Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada penulisan makalah ini mahasiswa ditugaskan memahami dan menganalisis sistem
struktur suatu bangunan berlantai banyak secara detail berdasarkan hasil diskusi kelompok
dengan mengacu pada beberapa referensi yang bersumber dari berbagai macam pembahasan baik
dari buku, browsing internet, e-book, dan perpustakaan.

Kelompok satu mendapatkan judul Jin Mao Tower yang berlokasi di Shanghai, China. Jin
Mao Tower sendiri adalah sebuah pencakar langit landmark 88 lantai di area Lujiazui di
distrik Pudong di Shanghai, Republik Rakyat China (RRC). Pada tiap lantau
berisi perkantoran dan hotel Shanghai Grand Hyatt. Pada 2005, gedung ini merupakan gedung
tertinggi di RRT, ke-lima tertinggi di dunia berdasarkan ketinggian atap dan ke-7 berdasarkan
ketinggian pinnacle. Bersamaan dengan Menara Oriental Pearl, dia merupakan karya pusat
di skyline Pudong.

B. Posisi Penelitian

Studi kasus laporan ini yaitu Jin Mao Tower yang berada di 88 Century Ave, Lu Jia Zui,
Pudong,Shanghai, China.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
- Dapat menjadi sumber acuan sebagai sistem struktur yang dapat diterapkan pada
bangunan-bangunan modern di Aceh dan lingkup kota Banda Aceh khususnya.
- Diharapkan bisa dijadikan referensi untuk kemajuan Aceh di bidang strukturalisasi
bangunan.

Tujuan Khusus
- Memenuhi kewajiban tugas Struktur Bangunan Terpadu dengan penulisan makalah
ini.
- Ke depannya, penulisan ini dapat menjadi salah satu referensi struktur bangunan bagi
dosen dan mahasiswa arsitektur yang tidak hanya terpaku pada perkuliahan Struktur
Bangunan Terpadu saja.

1
- Diharapkan dapat menjadi bahan perkuliahan setiap pembahasan bangunan pencakar
langit.
D. Metode Penelitian
Tim mempelajari serta memahami teori struktur bangunan tinggi yang dijelaskan oleh
dosen selama mata kuliah berlangsung. Penelitian ini dilakukan dengan mencari referensi
dari berbagai sumber, seperti jurnal internasional.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian

Bangunan Tinggi adalah istilah untuk menyebut suatu bangunan yang memiliki struktur
tinggi. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan untuk menambahkan fungsi dari bangunan
tersebut. Contohnya bangunan apartemen tinggi atau perkantoran tinggi. Bangunan tinggi
menjadi ideal dihuni oleh manusia sejak penemuan elevator (lift) dan bahan bangunan yang lebih
kuat.

Struktur bangunan tinggi memiliki tantangan desain untuk pembangunan struktural dan
geoteknis, terutama bila terletak di wilayah seismik atau tanah liat memiliki faktor risiko
geoteknis seperti tekanan tinggi atau tanah lumpur. Tantangan yang tidak kalah besar lainnya
adalah bagaimana pemadam kebakaran bertugas selama keadaan darurat pada struktur tinggi.
Desain baru dan lama bangunan, sistem bangunan seperti sistem pipa berdiri bangunan, sistem
HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioning), sistem penyiram api dan hal lain seperti
evakuasi tangga dan elevator mengalami masalah seperti itu.

B. Struktur Bangunan Tinggi


1. Sistem Gaya Gravitasi
Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati dan beban hidup
yang besarnya disesuaikan dengan fungsi bangunan.
Struktur lantai merupakan bagian terbesar dari struktur bangunan, sehingga
pemilihannya perlu dipertimbangkan secara seksama, yaitu:
a. Pertimbangan terhadap berat sendiri lantai, makin ringan beban lantai makin
berkurang dimensi kolom dan pondasinya serta makin memungkinkan
menggunakan bentang yang lebih besar.
b. Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi.
c. Dapat menyediakan tempat/ruang bagi saluran utilitas yang diperlukan.
d. Memenuhi persyaratan bagi ketahanan terhadap api.

3
e. Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi, jika pelaksanaan
pembangunannya membutuhkan waktu yang yang panjang.
f. Dapat mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan pelat lantai
(perancah – steiger).
Sistem struktur lantai biasanya merupakan kombinasi dari pelat dengan balok
induk (grider) atau ank balok (beam), atau rusuk (rib atau joist), yang ketebalannya
tergantung pada bentang, beban, dan kondisi tumpuannya.

Pelat satu arah (one way slab) ditumpu oleh balok anak yang ditempatkan sejajar
satu dengan yang lainnya, dan perhitungan pelat dapat dianggap sebagai balok tipis
yang ditumpu oleh banyak tumpuan.
Pelat rusuk satu arah (one way rib/joist slab) ditumpu oleh rusuk, anak balok yang
jarak satu dengan yang lainnya sangat berdekatan, sehingga secara visual hampir
sama dengan pelat satu arah.
Pelat yang keempat sisinya ditumpu oleh balok dengan perbandingan l x/ly 2,
disebut pelat dua arah, sehingga perhitungan, sehingga perhitungan pelat perlu
dilakukan dengan menggunakan pendekatan dua arah; biasanya dengan menggunakan
table tertentu.
Dua jenis berikutnya adalah pelat dua arah yang tidak ditumpu oleh balok, tetapi
langsung oleh kolom. Jenis pertama, pelat lantai ditumpu langsung oleh kolom tanpa
penebalan di sekeliling kolom (drop panel) dan/atau kepala kolom (column capital),

4
sehingga beban vertikal langsung dipikul oleh kolom dari segala arah (flat plate).
Sedangkan pada jenis kedua, pada puncak kolom terdapat penebalan pelat lantai dan/
atau kepala kolom (flat slab), sehingga dapat memikul gaya geser atau momen lentur
yang lebih besar.
Pelat wafel adalah pelat dua arah yang ditumpu olen rusuk dua arah. Pelat ini
memberikan kekakuan yang cukup besar, sehingga dapat memikul beban vertikal atau
dapat digunakan untuk bentang lantai yang besar.
2. Sistem Gaya Literal
Hal yang penting pada struktur bangunan tinggi adalah stabilitas dan
kemampuannya untuk menahan gaya lateral,baik yang disebabkan oleh angin atau
gempa bumi. Beban angin lebih terkait pada dimensi ketinggian bangunan, sedang
beban gempa lebih terkait pada masa bangunan.
Kolom pada bangunan tinggi perlu diperkokoh dengan sistem pengaku untuk
dapat menahan gaya lateral, agar deformasi yang terjadi akibst gaya horizontal tidak
melampui ketentuan yang disyaratkan (P-D Effect).
Pengaku gaya lateral yang lazim digunakan adalah portal penahan momen ,
dinding geser atau rangka pengaku.

Sistem Struktur Bangunan Tinggi

5
Portal menahan momen terdiri dari komponen (subsistem) horizontal berupa
balok dan komponen (subsistem) vertical berupa kolom yang dihubungkan secara
kaku (rigid joints). Kekakuan portal tergantung pada dimensi kolom dan blaok, serta
proporsional terhadap jarak lantai ke lantai dan jarak kolom ke kolom.
Dinding geser (shear wall) didefenisikan sebagai komponen struktur vertical
yang relative sangat kaku. Dinding geser pada umumnya hanya boleh mempunyai
bukaan sedikit (sekitar 5%) agar tidak mengurangi kekakuannya. Fungsi dinding
geser berubah menjadi dinding penahan beban (bearing wall), jika dinding geser
menerima beban tegak lurus dinding geser. Rangka pengaku (braced frame) terdiri
dari balok dan kolom yang ditambahkanpengaku diagonal. Adanya penggaku
diagonal ini berpengaruh pada fleksibilitas perpanjangan atau perpendekan lantai
dimana pengaku tersebut ditempatkan. Rangka pengaku banyak digunakan pada
bangunan tinggi yang menggunakan struktur baja. Jenis rangka pengaku yang sering
digunakan, diantarany adalah pengakuk diagonaltunggal/ganda, pengaku ‘K’
(horizontal/vertical), atau rangka pengaku eksentris.

Perilaku Sistem Gabungan Penahan Gaya Literal

Pada bangunan tinggi sering digunakan gabungan antara portal penahan momen
dengan dinding geser, terutama pada bangunan tinggi yang dibangun di daerah
terkena pengaruh gempa bumi. Penggabungan antara portal dan dinding geser
popular, terutama dengan bangunan tinggi dengan struktur beton. Hal ini dapat
memberikan hasil yang baik untuk memperoleh kekenyalan /daktilitas (ducility) dan
kekakuan sistem struktur.

6
Penempatan dinding geser dapat dilakukan pada sisi luar bangunan atau pusat
bangunan. Dinding geser yang ditempatkan pada dalam bangunan biasa disebutt
dengan inti structural (structural core).
3. Sistem Pondasi
Pada bangunan tinggi, umumnya digunakan fondasi dalam (fondasi tak langsung),
baik berupa tiang pancang maupun tiang bor. Di samping itu, kerap kali digunakan
fondasi rakit (basemen) yang kadang kala diperkuat dengan fondasi tiang.
Dalam perencanaan pondasi tiang, perlu dilakukan penyelidikan tanah, khususnya
percobaan sondir untuk memperoleh nilai konus dan Jumlah Hambatan Pelekat untuk
menghitung kapasitas daya pikul satu tiang.
Jenis-jenis fondasi tiang, di antaranya: Frankie Pile, Baja Profil 'H', Pipa Baja.
Namun yang paling sering digunakan adalah tiang pancang beton bertulang
berpenampang bujur sangkar atau pipa beton prategang atau fondasi bor (dengan atau
tanpa selubung casing).
Pada fondasi tiang, dikenal dua jenis fondasi tiang:
1) Fondasi yang bertumpu pada lapisan keras (Qtoint bearing pile)
2) Fondasi yang mengandalkan lekatan tanah (friction pile)

4. Sistem Kolom
Elemen struktur vertikal lebih dominan memikul gaya aksial dan oleh karenanya d
bedakan antara struktur yang menggunakan bahan beton dengan yang menggunakan
bahan baja.
Perkiraan dimensi struktur yang menggunakan bahan beton (beton bertulang),
dapat digunakan dua pendekatan:
1) Seluruh gaya aksial dipikul oleh beton
Dimensi kolom atau dinding geser dihitung dengan menggunakan rumus:

pers.3.19
sehingga untuk dimensi kolom:

persamaan 3.20
7
di mana: ou adalah tegangan tekan ijin beton (lihat Tabel 3.13) untuk
menghitung ketebalan dinding geser, persamaan 3.20 menjadi:

pers. 3.21
di mana: tdg, adalah tebal dinding geser I adalah panjang dinding geser

2) Gaya aksial dipikul oleh beton dan tulangan baja

Faktor tekuk tergantung dari angka kelangsingan dan jenis baja

8
Beban yang diterima oleh elemen struktur vertikal (kolom dan dinding
geser) merupakan akumulasi dari beban-beban lantai di atasnya; jadi, makin ke
bawah gaya aksialnya makin besar. oleh sebab itu dimensinya pun makin ke
bawah makin besar.
Agar supaya dimensi kolom/dinding geser relatif sama dengan dimensi
yang ada di atasnya, maka dapat dilakukan beberapa upaya, di antaranya:
1) untuk struktur dengan bahan beton (beton bertulang):
- Mutu beton yang digunakan kolom/dinding geser pada bagian bawah
bangunan lebih tinggi dibandingkan dengan yang digunakan pada
kolom/dinding geser bangunan bagian atas.
- Prosentase tulangan pada kolom/dinding geser pada bagian bawah
bangunan lebih besar dibandingkan yang ada pada kolom/dinding geser
bangunan bagian atas.
- Mutu tulangan baja yang digunakan kolom/dinding geser pada bagian
bawah bangunan lebih tinggi dibandingkan dengan yang digunakan pada
kolom/dinding geser bangunan bagian atas.

2) untuk struktur dengan bahan baja:


- Mutu profil baja yang digunakan kolom pada bagian bawah bangunan lebih
tinggi dibandingkan dengan yang digunakan pada kolom bangunan bagian
atas.
Profil kolom baja (khususnya kolom dengan bentuk pipa atau tabung segi
empat) pada bagian bawah bangunan lebih tebal dibandingkan dengan yang
digunakan kolom bangunan bagian atas.

5. Sistem Kolom
Pada bangunan tinggi, elemen struktur horizontal tidak dipengaruhi oleh
banyaknya lantai atau ketinggian bangunan. Dimensi elemen struktur ini hanya
dipengaruhi oleh panjang bentang dan beban yang bekerja padanya.
Sebagai pendekatan dapat digunakan Tabel 3.7. di mana ditunjukkan nilai nisbah
antara tinggi elemen struktur horizontal dengan panjang bentang.

9
Struktur yang menggunakan bahan beton bertulang harus mengacu pada SNI 03
-1128 - 2002 tentatg Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung,
sedang untuk struktur yang menggunakan bahan baja harus mengaau pada SIN 03 - 1729
- 2002 tentang Tata Carc Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung.
Elemen struktur horizontal lebih dominan memikul momen lentur dan gaya geser,
dibandingkan dengan gaya aksial, oleh sebab itu struktur yang menggunakan bahan beton
perlu diperkuat dengan tulangan baja, terutama pada daerah serat tariknya.

10
Untuk pelat dua arah, penentuan besar Momen maksimal (baik untuk di tengah-tengah
bentangan, maupun di tumpuan) dapat menggunakan

11
6. Sistem Dinding

7. Sistem Lantai
Sistem lantai adalah bidang horizontal yang harus dapat menopang beban hidup.
Sistem lantai harus menyalurkan beban secara horizontal melintasi bidang dan
meneruskannya menuju balok dan kolom atau ke dinding penopang. Bidang lantai yang
kaku dapat juga dirancang untuk berfungsi sebagai diafragma horizontal yang berlaku
seperti balok tipis dan lebar dalam menyalurkan gaya lateral ke dinding geser (Shear
walls).
Sebuah sistem lantai dapat disusun dari rangkaian balok dan kasau, dan dilapisi
dengan bidang atau dek, atau terdiri dari slabbeton bertulang homogen. Ketebalan sistem
lantai tergantung pada ukuran dan proporsi bentangan struktural yang harus ditanggung
dan kekuatan material yang digunakan. Ukuran dan penempatan kantilever dan bukaan
pada bidang lantai juga harus dipertimbangkan dalam layout penopang struktur lantai
tersebut. Kodisi tepi struktur lantai dan koneksinya ke sistem dinding dan fondasi
penopang akan mempengaruhi integritas struktur serta penampilan fisik bangunannya
8. Sistem Atap
Sistem atap berfungsi sebagai elemen primer untuk melindungi ruang-ruang
interior suatu bangunan. Bentuk dan kemiringan atap harus sesuai dengan jenis penutup
dan kemiringan atap harus sesuai dengan jenis penutup atap. Konstruki atap juga harus
mengontrol aliran uap, infiltrasi udara, aliran panas, dan radiasi sinar matahari.
Tergantung pada jenis konstruksi yang ditentukan oleh peraturan kode bangunan, struktur
atap dan pemasangannya mungkin harus dapat menahan penyebaran api.

12
Seperti halnya sistem lantai, sebuah atap harus diberi struktur agar dapat
membentang sepanjang ruangan dan menopang bebannya sendiriserta beban peralatan
yang disangga dan beban akumulasi hujan dan salju. Atap datar digunakan sebagai dek
juga harus memperhitungkan beban hidup. Sebagai tambahan dari beban gravitasi, bidang
atap ditentukan untuk menahan angin lateral dan gaya seismik, juga gaya angkat angin
dan menyalurkan gaya-gaya ini ke struktur penopang.
Karena beban gravitasi suatu bangunan bermula dari sistem atap, susunan
strukturalnya harus bersesuaian dengan sistem kolom dan dinding penopang diman
beban-beban disalurkan ke bawah sampai pada sistem pondasi. Pola penopang atap dan
bentangan atap, mempengaruhi susunan ruang interior dan jenis langit-langit yang
ditopang oleh struktur atap. Bentang atap yang panjang dapat menghasilkan susunan
ruang interior yang lebih fleksibel sementara bentangan atap yang lebih pendek dapat
mendefinisikan ruang dengan lebih akurat.
C. Sistem Transportasi Vertikal
1. Tangga/Eskalator
 Karakteristik Eskalator
Eskalator pertama kali ditemukan pada awal abad ke-20 dalam upaya
memenuhi keinginan untuk dapat mengangkut manusia dalam jumlah banyak
secara berkesinambungan dari lantai bawah ke lantai di atasnya. Sedang ramp
berjalan atau travelator (moving walks) baru diperkenalkan pada sekitar tahun 1950-
an. Ramp berjalan/travelator adalah peralatan yang sanggup menghantarkan
manusia ke tempat yang jaraknya cukup jauh dan relatif mendatar (sudut
kemiringan yang kecil).
Pemilihan eskalator dan ramp berjalan didasarkan pada jumlah maksimum
orang yang perlu dipindahkan dalam waktu lima menit (sama halnya dengan lif).
Kemampuan sekelompok eskalator umtuk mengangkut orang harus cocok dengan
waktu tersibuk yang direncanakan. Hal ini perlu dilakukan secara cermat, terutama
untuk aplikasi seperti stasiun kereta api (subway) di mana pada saat yang
bersamaan sejumlah penumpang ke luar dari kereta api dan ingin secara cepat
keluar.

13
Eskalator dan ramp berjalan digerakkan oleh motor listrik yang berputar secara
tetap dan dilengkapi dengan pegangan tangan yang bergerak sama cepatnya
kecepatan bergeraknya anak tangga/ramp. Kecepatan yang biasa digunakan adalah
antara 0,45 - 0,60 meter/detik, tetapi dengan rancangar khusus, kecepatan escalator
dipercepat di atas 0,70 meter/detik.
Eskalator hanya mempunyai dua jenis, jalur tunggal (untuk satu orang yang
berdiri) dengan lebar 60 cm - 81 cm., dan jalur ganda (untuk dua orang berdiri
dalam satu anak tangga) dengan lebar 100 cm - 120 cm. Kemiringan maksimum
dapat diterima adalah 35o, dengan ketinggian maksimum 20 meler. Sedangkan ramp
berjalan hanya mampu mempunyai ketinggian maksimum 15o, dengan kecepata:r
0,60 sampai 1,33 meter/detik.
Kemampuan eskalator mengangkut orang dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Eskalator atau ramp berjalan sangat efektif, jika:
a. Dibutuhkan keseragaman kecepatan lalu lintas orang
b. Terdapat kesinambungan arus manusia
c. Mesin penqqerak dapat diubah arah pergerakannya

baik eskalator maupun ramp berjalan:


Mempunyai kapasitas untuk memindahkan orang dalam jumlah banyak
a. Dapat menggantikan fungsi tangga

b. Tidak membutuhkan waktu tunggu, kecuali pada kondisi lalu lintas manusia
yang sangat padat
c. Sangat bermanfaat untuk waktu-waktu tertentu kebutuhan lalu lintas yang dapat
meningkat dalam
d. Dapat mengarahkan arus manusia ke jalur tertentu
e. Memudahkan orang untuk melihat-lihat sekelilingnya

14
f. Perpindahan dari lantai ke lantai berlangsung secara lancer
g. Dapat digunakan di ruang terbuka, jika digunakan yang tahan nt (waterproofe d
c alato r I mov ing ramP)
h. Menjamin mengalirnya arus lalu lintas pada kecepatan tertentu
i. MenJadikan lantai basemen aksesibel, sama halnya dengan lantai di permukaan
tanah.
j. Menyediakan titik pemeriksaan (check point) yang efektif
k. Digunakan untuk penggunaan lif double decker
l. Digunakan untuk penggunaan lif dengan layanan ganjiVgenap
m. Sangat baik untuk jarak vertikal yang tidak terlalu panjang'

Jika dibandingkan dengan eskalator, ramp berjalan:


a. Lebih landai sekitar 50%
b. Membutuhkan luasan ruang yang lebih besar untuk pemasangannya
c. Dapat digunakan untuk kereta barang belanjaan (trolleys)
d. Jika berhenti bergerak, gangguan pada arus pergerakan orang tidak begitu besar.
e. Lebih cocok bagi penyandang tuna daksa.
f. Membutuhkan rangka struktur penopang yang lebih besar.
 Perancangan dan Tata Letak Eskalator
Untuk bangunan kantor dan pusat perbelanjaan yang jumlah lantainya kurang
dari enam lantai, penggunaan eskalator untuk naik-turun orang sangat dianjurkan.
o Sepasang eskalator beralur tunggal cocok untuk luas lantai 10.000 m2
o Sepasang eskalator beralur ganda cocok untuk luas lantai 20.000 m2

Untuk kompleks pertokoan, selain perlu disediakan satu lif untuk setiap 10.000
m2 lantai, juga perlu disediakan satu eskalator (alur tunggal) untuk setiap 3.000 m2
atau satu eskalator (alur ganda) untuk setiap 5.000 m2 luas lantai.
Ada tiga macam tata letak eskalator yang sering digunakan: bersilangan, yaitu
sejalan dengan arus manusia yang berputar, dan sejajar dengan arus manusia
menerus.

15
Tata letak eskalator yang bersilangan merupakan konfigurasi yang paling seri
digunakan, karena menggunakan luasan lantai yang paling sedikit, efisien dalam
penggunaan strukturnya, sehingga biayanya paling murah. Tata letak paralel lebih
mahal dan kurang efisien, namun umumnya digunakan pada kondisi di mana orang
yang ingin diarahkan jumlahnya sangat banyak, seperti halnya pada terminal udara
atau stasiun kereta api.
Kapasitas eskalator dapat dihitung dengan:

N adalah jumlah orang yang diangkut per jam


P adalah jumlah orang per anak tangga
V adalah kecepatan eskalator dalam meter/detik
Cos adalah sudut kemiringan escalator
L adalah lebar anak tangga (antrede) dalam meter

 Kebutuhan Ruang Eskalator

16
2. Lift/Escavator
Dewasa ini, terdapat dua jenis lif yang umum di penggerak (traction lift) danjenis
dengan dongkrak hidrolik (hydraulic lift). Untuk lift dengan motor penggerak, peletakan
mesin dapat beradadiatas ruang luncur (di penthouse).

Karakteristik lift hidrolik:


a. Tidak mengakibatkan tambahan beban di puncak bangunan
b. Hanya digunakan untuk kecepatan yang relatif rendah
c. Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya sedikit

17
d. Ada kemungkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lif
e. Sangat baik untuk mengangkut beban berat
f. Alas lantai kereta dapat berada pada level bangunan secara tepat
g. Tidak membutuhkan beban pengimbang (counter weight)
h. Menimbulkan suara yang lebih berisik dibandingkan dengan lift yang digerakkan
dengan motor traksi

Tata Letak Lift

Tata letak lain yang juga sering dijumpai adalah bentuk Cul-de-Sac (jalan buntu) dan
melingkar

Dumbwaiter
Dumbwaiter, adalah sejenis lif yang berfungsi untuk memindahkan barang-
barang yang relatif kecil dan ringan dari lantai yang satu ke lantai yang lain. Di pusat

18
perbelanjaan, misalnya, unit ini biasa digunakan untuk memindahkan persediaan
barang dari gudang ke kios (counter) penjualan, atau di rumah sakit untuk
mengantarkan makanan, obat-obatan, keperluan ruang rawat inap (sprei, selimut, dll.)
atau pada restoran berlantai banyak untuk mengantarkan pesanan makanan dari dapur
dan memindahkan peralatan bekas pakai/kotor ke tempat cuci.
Ruang luncur yang dibutuhkan oleh dumbwaiter relatif kecil, sekitar 1,00 m2
dengan tinggi maksimum 1,25 meter. Kecepatannya antara 0,20 sampai 0,15 rn/det.
Kapasitas daya angkut maksimumnya adalah 250 kg. Seperti halnya lif, dumbwaiter
mempunyai motor pergerak yang letaknya di atas (motor traksi) atau di bawah (motor
silinder).

D. Sistem Dilatasi
Dilatasi baik digunakan pada pertemuan antara bangunan yang rendah dengan yang
tinggi, antara bangunan induk dengan bangunan sayap, dan bagian bangunan lain yang

19
mempunyai kelemahan geometris. Di samping itu, bangunan yang sangat panjang tidak dapat
menahan deformasi akibat penurunan fondasi, gempa, muai susut, karena akumulasi gaya
yang sangat besar pada dimensi bangunan yang panjang, dan menyebabkan timbulnya
retakan atau keruntuhan struktural. Oleh karenanya, suatu bangunan yang besar perlu dibagi
menjadi beberapa bangunan yang lebih kecil, di mana tiap bangunan dapat bereaksi secara
kompak dan kaku dalam menghadapi pergerakan bangunan yang terjadi (Cambar 3.24).
Dalam praktek terdapat beberapa bentuk pemisahan bangunan yang umum digunakan, di
antaranya:

20
1. Dilatasi dengan Dua Kolom
Pemisahan struktur dengan dua kolom terpisah (Gambar 3.25) merupakan hal
yang paling umum digunakan, terutama pada bangunan yang bentuknya memanjang
(linear). Perlu diingat bahwa bentang antar kolom pada lokasi di mana dilatasi berada ikut
berubah (menjadi lebih pendek). Oleh sebab itu, terdapat berapa alternatif yang dapat
dilakukan, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.26. Jika dilatasi diperlukan pada dua arah
sisi bangunan, maka akan terjadi penumpukan kolom pada titik tertentu (Gambar 3.27).

21
2. Dilatasi dengan Balok Kantilever
Mengingat bentang balok kantilever terbatas panjangnya (maksimal 1/3, bentang
balok induk), maka pada lokasi dilatasi terjadi perubahan bentang antar kolom, yaitu
sekitar 2/3 bentang antar kolom.

3. Dilatasi dengan Balok Gerber


Untuk mempertahankan jarak antar kolom yang sama, maka pada balok kantilever
diberi balok Gerber, sebagaimana terlihat pada Gambar 3.29. Namun dilatasi dengan

22
balok Gerber ini jarang digunakan, karena dikuatirkan akan lepas dan jatuh, iika
mengalami deformasi arah horizontal yang cukup besar beban gempa bumi).

4. Dilatasi dengan Konsol


Meskipun jarak antar kolom dapat dipertahankan tetap sama, namun akibat
adanya konsol, maka tinggi langit-langit didaerah dilatasi menjadi lebih rendah
dibandingkan dibandingkan dengan tinggi langit-langit pada bentang kolom berikutnya.
Dilatasi jenis ini banyak digunakan pada bangunan yang menggunakan konstruksi
prapabrikasi, dimana keempat sisi kolom diberi konsol untuk tumpuan balok
prapabrikasi.

5. System Utilitas
Penempatan inti bangunan akan berdampak pada kemungkinan penempatan jalur
distribusi jaringan utilitas, baik pada arah vertikal yang berdampak pada runungan denah
bangunan, maupun pada arah horizontal yang berdampak pada potongan bangunan,
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5.12.

23
Selanjutnya, dalam inti bangunan terdapat sejumlah ruangan yang diatur
sedemikian rupa sehingga jumlah keseluruhan luas inti bangunan tidak melebihi 20%
luas tipikal yang ada. Di samping itv,80% luas tipikal masih perlu dikurangi dengan jalur
sirkulasi horizontal (koridor), sehingga luas efektif bangunan menjadi berkurang.
Sekitar 4% dari luas tipikal digunakan untuk lubang utilitas bagi sistem Mekanika
dan Elektrikal, yang umumnya dibagi atas dua zona distribusi. Pemisahan lubang-lubang
bagi ventilasi dan pengkondisian udara dimaksudkan agar tidak terjadi konflik atau
persilangan antar saluran udata (ducting). Untuk dapat digunakan secara maksimal
perbandingan antara panjang dan lebar ruang yang digunakan untuk lubang utilitas
berkisar antara l:2 sampai 1:4. Semua dinding bagi ruangan ini harus menggunakan
bahan yang dapat menahan api sekurang-kurangnya untuk waktu dua jam.
Bangunan-bangunan berikut ini menggambarkan bebarapa contoh integrasi letak
inti bangunan, jalur sirkulasi, alokasi ruang aktif dan penempatan saluran utllitas (shaft)
serta tangga.
Gedung Federal Reserve Bank di Minneapolis, Amerika Serikat yang dirancang
oleh arsitek Birkerts (Gambar 5.13.). Bangunan ini mempunyai tiga inti, dua di ujung
bangunan dan satu di tengah sisi panjang bangunan. Bangunan ini memiliki fleksibilitas

24
pengaturan tata ruang dalam, mengingat bangunan ini menggunakan struktur jembatan,
sehingga seluruh ruangan bebas kolom.

25
BAB III
KAJIAN BANGUNAN

A. Deskripsi Bangunan
Nama Resmi : Jin Mao Building
Nama Sebelumnya : Jin Mao Tower
Architectural Height : 420.5 M
Occupied Height : 348.4 M
Floors Above Ground : 88
Construction : 1994 - 199
Structural Material : Composite
Number of Elevators : 130
Building Cost : $540.000.000
Design Architect : Adrian Smith,
Skidmore Owings & Merril LLP (SOM)
Structural Engineer : SOM
MEP Engineer : SOM
Main Contractor : Shanghai Jin Mao Contractor

B. Konsep Bangunan
Dengan bentuk postmodernnya, ia membangkitkan arsitektur tradisional Cina
pagoda dengan membuat pola ritmis tumbuh tinggi. Proporsi file bangunan berputar di
sekitar angka 8. Dalam Buddhisme 8 adalah angka keberuntungan, terkait dengan
kemakmuran, ekonomi, emas dan perdagangan.

C. Tata Letak Bangunan

26
Ruang bawah tanah menara adalah area parkir, yang dapat menampung 800 mobil dan
2000 sepeda. Area parkir dilengkapi dengan kamera pengintai 360 derajat sebagai fitur
keamanan gedung.
Ini adalah diagram (Gambar 1) bagian dari fungsi setiap level. Ada lobi, lima zona kantor
yang berbeda, tingkat mekanik ketinggian ganda, dan hotel.
Penyewa utama gedung ini adalah hotel Shanghai Grand Hyatt bintang lima dengan 555
kamar yang menempati lantai 53 hingga 87. Atrium berkubah laras dimulai dari lantai 56 dan
meluas ke atas hingga ke lantai 87.

27
Gambar 1

D. Analisis Fungsi Bangunan

28
LEVEL 88 OBSERVATORY DECK

LEVEL 53 – 87

HOTEL ZONE

LEVEL 3 – 52

OFFICE ZONE

LEVEL 1 – LEVEL 2 LOBBY

UNDER GROUND PARKING

E. Transportasi Vertikal
 Sistem elevator sangat kompleks. Ada lebih dari 130 lift di Menara Jin Mao.
 Zona kantor dilayani oleh 26 elevator di lima zona.
 Sebuah teluk lift antar-jemput ekspres hotel

29
 Dek observasi yang dilayani oleh 2 orang lift, 10 lift layanan,
 7 set eskalator untuk podium
 10 lift untuk hotel

Rencana Diagram Elevator Riser

EMERGENCY / SERVICE OBSERVATION


OFFICE HOTEL
DECK

Elevasi Diagram Elevator Riser

F. Kajian Struktur Bangunan

30
Mengikuti tema delapan, yang menandakan keberuntungan di Tiongkok, struktur menara
ini berisi inti beton bertulang pusat segi delapan. Delapan kolom super beton dan baja perimeter,
dan delapan kolom baja built-up.

G. Identifikasi komponen
Hal terpenting bagi bentuk Jin Mao adalah keberhasilan intinya. Rekayasa struktural dari
pusat adalah pelindung beton bertulang struktur. Peningkatan terdiri dari besar kekuatan beton
dan baja. Di bawah kerangka diperkuat dengan tebal 4m pondasi rakit beton, membungkus 429
akar bala bantuan baja berlubang ditumpuk ke dalam lapisan lempung pasir sedalam 65 m.
Kaleng pasir liat menyediakan beberapa daya dukung, tetapi bantalan bangunan bergantung
terutama pada tiang pancang ketahanan gesekan.
1. Core
Inti beton memberikan keunggulan kekakuan, sedangkan lantai baja structural framing
memungkinkan penggunaan panjang, tanpa kolom bentang dengan berat minimal. Ini,
pada gilirannya, mengurangi ukuran anggota vertical dan fondasi, menciptakan sistem itu
tahan angin dan gempa bumi dengan elemen struktural sesedikit mungkin.

2. Supercolums

31
Superkolom terdiri dari baja dan beton. Penggunaan baja dan beton menimbulkan
dilema selama konstruksi, karena beberapa deformasi terjadi karena bobotnya sendiri.
Meskipun proses ini biasanya terjadi dalam waktu yang lebih lama, hal ini dipermudah di
Jin Mao karena beton dan baja mengalami deformasi elastis.
Beban gravitasi ditahan oleh rangka anggota lantai komposit, yang disebut kolom baja
struktural. Superkolom inti dan komposit memberikan dukungan tambahan untuk
menangkal beban gravitasi.

3. Outrigger Truss
Struktur terakhir yang memungkinkan Jin Mao berfungsi secara unik adalah outrigger
truss system. Ini memberikan ketahanan beban lateral melalui inti dinding geser beton
bertulang yang saling berhubungan dengan supercolumns komposit.

H. Deskprisi Penghubung

32
Jin Mao menanamkan sistem pin yang khas di dalam persendian, membentuk semacam
engsel. Pin ini memungkinkan rotasi dan fleksibilitas lebih selama konstruksi.

Menara Jin Mao berat 30t. Jenis baja tersebut adalah baja flensa H yang memiliki
ketahanan kuat terhadap gaya lateral dan tegangan tekuk. Komponen utama penahan gaya lateral
meliputi inti beton bertulang. Dan melalui rangka yang menonjol, intinya terhubung dengan
kolom super luar.
Dari basement hingga lantai 87, ketebalan dinding inti berkisar antara 850mm ~ 450mm,
sedangkan kekuatan dari C60 hingga C40. Gulungan yang menggantung memberikan resistensi
lateral yang efisien. Itu membuat bangunan mencapai kedalaman tertinggi di bawah defleksi.
Dinding delapan sisi memberikan kekuatan khusus untuk memutar.

33
Gulungan overhang terletak di tingkat 24 ~ 26, tingkat 51 ~ 53 dan tingkat 85 ~ 87
level. Dan pada tingkat 85 ~ 87 terdapat bingkai tiga dimensi yang berbentuk pagoda.

Bending Moment Diagram

Ini akan cukup mentransfer gaya lateral dari inti dan super kolom. Sementara itu,
struktur ini juga memecahkan masalah sistem horizontal parsial, memungkinkan beban
dipindahkan ke atrium.

Axial Forces Diagram

Untuk bobot sendiri, ada delapan kolom super dan balok komposit dan balok rangka.
Ini juga memiliki pelat kontur komposit dengan panel berat normal 76mm hingga 83mm.

34
Shear Forces Diagram

I. Analisis Beban Lateral


Persyaratan desain
 Beban angin: 200km / jam
 Beban gempa: 7 skala richter.
Deformasi – analisis goyangan samping

Wind Force Load Calculate Diagram Displacement

Deformation Overturning Moment

35
1. Analisis Transfer Beban Lateral
Beban angin bekerja pada permukaan bangunan, kemudian dipindahkan ke super
kolom. Dengan sambungan rangka antara super kolom dan inti, beban akhirnya
mencapai inti dan mencapai pondasi.
Sementara gaya horizontal bekerja pada struktur, seluruh sistem menghasilkan
gaya inersia bagian dalam yang menahan guling dan torsi yang diinduksi. Super kolom
simetri luar merupakan pasangan gaya untuk menahan momen lentur.

2. Komponen Beban Lateral


Terdiri dari:
 Bingkai yang diperkuat di inti,
 Outriggers dari inti ke perimeter,
 Super-kolom dan bingkai penahan momen di perimeter

36
Super Colums Core Outriggers Truss

3. Sistem Penahan Beban Lateral


Kolom inti dan kolom super terhubung melalui balok utama di setiap lantai dan balok
baja Outrigger Truss untuk membentuk struktur terintegrasi ruang yang menahan beban
lateral.
Inti memainkan peran yang paling penting pada momen penahan, 8 kolom super baik
untuk menyeimbangkan momen jungkir balik dengan rangka cadik yang terhubung dengan
inti.

OUTRIGGER TRUSS

CORE

SUPERCOLUMS

37
J. Elemen Struktural
 Outrigger Truss
o Melakukan beban lateral
o Meningkatkan seluruh kemampuan untuk menahan torsi
o Memindahkan gravitasi lantai ke super kolom untuk menyeimbangkan gaya yang
disebabkan oleh momen jungkir balik.

K. Pondasi
Shanghai terletak di dataran aluvial, yang empat puluh meter di bawah tanah penuh
dengan lumpur. Sehingga harus memiliki pondasi bantalan yang cukup untuk membangun
gedung pencakar langit sana. Kemudian, situasi ini membutuhkan pondasi Menara Jin Mao harus
melintasi lapisan lumpur dan mencapai lapisan pasir yang keras. Secara umum, kedalaman
gedung pencakar langit pondasi setara dengan satu di atas lima belas tinggi bangunan.

38
Di sekitar bagian tengah gedung pencakar langit, para insinyur struktur merancang
struktur pelindung beton bertulang; dan peningkatan adalah beton kekuatan tinggi dan struktur
komposit struktur baja. Di bawah kerangka gedung pencakar langit, terdapat pondasi rakit beton
bertulang setebal 4 meter dan tiang pancang baja berlubang Ø900 m dengan panjang 429 akar.
Pondasi di bawah podium menggunakan tiang pancang baja kecil, yang mencapai lapisan tanah
ketujuh.

Keliling lubang pondasi proyek ini adalah 568 meter, kedalaman 15 ~ 19 meter, luasnya
hampir 2X104m2, dan total kuantitas pemotongan tanah adalah 32X104m3. Pelat pondasi
bangunan induk tebalnya 4 meter, dan totalnya 13500m3, kuat beton C50.

39
Rancangan Pondasi

Pad Section

40
BAB IV

ANALISI DATA

A. Pengenalan Data
 Nama Bangunan : Jin Mao Tower
 Arsitek : Adrian D. Smith, SOM Architects
 Lokasi : Shanghai, China
 Tahun dibangun : 1994 - 1998
 Luas Site : 23,257 m2
 Luas Proyek : 287,000 m2
 Jumlah Lantai : 88
 Tinggi Bangunan : 421 m
 Market : Komersial + kantor, Hotel, dll.

JIN MAO Tower merupakan pencakar langit multi fungsi yang terdiri dari perkantoran,
hotel, pertokoan, parkir, auditorium dengan luas 280.000 M2 yang terletak di distrik Pudong
di dalam zona perdagangan dan financial Lujiazui di kota metropolis Shanghai, China.
Terdiri dari 88 lantai dengan ketinggian 421 M, hingga tahun 2005 tergolong pencakar
langit tertinggi ke 4 di dunia, setelah Taipei Financial Center (Taiwan), Petronas Tower
(Malaysia), Sears Tower (Chicago USA). Penggunaan bangunan ini adalah 50 lantai untuk
perkantoran, 38 lantai hotel dengan 555 kamar (Grand Hyatt Shanghai), 900 mobil - 1000
motor pada basemen 3 lantai (57.000 M2) dan dilengkapi dengan 20.500 M2 pertokoan,
pusat perjajanan, pusat konvensi dan eksibisi serta auditorium. Bagian dasar pencakar langit
ini dikelilingi oleh plaza dengan lansekap dan kolam yang menawarkan relaksasi yang
tenteram dari aktivitas jalan sibuk kota Shanghai.

B. Perspektif Arsitektural
1. Rencana Denah
Merupakan bentuk oktagonal yang di ilhami oleh denah tipikal pagoda dengan
service core oktagonal pula yang melayani lift ekspres ke sky lobby perkantoran dan

41
hotel Sumbu silang/salib merupakan area entrans dan sirkulasi utama yang konsisten
dengan pengaturan zona zona elevator ke lobi lobi atas.
Pengaturan denah perkantoran dan hotel sangat dibatasi oleh bentuk segidelapan
(arsitektur pagoda) dan sistem struktur yang menunjang konsep pagoda. Namun
masih memberikan peluang kreativitas pada tatanan ruang hotel dengan adanya
atrium megah pada 38 lantai atas dan berakhir pada atap skylight yang merupakan
mahkota bangunan ini.

Gambar : Denah Lantai Lobby – Perkantoran Hotel Jin Mao Tower

Sumber : Skrscrapaers p.238, Tall Buildings p.141, Tall Buildings of Asia-Australia p.91

2. Penampilan Eksterior
Inspirasi penampilan eksterior bersumber dari bentuk pagoda Cina yang historis.
Konsisten dengan bentuk silang pada keempat sisi, namun mengecil secara
gradual pada keempat sudutnya yang menciptakan suatu pola yang ritmis. Fasade
stainless steel metalik mengekspresikan pergantian cahaya matahari dengan
perubahan warna di siang hari, sedangkan pada malamnya bagian monumen dan
puncak menampilkan iluminasi buatan seperti mercusuar yang mendominasi skyline
kota Shanghai.
3. Tampak Bangunan
Inspirasi tampak bangunan juga bersumber dari fengshui dengan membuat beberapa
referensi terhadap angka mujur 8. Denah segi delapan, ketinggian gedung 88 lantai.

42
Bagian dasar (tower base) berlantai 16 (2x8). Lantai berikutnya secara gradual dan
ritmik mengecil menjadi 14, 12, 10, 8, 7, 6, 3, 2, 1 dengan total 88 lantai.
4. Simplistik dan Keseimbangan
Denah gedung ini menyatakan kesederhanaan yang tercermin dari pengolahan bentuk
geometris dasar (segi delapan) dengan kesan axial kuat membentuk keseimbangan
simetris.
5. Skala dan Proporsi
Gedung pencakar langit ini termasuk dalam salah satu gedung yang teramping
didunia dengan aspect ratio 8:1 (ratio tinggi dengan lebar dasar bangunan). Dengan
ketinggian 421 M, gedung ini menonjol dalam skala urban sesuai dengan tujuan
awal pembangunan sebuah pencakar langit.
6. Organisasi Ruang
Susunan dan hirarki pengelompokan ruang diatur menurut tingkat intensitas aktivitas
manusia yang terlibat di dalamnya. Pusat eksibisi, konvensi dan pertokoan yang
melibatkan banyak orang terletak pada bagian dasar gedung, diikuti perkantoran yang
terdiri dari high zone, medium zone maupun low zone pada bagian monumen.
Hotel dengan kebutuhan ketenangan dan privasi disusun pada bagian teratas (38
lantai), berakhir dengan lantai observasi atas.
7. Dampak Visual
Sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia, JIN MAO Tower merupakan suatu
landmark pada skyline kota Shanghai dan ikon simbolik yang menyatakan
suatu progres dan perkembangan ekonomi finansial yang signifikan pada kota
Shanghai khususnya dan Cina pada umumnya. Dampak visual yang timbul semakin
menegaskan keberadaan gedung ini sebagai Cathedral of Commerce dan
mengumandangkan munculnya China sebagai negara superpower ekonomi yang baru.
8. Langgam Arsitektur
Termasuk tipologi pencakar langit monolitik dengan langgam global/lokal (kategori
postmodern skyscraper) yang menggabungkan tradisi desain lokal (pagoda) dengan
tipologi bangunan global (pencakar langit).
9. Ornamentasi dan Dekor

43
Ornamentasi fasade (dinding dan atap) merupakan bentuk yang unik dan historis
menghasilkan monumen kultural yang belum pernah terjadi sebelumnya yang secara
simultan menyajikan nostalgia dan futuristik.
C. Perspektif Struktural
1. Bentuk Struktur dan Dimensi
Sistim mega struktur (core & outriggers) terdiri dari komponen komponen struktur
dengan referensi angka 8 yaitu :
 Dinding oktagonal core reinforced mega-concrete
 8 mega kolom komposit eksterior
 8 mega kolom baja eksterior
 8 outrigger trusses struktur baja
 Pile cap fondasi tiang pancang beton tebal 4 M
 44 balok lantai interior dan 16 balok lantai eksterior

D. Sistem Struktur dasar


1. Pondasi
Shanghai berada di dataran aluvial, di mana empat puluh meter di bawah tanahnya
penuh dengan lumpur. Jadi cukup sulit membangun bangunan pencakar langit disana.
Sehingga pada lokasi pembangunan Jin Mao Tower ditambahkan batu keras untuk
menutupi lumpur
Untuk pondasi Jin Mao Tower, oleh ahli struktur telah didesain sebuah struktur
pelindung beton yang menambah kekuatan struktur dengan struktur baja komposit.
Dalamrangka bangunan menggunakan beton bertulang dengan ketebalan 4 meter
untuk merakit pondasi dan 429 akar, 900 m tumpukan besi. Pondasi di bawah posium
menggunakan
tumpukan baja kecil yang mencapai lapisan tanah ketujuh.Dasar pit perimeter dari
proyek ini adalah 568 meter, dengan kedalaman 15-19 meter,
wilayah ini sebesar 2 x 104 m, dan jumlah total pemotongan bumi adalah 32x 104
m3.Dasar lempengan bangunan utama tebal 4 meter, dan jumlah total 13.500 m3,
kekuatan

44
beton C50

2. Slurry Wall System


Struktur Jin Mao Tower menggunakan teknik “Slurry”, yaitu teknik yang digunakan
untuk membuat dinding beton atau diafragma non struktur di area yang dekat air (tepi
sungai, dll). Konstruksi dinding “slurry” melibatkan penggalian parit sempit yang
diisicairan “slurry”. Slurry tersebut mengeluarkan tekanan hidrolis untuk mencegah
keruntuhan.
Slurry bentonit adalah cairan yang paling umum digunakan di parit. Gunanya selain
menstabilkanpenggaliannya, bentonit dapat mengurangi permeabilitas dinding parit.
Setelahnya penahan tersebut dilepaskan dan diisi dengan beton

3. Curtain Wall
Curtainwall adalah sebuah pelapis atau penutup dinding gedung bagian luar untuk
melindungi area gedung bagian dalam dari terpaan sinar matahari langsung, angin,
dan dari curahan air hujan.

45
E. Tipe Sistem Struktur

1. Inti Bangnan Core


Pada Jin Mao Tower inti bangunan (core) suatu tempat untuk meletakan sistem
transportasi vertikal dan mekanis berupa lift dengan bentuk yang disesuaikan
dengan fungsi bangunan serta untuk menambah kekakuan bangunan diperlukan

46
sistem struktur dinding geser sebagai penyalur gaya lateral (seperti tiupan anginatau
gempa bumi) pada inti

2. Shear Wall
Shear Wall bulat pada bagian tengah , pada lantai 51 keatas berfungsi sebagai
dinding interior dengan bentuk bulat yang membentuk atrium kolosal sampai
lantai 88 menyatu dengan tatanan ruang ruang tidur. Selain itu Shear Wall

47
juga digunakan untuk mereduksi gempa

48
3. Kantilever
balok yang salah satu ujungnya terdapat tumpuan jepit dan ujung lain
menggantung (bebas). Balok kantilever yang menahan beban gavitasi menerima
momen negatif pada keseluruhan panjang balok tersebut

Kantilever

F. Sistem Pendukung Gaya Vertikal


Beban/gaya yang bekerja pada bangunan dan langsung berpengaruh pada struktur
bangunan, ditimbulkan secara langsung oleh gaya-gaga bangunannya sendiri dan gaya-
gaya yang timbul dari pengaruh lain. Beban/gaya yang timbul dari bangunan sendiri
terdiri dari beban-bahan konstruksi ditambah denean beban yang lain sebagai pelengkap
bangunan yang sifatnya tetap, seperti bagian dari finishing bangunan dan semua
kelengkapan utilitas
bangunan. Gaya/beban ini disebut sebagai gaya gravitasi. Penyaluran beban vertikal pada
bangunan Jin Mao Tower didukung oleh komponen pada Jin mao tower yaitu :

1. Superkolom

49
Superkolom terdiri dari baja dan beton.

2. Core
Inti core dan superkolom komposit memberikan dukungan tambahan untuk
menetralkan beban gravitasi. Beban gravitasi ditahan oleh bagian frame lantai
komposit, yaitu struktur kolom baja.

G. Sistem Pendukung Gaya Horizontal


Penyaluran beban horizontal pada bangunan Jin Mao Tower didukung oleh komponen –
komponen beban lateral pada Jin mao tower yaitu :

1. Core
Sistim resistansi gaya lateral Jin Mao Tower secara esensial bersandar pada resistansi
lentur dan geser dari core sentral. Efisiensi struktur berpusat pada transfer beban
langsung dari core sentral ke kolom eksterio

50
2. Mega Kolom
Beban lateral arah tegak lurus bangunan ditahan oleh 8 mega kolom komposit
frontal, beban lateral arah diagonal ditahan oleh 8 mega kolom baja pada sudut.

3. Outriggre Truss
Sistim outrigger memaksimalkan tinggi “balok” struktur terhadap deformasi lentur
ketika bangunan tinggi ini berperilaku seperti kantilever vertikal. Outrigger ini
terdapat pada
lantai 24-26, 51-53, 85-atap.
Fungsi Outrigger truss yaitu
a. Menangani beban lateral
b. Meningkatkan seluruh kemampuan untuk menahan beban
c. Mentransfer gaya gravitasi ke mega kolom untuk menyeimbangkan gaya

51
BAB V
KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Sistem struktur dipilih atas dasar kemampuannya melawan beban utama (gravitasi, angin,
gempa) Kemampuan mempertahankan stabilitas bangunan Berkekuatan melawan
perubahan bentuk dan pergeseran struktur secara parsial atau menyeluruh Sistem struktur
memiliki daya tahan sampai batas waktu yang dikehendaki.
Karena itu dalam pembangunan Jin Mao Tower mempertimbangankan banyak hal,
meliputi beban, pengguna, struktur dan banyak hal lainnya. Hal ini juga tak lepas dari
pertimbangan Resistance to Load yang meliputi pertimbangan struktur, Building Use dan
Function, yang meluputi kegunaan dan fungsi bangunan, Sistem bangunan serta Biaya
yang akan dikeluarkan.

52

Anda mungkin juga menyukai