HIPERTENSI
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah klinik Keperawatan Medical
Bedah
Disusun oleh :
10119099
2B KEPERAWATAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013;
Ferri, 2017).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus
menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014).
Klasifikasi Hipertensi
c. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba
dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak
kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler pembentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh. Kapiler selanjutnya
bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih
besar disebut vena.
d. Vena ( pembuluh darah balik )
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung
Beberapa vena yang penting :
1) Vena cava superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan
membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax
dan ektremitas atas.
2) Vena cava inferor
Vena yang mengembalikan darah kotor ke
jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.
3) Vena cava jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak
ke jantung.
Khusus sistem pengantar atrium ke ventrikel terdapat
perlambatan 1/10 detik antara jalan implus jantung dan atrium ke
dalam ventrikel. Hal ini memungkinkan atrium berkontraksi
mendahului ventrikel, atrium bekerja sebagai pompa primer bagi
ventrikel dan ventrikel kemudian menyediakan sumber tenaga
utama bagi pergerakan darah melalui sistem vaskular.
5. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup). Mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2002 ).
6. Pengkajian Fokus
Menurut Doengoes (2000)
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin.
c) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, faktor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara.
d) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e) Makanan / Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
f) Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optik
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
h) Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok
Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis
i) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
j) Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM , penyakit ginjal.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. BUN : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
b. Glukosa : hiperglikemi dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin
c. Kalium serum : hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama
d. Kalsium serum : peningkatan dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum : peningkatan dapat membentuk
adanya plak ateromatosa
f. pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
g. kadar aldosteron urin/serum : mengkaji aldosteronisme primer (
penyebab)
h. urinalisa : mengisyaratkan disfungsi ginjal
i. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
j. steroid urin : mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP : mengetahui penyebab hieprtensi
l. Foto dada : menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,
perbesaran jantung
m. CT skan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati
n. EKG : Dapat menunjukan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan: luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Analisa Data
4. Implementasi
- Mengkaji TTV pasien secara rutin
- Menyajikan makanan rendah garam
- Melakukan relaksasi progresif
- Melakukan konseling tentanh hipertensi
5. Evaluasi
- Keluarga klien mengatakan TD pasien normal
- Keluarga klien mengerti tentang apa itu hipertensi
- Keluarga klien mengatakan pasien dapat tertidur.
-