2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin
adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil
yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik daerah 24
endemis/epidemi (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium
khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi
pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:3
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan jugauntuk mempersiapkan
calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi
kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin
darah ibu hamil pada trimester kedua dilakukan atas indikasi.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga.
e. Pemeriksaan darah
Malaria Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu
hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria
apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan
sedini mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu
hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Di daerah epidemi HIV
rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada ibu
hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium
rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan Teknik
penawaran ini disebut Provider Initiated Testing and Councelling (PITC)atau
Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).
h. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas
rujukan. Mengingat kasus perdarahan dan preeklamsi/eklamsi merupakan
penyebab utama kematian ibu, maka diperlukan pemeriksaan dengan
menggunakan alat deteksi risiko ibu hamil oleh bidan termasuk bidan desa
meliputi alat pemeriksaan laboratorium rutin (golongan darah, Hb), alat
pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-protein urin), dan tes hamil.
Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE) Daftar Materi KIE dalam pelayanan
antenatal care terpadu3
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIE) wajib dimiliki oleh setiap ibu hamil, karena
materi konseling dan edukasi yang perlu diberikan tercantum di buku tersebut.
a. Pastikan bahwa ibu memahami hal-hal berikut:3
- Persiapan persalinan, meliputi siapa yang akan menolong persalinan, dimana
akan melahirkan, siapa yang akan membantu dan menemani dalam
persalinan, kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul permasalahan,
metode transportasi bila diperlukan rujukan dan dukungan biaya.
Pemerintah terus berupaya dalam meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas dengan menyediakan
tenaga kesehatan dalam jumlah yang memadai dan berkualitas, meyediakan
fasilitas layanan kesehatan yang mapu menangani kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal sesuai standar di 28 tingkat dasar maupun rujukan melalui
PONED dan PONEK yang dapat diakses 24 jam dalam 7 hari, serta
memobilisasi seluruh lapisan masyarakat terutama untukpelaksanaan Program
Perencanaan Persalinan dengan Pencegahan Komplikasi (P4K). Ibu juga
perlu diedukasi tentang siapa yang akan menolong persalinannya.
- Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai seperti sakit kepala lebih dari
biasa, perdarahan pervaginam, gangguan penglihatan, pembengkakan pada
wajah/tangan, nyeri abdomen (epigastrium), mual dan muntah berlebihan,
demam, janin tidak bergerak sebanyak biasanya.
- Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi menyusu
dini (IMD). Konseling pemberian makanan bayi sebaiknya dimulai sejak usia
kehamilan 12 minggu dan dimantapkan sebelum kehamilan 34 minggu.
b. Nutrisi
- Kalori Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya
adalah 2.500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat
memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara
rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya.
Jumiah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah
pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10 - 12 kg selama hamil.
- Protein Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per
hari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi
protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia, dan edema.
- Kalsium Kebutuhan kalsium ibu hamil adaiah 1,5 gram per hari. Kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan
rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan
kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi
atau osteomalasia pada ibu.
Identifikasi Komplikasi
No Masalah Komplikasi
1 Anemia saat kehamilan 1. Ibu berisiko melahirkan Bayi dengan
berat badan lahir rendah (yaitu BB
lahir < 2,5 kg)
2. Kematian Ibu. Menurut WHO, 40%
kematian ibu di negara berkembang
berhubungan dengan anemia pada
kehamilan
3. Transfusi darah (jika kehilangan
banyak darah selama persalinan)
4. Depresi pascapersalinan
5. Kelahiran prematur (belum genap
bulan)
6. Lahir bayi dengan anemia
7. Sepsis (infeksi berat) saat nifas
8. Anak dengan keterlambatan
perkembangan
2 Depresi 1. Kematian (bunuh diri)
2. Kehamilan tidak berjalan lama
(keguguran atau janin tidak
berkembang)
3. BBLR (berat badan lahir rendah)
4. Gangguan perkembangan saraf
janin
5. Merusak kualitas dan keefektifan
pengasuhan
6. Prematur (lahir tidak cukup bulan)
3 KEK 1. Menurunkan kekuatan otot untuk
prose persalinan
2. Kemitian janin atau keguguran
3. Prematur atau tidak cukup bulan
4. Lahir cacat
5. Berat badan bayi lahir rendah
6. Gangguan tumbuh kembang otak
janin dan metabolism tubuh janin
7. Stunting
4 Obesitas 1. Keguguran
2. Diabetes Militus
3. Gangguan tumbuh kembang janin
4. Hipertensi dan Eklamsia
5. Peredarahan darah tidak lancer atau
terdapat penggumpaln dalam darah
6. Kematian janin
7. Kegagalan induksi kehamilan
8. Proses perslinan menjadi tidak
lancer karena ada kemungkinan
distosia bahu
9. Ada kemungkinan ibu yang akan
melahirkan tidak dapat lahir secara
normal atau disesar. Namun dokter
perlu melakukan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan proses
persalinan ibu seperti USG).
10. Berat badan bayi lahir lebih dari
4000 gram
11. Lahir premature
12. Bayi lahir dengan kondisi yang tidak
sehat atau cacat
13. Kematian bayi
5 Perdarahan 1. Gawat janin
2. Keguguran
3. Kelainan pembekuan darah
4. Anemia
5. Kematian
Dapus
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi Ibu.
Jakarta; 2014.
2. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta.2013.
3. Kementerian Kesehatan RI. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. Jakarta; 2014.