Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………1

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………2

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..2

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….3

C. Tujuan……………………………………………………………………………………3

BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………………………………………...4

A. Pengertian Ruang Publik…………………………………………………………………4

B. Fungsi Taman Budaya Limboto………………………………………………………….6

C. Kegiatan Pada Taman Budaya Limboto……………………………………………….7

D. Identifikasi Persoalan-Persoalan yang Terjadi Pada Taman Budaya Limboto……….8

E. Penilaian tentang kualitas ruang kota pada Taman Budaya Limboto berdasarkan

prinsip perancangan kota menurut Urban Design Plan of San Fransisco…………..12

BAB III. PENUTUP………………………………………………………………………………….16

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….16

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kota-kota yang begitu pesat dalam modernisasi dan industrialisasi,
kepadatan dan mobilitas penduduknya yang begitu tinggi dalam bidang ekonomi menyebabkan
gaya hidup penduduknya lebih individualistis dan kurang berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Kurangnya interaksi antar warga kota berakibat pada menurunnya tingkat
solidaritas dan kepedulian warga terhadap lingkungannya. Menurut Daldjoeni (1982: 28)
urbanisasi menggantikan hubungan primer dengan sekunder sehingga di kota ikatan
kekerabatan lemah, gotong royong menipis, dan solidaritas goyah. Tingkat solidaritas dan
kepedulian warga kota yang menipis saat ini tampak dari semakin kuatnya sikap apatisme dan
ketidakacuhan pada persoalan-persoalan bersama. Hal ini terekam kuat dari ketidakhirauan kita
pada public properties, fasilitas publik, maupun kesepakatan publik. Jika tingkat solidaritas dan
kepedulian masyarakat pada suatu kawasan menjadi menurun maka fungsi kontrol masyarakat
pun menjadi lemah. Kondisi ini jika dibiarkan akan memunculkan berbagai masalah dalam
sebuah komunitas misalnya masalah-masalah keamanan. Menurut Labucyd (2009) kerusuhan
dan kejahatan massa (mass crime) atau perilaku kolektif yang destruktif (destructive collective
action) adalah salah satu bentuk krisis kota karena lemahnya kualitas kontrol sosial dan
rendahnya solidaritas-integrasi sosial.
Ruang terbuka publik dalam suatu kawasan berfungsi sebagai pusat orientasi, sarana
interaksi dan identitas kawasan dimana didalamnya terdapat aktivitas interaksi dari budaya
masyarakatnya. Untuk itu ruang terbuka publik sebagai salah satu produk arsitektur kota yang
dapat mewadahi aktifitas individu (rekreasi dan hiburan) dan kegiatan hubungan sosial,
mempunyai peranan dalam upaya meningkatkan solidaritas dan kepedulian masyarakat.
Menurut Dwipayana (2010) semakin inklusif sebuah ruang publik maka semakin beragam
(plural) entitas dan heterogenitas kepentingan yang tertampung dalam ruang publik. Sebaliknya
semakin ekslusif (monocetrism) ruang publik, maka makin sempit peluang dari keberagaman
untuk terlibat dalam proses kehidupan bersama. Berdasarkan uraian tersebut ruang terbuka
publik akan dapat menarik minat warga untuk datang selain dilihat dari lokasinya juga dari
tingkat inklusivitasnya yaitu seberapa besar tingkat keragaman fasilitas yang bisa diakses
(kualitas ruang terbuka publik).
2
Melihat pentingnya ruang terbuka publik pemerintah telah mengeluarkan Undang-
Undang Penataan Ruang No 26/2007 (Bab VI, Pasal 29, ayat 2) yang mensyaratkan 30% kota
adalah ruang terbuka hijau.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ruang publik?
2. Apakah yang dimaksud dengan taman kota?
3. Apa saja fungsi dan kegiatan pada Taman Budaya Limboto?
4. Apa saja persoalan-persoalan yang terjadi pada Taman Budaya Limboto?
5. Mengapa persoalan-persoalan pada Taman Budaya Limboto bisa terjadi?
6. Bagaimana penilaian mengenai kualitas ruang kota dalam ruang publik tersebut berdasarkan
10 prinsip perancangan kota menurut Urban Design Plan of San Fransisco?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi tentang ruang publik.
2. Mengetahui definisi tentang taman kota sebagai salah satu jenis dari ruang publik.
3. Mengetahui fungsi dan kegiatan pada Taman Budaya Limboto.
4. Mengetahui persoalan-persoalan pada Taman Budaya Limboto.
5. Mengetahui alasan mengapa persoalan-persoalan pada Taman Budaya Limboto bisa terjadi.
6. Memberikan penilaian mengenai kualitas ruang kota pada Taman Budaya Limboto
berdasarkan 10 prinsip perancangan kota menurut Urban Design Plan of Sas Fransisco.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ruang Publik


Ruang adalah bagian yang tak terpisahkan dari makhluk hidup, khususnya manusia.
Ruang kota adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat dan penggunanya.
Banyak aktivitas yang terjadi disana baik sifat, jenis, dan pelakunya. Ruang terbuka publik
salah satu ruang yang paling banyak digunakan. Sejalan dengan beragamnya pelaku dan
aktivitas yang terjadi di dalamnya, ruang publik memiliki juga banyak dimensi dari berbagai
sudut pandang. Isu dan peristiwa yang berlangsung juga menjadi bahan yang tidak ada habis-
habisnya untuk dikaji dan dicarikan pemecahan permasalahannya.
Selain gedung dan bangunan, ruang publik merupakan bagian elemen dari ruang kota.
Keberadaannya cukup memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan warga dan
lingkungannya. Secara fisik ruang publik dapat didefenisikan secara sederhana yaitu ruang
terbuka yang berada di luar bangunan. Namun dibalik itu banyak pemaknaan dan sudut
pandang yang sangat beragam serta isu-isu yang dapat diangkat.
Menurut Chua Beng-Huat dan Norman Edwards (1992) ruang publik memiliki cakupan
yang cukup luas sebagaimana yang dikutipnya dari Roger Scruton (1984) bahwa istilah “Ruang
Publik” digunakan untuk menggambarkan tempat (i) yang dirancang secara sederhana (ii)
dimana setiap orang memiliki hak mengaksesnya (iii) tempat pertemuan antara pengguna
individu yang tidak terencana dan bukan yang bersifat rutinitas, dan (iv) sikap sopan santun
antar sesama (Beng-Huat and Edwards, 1992).
Sedangkan pemahaman mengenai ruang publik ini menurut beberapa peneliti memiliki
arti yang tidak jelas dan tegas. Seperti yang disebut oleh Terzi dan Tonnelat (2016) bahwa
ruang publik memiliki pemaknaan yang ambigu baik dalam Bahasa Inggris maupun Perancis.
Dalam kosa kata Habermassian menunjukkan perkembangan konsep dari pemikiran ruang
publik menjadikan ruang publik sebagai ruang publik (public space) dan ranah publik (public
sphere). Dalam pemahaman ruang publik maka lapangan dan jalan menjadi bentuk fisiknya,
sedangkan ranah publik adalah sekumpulan media massa seperti surat kabar, televisi, dan
internet sebagai komponen yang demokratis. Cedric dan Stephane berpendapat bahwa defenisi
yang substansial ini hadir karena 2 (dua) kesalahan utama, yaitu: Pertama, membiarkan pada
masyarakat tanpa pandang bulu untuk memanfaatkan ruang publik sehingga menimbulkan
4
ketidakjelasan batasan-batasannya. Kedua, menyamaratakan pemaknaan antara ruang publik
dan ranah publik sehingga mengaburkan antara ruang fisik dan media (Terzi and Tonnelat,
2016).
Taman kota adalah salah satu jenis ruang terbuka hijau publik yang memiliki aktivitas
kompleks. Taman kota sebagai ruang publik perkotaan dikatakan memenuhi kualitas apabila
mencapai kelayakan terhadap kriteria: pelayanan pengguna, tingkat aktivitas, tingkat
kebermaknaan dan kemudahan akses.
Keberadaan dan penataan elemen-elemen pada ruang publik dalam hal ini adalah taman
kota, turut mempengaruhi interaksi yang terjadi (Carr, 1992). Sebagai contoh, apabila pada
taman kota tidak disediakan tempat duduk maka akan mengurangi kemungkinan interaksi yang
terjadi. Kemudian apabila penataan pedestrian atau jalur pejalan kaki pada taman kota dibuat
berliku maka penataan seperti ini akan menyulitkan para pejalan kaki. Menurut Rubenstein
dalam Azzaki (2013), elemen-elemen yang harus terpenuhi dalam suatu ruang publik
diantaranya adalah lampu penerangan, halte bus, tanda penunjuk, telepon umum, tempat
sampah dan vegetasi/tanaman.
Elemen lanskap pada kawasan taman kota terdiri atas dua bagian, yaitu elemen keras
dan elemen lunak (Kustianingrum, 2013). Elemen keras yaitu perkerasan atau bangunan yang
meliputi pedestrian atau jalan sirkulasi taman. Kemudian elemen lunaknya adalah tanaman.
Elemen pendukung lanskap meliputi tempat duduk, toilet, tempat sampah, papan pengumuman,
lampu taman, tempat bermain anak, dan patung/landmark.
Pemahaman mengenai kualitas taman sebagai ruang publik menurut Carr (1992) dalam
buku Public Space dimulai dari pemahaman terkait aspek yang menjadi pembentuk kualitas
ruang publik tersebut yang meliputi: aspek kebutuhan (needs), aspek hak (right), dan aspek
makna (meanings).
 Aspek kebutuhan (needs). Yang meliputi kenyamanan, relaksasi, keterlibatan pasif, dan
keterlibatan aktif. Kenyamanan, Relaksasi, Keterlibatan pasif, Keterlibatan aktif.
 Aspek hak (right). Yang mencakup aksesibilitas dan kemudahan pencapaian, kebebasan
beraktifitas, aktivitas beragam dan klaim tempat.
 Aspek makna (meanings), mudah dikenali (legibility), keterkaitan (relevance), Hubungan
individu, hubungan kelompok, hubungan dengan lapisan masyarakat yang lebih luas.

5
Kabupaten Gorontalo khususnya di Kota Limboto terdapat beberapa taman kota dengan
jumlah pengunjung yang berbeda beda. Persepsi dan preferensi pengguna taman kota
merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas taman kota di Limboto agar dapat
digunakan secara maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas taman kota
sebagai ruang publik di Kota Limboto berdasarkan persepsi dan preferensi pengguna.
Berdasarkan kriteria taman kota, diperoleh taman kota yang masuk ke dalam sampel
penelitian yaitu Taman Budaya Limboto. Kehadiran Taman Budaya Limboto menjadi wujud
filosofi adat gorontalo sebagai kota ilmu, agama dan budaya, yang merupakan tiga pilar
pembangunan Kabupaten Gorontalo.
Hadirnya taman terbesar di Kabupaten Gorontalo itu juga menjadi Landmark baru Kota
Limboto setelah Menara Ahmad Pakaya. Selain itu Taman Budaya Limboto telah menjadi
center point Kabupaten gorontalo, dan menjadi pusat kegiatan masyarakat bahkan menjadi
pusat perdagangan. Bahkan bisa menjadi alternatif lokasi rekreasi murah dan merakyat.

B. Fungsi Taman Budaya Limboto


Keberadaan Taman Budaya Limboto di kawasan perkotaan dapat berfungsi menjadi
salah satu sarana dalam membentuk interaksi sosial masyarakat perkotaan. Taman Budaya
Limboto merupakan salah satu kebutuhan vital yang harus terpenuhi di Kota Limboto. Tujuan
disediakannya Taman Budaya Limboto adalah untuk kelestarian, keserasian, dan keseimbangan
ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial, dan budaya. Taman Budaya
Limboto memiliki fungsi ekologis dan sosialis yang cukup tinggi, dimana keberadaan taman ini
dapat membantu mereduksi polusi udara yang ada di kota serta dapat digunakan sebagai wadah
dalam menciptakan interkasi sosial hingga membentuk budaya sehat bagi masyarakat
perkotaan.
1. Fungsi dan Manfaat Secara Ekologis
Fungsi ekologis adalah fungsi yang berkaitan dengan alam sendiri. Salah satu
fungsi dan manfaat taman kota tidak secara langsung dirasakan oleh warga kotanya, tetapi
perannya menjadi pembantu agar siklus di alam berjalan dengan baik dan pada akhirnya
menghasilkan kondisi lingkungan yang lebih nyaman bagi manusia.
Secara ekologis, setiap satu hektar daun hijau yang ada di taman dapat menyerap
delapan kilogram CO2 yang setara dengan CO2 yang diembuskan oleh sekitar 200 orang
dalam waktu yang sama. Hal tersebut tentu dapat meminimalisir risiko adanya berbagai
6
gangguan kesehatan masyarakat perkotaan. Dengan adanya Taman Budaya Limboto, dapat
digunakan sebagai area untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan beraktivitas seperti olah
raga, rekreasi, dan lain sebagainya yang pada akhirnya dapat mengarahkan masyarakat
menuju pola hidup yang sehat. 
2. Fungsi dan Manfaat Sosial
Fungsi dan manfaat Taman Budaya Limboto secara sosial berkaitan dengan
dampak positif yang diberikan bagi kehidupan manusia. Bisa terasa atau terlihat, tetapi bisa
juga tidak.
3. Fungsi Estetika
Taman Budaya Limboto juga memberikan nilai estetika sendiri bagi Kota Limboto. Ia menjadi
ornamen penghias dan memberikan keindahan yang bisa dinikmati oleh warga kota atau
pelancong yang kebetulan datang. Dalam artian lain, Kota Limboto menjadi cantik dengan
hadirnya Taman Budaya ini.

C. Kegiatan Pada Taman Budaya Limboto


 Bermain
Anak-anak butuh tempat bermain yang aman dan tenang untuk membantu
pertumbuhannya, dan leberadaan Taman Budaya Limboto ini memberikan ruang sebagai
solusi untuk menjadi tempat bermain yang aman bagi mereka.
 Berolahraga 
Taman Budaya Limboto ini memiliki area kosong yang lumayan luas dan bisa
dimanfaatkan oleh warga kotanya untuk berolahraga di lingkungan yang sejuk dan segar.
 Bersantai
Rutinitas sehari-hari itu melelahkan dan ada saatnya dimana warga kota pun ingin
relaks sedikit. Taman Budaya Limboto bisa menjadi pilihan mengingat pepohonan dan
ruang kosong disana membantu meredam deru kendaraan bermotor.
 Belajar
Orangtua biasanya mengajak anak-anaknya ke Taman Budaya Limboto ini untuk
memperkenalkan berbagai tanaman yang ada disana. Selain itu orangtua atau guru juga
biasanya mengajarkan tentang lingkungan dan bagaimana menjaganya.

7
 Berinteraksi
manusia adalah makhluk sosial dan harus berinteraksi dengan manusia lain selama
hidup. Taman Budaya Limboto menyediakan ruang publik dan tempat dimana seorang
manusia bisa berinteraksi dengan manusia lainnya, seperti keluarga, saudara, teman, dan
lainnya.
 Berekreasi
Percaya atau tidak, banyak keluarga yang sengaja datang ke taman kota untuk
bersenang-senang bersama keluarga. Itu juga salah satu fungsi dan manfaat taman kota bagi
warganya.
 Berdagang
Orang-orang yang bermain dan berekreasi di sebuah taman sering membutuhkan
makanan atau minuman, dan hal ini membuka peluang bagi masyarakat untuk berdagang
dan mendapatkan penghasilan.

D. Identifikasi terkait persoalan-persoalan yang terjadi pada Taman Budaya Limboto

N GAMBAR PERSOALAN ANALISA


O

Tidak ada pepohonan yang


1. Membuat gerakan untuk
melindungi pengunjung dan
menanam pohon dan
warga dari sengatan matahari
melestarikan lingkungan
pada pusat taman. Terutama
dengan memanfaatkan
saat siang hari dan menjelang
potensi vegetasi yang ada
sore, terik matahari yang
hingga dapat meminimalisir
begitu menyengat membuat
terik matahari yang masuk ke
para pengunjung taman kerap
taman, dan taman bisa
merasa tidak nyaman,
terlihat hidup dan sejuk
sehingga tidak betah berlama-
walaupun di siang hari.
lama di taman.
Tata ruang di halaman Mendesain area sekitar taman
2.
belakang Rumah Adat / lanskap dengan tetap

8
Bantayo Poboide dan daerah memperhitungkannya dengan
lain disekitar taman bagian baik agar nyaman dipandang
depan masih belum tertata dan juga dapat
rapih dan masih kurang memaksimalkan fungsinya
menarik, sehingga nilai untuk memberikan suasana
estetika dari lanskap tersebut sejuk dan segar. Bukan asal
masih kurang, ditambah ada tanaman saja, namun
dengan sampah dan tanaman penataan posisi dan jenis-
kering yang terdapat di jenis tanamannya juga perlu
tempat yang sama. dipertimbangkan sehingga
serasi dengan keseluruhan
taman.

3. Matahari yang begitu terik Rutin menyiram tanaman


mengakibatkan beberapa sesuai waktu yang ideal,
tanaman pada Taman Budaya terutama tanaman-tanaman
Limboto mengering dan mati yang sering kontak langsung
karena kurangnya perawatan dengan matahari. Petugas
dan pasokan air. taman juga seharusnya tidak
menunggu musim hujan dulu
agar tanaman bisa
mendapatkan pasokan air
yang cukup.

4. Air mancur pada taman yang Menyalakan air mancur


tidak menyala menambah walau di siang hari, sebab
kesan gersang dan kurang fungsi air mancur atau water
estetik pada bagian depan feature di taman bukan hanya
Taman Budaya Limboto, sebatas pemanis. Akeseoris
padahal faktor keestetikaan taman ini ternyata memiliki
bagian depan taman tersebut manfaat yang tidak jauh
merupakan salah satu faktor berbeda dengan tanaman.

9
terbesar yang dapat menarik Water feature bisa
pengunjung untuk datang dan difungsikan sebagai filter
berlama-lama di taman. udara. Keberadannya bisa
menyaring beragam zat
pencemar dan beracun yang
bergentayangan di udara.

5. Jatuhnya beberapa tiang Memperbaiki komponen-


pembatas sebuah monumen di komponen yang rusak agar
halaman depan rumah adat dapat berfungsi kembali
Bantayo Pomboide memberi dengan baik. Bila perlu,
kesan bahwa tak ada tindakan pihak yang bertanggung
dari pihak yang bersangkutan jawab atas taman
untuk melindunginya. memberikan sanksi terhadap
oknum yang merusak taman
dan tidak mau bertanggung
jawab.

6. Taman di bagian samping Menghidupkan kembali


kanan rumah adat Bantayo suasana pada taman yang
Pomboide yang terbengkalai, terbengkalai, dengan cara
melihat rumput-rumput liar, menata ulang lanskap pada
dedaunan kering dan sampah taman tersebut, juga
plastik yang dibiarkan menambah wahana-wahana
berserakan dimana-mana. bermain untuk anak-anak,
Selain itu terdapat beberapa rutin memangkas rumput liar
wahana permainan anak-anak yang tumbuh, dan rutin
yang sudah tidak bisa menjaga kebersihan taman
digunakan. dari semua jenis sampah.

Rutin mengganti air kolam,


7. Kolam ikan yang penuh
memperhatikan sirkulasi
sampah plastik dan jentik

10
udara agar membantu ikan-
nyamuk
ikan bergerak dan berenang
dengan lebih aktif dan
leluasa, dan rutin memungut
serpihan sampah atau
tanaman yang terjatuh ke
kolam.

8. Terdapat sebuah spot yang Membersihkan lumut yang


sebenarnya ideal sebagai menempel pada permukaan
tempat bersantai, namun lantai, dan menambahkan
karena sudah tidak terawatt beberapa lampu dan bangku
akhirnya spot tersebut penuh taman disekitar pohon agar
dengan lumut. dapat dinikmati oleh
pengunjung dan warga.

9. Bekas-bekas penebangan Membersihkan batang-batang


pohon yang dibiarkan begitu pohon hasil penebangan yang
saja membuat taman gersang berserakan, dan mencegah
dan terlihat kotor. penebangan pohon yang
lebih banyak lagi
kedepannya.

11
E. Penilaian tentang kualitas ruang kota pada Taman Budaya Limboto berdasarkan 10
prinsip perancangan kota menurut Urban Design Plan of San Fransisco.

NO Prinsip perancangan kota Memenuhi Tidak


menurut Urban Design Prinsip Memenuhi Alasan
Plan of San Fransisco Prinsip

1. Kenyamanan (amenity Meskipun Taman Budaya


comfort) Prinsip Limboto memiliki pola
kenyamanan (amenity pedestrian yang baik, namun
comfort) menekaitkan pada ✓ masih ada beberapa faktor
kualitas lingkungan kota lain yang mengurangi kualitas
dengan mengakomodasikan lingkungan kota seperti
pola pedestrian yang desain jalan dan bagian pusat
dilengkapi dengan street taman yang belum terlindung
furniture, tanam-tanaman, dari cuaca, silau, dan
disain jalan yang terlindung, sebagainya.
dari cuaca, menghindari
silau, dan sebagainya.

Untuk keseluruhan tampak


2. Tampak yang menarik
taman sudah memiliki
(visual interest) Tampak
kualitas keestetikaan yang
yang menarik (visual
✓ baik, seperti penataan
interest) menekankan pada
tanaman, pedestrian, gazebo,
kualitas estetis lingkungan,
dan sebagainya sudah tertata
antara lain karakter
rapi.
arsitektur dan Iingkungan
bangunan menyenangkan.

3. Kegiatan (activity) Semua aktivitas pada taman


Menekankan pada bisa berjalan dengan lancar
pentingnya pergerakan dan tiap harinya karena semua

12
dimensi kehidupan jalan di aspek dalam prinsip ini telah
lingkungan kota, dengan terpenuhi pada Taman

mempromosikan pedagang Budaya Limboto.
kaki lima, arcade, lobby,
dan menghindari dinding-
dinding yang kosong serta
roang parkir yang terlalu
luas.

4. Kejelasan dan kenikmatan Kualitas jalur pejalan kaki


(clarity and convenience) sudah ideal, dengan fasilitas
Untuk menciptakan faktor pedestrian yang dapat
kejelasan dan kenikmatan, mengakses setiap bagian
dapat dilakukan dengan cara
✓ taman dengan baik.
meningkatkan kualitas jalur
pejalan kaki, yaitu dengan
fasilitas pedestrian yang
memiliki ciri tertentu.

Terdapatnya karakter khusus


5. Karakter khusus (character
seperti kitab suci pada Taman
distinctiveness) Karakter
Budaya Limboto menjadi
khusus (character ✓ wujud filosofi adat gorontalo
distinctiveness) menekankan
sebagai kota ilmu, agama dan
pada identitas individual
budaya, yang merupakan tiga
yang berpengaruh dalam
pilar pembangunan
suatu struktur roang kota.
Kabupaten Gorontalo.

6. Ketajaman (definition) Interfacing antara bangunan


Prinsip ketajaman dan ruang terbuka pada taman
(definition) menitikberatkan ✓ Budaya Limboto sudah
pada interfacing antara terpenuhi sehingga dapat
bangunan dan ruang terbuka memperjelas dan

13
suatu kawasan yang dapat memudahkan persepsi ruang
memperjelas dan luarnya. Ketajaman ruang ini
memudahkan persepsi ruang sangat berkaitan dengan
luarnya. Ketajaman ruang faktor-faktor pemandangan,
ini sangat berkaitan dengan karakter, serta pencapaiannya.
faktor-faktor pemandangan,
karakter, serta
pencapaiannya.

Persepsi yang diberikan


7. Prinsip-prinsip
masyarakat dalam
pemandangan kawasan (the
memandang keberadaan
principle of views
Taman Budaya Limboto
encompasses) Prinsip-
cukup beragam namun pada
prinsip pemandangan
dasarnya persepsi yang
kawasan memperhatikan
diberikan masyarakat
aspek estetik terhadap vista
lingkungan (pleasing ✓ terhadap keberadaan Taman
Budaya Limboto cukup
vistas), atau persepsi orang
postif. Hal ini ditemukannya
pada saat melakukan
bahwa keberadaan taman kota
orientasi terhadap
ini telah memberikan manfaat
lingkungan kota. Misalnya
sebagai sarana rekreasi,
layout jaIan, penempatan
sarana olahraga dan sarana
bangunan, dan massa
kesehatan/terapi bagi
bangunan akan memberikan
masyarakat.
karakter estetik serta
petunjuk pencapaian bagi
masyarakat.

8. Variasi/kontras Sudah terdapat variasi pada


(variety/contrast) susunan bentuk model
Prinsip variasi/kontras ✓ ornament atau bangunan yang

14
diarahkan pada susunan menjadi point of interest pada
bentuk model bangunan Taman Budaya Limboto
yang akan menjadi point of seperti dua gerbang besar dan
interest di Iingkungannya. rumah adat dengan model
yang bervariasi.

9. Harmoni/kecocokan Prinsip harmoni/kecocokan


(harmony compatibility) sudah terpenuhi sebab aspek
Prinsip harmoni/kecocokan arsitektural dan kecocokan
menekankan pada aspek estetika yang berkaitan
arsitektural dan kecocokan
✓ dengan masalah topografi
estetika yang berkaitan sudah diantisipasi dalam
dengan masalah topografi perencanan Taman Budaya
yang harus diantisipasi Limboto ini, baik masalah
dalam perencanannya, baik skala maupun bentuk
masalah skala maupun massanya.
bentuk massanya.

10. Integrasi skala dan bentuk Pada Taman Budaya Limboto


(Scale and pattern ini sudah banyak
integrated) pemandangan yang dapat
Prinsip integrasi skala dan dinikmati pengunjung,
bentuk ini bertujuan untuk termasuk keterpaduan ukuran,
mencapai skala manusia di ✓ besar bangunan dan massa
lingkungan kota, yang bangunan.
menekankan pada ukuran,
besar bangunan dan Massa
bangunan, demikian pula
dimensi estetika yang
berhubungan dengan
kepekaan dan efek tekstur

15
bangunan dengan skala
pemandangan dari arah
tertentu.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyediaan ruang terbuka hijau pada Taman Budaya Limboto sudah menjadi kewajiban

sebuah kabupaten/ kota, termasuk diantaranya Kota Limboto. Kebijakan pembangunan yang

tidak berpihak kepada ruang terbuka hijau menjadikan beberapa aspek pada Taman Budaya

Limboto masih rendah. Namun akhir-akhir ini pemerintah memulai untuk berkomitmen

mengembangkan ruang terbuka hijau agar lebih baik. Namun dalam pelaksanaannya ternyata

tidak mudah dan banyak mengalami kendala serta permasalahan.

Secara keseluruhan, penilaian kualitas Taman sudah cukup baik disebabkan oleh

tanaman yang tersusun rapi dan mempunyai bentuk yang sangat menarik, dan sudah memenuhi

sebagian besar Prinsip perancangan kota menurut Urban Design Plan of San Fransisco.

17

Anda mungkin juga menyukai