BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………2
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..2
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….3
C. Tujuan……………………………………………………………………………………3
E. Penilaian tentang kualitas ruang kota pada Taman Budaya Limboto berdasarkan
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kota-kota yang begitu pesat dalam modernisasi dan industrialisasi,
kepadatan dan mobilitas penduduknya yang begitu tinggi dalam bidang ekonomi menyebabkan
gaya hidup penduduknya lebih individualistis dan kurang berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Kurangnya interaksi antar warga kota berakibat pada menurunnya tingkat
solidaritas dan kepedulian warga terhadap lingkungannya. Menurut Daldjoeni (1982: 28)
urbanisasi menggantikan hubungan primer dengan sekunder sehingga di kota ikatan
kekerabatan lemah, gotong royong menipis, dan solidaritas goyah. Tingkat solidaritas dan
kepedulian warga kota yang menipis saat ini tampak dari semakin kuatnya sikap apatisme dan
ketidakacuhan pada persoalan-persoalan bersama. Hal ini terekam kuat dari ketidakhirauan kita
pada public properties, fasilitas publik, maupun kesepakatan publik. Jika tingkat solidaritas dan
kepedulian masyarakat pada suatu kawasan menjadi menurun maka fungsi kontrol masyarakat
pun menjadi lemah. Kondisi ini jika dibiarkan akan memunculkan berbagai masalah dalam
sebuah komunitas misalnya masalah-masalah keamanan. Menurut Labucyd (2009) kerusuhan
dan kejahatan massa (mass crime) atau perilaku kolektif yang destruktif (destructive collective
action) adalah salah satu bentuk krisis kota karena lemahnya kualitas kontrol sosial dan
rendahnya solidaritas-integrasi sosial.
Ruang terbuka publik dalam suatu kawasan berfungsi sebagai pusat orientasi, sarana
interaksi dan identitas kawasan dimana didalamnya terdapat aktivitas interaksi dari budaya
masyarakatnya. Untuk itu ruang terbuka publik sebagai salah satu produk arsitektur kota yang
dapat mewadahi aktifitas individu (rekreasi dan hiburan) dan kegiatan hubungan sosial,
mempunyai peranan dalam upaya meningkatkan solidaritas dan kepedulian masyarakat.
Menurut Dwipayana (2010) semakin inklusif sebuah ruang publik maka semakin beragam
(plural) entitas dan heterogenitas kepentingan yang tertampung dalam ruang publik. Sebaliknya
semakin ekslusif (monocetrism) ruang publik, maka makin sempit peluang dari keberagaman
untuk terlibat dalam proses kehidupan bersama. Berdasarkan uraian tersebut ruang terbuka
publik akan dapat menarik minat warga untuk datang selain dilihat dari lokasinya juga dari
tingkat inklusivitasnya yaitu seberapa besar tingkat keragaman fasilitas yang bisa diakses
(kualitas ruang terbuka publik).
2
Melihat pentingnya ruang terbuka publik pemerintah telah mengeluarkan Undang-
Undang Penataan Ruang No 26/2007 (Bab VI, Pasal 29, ayat 2) yang mensyaratkan 30% kota
adalah ruang terbuka hijau.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ruang publik?
2. Apakah yang dimaksud dengan taman kota?
3. Apa saja fungsi dan kegiatan pada Taman Budaya Limboto?
4. Apa saja persoalan-persoalan yang terjadi pada Taman Budaya Limboto?
5. Mengapa persoalan-persoalan pada Taman Budaya Limboto bisa terjadi?
6. Bagaimana penilaian mengenai kualitas ruang kota dalam ruang publik tersebut berdasarkan
10 prinsip perancangan kota menurut Urban Design Plan of San Fransisco?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi tentang ruang publik.
2. Mengetahui definisi tentang taman kota sebagai salah satu jenis dari ruang publik.
3. Mengetahui fungsi dan kegiatan pada Taman Budaya Limboto.
4. Mengetahui persoalan-persoalan pada Taman Budaya Limboto.
5. Mengetahui alasan mengapa persoalan-persoalan pada Taman Budaya Limboto bisa terjadi.
6. Memberikan penilaian mengenai kualitas ruang kota pada Taman Budaya Limboto
berdasarkan 10 prinsip perancangan kota menurut Urban Design Plan of Sas Fransisco.
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
Kabupaten Gorontalo khususnya di Kota Limboto terdapat beberapa taman kota dengan
jumlah pengunjung yang berbeda beda. Persepsi dan preferensi pengguna taman kota
merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas taman kota di Limboto agar dapat
digunakan secara maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas taman kota
sebagai ruang publik di Kota Limboto berdasarkan persepsi dan preferensi pengguna.
Berdasarkan kriteria taman kota, diperoleh taman kota yang masuk ke dalam sampel
penelitian yaitu Taman Budaya Limboto. Kehadiran Taman Budaya Limboto menjadi wujud
filosofi adat gorontalo sebagai kota ilmu, agama dan budaya, yang merupakan tiga pilar
pembangunan Kabupaten Gorontalo.
Hadirnya taman terbesar di Kabupaten Gorontalo itu juga menjadi Landmark baru Kota
Limboto setelah Menara Ahmad Pakaya. Selain itu Taman Budaya Limboto telah menjadi
center point Kabupaten gorontalo, dan menjadi pusat kegiatan masyarakat bahkan menjadi
pusat perdagangan. Bahkan bisa menjadi alternatif lokasi rekreasi murah dan merakyat.
7
Berinteraksi
manusia adalah makhluk sosial dan harus berinteraksi dengan manusia lain selama
hidup. Taman Budaya Limboto menyediakan ruang publik dan tempat dimana seorang
manusia bisa berinteraksi dengan manusia lainnya, seperti keluarga, saudara, teman, dan
lainnya.
Berekreasi
Percaya atau tidak, banyak keluarga yang sengaja datang ke taman kota untuk
bersenang-senang bersama keluarga. Itu juga salah satu fungsi dan manfaat taman kota bagi
warganya.
Berdagang
Orang-orang yang bermain dan berekreasi di sebuah taman sering membutuhkan
makanan atau minuman, dan hal ini membuka peluang bagi masyarakat untuk berdagang
dan mendapatkan penghasilan.
8
Bantayo Poboide dan daerah memperhitungkannya dengan
lain disekitar taman bagian baik agar nyaman dipandang
depan masih belum tertata dan juga dapat
rapih dan masih kurang memaksimalkan fungsinya
menarik, sehingga nilai untuk memberikan suasana
estetika dari lanskap tersebut sejuk dan segar. Bukan asal
masih kurang, ditambah ada tanaman saja, namun
dengan sampah dan tanaman penataan posisi dan jenis-
kering yang terdapat di jenis tanamannya juga perlu
tempat yang sama. dipertimbangkan sehingga
serasi dengan keseluruhan
taman.
9
terbesar yang dapat menarik Water feature bisa
pengunjung untuk datang dan difungsikan sebagai filter
berlama-lama di taman. udara. Keberadannya bisa
menyaring beragam zat
pencemar dan beracun yang
bergentayangan di udara.
10
udara agar membantu ikan-
nyamuk
ikan bergerak dan berenang
dengan lebih aktif dan
leluasa, dan rutin memungut
serpihan sampah atau
tanaman yang terjatuh ke
kolam.
11
E. Penilaian tentang kualitas ruang kota pada Taman Budaya Limboto berdasarkan 10
prinsip perancangan kota menurut Urban Design Plan of San Fransisco.
12
dimensi kehidupan jalan di aspek dalam prinsip ini telah
lingkungan kota, dengan terpenuhi pada Taman
✓
mempromosikan pedagang Budaya Limboto.
kaki lima, arcade, lobby,
dan menghindari dinding-
dinding yang kosong serta
roang parkir yang terlalu
luas.
13
suatu kawasan yang dapat memudahkan persepsi ruang
memperjelas dan luarnya. Ketajaman ruang ini
memudahkan persepsi ruang sangat berkaitan dengan
luarnya. Ketajaman ruang faktor-faktor pemandangan,
ini sangat berkaitan dengan karakter, serta pencapaiannya.
faktor-faktor pemandangan,
karakter, serta
pencapaiannya.
14
diarahkan pada susunan menjadi point of interest pada
bentuk model bangunan Taman Budaya Limboto
yang akan menjadi point of seperti dua gerbang besar dan
interest di Iingkungannya. rumah adat dengan model
yang bervariasi.
15
bangunan dengan skala
pemandangan dari arah
tertentu.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyediaan ruang terbuka hijau pada Taman Budaya Limboto sudah menjadi kewajiban
sebuah kabupaten/ kota, termasuk diantaranya Kota Limboto. Kebijakan pembangunan yang
tidak berpihak kepada ruang terbuka hijau menjadikan beberapa aspek pada Taman Budaya
Limboto masih rendah. Namun akhir-akhir ini pemerintah memulai untuk berkomitmen
mengembangkan ruang terbuka hijau agar lebih baik. Namun dalam pelaksanaannya ternyata
Secara keseluruhan, penilaian kualitas Taman sudah cukup baik disebabkan oleh
tanaman yang tersusun rapi dan mempunyai bentuk yang sangat menarik, dan sudah memenuhi
sebagian besar Prinsip perancangan kota menurut Urban Design Plan of San Fransisco.
17