dan lainnya. Penelitian lain yang dilakukan di

Singapura menunjukkan hasil bahwa tingkat pendidikan dan depresi secara

signifikan dapat memprediksi kondisi fisik pasien sedangkan umur,

kecemasan dan depresi dapat memprediksi kesehatan mental pasien dengan

penyakit jantung (Muhammad et al., 2014).

Ketika seseorang dihadapkan pada stres, tubuhnya bereaksi dengan

cara memicu produksi berbagai zat kimia atau hormon, seperti epinefrin,

yang bersiap untuk lari dari bahaya atau memerangi suatu serangan.

Akibatnya denyut jantung dipercepat, peningkatkan pasokan darah ke otot;

glukosa dan lemak membanjir ke dalam aliran darah untuk memasok energy

tambahan; tekanan darah meningkat; dan aliran darah dialihkan dari saluran

usus ke area-area yang lebih penting seperti jantung dan otak. Stres dapat

merupakan faktor penting yang mendorong orang untuk merokok, minum


7

alkohol, dan menyalahgunakan obat-obatan. Manajemen stress yang

berhasil bertujuan menghindari semua akibat tersebut dengan cara mengajari

strategi-strategi terbaik untuk merespons stress ( Robert M. Youngson, M.D.

dkk, 2009).

Sebagai seorang perawat, kita memiliki tanggung jawab untuk

memperoleh dan mempertahankan pengetahuan dan keterampilan bagi

berbagai peran dan tanggung jawab professional. Di masa lalu, peran utama

perawat adalah melayani dan membuat nyaman saat melakukan tugas

keperawatan tertentu. Namun pada saat ini, perubahan pada keperawatan

telah memperluas peran keperawata professional dalam menekan pada

dukungan kesehatan dan pencegahan penyakit serta perhatian kepada klien

(Potter Perry, 2009)

Perawat harus dapat memberi bimbingan terhadap masalah klien

sehingga pemecahan masalah akan lebih mudah dilakukan. Depresi menjadi

faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup pasien PJK. Cemas

merupakan salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab depresi. Yang

mana cemas merupakan permasalahan psikososial yang sering dialami oleh

pasien PJK dan seringkali tidak diperhatikan sehingga hal ini dapat

membuat keadaan pasien majadi lebih buruk dari sebelumnya. Menurut

beberapa jurnal Kecemasan dapat diukur menggunakan Hamilton Rating

Scale for Anxiety (HARS) (Kristina, 2017).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Penerapan Edukasi Kesehatan Untuk Mereduksi


8

Ansietas Pada Pasien Jantung Koroner Di Puskesmas Simpang IV Sipin

Kota Jambi Tahun 2020”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah tentang Penerapan Edukasi Kesehatan Untuk

Mereduksi Ansietas Pada Pasien Jantung Koroner Di Puskesmas Simpang

IV Sipin Kota Jambi Tahun 2020.

1.3 Tujuan studi kasus

Penelitian ini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil

Penerapan Edukasi Kesehatan Untuk Mereduksi Ansietas Pada Pasien

Jantung Koroner Di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2020.

1.4 Manfaat studi kasus

Hasil penelitian di harapkan dapat bermanfaat bagi.

1.4.1 Bagi institusi rumah sakit

sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya

pearawat bangsal agar dapat mengaplikasikan Penerapan Edukasi

Kesehatan Untuk Merduksi Ansietas Pada Pasien Jantung Koroner Di

Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2020.

1.4.2 Bagi institusi kampus

Manfaat bagi instasi akademik yaitu dapat digunakan sebagai

referensi dan bahan pembelajaran keluasan ilmu dan tegnologi terapan


9

bidang keperawatan bagi institusi pendidikan untuk mengebangkan

ilmu pengetahuan tentang Penerapan Edukasi Kesehatan Untuk

Mereduksi Ansietas Pada Pasien Jantung Koroner Di Puskesmas

Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2020.

1.4.3 Bagi peneliti lain

Peneliti lain dapat mengembangkan hasil penelitian ini di

tempat lain dengan metode yang berbeda sesuai perkembangan

teknologi tentang Penerapan Edukasi Kesehatan Untuk Mereduksi

Ansietas Pada Pasien Jantung Koroner Di Puskesmas Simpang IV

Sipin Kota Jambi Tahun 2020.

1.4.4 Bagi peneliti

Dapat mengembangkan metode penelitian di lapangan tentang

Penerapan Edukasi Kesehatan Untuk Mereduksi Ansietas Pada Pasien

Jantung Koroner Di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun

2020.

Anda mungkin juga menyukai