Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“MASALAH INTEGRASI NASIONAL DI INDONESIA”

Dosen Pengampu:
Dr. Eli Karliani, M.Pd
Triyani, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 8
Etika Putri Oktaviani ACA 118 012
Maulida Yunita ACA 118 025
Dendi Pratama ACA 118 034
Purwati Ningsih ACA 118 036
Almira Brenda Mihing ACA 118 053
Fahruji ACA 118 059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah yang dikerjakan ini berjudul
"Masalah Integrasi Nasional di Indonesia".
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian dan penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena masih banyaknya kekurangan yang ada pada diri penyusun. Untuk itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, sehingga pada
penyusunan makalah selanjutnya bisa lebih baik.
Akhir kata penyusun berharap makalah Pengantar Pendidikan ini dapat bermanfaat bagi
penyisin khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Semoga Tuhan selalu atau senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua. Aamiin.

Palangkaraya, 2 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN MATERI.................................................................... 3
2.1 Pengertian Konflik....................................................................................... 3
2.2 Konflik antar Etnis...................................................................................... 3
2.3 Konflik antar Etnis di Indonesia.................................................................. 6
2.4 Solusi Penyelesaian Konflik antar Etnis...................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 11
3.2 Saran........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12

3
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Tidak satupun manusiayangdapat hidup sendiri di dunia ini, satu dengan yang lainnya akan
saling membutuhkan, memerlukan, melengkapi, dan memenuhi seputar kebutuhan hidupnya.
Dengan adanya hal itulah mereka berkomunikasi sehingga terciptalah interaksi dan tanggapan
prilaku seseorang, akan adanya interaksi-interaksi tersebut, karena konflik itumenurut Coser
adalah perbedaan fokus dan pemahaman manusia.

Faktor-faktor yang menjadi akar timbulnya konflik harus diangkat dengan benar-
benarjelassampaikepermukaanpublik, sebab dengan carainikita bisa mencari solusinya. Etnik
atau suku bangsa, biasanya memiliki berbagai kebudayan yang berbeda satu dengan lainnya.
Sesuatu yang dianggap baik atau sakral dari suku tertentu mungkin tidak demikian halnya bagi
suku lain. Perbedaan etnis tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antar etnis.

Konflik antar etnis ini terjadi karena benturan budaya, kepentingan, ekonomi politik, dan lain
lain. Dan demi menciptakan Negara yang aman dan tentram, pemerintah harus menyelesaikan
masalah konflik antar etnis. Cara yang lebih demokratik demi tercegahnya perpecahan, dan
penindasan atas yang lemah oleh yang lebih kuat, adalah cara penyelesaian yang berangkat dari
niat untuk take a little and give a little, didasari itikat baik untuk berkompromi dan
bermusyawarah.

Rumusan Masalah

Ada beberapa hal yang akan dijadikan masalah untuk mengerjakan penelitian di dalam makalah
ini, antara lain sebagai berikut:

1.Apa pengertian dari konflik?


2.Mengapa konflik antar etnis bisa muncul di sebuah Negara?
3.Bagaimana cara menyelesaikan konflik antar etnis tersebut?

Maksud dan Tujuan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.Memenuhi tugas UAS pelajaran Isu Isu Politik Kontemporer
2.Mengetahui dan memahami penegertian dari konflik dan penyebab konflik
3.Mengetahui bagaimana konflik antar etnis bisa muncul dalam sebuah Negara
4.Memberikan solusi untuk penyelesaian konflik antar etnis dalam sebuah Negara
5.Memperoleh analisis dari hasil penulisan tentang konflik antar etnis

4
Kerangka Pemikiran

Para ahli pemikir, sebagaimanamerekaberbicara soalpengertian ilmu-ilmuyang lain, dalam


mendefinisikan konflik saja mereka berbeda, Adapun beberapa pengertian konflik itu adalah
sebagai berikut: 

1.MenurutCoser (1956)konflikadalahprilakudan kondisi seseorang yang tengah dilakukannya


dan juga perbedaanfokusdanpemahamanmanusia.

2.Menurut Krisberg (1982) konflik adalah berbedanyatujuanmasing- masing manusia


(individu),kelompok,dan etnis dalam suatu negara dan bangsa.

Dalam suatu masyarakat akan selalu ada kelompok atas yang menguasai kelompok bawah,
kelompok ini dibagi berdasarkan kekuasaan, kemampuan, kekayaan, kekuatan, dsb. Kelompok
bawah (yang lemah) akan “ditindas” dan menjalankan kehendak kelompok atas. Fenomena ini
akhirnya memicu timbulnya konflik antar kelompok. Selain hal tersebut kurangnya integrasi
dalam masyarakat, perbedaan paham atau kepentingan juga sebagai faktor timbulnya konflik.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik adalah perbedaan
tanggapan yang terjadi akibat interaksi manusia dalam mewujudkan/mengungkapkan
keinginannya. Oleh karena itu menurut penulis, konflik itu wajar dan manusiawi karena bedanya
para ahli dalam berpendapat tentang konflik di atas, itu juga sudah merupakan sebuah konflik
yang terjadi.Namun apa akibat dari konflik itu akan negatif? Jelas, hal itu memerlukan penyulut
dan pemobilitas tersendiri yang lepas dari bagian makna kata konflik tersebut. Konflik yang
negative tentunya akan merugikan kedua pihak dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu
penyelesaian konflik harus dilakukan. Kita harus mengaitkan teori yang ada dengan praktik di
lapangan dalam menyelesaiakan konflik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

Pembahasan

Menurut Alo Liliweri konflik adalah bentuk perasaan yang tidak beres yang melanda hubungan
antara satu bagian dengan bagian lain, satu orang dengan orang lain, satu kelompok dengan
kelompok lain. Konflik dapat secara positif fungsional sejauh ia memperkuat kelompok dan
secara negatif fungsional sejauh ia bergerak melawan struktur.

Pengertian Konflik

Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain saling
bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak-
pihak tersebut menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap tindakan tersebut.

Implikasi dari definisi konflik adalah :

1. Konflik dapat terjadi di dalam atau di luar sebuah system kerja peraturan.
2. Konflik harus disadari oleh setidaknya salah satu pihak yang terlibat dalam konflik tersebut.
3. Keberlanjutan bukan suatu hal yang penting karena akan terhenti ketika suatu tujuan telah
tercapai
4. Tindakan bisa jadi menahan diri dari untuk tidak bertindak

Konflik etnis adalah konflik yang terkait dengan permasalahan- permasalahan mendesak
mengenai politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teritorial di antara dua komunitas etnis atau lebih.

Menurut Indrio Gito Sudarmo dan I Nyoman Sudita, banyak Tokoh yang membahas mengenai
“Teori Konflik” seperti Karl Marx, Durkheim, Simmel, dan lain-lain yang dilatarbelakangi oleh
permasalahan ekonomi dan sosial. Karl Marx melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses
perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Ia mengantisipasi bahwa
kedamaian dan harmoni akan menjadi hasil akhir sejarah perang dan revolusi kekerasan. Namun
bentrokan kepentingan kepentingan ekonomi ini akan berakhir di dalam sebuah masyarakat yang
tanpa kelas, tanpa konflik dan kreatifitas yang disebut komunisme. Kalau konflik ini terus
terusan dibiarkan, akan membuat ketidakstabilan di masyarakat. Masyarakat akan merasa
terancam dan tidak kenang dalam hidupnya.

Durkheim menekankan proses sosial yang meningkatkan integritas sosial dan kekompakan.
Meskipun dia mengakui bahwa konflik terjadi dalam kehidupan sosial, dia cenderung untuk

6
memperlakukan konflik yang berlebih-lebihan sebagai sesuatu yang tidak normal dalam integrasi
masyarakat. Hubungan saling ketergantungan antara konflik dan kekompakan dinyatakan juga
dalam dinamika di dalam hubungan kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group).
Suatu kelompok atau masyarakat cenderung memiliki sumber yang dapat dikerahkan dan
solidaritasnya diperkuat bila kelompok itu terlibat dalam konflik dengan kelompok atau
masyarakat lain. Selama masa dimana ada ancaman atau konflik dengan organisasi luar,
percekcokan atau konflik dalam kelompok cenderung rendah dan menurun.

Konflik Antar Etnis

Konflik etnis adalah konflik yang terkait dengan permasalahanpermasalahan mendesak


mengenai politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teritorial di antara dua kelompoketnis atau
lebih. Konflik etnis seringkali bernuansa kekerasan, tetapi bisa juga tidak. Namun biasanya
konflik etnis bernuansa dengan kekerasan dan jatuh korban. Etnik atau suku bangsa, biasanya
memiliki berbagai kebudayan yang berbeda satu dengan lainnya. Sesuatu yang dianggap baik
atau sakral dari suku tertentu mungkin tidak demikian halnya bagi suku lain. Perbedaan etnis
tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antar etnis.

Faturochman menyebutkan setidaknya ada enam hal yang biasa melatarbelakangi terjadinya
konflik etnis terjadi disebuah tempat. Enam hal tersebut antara lain yakni:

1.Kepentingan yang sama diantara beberapa pihak

2.Perebutan sumber daya

3.Sumber daya yang terbatas

4.Kategori atau identitas yang berbeda

5.Prasangka atau diskriminasi

6.Ketidakjelasan aturan (ketidakadilan).

Konflik antar etnis yang terjadi dapat dikatakan karena kepentingan beberapa oknum atau pihak
yang memang bertujuan untuk mengambil untung dari konflik tersebut. Etnis etnis yang saling
berkonflik sangat mudah di adu domba karena memang sumber daya manusia yang terbatas.
Dalam arti pendidikannya kurang dan tingkat ekonomi yang rendah. Seharusnya dari masing
masing kepala daerah yang ada di wilayah konflik tersebut harus tegas membuat atau
merealisikan kebijkan ketika terjadi sebuah konflik antar etnis.
Dalam konteks Indonesia sendiri, kita kerap kali mendengar terjadinya konflik antar etnis.
Sebenarnya akar dari konflik ini adalah keterbelakangan dari masyarakat di wilayah konflik
tersebut. Sementara itu, Sukamdi menyebutkan bahwa konflik antar etnik di Indonesia terdiri
dari tiga sebab utama, yakni:

7
1.Konflik muncul karena ada benturan budaya

2.Karena masalah ekonomi politik

3.Karena kesenjangan ekonomi sehingga timbul kesenjangan sosial.

Menurutnya konflik terbuka dengan kelompok etnis lain hanyalah merupakan bentuk perlawanan
terhadap struktur ekonomi-politik yang menghimpit mereka sehingga dapat terjadi konflik
diantara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan identitas sosial, dalam hal ini etnik dan
budaya khasnya, seringkali menimbulkan etnosentrisme yang kaku, dimana seseorang tidak
mampu keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan
perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar
belakang budayanya. Sikap etnosentrisme yang kaku ini sangat berperan dalam menciptakan
konflik karena ketidakmampuan orang-orang untuk memahami perbedaan.[10] Sebagai
tambahan, pengidentifikasian kuat seseorang terhadap kelompok cenderung akan menyebabkan
seseorang lebih berprasangka, yang akan menjadi konflik.

Berdasarkan tulisan dari Stefan Wolff, bahwa konflik etnis ini sebagian besar terjadi di wilayah
Afrika, Asia, serta sebagian Eropa Timur. Dikatakan bahwa negara-negara Eropa Barat serta
Amerika Utara tidak terpengaruh atas konflik etnis yang terjadi di dunia ini. Yang menjadi
pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa konflik tersebut terjadi di wilayah yang terbelakang
secara peradaban? Belum ada jawaban atas pertanyaan ini. Jawaban yang cukup masuk akal akan
pertanyaan ini adalah berdasarkan rentan waktu munculnya peradaban.

Asia dan Afrika adalah dua benua yang memiliki sejarah peradaban tertua di dunia. dan secara
tidak sengaja, kedua benua ini memiliki berbagai macam etnis,ras, ataupun suku bangsa. Tentu
saja hal ini tidak dapat ditemui di benua Amerika yang merupakan “peradaban baru” bentukan
Eropa. Peradaban-peradaban ini sejak dahulu selalu terlibat perang suku. Celakanya, perang
antar suku dan ras yang terjadi ini menyimpan dendam diantara semua pihak yang bertikai dan
masih terbawa hingga kini. Dengan demikian, Wolff menyimpulkan bahwa “ethnic conflicts are
based on ancient hatreds between groups fighting in them and that”. Sebagian kecil konflik yang
terjadi adalah akibat isu kontemporer politik ataupun agama.

Konflik Antar Etnis di Indonesia

Beragamnya suku, agama, ras, dan golongan membuat Indonesia sebagai bangsa yang rawan
konflik. Dari ujung timur sampai ujung barat bangsa ini sering kali terdengar jerit tangis bahkan
tetesan darah menyelimuti Tanah Air. Semboyan yang terdapat di kaki kuat sang Burung Garuda
“Bhineka Tunggal Ika” nampaknya belum menjiwai seluruh warga bangsa ini.[11] Rasa satu
kesatuan sebagai warga negara bukanlah hal yang utama, melainkan arti kata semboyan bangsa
ini hanya sekedar wacana belaka. Beberapa peristiwa akibat konflik setelah lengsernya otoritas
orde baru dan lahirnya era reformasi adalahsebagai berikut :

8
a. Krisis Aceh dengan adanya Gerakan Aceh merdeka (GAM).

b. Krisis Ambon yang memicu perpecahan bangsa karena keyakinan.

c. Krisis Poso di Sulawesi Tengah.

d. Gerakan Papua Merdeka

e. Peristiwa Dayak-Madura di Kalimantan Tengah.

f. Peristiwa Ketapang di Jakarta.

g. Peristiwa Bom Bali.

h. Peristiwa seputar Jemaah Ahmadiyah.

i. Peristiwa Monas di Jakarta.

j. dan timbulnya lagi krisis Ambon saat ini.

Sebenarnya masih banyak peristiwa lain yang terjadi akibatkonflik, seperti adanya tindak anarkis
antara karyawan dan perusahaan, warga masyarakat dan perusahaan, dan aksi preman yang
hampir di setiap kota besar terjadi.

Di balik konflik antaretnis di Indonesia yang memecahkan satu kesatuan bangsa jika ditelisik
lebih mendalam terdapat sumbu yang membuat satu etnis dengan etnis lainnya hanya
memperlihatkan rasa keaku-akuannya, rasa “kami”, dan “mereka”, mereka melihat etnis lain
adalah kelompok luar darinya, dan etnis luar melihat etnis lain sebagai musuh baginya. Setiap
konflik yang berujung SARA bermula dari konflik individu yang kemudian mengarah ke konflik
kolektif yang mengatasnamakan etnis. Kasus konflik Tarakan, Kalimantan Timur, berawal dari
salah seorang pemuda Suku Tidung yang melintas di kerumunan Suku Bugis, lantas di keroyok
oleh lima orang hingga tewas karena sabetan senjata tajam. Konflik Tarakan menjadi memanas
nyatanya tersimpan dendam ke Suku Bugis yang lebih maju menguasai sektor ekonomi.   Faktor
ekonomi juga menjadi penyebab utama konflik di bangsa ini, dalam kasus sebuah klub kafe di
Bilangan Jakarta Selatan “Dari Blowfish Ke Ampera” antara Suku Ambon dan Suku Flores yang
berawal dari perebutan jasa penjaga preman hingga konflik tersebut mengarah ke konflik etnis.
Sampai pada Sidang Pengadilan masing-masing pihak yang bertikai masih menunjukan
etnosentrisnya.

Penguasaan sektor ekonomi memicu besarnya sentimen etnis dan adanya prejudice membuat


konflik meranah ke agama. Konflik agama yang terjadi di Poso jika ditelusi secara mendalam
bermula dari pertikaian pemuda yang berbeda agama yang sedang mabuk hingga karena

9
sentimen kepercayaan hingga merambah ke konflik etnis dan agama. Konflik Poso kian
memanas ketika provokasi akan adanya masjid yang dibakar oleh umat kristiani, agama memang
sangat rentan. Aparat Pemerintah bukanya sebagai penengah namun ikut andil dalam konflik ini.
Nampaknya kesenjangan sosial ekonomi dari pendatang yang sebagai mayoritas menguasai
sektor ekonomi membuat konflik menjadi lebih memanas.

Ketidakmerataan penyebaran penduduk juga dapat menimbulkan masalah. Kepadatan penduduk


yang mendororong etnis Madura melakukan migrasi ke Pulau Kalimantan. Di mana masih
membutuhkan kebutuhan akan Sumber Daya Manusia untuk mengolah kekayaan alam dan
membangun infrastruktur perekonomian. Pencapaian atas kerja keras, hidup hemat bahkan
penderitaan yang dirasakan etnis Madura terbayarkan sudah ketika keberhasilan sudah ditangan.
Dengan menguasai sektor-sektor perdagangan sehingga orang-orang non Madura yang lebih
awal bergerak di bidang itu terpaksa terlempar keluar.

Alternatif dalam menyatukan etnis di Indonesia dengan mengadakan akomodasi merupakan


solusi yang tepat untuk menyatukan bangsa yang besar ini. KH. Abdurahman Wahid
mengungkapkan “Sebuah bangsa yang mampu bertenggang rasa terhadap perbedaaan-
perbedaaan budaya, agama, dan ideologi adalah bangsa yang besar” untuk mewujudkan integrasi
antaretnis di Indonesia dengan mutual of understanding, sehingga semboyan yang mencengkram
dalam kaki kuat Burung Garuda bukanlah wacana lagi.

Soulusi Penyelesaian Konflik Antar Etnis

Konflik antar etnis di Indonesia harus segera diselesaikan dan harus sudah ada solusi konkritnya.
Dalam bukunya Wirawan dengan judul Konflik dan Menejemen Konflik, Teori, Aplikasi, dan
Penelitian menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan konflik antar etnis yang ada di sebuah
Negara. Pertama, melalui Intervensi pihak ketiga. Dimana keputusan intervensi pihak ketiga
nantinya final dan mengikat. Contoh adalah pengadilan. Kedua, Mediasi. Mediasi ini adalah cara
penyelesaian konflik melalui pihak ketiga juga yang disebut sebagai mediator. Ketiga,
Rokosialisasi. Proses penyelesaian konflik dengan transormasi sebelum konflik itu terjadi,
dimana masyarakat pada saat itu hidup dengan damai.[12] Adapun cara lain dalam
menyelesaikan konflik yang ada, yakni:

1.     Konflik Itu Harus di Management Menuju Rekonsiliasi

Konflik memang bukan sesuatu yang diharapkan oleh setiap orang yang hidup di dunia ini. Apa
lagi konflik yang bernuansa karena perbedaan agama yang dianut dan pebedaan etnis. Konflik
yang demikian itu memang suatu konflik yang sangat serius. Untuk meredam wajah bahaya dari
konflik itu, maka konflik itu harus dimanagement agar ia berproses ke arah yang positif. Dr. Judo
Poerwowidagdo, MA. Dosen Senior di Universitas Duta Wacana Yogyakarta menyatakan bahwa
proses konflik menuju arah yang positif itu adalah sbb: Dari kondisi yang “Fight” harus
diupayakan agar menuju Flight. Dari kondisi Flight diupaykan lagi agar dapat menciptakan
kondisi yang Flaw. Dari Flaw inilah baru diarahkan menuju kondisi Agreement, terus

10
ke Rekonsiliasi. Karena itu, masyarakat terutama para pemuka agama dan  etnis haruslah
dibekali ilmu Management Konflik setidak-tidaknya untuk  tingkat dasar.

2.     Merobah Sistem Pemahaman Agama.

Konflik  yang bernuansa agama bukanlah karena agama yang dianutnya itu mengajarkan untuk 
konflik. Karena cara umat memahami ajaran agamanyalah yang menyebabkan mereka menjadi
termotivasi untuk melakukan konflik. Keluhuran  ajaran agama masing-masing hendaknya tidak
di retorikakan secara berlebihan. Retorika yang berlebihan dalam mengajarkan agama kepada
umat masing-masing menyebabkan umat akan merasa dirinya lebih superior dari pemeluk agama
lain. Arahkanlah pembinaan kehidupan beragma untuk menampilkan nilai-nilai universal dari
ajaran agama yang dianut. Misalnya, semua agama mengajarkan umatnya untuk
hidup sabar menghadapi proses kehidupan ini. Menjadi lebih tabah menghadapi berbagai AGHT
(ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan) dalam menghadapi hidup ini. Rela
berkorban demi kepentingan yang lebih mulia. Tidak mudah putus asa memperjuangkan sesuatu
yang benar dan adil. Tidak mudah mabuk atau lupa diri kalau mencapai sukses. Orang yang
sukses seperti menjadi kaya, pintar, menjadi penguasa, cantik, cakep, memiliki suatu power,
merasa diri bangsawan. Semuanya itu dapat menyebabkan orang menjadi mabuk kalau kurang
waspada membawa diri. Hal-hal yang seperti itulah yang sesungguhnya lebih dipentingkan oleh
masyarakat bangsa kita dewasa ini.

3.     Mengurangi Penampilan Berhura-Hura dalam Kehidupan Beragama.

Kegiatan beragama seperti perayaan hari raya agama, umat hendaknya mengurangi bentuk
perayaan dengan penampilan yang berhura hura.  Hal ini sangat mudah juga memancing konflik.
Karena umat lain juga dapat terpancing untuk menunjukan existensi dirinya bahwa ia juga
menganut agama yang sangat hebat dan luhur.

4. Redam Nafsu Distinksi Untuk Menghindari Konflik Etnis.

Setiap manusia memiliki nafsu atau dorongan hidup dari dalam dirinya. Salah satu nafsu itu ada
yang disebut nafsu Distinksi. Nafsu Distinksi ini mendorong seseorang untuk menjadi lebih dari
yang lainya. Kalau nafsu ini dikelola dengan baik justru akan membawa manusia menjadi siap
hidup bersaing. Tidak ada kemajuan tanpa persaingan. Namun, persaingan itu adalah persaingan
yang sehat. Persaingan yang sehat itu adalah persaingan yang berdasarkan noram-norma Agama,
norma Hukum dan norma-norma kemanusiaan yang lainya. Namun, sering nafsu Distinksi ini
menjadi dasar untuk mendorong suatu etnis bahwa mereka  adalah memiliki berbagai kelebihan
dari etnis yang lainya. Nafsu Distinksi ini sering membuat orang buta akan berbagai
kekuranganya. Hal inilah banyak orang menjadi  bersikap sombong  dan exlusive karena merasa
memiliki kelebihan etnisnya.

11
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional. Yang
bermakna suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya ke dalam
kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa yang harus dapay menjamin
terwujudnya keselarasan, keserasianm dan keseimbangan dalam mencapai tujuan bersama
sebagai suatu bangsa.

Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi nasional adalah sebagai
berikut :

a)      Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan

b)     Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya tindakan KKN.

c)      Meningkatkan ketahanan rakyat

d)     Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir


Pancasila

e)      Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.

f)      Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam
memerangi separatis. 

1.2 Saran
Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari integrasi
nasional dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di indonesia, sehingga tidak
adanya konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun
Indonesia ini berbeda-beda suku, ras, agama, dan budaya, tetapi tetap indonesia adalah
negara yang satu yang mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan negara indonesia.

12
Bagi pembaca diharapkan agar mengetahui apakah Integrasi Nasional serta berbagai
faktor yang mempengaruhi dan pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia.
Dengan mengetahui pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia., diharapkan
kita bisa menjadi warga negara yang baik dan mampu melaksanakan proses pemersatuan
perbedaan perbedaan yang ada pada negara kita sehingga terciptanya keserasian dan tidak
adanya konflik dalam negara ini.

13
DAFTAR PUSTAKA
https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/yntwlndr/problematika-
integrasi-nasional-dan-masyarakat-adat-di-indonesia_
http://kuantannet.blogspot.com/2018/04/makalah-integrasi-nasional.html

14

Anda mungkin juga menyukai