Anda di halaman 1dari 11

Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Buah Nanas Dengan Metode

Solid State Fermentation (SSF) Dan Pemurnian Dengan Proses


Distilasi-Adsorbsi Dengan Variasi Ratio Bioetanol:Adsorben

Nadira Safitri1, Chairul2, Said Zul Amraini2


1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
nadira.safitri37@ymail.com

ABSTRACT

Bioethanol is an ethanol which can be obtained by glucose fermentation from


carbohydrate source that uses microorganisms help continued by distillation
process. Adsorption is a separation process where the components of a fluid
phase moves to the absorbing surface of the solid (adsorbent). In the fermentation
process pineapple peel waste with Zymomonas mobilis and distillation process
obtained the highest ethanol content of 11%, ethanol content obtained is not too
high, so it needs a process that can increase the purity of bioethanol with
distillation adsorption process. Bioethanol purification process using natural
zeolite as adsorbent with variable change is the type of adsorbent of natural
zeolite without activation with base activated natural zeolite and
bioethanol:adsorbent ratio is 1:0,35 ; 1:0,5 ; 1:0,65. From the experimental
results indicated that the highest ethanol content obtained of the zeolite and
ethanol massa ratio of 1:0,65 with using base activated natural zeolite, ethanol
content of 99,8% which fulfill Indonesian National Standard (SNI) for both
technical ethanol and denatured bioethanol specification.

Keywords : bioethanol, solid state fermentation, pineapple peel, distillation


adsorption, natural zeolite

1. Pendahuluan alternatif dari sumber yang


Dunia industri dimasa sekarang diperbaharui.
sedang terfokus pada pencarian Etanol sebagai campuran bahan
energi alternatif bahan bakar bakar fosil merupakan salah satu
biomassa sebagai sumber energi energi alternatif yang mempunyai
terbarukan (renewable). Hal ini prospek yang baik sebagai pengganti
disebabkan oleh semakin menipisnya bahan bakar fosil dengan bahan baku
persediaan bahan bakar fosil, harga alami, lebih ramah lingkungan serta
minyak dunia yang tidak stabil yang menguntungkan dari segi ekonomi.
mengakibatkan ketergantungan Salah satu bahan baku yang
terhadap energi minyak bumi, digunakan untuk fermentasi etanol
sehingga mendorong penelitian dan adalah kulit nanas. Nanas (Ananas
pengembangan sumber energi comosus L. Merr) adalah salah satu
jenis buah yang terdapat di dan dihasilkan etanol absolut
Indonesia, yang mempunyai [Bustaman, 2010].
penyebaran cukup merata. Beberapa peneliti sebelumnya
Berdasarkan kandungan telah melakukan produksi etanol
nutriennya, kulit buah nanas menggunakan alternatif pemurnian
mengandung karbohidrat dan gula diantaranya Rahman [2012] dan
yang cukup tinggi. Menurut Wijana, Rambe [2010] dengan proses
dkk [1998] kulit nanas mengandung adsorbsi. Penelitian Rahman
53,1% air, 14,42% serat kasar, menggunakan adsorben zeolit alam
17,53% karbohidrat, 1,3% protein dan batu kapur. Hasil yang diperoleh
dan 13,65% gula reduksi. Mengingat yaitu kadar etanol meningkat dari
kandungan karbohidrat dan gula kadar 1,18% menjadi 1,467% dengan
yang cukup tinggi tersebut maka ukuran zeolit 40 mesh dan waktu
kulit nanas memungkinkan untuk kontak adalah 50 menit, serta ratio
dimanfaatkan sebagai bahan baku adsorben:bioetanol adalah 0,35.
bioetanol. Sedangkan Rambe menggunakan
Secara umum, produksi etanol adsorben zeolit alam dan hasil yang
mencakup tiga rangkaian proses, diperoleh adalah etanol meningkat
yaitu persiapan bahan baku, dari kadar 95,6% menjadi 99,52%
fermentasi dan pemurnian. Pada dengan kondisi operasi ukuran zeolit
tahap persiapan, bahan baku harus alam yang digunakan 140 mesh, ratio
dikonversi terlebih dahulu menjadi zeolit:etanol 1:2, waktu perendaman
larutan gula yang akhirnya akan 120 jam. Oktaviani [2013]
difermentasi menjadi etanol. Pada melakukan fermentasi kulit nanas
tahap fermentasi, pemecahan gula- menggunakan Zymomonas mobilis
gula sederhana menjadi etanol dengan metode solid state
melibatkan enzim dan ragi. fermentation (SSF) menghasilkan
Sedangakan tahap pemurnian etanol, etanol tertinggi pada waktu
digunakan zeolit untuk proses fermentasi 24 jam dengan ukuran
dehidrasi menggunakan adsorben. substrat berbentuk slurry.
Proses dehidrasi adsorbsi merupakan Konsentrasi etanol yang diperoleh
proses lanjutan dari proses distilasi. adalah 33% menggunakan proses
Dimana pada proses distilasi pemurnian dengan cara distilasi satu
kemurnian etanol yang diperoleh kali, kadar etanol yang dihasilkan
96% dan tidak bisa meningkat lagi, belum menghasilkan etanol murni
karena titik azeotrop campuran air ± sehingga diperlukan proses
etanol adalah 96%. Pada kondisi pemurnian lanjutan. Untuk itu pada
azeotrop campuran air ± etanol sulit penelitian ini merupakan lanjutan
dipisahkan dengan metode distilasi. dari Oktaviani yang menggunakan
Untuk mencapai bioetanol (> 95%) pada proses pemurnian dengan cara
harus dilakukan pemurnian lanjutan distilasi-adsorbsi digunakan zeolit
yaitu dengan proses dehidrasi alam tanpa aktivasi dan zeolit alam
(dehidrasi molekular sieve) karena yang diaktivasi basa dengan ukuran
proses ini dapat menghilangkan air adsorben yaitu 100 mesh, serta
hingga kadar etanol menjadi 99,5% variasi ratio bietanol:adsorben
adalah 1:0,35 ; 1:0,5 ; 1:0,65. Tujuan
dari penelitian ini yaitu memperoleh 2.3 Mikroorganisme dan
bioetanol dari kulit nanas dengan Penyiapan Inokulum
menggunakan metode solid state Mikroorganisme yang
fermentation (SFF) dan pemurnian digunakan adalah Zymomonas
distilasi-adsorbsi, memperoleh data mobilis FHCC-0056 yang diperoleh
mengenai perbandingan kemampuan dari Laboratorium PAU Universitas
adsorbsi zeolit alam tanpa aktivasi Gadjah Mada, dan ditumbuh
dengan zeolit alam teraktivasi basa, kembangkan pada media tumbuh
memperoleh data ratio yang diperkaya dengan komposisi
bioetanol:adsorben optimum untuk media glukosa 10%, yeast exstract
memproduksi bioetanol dengan 1%, KH2PO4 0,1%, MgSO4.7H2O
proses pemurnian distilasi-adsorbsi 0,05%, dan (NH4)2SO4 0,1%
serta mengetahui sifat-sifat fisika [Tanaka, 1999 dalam Ageng, 2009].
produk yang sesuai memenuhi SNI. 1 jarum ose Zymomonas mobilis
diinokulasi ke dalam 1 ml media
2. Metodelogi Penelitian tumbuh diperkaya yang telah
2.1 Bahan dan Alat disterilisasi pada temperatur 121°C
2.1.1 Bahan selama 20 menit dan di-shaker
Bahan-bahan yang digunakan selama 24 jam pada kecepatan 120
dalam penelitian ini adalah kulit rpm [Aditya, 2011].
nanas, Nutrient Agar (NA), bakteri 2.4 Solid State Fermentation
Zymomonas mobilis, buffer sitrat, (SSF)
glukosa, yeast exstract, KH2PO4, Proses fermentasi dilakukan
MgSO4, 7H2O, (NH4)2SO4, dan pada erlenmeyer 1 liter dengan
akuades. ukuran partikel substrat berupa
2.1.2 Alat slurry. Sebelum inokulum
Peralatan yang digunakan pada Zymomonas mobilis diinokulasikan
penelitian ini adalah autoclave, ke dalam media fermentasi,
inkubator, shaker, beaker glass, dilakukan sterilisasi media
erlenmeyer, pipet ukur, petridish, fermentasi pada temperatur 121 oC
jarum ose, timbangan analitik, selama 20 menit. Kondisi lingkungan
rangkaian alat distilasi, rangkaian fermentasi diatur pada pH 5
alat distilasi-adsorbsi, spatula, kapas menggunakan buffer sitrat,
berlemak, pH-meter, alkoholmeter, temperatur 30 oC dan waktu
piknometer, corong, blender, bunsen, pengambilan sampel fermentasi pada
mortar, ayakan 100 mesh dan 24 jam dengan volume inokulum
viskometer oswald. 10%.
2.2 Persiapan Bahan Baku 2.5 Persiapan Adsorben
Kulit buah nanas yang didapat Pada penelitian ini digunakan
dari industri rumah tangga dua jenis adsorben untuk proses
pengolahan keripik nanas di Desa distilasi adsorbsi yaitu zeolit alam
Kualu Nanas, Kecamatan Tambang, tanpa aktivasi dan zeolit alam
Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. teraktivasi basa. Tahap persiapan
Kulit nanas dihaluskan dengan cara zeolit alam teraktivasi basa adalah
diblender hingga membentuk slurry. dengan menghaluskan zeolit alam
kemudian diayak hingga mencapai
ukuran 100 mesh. Pada tahap yang digunakan pada proses ini
persiapan zeolit teraktivasi basa yaitu adalah serangkaian alat distilasi
zeolit alam 100 mesh dipanaskan (rotary evaporator) dan pemurnian
dalam oven pada suhu 300 °C dilakukan secara berulang-ulang
selama 3 jam [Suwardi, 2000]. mulai dari suhu 800 C sampai 710 C
Setelah itu, zeolit diaktivasi secara hingga diperoleh kadar etanol lebih
kimia melalui penambahan basa. dari 95%. Pemurnian lanjutan yaitu
Sebanyak 20 gram sampel zeolit penghilangan air atau dikenal dengan
alam ditambahkan 30 mL larutan proses dehidrasi, pada penelitian ini
NaOH 0,75 N. Campuran direfluks digunakan proses distilasi-adsorbsi
selama 2 jam pada suhu 90 °C sambil dengan variasi jenis yaitu zeolit
diaduk dengan pengaduk [Rini dan tanpa aktivasi dan zeolit teraktivasi
Lingga, 2010]. Campuran kemudian basa dan ratio bioetanol:adsorben
disaring dan dibilas dengan air hingga diperoleh kadar etanol sesuai
distilasi hingga mencapai pH netral. standar sebagai bahan bakar.
Residu yang diperoleh dikeringkan 2.7 Metode Analisa
dalam furnace dengan suhu 300 °C Analisa yang dilakukan pada
selama 3 jam [Zuhaidha, 2012]. penelitian ini adalah analisa kadar
2.6 Pemisahan dan Pemurnian etanol dengan menggunakan
Pada tahap pemisahan dan alkoholmeter, analisa densitas
pemurnian yaitu terdiri dari proses menggunakan piknometer, analisa
pembuatan etanol-air pada kondisi viskositas menggunakan viskometer
azeotrop yaitu kondisi dimana air oswald, analisa BET dan analisa GC-
tidak dapat dipisahkan lagi dengan MS.
menggunakan metode distilasi. Alat

3. Hasil dan Pembahasan proses fermentasi etanol ini, waktu


3.1 Hasil Fermentasi Etanol fermentasi yang dilakukan selama 24
Pada tahap fermentasi, jam dan jumlah inokulum 10%v/v,
penelitian ini menggunakan metode hasil yang didapat merupakan umpan
solid state fermentation (SSF) dan untuk proses distilasi, kadar etanol
mikroorganisme yang digunakan yang dihasilkan dapat dilihat pada
yaitu Zymmomonas mobilis. Pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rendemen Hasil Fermentasi Etanol
Jumlah Kadar
Jumlah
No. Nama Bahan Etanol
Hasil (ml)
Baku (ml) (%)
1 Sampel 1 1000 920 11
2 Sampel 2 1000 920 11
3 Sampel 3 1000 900 11
4 Sampel 4 1000 890 10
5 Sampel 5 1000 900 11
6 Sampel 6 1000 900 11
7 Sampel 7 1000 910 11
3.2 Perolehan Kadar Etanol senyawa pengotor sehingga perlu
Hasil Distilasi dilakukan pemurnian untuk
Kadar etanol yang diperoleh meningkatkan kadar alkohol pada
dari hasil fermentasi adalah sebesar etanol hasil fermentasi. Kadar etanol
11% volum yang terdiri dari setiap pengulangan proses distilasi
campuran etanol-air maupun dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Kadar Etanol Setiap Pengulangan Proses Distilasi

Kadar Etanol pada Distilasi ke-


No.
1 2 3 4 5 6 7
1 25% 41% 68% 74% 84% 95% 95,4%
2 22% 47% 61% 73% 85% 95% 95%
3 26% 49% 70% 76% 86% 95% 95%
4 22% 48% 63% 73% 84% 94% 95%
5 20% 42% 60% 71% 81% 94% 95%
Pada penelitian ini, kadar dengan titik didih campuran berada
etanol tidak dapat ditingkatkan lagi dibawah titik didih masing-masing
saat telah mencapai kadar 95-96% bahan yaitu di bawah titik didih
volum. Hal ini disebabkan karena etanol dan air [Clark, 2005].
semakin sering destilasi dilakukan Walaupun dimurnikan dengan
semakin sedikit komponen air dalam distilasi secara terus-menerus, kadar
bahan yang didestilasi atau tidak etanol yang diperoleh tidak akan
adanya lagi komponen untuk melebihi 95,6% berat. Oleh karena
dipisahkan lebih lanjut. Hal ini sesuai itu, untuk memurnikan etanol, maka
dengan literatur yang menyatakan perlu dilakukan adsorpsi
bahwa campuran azeotrop etanol-air menggunakan adsorben yang dalam
WLGDN PHQJLNXWL +XNXP 5DRXOW¶V hal ini adalah zeolit molecular sieve
Pada campuran etanol-air terjadi [Prihandana, 2007].
penyimpangan (deviasi) positif

3.3 Hasil Analisa Zeolit Alam analisa BET dapat dilihat pada Tabel
(Adsorben) 3.3.
Proses aktivasi zeolit alam Tabel 3.3 Diameter Pori Zeolit
dilakukan dengan menggunakan dua Tanpa Aktivasi dan Dengan Aktivasi
metode, yaitu aktivasi dengan Basa
panas/fisis serta aktivasi dengan Diameter Pori Zeolit
Ukuran
NaOH. Zeolit yang telah diaktivasi (Å)
Zeolit
lalu dianalisa. Analisa yang Tanpa Aktivasi
(mesh)
dilakukan pada zeolit (adsorben) Aktivasi Basa
pada penelitian ini yaitu analisa BET 100 2,01 1,99
(Brunauer-Emmet-Teller). Hasil analisa BET (Brunauer-
Analisa BET (Brunauer- Emmet-Teller), Tabel 3.3 diatas
Emmet-Teller) dilakukan untuk menunjukkan diameter pori zeolit
mengetahui luas permukaan dan alam setelah mengalami perlakuan
distribusi pori yang terdapat pada atau aktivasi menjadi semakin kecil,
zeolit. Data diameter pori zeolit hasil hal tersebut menunjukkan pengaruh
pemanasan dan penambahan basa permukaan zeolit semakin besar,
pada proses aktivasi. Pemanasan sehingga diharapkan terjadi
bertujuan menghilangkan molekul air peningkatan volume pori. Hal ini
yang terikat pada zeolit agar pori- merupakan salah satu faktor yang
porinya terbuka sehingga luas menyebabkan peningkatan
permukaan adsorben meningkat yang kemampuan adsorpsi zeolit setelah
berarti diameter pori zeolit mengecil. mengalami aktivasi [Kurniasari,
Sedangkan penambahan basa 2010]. Semakin kecil diameter pori
bertujuan untuk meningkatkan daya zeolit, semakin rendah rasio Si/Al,
adsorpsi air pada zeolit alam. maka zeolit menjadi lebih hidrofilik.
Perubahan diameter pori yang Hal ini menyebabkan kemampuan
mengecil, dimungkinkan terjadi adsorpsi zeolit terhadap uap air lebih
perubahan pada morfologi zeolit dan besar.
perubahan struktur zeolit. Semakin
kecil diameter pori zeolit maka luas
3.4 Pengaruh Ratio adsorbsi menggunakan molecular
Bioetanol:Adsorben sieve zeolit alam tanpa aktivasi dan
Terhadap Kenaikan Kadar zeolit alam teraktivasi basa dengan
Etanol ukuran partikel 100 mesh dan ratio
Dehidrasi etanol merupakan bioetanol:adsorben yaitu 1:0,35 ;
proses pemurnian etanol sehingga 1:0,5 ; 1:0,65. Kadar etanol sebelum
didapatkan etanol dengan kadar dan setelah proses distilasi-adsorbsi
diatas titik azeotrop. Dehidrasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.
dilakukan yaitu dengan cara distilasi
Tabel 3.4 Pengaruh Ratio Bioetanol:Adsorben Terhadap Kenaikan Kadar Etanol
Ukuran
Ratio Kadar Etanol Kadar Etanol
Jenis Partikel
No. Etanol: Sebelum Setelah
Adsorben Adsorben
Adsorben Adsorbsi (%) Adsorbsi (%)
(mesh)
1 1:0,35 ZTA 100 95 99,5
2 1:0,5 ZTA 100 95 99,6
3 1:0,65 ZTA 100 95 99,7
4 1:0,35 ZTB 100 95 99,7
5 1:0,5 ZTB 100 95 99,7
6 1:0,65 ZTB 100 95 99,8
Keterangan:
ZTA : Zeolit tanpa aktivasi
ZTB : Zeolit teraktivasi basa
Grafik hubungan antara ratio kenaikan kadar etanol dapat dilihat
bioetanol:adsorben terhadap pada Gambar 3.1
Grafik Hubungan Kadar Etanol Vs Ratio Bioetanol:Adsorben
99,85
99,8
tanpa aktivasi
99,75
Kadar Etanol (%)

teraktivasi basa
99,7
99,65
99,6
99,55
99,5
99,45
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Ratio Bioetanol:Adsorben

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Antar Ratio Bioetanol:Adsorben Terhadap


Kenaikan Kadar Etanol
Dari Gambar 3.1, diperoleh dipengaruhi oleh porositas zeolit,
ratio etanol:adsorben yang paling luas penampang zeolit yang semakin
optimal yaitu 1:0,65 dengan jenis besar dan daya serap zeolit terhadap
adsorben zeolit teraktivasi basa dan molekul air dalam larutan etanol
ukuran partikel adsorben 100 mesh. [Nadzif dkk., 2009].
Kadar etanol yang dihasilkan adalah Penggunaan zeolit pada
99,8%. Hasil penelitian kondisi sudah diaktivasi
menunjukkan bahwa semakin banyak menunjukkan hasil pemurnian yang
zeolit yang digunakan sebagai lebih tinggi dibandingkan dengan
adsorben, maka kadar etanol yang kondisi tidak diaktivasi. Seperti yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi. terlihat pada Gambar 3.1, kadar
Hal ini sesuai dengan teori dimana etanol akan semakin tinggi jika
semakin banyak jumlah zeolit dan digunakan zeolit yang sudah
adanya konsentrasi larutan etanol diaktivasi. Semakin tinggi zeolit
mula ± mula yang tetap, maka air yang ada dalam kolom akan
yang terjerap akan semakin banyak. memperbesar kontak antara adsorben
Flow rate etanol dipengaruhi oleh dan bioetanol sehingga kadar
volume etanol yang dihasilkan dari bioetanol yang dimurnikan juga akan
proses distilasi adsorbsi itu sendiri. semakin tinggi [Rahman, 2012].
Volume etanol yang diperoleh,
3.5 Analisa Sifat Fisika acuan standar nasional Indonesia
Bioetanol baik untuk etanol teknis maupun
Analisis sifat fisika yang untuk bioetanol terdenaturasi
dilakukan adalah warna, bau, digunakan SNI nomor SNI DT-27-
densitas, viskositas dan pH. Sebagai 0001-2006 dan SNI 06-3565-1994.
Tabel 3.5 Standar Nasional Indonesia Kualitas Bioetanol
No Description Unit, min/max Specification
99,5 (before denature added)
1 Etanol Content %-v , min
94 ( after+Denature added)
2 Metanol Content mg/L, max 300
3 Water content(Moisture) %-v , max 1 ( after+Denature )
%-v , min 2
4 Denature content
%-v , max 5
Acidity as
5 mg/L 30
CH3COOH
6 Ion Klorida ( cl ) mg/L 40
7 Copper content cu ) mg/kg 0,1
8 Sulfur content ( s) mg/L, max 50
mg/100 ml ,
9 gum 5
max
10 Phe 6,5 ± 9
Clear, bright natural no
11 Epearance
sedimentation partickel
Sumber : SNI DT-27-0001-2006
Tabel 3.6 Sifat Fisika dan Kimia Etanol Absolut dan Etanol Teknis
Parameter Etanol Absolut Etanol Teknis
0
Titik beku ( C) -112,3 -
0
Titik didih ( C) 78,4 -
Spesifik graviti 0,7851 -
Indek bias 1,3633 1,3651
Densitas pada 200C (gr/ml) 0,730-0,820 -
0
Viskositas pada 20 C (P) 0,0122 0,0141
Tegangan permukaan (dyne/cm) 22,3 22,8
Panas spesifik 0,581 0,618
Panas evaporasi (kal/gr) 204 -
Konduktivitas elektrik pada 25 0C (ohm-1/cm) 1,35 x 10-9 -
Sumber : SNI 06-3565-1994
Hasil uji sifat fisika bioetanol hasil pemurnian dengan proses distilasi-adsorpsi
dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Hasil Uji Sifat Fisika Bioetanol Hasil Pemurnian Dengan Proses
Distilasi-Adsorpsi
Ratio Etanol: Jenis Densitas Viskositas
No. Warna Bau pH
Adsorben Adsorben (gr/ml) (Poise)
Jernih dan Khas
terang, tidak etanol,
1 1:0,35 ZTA 0,822 0,01808 6,5
ada endapan tidak
atau kotoran asam
Jernih dan Khas
terang, tidak etanol,
2 1:0,5 ZTA 0,808 0,01623 6,6
ada endapan tidak
atau kotoran asam
Jernih dan Khas
terang, tidak etanol,
3 1:0,65 ZTA 0,797 0,01640 6,6
ada endapan tidak
atau kotoran asam
Jernih dan Khas
terang, tidak etanol,
4 1:0,35 ZTB 0,782 0,01536 6,7
ada endapan tidak
atau kotoran asam
Jernih dan Khas
terang, tidak etanol,
5 1:0,5 ZTB 0,766 0,01462 6,8
ada endapan tidak
atau kotoran asam
Jernih dan Khas
terang, tidak etanol,
6 1:0,65 ZTB 0,745 0,01341 6,8
ada endapan tidak
atau kotoran asam
Berdasarkan hasil yang didapat tinggi temperaturnya maka densitas
(Tabel 3.7), dapat dilihat bahwa akan lebih rendah dan sebaliknya
besar densitas dan viskositas semakin rendah temperaturnya maka
bioetanol yang dihasilkan dari proses densitasnya akan semakin naik
pemurnian tidak jauh berbeda dari sehingga kualitasnya semakin jelek
densitas dan viskositas bioetanol [Fembriyono, 2003]. Sama halnya
yang ditentukan oleh SNI, yaitu dengan viskositas, viskositas
berkisar antara 0,730-0,820 gr/ml menurun dengan meningkatnya
dan 0,0122 Poise. Densitas bahan temperatur, makin tinggi temperatur
bakar diduga akan sangat viskositas makin rendah dan
berpengaruh terhadap laju konsumsi sebaliknya semakin rendah
bahan bakar. Semakin besar temperatur maka makin tinggi
densitasnya diprediksi akan semakin viskositas. Hal ini menunjukkan
meningkatkan konsumsi bahan bakar bahwa warna, bau, densitas,
atau semakin boros. Densitas viskositas, pH yang diperoleh
dipengaruhi oleh temperatur, makin memenuhi syarat mutu SNI.
4. Kesimpulan Zymomonas Mobilis dengan
1. Kemurnian bioetanol dari Variasi Volume Inokulum,
kulit nanas dengan proses Laporan Penelitian, Teknik
distilasi-adsorpsi dapat Kimia Universitas Riau,
ditingkatkan dari 11% Pekanbaru.
menjadi 99,8%. Ageng, D dan S.R Putra (2009).
2. Adsorben zeolit alam yang Profil Fermentasi Sukrosa
telah diaktivasi dengan basa Menjadi Etanol Menggunakan
berpotensi digunakan sebagai Zymomonas Mobilis Yang
adsorben yang selektif dalam Dikoamobilkan Dengan
memurnikan bioetanol. Ekstrak Kasar Invertase.
3. Kualitas bioetanol yang Skripsi, Institut Teknologi
dihasilkan dengan proses Sepuluh November, Surabaya.
distilasi-adsorbsi sesuai Bustaman, Sjahrul. (2010).
standar SNI. Kebijakan Pengembangan
Bahan Bakar Nabati
5. Saran (Bioetanol) di Maluku. Balai
1. Sebaiknya dilakukan analisa- Besar Pengkajian dan
analisa lain untuk uji zeolit Pengembangan Teknologi
seperti analisa SEM, XRD Pertanian Indonesia Center of
untuk mengetahui struktur Agricultural Technology
zeolit alam dan morfologi Assesment and Development
zeolit. Bogor.
2. Perlu dilakukan analisa Clark, J. (2005). Non-ideal Mixtures
bioetanol yang lain yang of Liquids.
dapat memenuhi standar http://www.chemguide.co.uk/
nasional Indonesia kualitas physical/phaseeqia/nonideal.h
bioetanol seperti uji tml. Diakses pada tanggal 25
keasaman dan lain-lain. November 2013.
Febriyono, D. (2003). Pembuatan
6. Ucapan Terimakasih Biodiesel dari Bahan Baku
Penulis mengucapkan Minyak Goreng Bekas.
terimakasih kepada Bapak Said Zul Skripsi S1. Jurusan Teknik
Amraini, ST., MT dan Bapak Mesin. Fakultas Teknik.
Chairul, ST., MT selaku dosen Universitas Udayana. Bali.
pembimbing, orang tua yang selalu Kurniasari, L. (2010). Aktivasi Zeolit
memberikan dukungan, shinta Alam Sebagai Adsorben Uap
sebagai sahabat sekaligus teman Air Pada Alat Pengering
diskusi, serta semua pihak yang telah Bersuhu Rendah. Tesis :
membantu selama jalannya Universitas Diponegoro,
penelitian. Semarang.
Nadzif, M.Y., Wibowo, S., (2009).
Daftar Pustaka Kajian Kinerja Media
Aditya, F.L. (2011). Pembuatan Kondensasi untuk Pemurnian
Bioetanol dari Nira Sorgum Ethanol. Fakultas Teknik
Menggunakan Bakteri Industri, Universitas
Pembangunan Nasional SNI 06-3565-1994. Alkohol Teknis.
Veteran, Jawa Timur. Jakarta : Dewan Standar
Oktaviani, Reni. (2013). Produksi Nasional Indonesia.
Etanol dari Limbah Kulit SNI DT-27-0001-2006. Standar
Nanas dengan Metode Solid Nasional Indonesia Kualitas
State Fermentation (SSF) Bioetanol. Badan Standarisasi
Terhadap Variasi Waktu dan Nasional (BSN).
Variasi Ukuran Partikel Suwardi. (2000). Pemanfaatan
Substrat. Laporan Penelitian, mineral zeolit di bidang
Teknik Kimia Universitas pertanian dan lingkungan
Riau, Pekanbaru. [abstrak]. Di dalam : Seminar
Prihandana. (2007). Bioetanol Ubi Staf Jurusan Tanah, Fakultas
Kayu Bahan Bakar Masa Pertanian, IPB, 22 Maret
Depan. Agromedia. Jakarta. 2000. http://suwardi-
Rahman, N. A. (2012). Peningkatan abstrak.blogspot.com pada
Kadar Bioetanol dari Kulit tanggal 26 Juni 2013.
Nanas Menggunakan Zeolit Wijana S, dkk. (1998). Optimalisasi
Alam dan Batu Kapur. Penambahan Tepung Kulit
Skripsi, Institut Teknologi Nanas dan Proses Fermentasi
Nasional : Malang. pada Pakan Ternak terhadap
Rambe, L. S. P. (2010). Pembuatan Peningkatan Kualitas Nutrisi.
Etanol Kering (Anhydrous ARMP (Deptan). Universitas
Ethanol) Dengan Brawijaya. Malang.
Memanfaatkan Zeolit Alam Zuhaidha, Noor. (2012). Zeolit Alam
Sebagai Adsorben. Tesis, Teraktivasi Basa Untuk
Universitas Gadjah Mada : Pemurnian Bioetanol. Skripsi,
Yogyakarta. Departemen Kimia Fakultas
Rini, D. K dan Lingga, F. A. (2010). Matematika Dan Ilmu
Optimasi Aktivasi Zeolit Pengetahuan Alam. Institut
Alam Untuk Dehumidifikasi. Pertanian Bogor.
Skripsi, Universitas
Diponegoro : Semarang.

Anda mungkin juga menyukai