PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
Seorang guru yang baik harus mampu menyusun suatu strategi
pembelajaran yang mampu membawa siswa berperan secara aktif dalam
belajar dikarenakan kesadaran dan ketertarikan siswa yang cukup tinggi,
bukan semata-mata untuk memenuhi kewajiban. Guru dituntut dapat
menyajikan kegiatan pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa. Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang
menjadikan siswa secara aktif melibatkan diri untuk belajar. Usaha guru
untuk membangkitkan motivasi belajar pada siswa diarahkan pada unsur
internal (siswa) dan unsur eksternal (di luar siswa). Contoh dari unsur
eksternal tersebut adalah suasana kelas yang efektif untuk belajar.
Peran guru sangat diperlukan untuk mewujudkan suasana kelas
yang efektif untuk belajar. Sebab guru sebagai pengelola proses
pembelajaran bertindak selaku fasilitator hendaknya berusaha menciptakan
kondisi pembelajaran yang kondusif, mengembangkan bahan pengajaran
dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak dan menguasai
tujuan pendidikan yang harus mereka capai, oleh karena itu guru dituntut
mampu mengelola proses pembelajaran yang dapat memberikan
rangsangan kepada siswa sebagai subyek utama belajar. Diharapkan dalam
proses pembelajaran dapat terjadi aktivitas dari siswa yaitu siswa mau dan
mampu memecahkan masalah, berpikir, menjawab pertanyaan, diskusi,
dan memperhatikan pada semua kegiatan pembelajaran di kelas. Interaksi
positif antara siswa yang satu dengan siswa yang lain maupun antara
siswa dengan guru juga menjadi harapan besar, sehingga apabila ada
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran, masalah yang
dihadapi mudah diselesaikan secara bersama-sama antar mereka. Dalam
memilih metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, dan bentuk pembelajaran (kelompok
atau individu). Selama beberapa kurun waktu, pembelajaran yang dianut
oleh beberapa guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat
dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.
2
Sebagian kecil guru masih memfokuskan diri pada upaya
penuangan pengetahuan ke dalam pikiran siswa tanpa memperhatikan
bahwa mereka mempunyai bekal kemampuan, pengetahuan, dan motivasi
yang tidak sama. Metode pembelajaran satu arah memungkinkan guru
lebih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran dan siswa hanya
ditempatkan sebagai objek dan membatasi kebebasan siswa berperan aktif.
Hal ini mengakibatkan siswa enggan dan jenuh dalam menerima pelajaran.
Tujuan pembelajaran pun tidak tercapai secara optimal.
Pembelajaran yang demikian ini juga terjadi di MAN 2
Tasikmalaya. Hal ini sesuai dengan studi pendahuluan yang dilakukan
yang meliputi kegiatan observasi kelas, wawancara dengan guru fisika dan
peserta didik. Berdasarkan observasi kelas guru mengajar dengan metode
ceramah yang terkadang diselingi dengan diskusi. Selain pembelajaran
dari guru yang demikian, banyak juga masalah yang dihadapi siswa dalam
proses belajar di kelas, diantaranya: (a) siswa kurang aktif dan kurang
merespon terhadap mata pelajaran fisika yang disampaikan guru. (b) siswa
kurang antusias memecahkan masalah yang diutarakan guru. (c) siswa
kurang berani menjawab pertanyaan dari guru. (d) siswa kurang tertarik
untuk berdiskusi. (e) hasil belajar siswa masih kurang optimal.
Berdasarkan dokumen guru fisika kelas X MIA MAN 2
Tasikmalaya, menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika masih
rendah. Berikut adalah nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas X MIA
MAN 2 Tasikmalaya.
3
X MIA 7 71,37
Dari data tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas X MIA
memiliki nilai di bawah KKM. Hal ini diduga disebabkan pada proses
pembelajaran guru masih menjadi pusat informasi utama sehingga peserta
didik menjadi tidak terlibat langsung dalam pembelajaran di kelas yang
berakibat rendahnya nilai hasil belajar peserta didik.
Melihat permasalahan tersebut, maka perlu adanya suatu metode
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik terlibat dalam
pembelajaran di kelas dan memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Salah satu metode tersebut adalah metode Peer Instruction. Metode Peer
Instruction dilakukan melalui diskusi kelompok yang mampu membuat
siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. diskusi yang dilakukan
dalam metode ini adalah diskusi dengan tetangga atau teman terdekat yaitu
teman satu bangku. Metode Peer Instruction menuntut banyaknya siswa
yang paham tentang konsep yang diajarkan, sehingga siswa dapat
menjelaskan dengan benar kepada temannya yang lain pada saat diskusi.
Ada beberapa hasil penelitian terkait penggunaan metode Peer
Instruction diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Maryanti (2011)
dalam skripsi yang berjudul penggunaan metode “Peer Instruction” untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Geografi Kompetensi Dasar Menganalisis Pelestarian Lingkungan Hidup
di Kelas XI IPS 6 SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 hasil
penelitian yang dilakukan oleh Maryanti ini pada siklus I menunjukkan
bahwa penggunaan metode Peer Instruction dalam pembelajaran geografi
belum mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa secara
optimal. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa penggunaan
metode Peer Instruction dalam pembelajaran geografi disertai dengan
pemutaran video mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Rata-rata skor keaktifan belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat,
siklus I= 1.95 dan siklus II= 2.55. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus
4
II meningkat 22.23% (siklus I= 58,5 dan siklus II= 80.56%). Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Peer
Instruction yang divariasi dengan pemutaran video dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar pada pembelajaran Geografi Kompetensi Dasar
Menganalisis Pelestarian Lingkungan Hidup di Kelas XI IPS 6 SMA
Negeri 2 Surakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2014) dengan judul skripsi
“Penerapan Peer Instruction With Structured Inquiri (PISI) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa”. Hasil dari penelitian ini
menunjukan peningkatan aktivitas belajar kimia siswa yang diikuti dengan
peningkatan hasil belajar kimia. Pengaruh pembelajaran PISI dalam
meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI semester 2 SMA
Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, dengan nilai
signifikansi sebesar 0,034 (p < 0,05)
Pemilihan materi gaya didasarkan pada nilai rata-rata peserta didik
paling rendah diantara materi-materi yang lain. Selain itu, proses
pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru maka diharapkan metode
pembelajaran Peer Instruction mampu membantu permasalahan yang
ditemukan guru dalam proses pembelajaran fisika, khususnya pada materi
gaya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti telah menerapkan
salah satu metode alternatif yang dapat digunakan yaitu metode Peer
Instruction. Metode ini digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa
baik dengan guru maupun dengan temannya saat pelajaran berlangsung
dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian maka
dilakukan penelitian lapangan yang berjudul “Pengaruh Metode Peer
Instruction untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi
Konsep Gaya”.
B. Rumusan Masalah
5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keterlaksanaan penerapan metode peer instruction dalam
upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi gaya setelah
diterapkan metode peer instruction?
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini tidak meluas
maka masalah penelitian dibatasi sebagai berikut:
1. Materi fisika yang dijadikan obyek pada penelitian ini mengenai
pokok bahasan konsep gaya.
2. Sub-bab yang akan dipelajari dalam konsep gaya adalah hukum
newton I, hukum newton II, hukum newton III, jenis-jenis gaya, dan
analisis dinamika partikel.
3. Hasil belajar kognitif peserta didik ranah kognitif yang di ukur hanya
C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6
(mencipta)
4. Ketercapaian hasil belajar peserta didik ranah afektif yang diukur
adalah penerimaan (receiving), peresponan (responding), penilaian
(valuing), pengorganisasian (organizations), dan pengkarakterisasian
(characterization).
5. Ketercapaian hasil belajar peserta didik ranah psikomotor yang diukur
adalah imitasi (imitation), manipulasi (manipulation), presisi
(presition), artikulasi (articulation), naturalisasi (naturalization).
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan tiada lain karena memiliki tujuan tersendiri,
yaitu untuk mengetahui:
6
2 Penerapan metode peer instruction terhadap peningkatan hasil belajar
siswa pada materi gaya.
E. Definisi Operasional
7
Likert berupa lembar observasi keterlaksanaan metode Peer
Instruction.
2. Hasil belajar peserta didik adalah nilai yang diperoleh peserta didik
setelah proses pembelajaran, yang ditunjukkan dengan skor yang
diperoleh peserta didik. Hasil belajar kognitif adalah hasil atau nilai
yang diperoleh oleh peserta didik melalui instrumen tes hasil belajar
berupa tes uraian dengan jumlah 14 soal pada tes awal dan tes akhir
yang meliputi aspek C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5
(mengevaluasi), dan C6 (rnenciptakan). Penilaian hasil belajar afektif
adalah hasil belajar yang diperoleh peserta didik melalui tes penilaian
diri (self assesment) menggunakan angket dengan instrumen skala
Likert yang meliputi penerimaan (receiving), peresponan (responding),
penilaian (valuing), pengorganisasian (organizations), dan
pengkarakterisasian (characterization). Penilaian hasil belajar
psikomotor adalah hasil belajar yang diperoleh peserta didik melalui
penilaian unjuk kerja selama proses pembelajaran di dalam kelas
dengan cara pengamatan langsung oleh observer untuk mengamati
aktivitas peserta didik dengan menggunakan instrumen skala Likert
yang meliputi imitasi (imitation), manipulasi (manipilation), presisi
(presition), artikulasi (articulation), naturalisasi (naturalization).
3. Materi gaya adalah salah satu materi mata pelajaran SMA/MA kelas X
semester dua, dalam Kompetensi Dasar 3.7 yaitu: menganalisis
interaksi gaya serta hubungan antara gaya, massa, dan gerak benda
pada gerak lurus.
F. Manfaat Penelitian
8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti secara empiris
tentang metode pembelajaran Peer Instruction bahwa dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep gaya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
1) Dapat menambah pengalaman mengajar menggunakan metode
pembelajaran Peer Instruction sekaligus dapat bekal
pengetahuan dalam proses mengajar.
2) Sebagai referensi peneliti lain dalam menciptakan situasi dan
kondisi belajar yang menyenangkan guna suguhan pembelajaran
yang variatif.
b. Bagi siswa, dengan menggunakan metode pembelajaran Peer
Instruction pada dasarnya dapat memberikan pengalaman belajar
yang berbeda dari sebelumnya. Dengan penerapan metode ini dapat
meningkatkan keaktifan siswa baik secara kelompok ataupun
individu sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi guru, untuk menambah wawasan dan sebagai salah satu
alternatif metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam
pembelajaran fisika.
G. Kerangka Pemikiran
9
sehingga siswa menjadi enggan dan jenuh dalam menerima pelajaran
sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai secara optimal.
Guru mengajar dengan metode ceramah yang terkadang diselingi
dengan diskusi. Selain pembelajaran dari guru yang demikian, banyak juga
masalah yang dihadapi siswa dalam proses belajar di kelas, diantaranya:
(a) siswa kurang aktif dan kurang merespon terhadap mata pelajaran fisika
yang disampaikan guru. (b) siswa kurang antusias memecahkan masalah
yang diutarakan guru. (c) siswa kurang berani menjawab pertanyaan dari
guru. (d) siswa kurang tertarik untuk berdiskusi. (e) hasil belajar siswa
masih kurang optimal.
Melihat permasalahan di atas, diperlukannya suatu model
pembelajaran yang mampu membuat peserta didik berpartisipasi aktif dan
terlibat langsung dalam pembelajaran di kelas, salah satu metode yang
dapat digunakan adalah metode Peer Instruction. Metode Peer
Instruction merupakan salah satu metode pembelajaran yang mampu
menjawab permasalahan di atas, dimana pelaksanaan metode Peer
Instruction dijelaskan oleh Mazur (1997: 10) sebagai berikut: Tujuan dasar
Peer Instruction adalah untuk memanfaatkan interaksi siswa selama
pembelajaran dan memusatkan perhatian siswa terhadap konsep yang
mendasarinya, ceramah terdiri dari sejumlah presentasi singkat mengenai
poin-poin kunci, masing-masing diikuti oleh pertanyaan konseptual
singkat tentang subjek yang sedang dipelajari. Dari ungkapan Mazur
tersebut menunjukan bahwa metode Peer Instruction bertujuan untuk
memberdayakan interaksi siswa selama pembelajaran berlangsung dengan
memfokuskan perhatian siswa pada konsep dasar dalam tes konsep yang
harus didiskusikan. Pembelajaran dengan metode Peer Instruction dimulai
dengan penyampaian materi secara ringkas oleh guru dan dilanjutkan
dengan tes konsep yang menjadi ciri khas metode Peer Instruction.
Langkah-langkah dari tes konsep dalam metode Peer Instruction meliputi :
1. guru menyampaikan permasalahan yang harus dipecahkan.
2. siswa diberi kesempatan untuk berpikir.
10
3. siswa menjawab permasalahan dan menuliskan tingkat
keyakinannya atas jawaban tersebut.
4. siswa diberi kesempatan berdiskusi untuk meyakinkan teman-
temannya mengenai jawaban yang paling tepat.
5. siswa menjawab ulang hasil diskusi kelompok.
6. guru memberi umpan balik dan menjelaskan permasalahan.
7. guru menjelaskan dari jawaban yang benar.
Menurut Steven (2010: 2) biasanya dua sampai lima pertanyaan
pilihan ganda digunakan per menit 50 ceramah, dengan siswa
mendiskusikan di antara tema sebelum memilih jawaban. Guru kemudian
memfasilitasi diskusi, dengan fokus pada artikulasi penalaran dan
argumentasi, mendengar banyak suara, dan perumusan argumentasi
produktif.
Pada saat diskusi meyakinkan teman (diskusi dengan teman satu
kelompok), memaksa siswa untuk berpikir tentang konsep yang
dipahaminya dan bagaimana cara menyampaikannya. Selama diskusi
berlangsung, guru dapat mendengarkan siswa-siswanya berargumen dan
mengetahui dibagian mana mereka kurang atau keliru memahami suatu
konsep. Selain itu guru juga dapat mendengarkan penjelasan siswa yang
sudah benar jawabannya.
Siswa memperbaiki jawabannya setelah mengadakan diskusi. Pada
hasil jawaban yang kedua biasanya terjadi peningkatan presentase siswa
yang menjawab benar dan siswa yang semula ragu-ragu akan dikuatkan
dengan argumen dari teman-temannya yang sependapat.
Metode pembelajaran Peer instruction sangat cocok diterapkan
untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran terutama dalam
meningkatkan hasil belajar, karena peserta didik terlibat aktif untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis
sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri pengetahuannya yang
mengakibatkan hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.
11
Metode pembelajaran Peer instruction ini diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu indikator hasil belajar
yang akan diukur yaitu dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor. Karthwoll (2002: 215) menjelaskan hasil belajar tipe kognitif
terbagi dalam enam jenjang proses berpikir, yaitu: Mengingat (C1) adalah
proses mendapatkan kembali pengetahuan dari long-term memory.
Memahami (C2) adalah kemampuan untuk menentukan maksud dari pesan
baik berupa ucapan, tulisan, dan grafik. Mengaplikasikan (C3) adalah
kemampuan untuk menggunakan materi, prinsip, aturan, atau metode yang
telah dipelajari dalam situasi baru. Menganalisis (C4) adalah kemampuan
untuk menguraikan suatu materi kedalam bagian-bagiannya. Mengevaluasi
(C5) adalah kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan kriteria
dan standar. Mencipta (C6) adalah kemampuan untuk mempertimbangkan
nilai suatu materi (pernyataan, uraian, pekerjaan) berdasarkan kriteria
tertentu yang ditetapkan. Namun, untuk penelitian kali ini ranah kognitif
yang akan diukur hanya mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Bloom menjelaskan untuk ranah
afektif yang diukur adalah receiving (penerimaan), responding
(peresponan), valuing (penilaian), organization (pengorganisasian), dan
characterization (pengkarakterisasian). Sedangkan untuk ranah
psikomotor aspek yang diukur adalah imitasi (imitation), manipulasi
(manipulation), presisi (presition), artikulasi (articulation), naturalisasi
(naturalization) (Majid, 2014: 52-53).
Materi gaya adalah salah satu materi mata pelajaran SMA/MA
kelas X semester dua, dalam Kompetensi Dasar (K.D) 3.7 yaitu
menganalisis interaksi gaya serta hubungan antara gaya, massa, dan
gerakan benda pada gerak lurus. Adapun indikator pembelajaran dari
materi ini sebagai berikut: (1) menunjukan contoh berlakunya hukum
Newton I, II, dan III; (2) Menerapkan hubungan gaya dan percepatan; (3)
membedakan gambar gaya berat, gaya normal, gaya tegang tali, dan gaya
penghambat (gesekan); (4) menerapkan hukum Newton I pada benda diam
12
dan bergerak dengan laju konstan; (5) menerapkan hukum Newton II pada
benda yang bergerak dengan percepatan konstan; (6) menghitung besar
gaya berat, gaya normal, dan gaya tegang tali pada sistem benda; (7)
menganalisis hubungan gaya dan percepatan pada sistem benda yang
terhubung tali. Tujuh indikator hasil belajar ini dirumuskan kedalam empat
kategori ranah kognitif yaitu mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).
13
Berdasarkan permasalahan di atas, maka kerangka pemikiran
tersebut dapat disajikan pada gambar 1.1. secara skematis sebagai berikut:
H. Hipotesis
14
I. Hasil Penelitian yang Relevan
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
PENERAPAN METODE PEER INSTRUCTION UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
KONSEP GAYA
15
16
16
17
a. Persiapan
Menyiapkan bahan atau materi pembelajaran yang akan didiskusikan
dalam pelaksanaan Peer Instruction, yang dapat dilakukan secara
berpasangan atau kelompok. Bahan tersebut dapat berupa pertanyaan
tes (Conceot Test atau CT), bacaan, masalah nyata, atau film.
1) Pada soal CT bukan jawaban benar atau salah, tetapi lebih
menggali pemahaman dan jalan pemikiran peserta didik.
Menyiapkan pertanyaan atau tugas berkaitan dengan bahan atau
materi yang memerlukan proses berpikir dan tidak hanya memiliki
jawaban pasti sehingga peserta didik dapat menggunakan daya
nalarnya sesuai kemampuannya.
2) Mengembangkan petunjuk apa yang harus dikerjakan peserta
didik secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok.
17
18
b. Pelaksanaan
Pada kegiatan pembelajaran didalam kelas, siswa berinteraksi
antar sesamanya, dengan menggunakan petunjuk yang dikembangkan,
guru hanya bertindak sebagai mentor. Kunci keberhasilan dari
kegiatan tersebut adalah frekuensi dan interaksi yang penuh dengan
daya nalar dan terjadinya belajar melalui pengalaman dengan
komunikasi secara fisik diantara sesamanya.
Jika pembelajaran dimulai dengan CT, maka setelah
mengerjakan soal, peserta didik dapat menjelaskan kepada teman
sebangkunya tentang cara nalar atau cara pikir yang dia kerjakan
sehingga memperoleh jawaban masing-masing, sehingga terjadi
diskusi kecil. Pada kegiatan tersebut memungkinkan pasangan lain
ikut berdiskusi, sehingga dapat berkembang menjadi diskusi
kelompok.
Jika kegiatan tidak dimulai dengan CT, guru dapat memulai
pembelajaran dengan mengajukan sebuah pertanyaan yang harus
diselesaikan sendiri kemudian didiskusikan dengan teman
sebangkunya sebelum menyusun jawaban akhir. Guru dapat meminta
salah seorang peserta didik untuk menjelaskan alur pikir dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan dalam kelas, sehingga akan
terjadi diskusi kelas. Penjelasan tersebut dapat berupa presentasi atau
demonstrasi dengan menggunakan perangkat IT.
4. Kelebihan dan kekurangan metode Peer Instruction
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing. Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahan metode
pembelajaran Peer Instruction, yaitu:
a. Kelebihan
Menghilangkan kesan monoton pada proses pembelajaran dan
menciptakan suasana yang dapat meningkatan keaktifan peserta didik.
18
19
b. Kekurangan
Apabila jumlah siswa yang memiliki jawaban benar terlalu sedikit,
diskusi meyakinkan teman akan menjadi kurang efektif karena terlalu
sedikit argument untuk mendukung jawaban yang benar.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian hasil belajar
Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar
adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Proses belajar pada
hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya,
proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak
dapat kita saksikan. Kita hanya dapat menyaksikan dari adanya gejala-
gejala perubahan perilaku yang tampak.
Sanjaya (2010: 229) menjelaskan belajar adalah suatu proses
aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya
sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik
perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor.
Dimyati & Mudjiono (2013: 295) mengatakan bahwa belajar
adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan
keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Belajar atau ta’lim
dalam pandangan pendidikan Islam, mencakup kegiatan yang luas, tidak
sekadar pengembangan pengetahuan saja, melainkan pengembangan
keterampilan, pembentukan sikap, dan perilaku yang baik (Sukiman,
2008: 67). Sedangkan Slameto (Alviana, 2013: 8) menjelaskan belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan tingkah laku tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku. Sedangkan belajar menurut Bruner (Trianto, 2009:
15) adalah suatu proses aktif dimana peserta didik membangun
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
b. Ranah afektif
Bloom menjelaskan ranah afektif mencakup segala sesuatu
yang terkait dengan emosi, misalnya ketertarikan, sikap, pendapat,
apresiasi, penilaian, dan kumpulan emosional lainnya. Domain ini
25
26
26
27
c. Ranah psikomotor
Ranah psikomotor meliputi aktivitas motorik yang penting
dalam pengembangan kemampuan peserta didik dalam memanipulasi
benda-benda dan secara umum mengembangkan keterampilan
motorik peserta didik. Psikomotrik berhubungan dengan gerakan
sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak yang pada umumnya
berupa keterampilan yang memerlukan koordinasi otak dengan
beberapa otot. Hingga akhir hayatnya, Bloom tidak merumuskan
kategori dalam ranah psikomotorik. Ahli psikologi berikutnyalah
yang mengembangkan dan menemukan kategori psikomotrik yakni
Dave (1970), Simpson (1972), dan Harrow (1972). Berikut ini adalah
kategori psikomotorik yang dikemukakan oleh Dave pada tahun 1970
(Majid, 2014: 52-53).
1) Imitasi (imitation)
Berarti meniru tindakan seseorang, atau mengulangi tindakan
seseorang setelah mendemonstrasikan sesuatu atau menjelaskan
suatu konsep atau teori, dan berkaitan dengan trial dan error
sampai jawaban suatu teori dapat diterima dengan tepat. Contoh
kata kerja yang digunakan: memulai, mengamati, mencoba,
mengikuti, mengulang, memindahkan, memasang, meniru,
menduplikasi, memotong, dan lain-lain.
2) Manipulasi (manipulation)
27
28
28
29
Mengingat pada batasan masalah yang telah diuraikan pada Bab I membatasi
hal yang berkenaan dengan penelitian ini maka penilaian hasil belajar siswa
hanya meliputi ranah kognitif kategori tiga (C 3) yaitu menerapkan, kategori
empat (C4) yaitu menganalisis, kategori lima (C5) yaitu mengevaluasi, dan
kategori enam (C6) yaitu mencipta. Empat kategori jenjang kognitif ini
terangkum pada 6 indikator pembelajaran dalam Kompetensi Dasar yaitu
menganalisis interaksi gaya serta hubungan antara gaya, massa, dan gerakan
benda pada gerak lurus.
29
30
Langkah-Langkah Metode
Indikator Hasil Belajar
Pembelajaran Peer Instruction
Guru menyampaikan permasalahan Afektif :
yang harus dipecahkan. Receiving (Penerimaan)
30
31
31
32
Valuing (Penilaian)
Organization (Pengorganisasian)
Characterization
(Pengkarakterisasian)
Guru menjelaskan dari jawaban Afektif :
yang benar Receiving (Penerimaan)
1. Dinamika partikel
Dinamika merupakan cabang dari mekanika yang mempelajari
penyebab gerak, yaitu gaya. Karena benda yang ditinjau dianggap sebagai
partikel, maka disebut dinamika partikel. (Marthen, 2013: 151)
Benda dapat bergerak dikarenakan adanya gaya yang bekerja, ada tiga
hukum yang mempelajari hubungan antara gaya dan gerak benda,
diantaranya:
a. Hukum newton I
Hukum newton I berbunyi “jika resultan gaya pada suatu
benda sama dengan nol, benda yang mula-mula diam akan terus
diam, sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan terus
bergerak dengan kecepatan tetap”
32
33
∑ F=0
Keterangan :
∑ F=Resultan gaya(N )
Hukum newton I juga menggambarkan bahwa suatu benda akan
cenderung mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya.
b. Hukum newton II
Hukum newton II berbunyi “Percepatan yang dihasilkan oleh
resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus
dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya, dan berbanding
terbaik dengan massa benda”.
Secara matematis, hukum newton II dinyatakan:
a=
∑ F atau
m
∑ F=m .a
Keterangan :
∑ F=Resultan gaya ( N )
m=massabenda (kg)
m
a= percepatan( ) (Marthen, 2013: 157)
s2
c. Hukum newton III
Hukum newton III berbunyi “untuk setiap aksi, ada suatu
reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah”.
Secara matematis, hukum newton III dinyatakan:
F aksi =−Freaksi
(Marthen, 2013: 159)
2. Jenis-jenis gaya yang bekerja pada dinamika partikel
a. Gaya Berat (W)
33
34
W =m. g
Keterangan :
W =gaya berat ( N )
m=massa ( kg )
m
g= percepatan gravitasi( )
s2
b. Gaya Normal (N)
Gaya normal didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada
bidang sentuh antara dua permukaan bidang yang bersentuhan, yang
arahnya selalu tegak lurus pada bidang sentuh
N=W =m . g
34
35
35
36
36
37
37
38
Tali 1 Tali 2
T1 T1 T2 T2
A B C P
F
fk
W
Gambar 2. 6 gaya yang bekerja pada
bidang datar
∑ F=m. a ∑ F=m. a
N−W =m . a F−f k =m . a
∑ F=0
F−( μk . N )=m. a
38
39
fk
W sin θ
W cos θ W
Gambar 2. 7 Gaya yang bekerja
pada bidang miring
∑ F=m. a ∑ F=m. a
N−W cos θ=m. a W sin θ−f k =m. a
W sin θ− ( μk . N ) =m. a
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode penelitian kuantitatif
40
didik serta data hasil observasi dan presentase keterlaksanaan metode
pembelajaran Peer instruction.
Data penelitian tersebut didapat dari populasi kelas X MIA MAN 2
Tasikmalaya semester dua. Populasi terdiri atas kelompok-kelompok individu
yang terdiri dari tujuh kelas yang homogen dimana seluruh kelas X belum
pernah melakukan pembelajaran menggunakan metode Peer Instruction.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu kelas, maka teknik
penarikan sampelnya menggunakan teknik simple random sampling
(Sugiyono, 2009 : 89). Melalui pengundian di dapat kelas X MIA 1, sehingga
pada penelitian kali ini yang akan dijadikan sampel yaitu kelas X MIA 1.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, Peneliti memilih pelaksanaan penelitian di kelas X
MIA MAN 2 Tasikmalaya karena di kelas ini belum pernah diterapkan
metode Peer Instruction dalam pembelajaran fisika. Adapun pemilihan
tempat ini berdasarkan pertimbangan Sarana dan prasarana memadai dan
dinilai baik untuk membantu proses pembelajaran.
2. Waktu Penelitian
Secara keseluruhan semua kegiatan dilakukan selama kurang lebih 8
bulan, yaitu sejak bulan Oktober 2018 sampai Mei 2019.
41
Tabel 3. 2 Rincian Kegiatan
Bulan
N
Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari
o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Proposal
2 Instrumen
3 Tes dan uji
coba
instrumen
4 Pembuatan
perangkat
pembelajaran
5 Judgement
perangkat
pembelajaran
6 Implementasi
pembelajaran
dan tes
7 Pengumpula
n data
8 Pengolahan
data
9 Pembuatan
simpulan
Rincian Kegiatan
42
Keterlaksanaan
Kegiatan Pembelajaran Terlaksana Tidak
5 4 3 2 1 terlaksana
Tes hasil belajar ini untuk mengukur peningkatan hasil belajar ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
a. Untuk mengukur ranah kognitif akan diberikan berupa tes uraian yang
meliputi tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Soal-soal tes yang
diberikan mencakup indikator kemampuan hasil belajar fisika dalam
jenjang mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C4),
dan mencipta (C5). Tes ini bertujuan untuk menjaring data tentang
pencapaian hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode
pembelajaran Peer Instruction.
b. Untuk ranah afektif peserta didik akan diberikan berupa angket skala
Likert dengan beberapa pernyataan yang harus diisi oleh peserta didik
dengan cara memberi tanda cheklist (√) dan memberikan alasan
mengapa mengisi kolom tersebut. Tes ini diberikan pada setiap
pertemuan setelah proses belajar dan mengajar selesai dengan tujuan
untuk mendapatkan data tentang pencapaian hasil belajar pada ranah
afektif dengan diterapkannya metode pembelajaran Peer Instruction.
c. Untuk ranah psikomotor peserta didik akan diamati oleh observer
dengan memberikan tanda cheklist (√) pada lembar penilaian saat
pembelajaran berlangsung. Lembar penilaian terdiri dari skala
penilaian (rating scale) dimana pernyataan yang diberikan berkaitan
dengan aspek-aspek keterampilan. Data yang didapatkan bertujuan
43
untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik pada ranah
psikomotor setelah diterapkannya.
3. Lembar kerja peserta didik (LKPD)
LKPD merupakan tes unjuk kerja dan sebagai alat bantu kelancaran proses
pembelajaran metode pembelajaran Peer Instruction. LKPD membantu
peserta didik untuk menemukan konsep dari gaya pada pembelajaran
fisika yang sedang berlangsung. LKPD yang diberikan kepada peserta
didik dengan menyajikan masalah inti untuk dijadikan sebagai acuan
dalam membuat rumusan masalah, hipotesa, dan menemukan solusi.
E. Teknik Analisis
1. Analisis instrumen
44
a) Menghitung jumlah skor aktivitas peserta didik dan guru
yang telah diperoleh. Adapun pedoman penskorannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Pedoman Penskoran Lembar Observasi
Keterlaksanaan Metode pembelajaran Peer Instruction
Keteranga
Penilaian Keterangan skor
n
Sangat kurang Satu
Kurang Dua
Ya Cukup Tiga
Baik Empat
Baik sekali Lima
Tidak Tidak terlaksana Nol
Kemudian mengubah jumlah skor yang telah diperoleh
menjadi nilai persentase, dengan menggunakan rumus:
skor diperoleh
Persentase nilai didapat = x 100%
skor maksimum ideal
b) Mengubah persentase yang diperoleh ke dalam kriteria
penilaian aktivitas peserta didik, dengan kriteria yang
disajikan di tabel 3.9.
45
Analisis tes peningkatan hasil belajar peserta didik ranah
kognitif ini akan dilakukan dengan pemberian soal. Namun
sebelum itu, soal tes hasil belajar peserta didik ini akan diuji
terlebih dahulu oleh dosen pembimbing, namun dosen
pembimbing hanya akan menguji dan menelaah soal secara
kualitatif saja, dengan memperhatikan materi/konten,
kontruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman
penskorannya.
b) Analisis Kuantitatif ranah kognitif
Setelah soal diuji oleh dosen pembimbing maka selanjutnya
soal tersebut diuji cobakan terhadap peserta didik-peserta
didik yang pernah belajar atau mengikuti pembelajaran konsep
gaya. Uji coba soal ini ditujukan untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam pengujian kuantitatif. Uji kuantitatif sendiri
dilakukan dengan cara menganalisis validitas, reliabilitas,
daya pembeda dan tingkat kesukaran dari soal-soal yang diuji
cobakan, yang mana akan dijadikan acuan mana soal yang
akan dipakai, yaitu soal-soal yang paling layak dan baik untuk
dijadikan alat ukur penelitian, dan diberikan pada sampel, dan
mana soal yang gugur. Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
(1) Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik
korelasi Pearson Product Moment.
46
Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
, dua variabel yang dikorelasikan.
N = Jumlah siswa uji coba (testee)
X = Skor tiap item
Y = Skor total tiap butiran soal
Selanjutnya harga koefisien korelasi ini dibandingkan
dengan harga koefisien korelasi dengan tabel yaitu rtable =
0,388. Apabila nilai total person correlation > 0,3, Atau
probabilitas kurang dari 0,05 maka item tersebut valid.
(Arikunto, 2002 : 146)
(2) Reliabilitas
Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan
konsistensi alat ukur yang digunakan. Arikunto (2002)
menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat
keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap.
Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
belah dua (split-half method) atas-bawah karena instrumen
yang digunakan berupa soal pilihan ganda.
Keterangan:
47
r11 : Reliabilitas instrumen
Jika jumlah soal dalam tes adalah ganjil, maka rumus yang
digunakan untuk menghitung reliabilitas tes adalah rumus
yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson yaitu rumus
K-R. 20 sebagai berikut:
n S pq
2
r11
n 1 S2
Keterangan:
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subjek yang menjawab item
dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item
dengan salah
q 1 p
n : banyaknya item
S : standar deviasi dari item
48
(3) Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran ini dinyatakan dalam sebuah bilangan
yang disebut indeks kesukaran (difficulty index). Indeks
kesukaran ini ditentukan dengan rumus :
B
P=
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu
dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
49
penskorannya oleh ahli dalam hal ini adalah dosen
pembimbing.
b) Analisis kuantitatif ranah afektif
Analisis kuantitatif ini didasarkan pada penghitungan nilai
yang didapat peserta didik, nilai yang didapat kemudian
dikonversikan kedalam persen (%). Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
(1) Menghitung jumlah skor ranah afektif yang diperoleh
peserta didik. Adapun pedoman penskorannya adalah
sebagai berikut:
Pernyataan Skor
SS (Sangat Setuju) 5
S (Setuju) 4
R (Ragu-ragu) 3
T (Tidak setuju) 2
ST (Sangat Tidak 1
setuju)
(Farida, 2014: 137).
Kemudian mengubah jumlah skor yang telah diperoleh
menjadi nilai persentase, dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor
Nilai peserta didik= x 100 %
skor maksimum
(2) Mengubah persentase yang diperoleh ke dalam kriteria
penilaian afektif peserta didik, dengan kriteria yang
disajikan di Tabel 3.8.
3) Ranah psikomotor
50
Analisis instrumen hasil belajar ranah psikomotor ini akan
dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Analisis kualitatif ranah psikomotor
Analisis kualitatif ini didasarkan pada kaidah penelitian soal
tes tertulis. Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan
secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi
materi, kontruksi, bahasa/budaya, dan kunci
jawaban/pedoman penskorannya oleh ahli dalam hal ini
adalah dosen pembimbing.
51
(2) Mengubah persentase yang diperoleh ke dalam kriteria
penilaian psikomotor peserta didik, dengan kriteria yang
disajikan di Tabel 3.12.
c. Analisis lembar kerja peserta didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ini ditelaah oleh ahli (dosen
pembimbing) untuk mengetahui tentang baik atau tidaknya
penggunaan LKPD yang akan digunakan dari aspek materi, kesesuaian
dengan pembelajaran, dan kosa kata/bahasa yang digunakan. Setelah
itu digunakan untuk mendapatkan data keterlaksanaan pembelajaran.
Dalam penilaian setiap langkah digunakan skor yang terentang dari
satu sampai lima. Skor satu merupakan skor terendah dan skor lima
merupakan skor tertinggi untuk setiap langkah.
52
Tabel 3. 7 Kriteria Keterlaksanaan Metode
Pembelajaran Peer Instruction
Rentang Klasifikasi
< 54% Sangat kurang
55% - 59% Kurang
60% - 75% Cukup
76% - 85% Baik
86% - 100% Sangat baik
b) Normalisasi Gain
53
Untuk memperoleh skor gain yang ternormalisasi
digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1998)
seperti persamaan di bawah ini.
T f −T i
g=
S i−T i
keterangan :
g = gain ternormalisasi
Si = skor ideal
Tf = skor posttest
Ti = skor pretest
54
2
N −1
(
batas kelas−x́
∑ f i xi
N )
SD
(7) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal
(8) Mencari luas tiap kelas interval
(9) Mencari frekuensi yang diharapkan:
Oi Ei
2
Ei
Keterangan:
Oi = Frekuensi Observasi;
Keterangan:
55
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
peningkatan hasil belajar peserta didik sebelum dan
sesudah pembelajaran yang menggunakan metode
pembelajaran Peer Instruction berbasis pada materi konsep
gaya. Untuk melakukan uji hipotesis ini, maka yang
dilakukan adalah dengan pengujian dengan cara statistik
data.
(1) Apabila data terdistribusi normal, maka dilakukan
pengujian statistik parametrik, yaitu uji t. Yang mana
rumusnya dijelaskan sebagai berikut:
Md
thitung
d
2
d 2
n
n n 1
Keterangan:
56
Jika t hitung <t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak terjadi peningkatan yang signifikan
terhadap hasil belajar peserta didik setelah
dilakukan pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran Peer Instruction. (Sugiyono, 2013:
122-124).
(2) Apabila data berdistribusi tidak normal, maka
dilakukan uji Willcoxon Match Pairs:
n n 1
T
T T 4
Z
T n n 1 2n 1
24
Kriteria:
Zhitung > Ztabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Zhitung< Ztabel maka H0 diterima dan Ha ditolak
(Sugiyono, 2013: 134 -137).
2) Ranah afektif
Analisis data hasil belajar ranah afektif ini akan dilakukan
dengan dua cara yaitu:
a) Analisis data kualitatif ranah afektif
Selain data diubah ke dalam bentuk persentase (%),
pengolahan skor ditunjang pula dengan paparan sederhana
yang menginterpretasikan angka-angka persentase tersebut
sehingga dapat tergambar bagaimana hasil belajar peserta
didik ranah afektif di dalam proses pembelajaran di kelas
menggunakan metode pembelajaran Peer Instruction.
b) Analisis data kuantitatif ranah afektif
Setelah diterapkannya metode pembelajaran Peer
Instruction menggunakan data yang diperoleh dari lembar
hasil belajar peserta didik ranah afektif.
57
Interpretasi ketercapaian ranah afektif peserta didik dengan
menggunakan metode pembelajaran Peer Instruction adalah
sebagai berikut:
(Arikunto,
Tabel 3. 9 Interpretasi Nilai Afektif 2009:
Peserta 245)
Didik
3) Ranah psikomotor
Setelah diterapkannya metode pembelajaran Peer Instruction
menggunakan data yang diperoleh dari lembar hasil belajar
ranah psikomotor. Analisis instrumen hasil belajar ranah
psikomotor ini akan dilakukan dengan dua cara yaitu:
58
Tabel 3. 10 Interpretasi Nilai Psikomotor Peserta Didik
Persentase Kategori
(%)
30 – 39 Kurang sekali
40 – 55 Kurang
56 – 65 Cukup
66 – 79 Baik
80 – 100 Baik sekali
59
3) Menginterpretasikan nilai peserta didik yang didapat
kedalam kategori berikut:
Tabel 3. 10 Interpretasi Nilai LKPD
Skor Interpretasi
(%)
30-39 Gagal
40-55 Kurang
56-65 Cukup
66-79 Baik
80-100 Baik sekali
(Arikunto, 2012: 281).
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER INSTRUCTION
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM KONSEP GAYA
Jumlah
Hari Tanggal Peserta Didik Waktu Materi
yang Hadir
2 x 45 menit
sabtu 05 Januari 2019 35 Tes awal
(08.30-10.00)
2 x 45 menit
sabtu 12 Januari 2019 35 Hukum Newton
(07.00-08.30)
2 x 45 menit
sabtu 19 Januari 2019 30 Jenis-jenis Gaya
(08.30-10.00)
2 x 45 menit
sabtu 26 Januari 2019 35 Penerapan Gaya
(07.00-08.30)
02 Februari 2 x 45 menit
sabtu 35 Tes akhir
2019 (08.30-10.00)
Guru memberikan tes awal kepada peserta didik pada hari sabtu tanggal
05 Januari 2019 di kelas X MIA 1 MAN 2 Tasikmalaya dengan jumlah
62
peserta didik yang hadir adalah 35 orang, tujuannya untuk mengukur
kemampuan awal yang
63
dimiliki peserta didik yang berkaitan dengan materi konsep gaya.
Proses pemberian tes awal ini berlangsung selama 90 menit, peserta didik
tampak kebingungan dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Walaupun
demikian tes awal ini berlangsung tertib dan peserta didik berusaha
menjawab soal sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam setiap pembelajaran dengan
menggunakan Metode Pembelajaran Peer Instruction pada materi konsep
gaya sebagai berikut.
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilakukan pada hari sabtu, tanggal 12 Januari
2019. Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh peserta didik, perlakuan yang
diterapkan pada pertemuan ini adalah kegiatan pembelajaran dengan
Metode Pembelajaran Peer Instruction, sesuai dengan tahapan
pembelajarannya yaitu:
a. Kegiatan pendahuluan
Guru pada tahap ini membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam, dan mempersilahkan kepada peserta didik
untuk berdoa, serta memeriksa kehadiran peserta didik. Guru
menyatakan pertanyaan apersepsi untuk mengetahui pengetahuan
awal peserta didik dengan memberikan pertanyaan, “di materi
sebelumnya kita mempelajari jenis-jenis gerak benda, pernahkah
kalian berpikir apa yang menyebabkan benda bisa bergerak?”
Terdapat dua peserta didik yang merespon pertanyaan tersebut,
kedua peserta didik tersebut saling bersahutan dan salah satu peserta
didik menjawab, “Pernah, yang menyebabkan benda bisa bergerak
karena ada dorongan”. Kemudian, salah satu peserta didik
menjawab, “yang menyebabkan benda bisa bergerak karena ditarik
”. Jawaban dari kedua peserta didik belum lengkap dan tepat, tetapi
guru tidak langsung meluruskan jawaban mereka, tetapi guru
melanjutkan pembelajaran dengan memberikan pertanyaan motivasi
untuk memancing rasa ingin tahu peserta didik, “Mengapa pada saat
64
kita mengendarai sepeda motor tubuh kita akan bergerak ke
belakang ketika sepeda motor digas secara mendadak?”. Satu orang
peserta didik mencoba menjawab pertanyaan motivasi, walaupun
jawabannya masih melenceng dari yang diharapkan. Dia menjawab,
“badan bergerak ke belakang karena ditekanan angin ketika
kendaraan bergerak”. Guru tidak meluruskan jawaban peserta didik
namun guru memberitahukan pernyataan jawaban mereka disimpan
dahulu dan meminta mereka memdiskusikan melalui pengamatan
suatu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Guru membagikan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Guru setelah itu
memberitahukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada materi
gaya.
b. Kegiatan inti
Guru menayangkan permasalahan yang harus dipecahkan
melalui video aktivitas orang yang sedang berkendara, perbandingan
orang yang sedang mendorong motor dan mobil dengan gaya yang
besarnya sama, dan perbandingan orang yang mendorong gerobak
dengan nelayan yang sedang mendayung perahu dengan arah gaya
yang sama. Peserta didik secara bersama-sama menyimak video yang
ditayangkan guru. Kemudian guru menginstruksikan semua peserta
didik untuk menganalisis peristiwa dalam video dan menjawab
pertanyaan yang ada pada LKPD secara individu serta menuliskan
persentase keyakinan dari jawaban mereka. Setelah semua peserta
didik menjawab secara individu, guru menginstruksikan peserta
didik untuk saling berdiskusi dan mengargumentasikan hasil jawaban
masing-masing secara berkelompok dengan tiga teman duduk
terdekat. Setelah peserta didik saling berdiskusi dengan
kelompoknya masing masing, peserta didik menuliskan kembali
jawaban dalam LKPD.
Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk
membacakan hasil jawaban kelompok. Perwakilan dari setiap
65
kelompok membacakan hasil diskusinya, salah satu kelompok
menjawab “orang yang berkendara ketika direm mendadak badan
orang tersebut akan terdorong kedepan dan akan mencoba menahan
badannya supaya tidak jatuh, dan ketika mendorong mobil dan
motor didorong dengan kekuatan yang sama maka yang akan lebih
dulu sampai adalah motor alasannya karena motor lebih ringan
dibandingkan mobil”. Kemudian guru menjelaskan secara singkat
keterkaitan peristiwa yang ditayangkan dengan materi yang sedang
dipelajari. “dalam dinamika gerak lurus ada satu besaran yang
dinamakan Gaya, dimana gaya merupakan berasaran yang
menyebabkan benda bisa bergerak”. Guru bertanya kepada peserta
didik “kenapa ketika kita dalam kendaraan dan kendaraan tersebut
direm secara mendadak badan kita akan terdorong kedepan? Dan
saat itu kita akan mencoba menahan badan supaya tidak jatuh.
Tidak ada peserta didik yang menjawab, dan guru menjelaskan
kembali “badan kita terdorong kedepan merupakan reaksi dari
pengereman kendaraan. Setiap benda memiliki sifat inersia dimana
benda akan mencoba mempertahankan keadaannya sama halnya
seperti badan kita yang terdorong kedepan kita akan berusaha
menahan badan supaya tidak jatuh”. Kemudian guru menjelaskan
hubungan antara peristiwa yang dianalisis dengan materi yang
sedang dipelajari “dinamika gerak lurus membahas tentang
pergerakan suatu benda yang diakibatkan oleh gaya, dalam
dinamika gerak lurus ada yang namanya hukum newton yang
terbagi menjadi tiga. Ada hukum newton I membahas benda yang
diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap
bergerak, hukum newton II percepatan suatu benda berbanding
lurus dengan gaya yang diberikan dan berbanding terbalik dengan
massa benda, dan hukum newton III membahas tentang aksi reaksi
dimana besar gaya yang diberikan akan sama dengan gaya yang
dihasilkan tetapi berbeda arah”.
66
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menyimpulkan secara garis besar apa yang dipelajari hari ini. Salah
satu peserta didik ada yang menuliskan, “benda bisa bergerak
karena adanya gaya, benda memiliki sifat inersia atau
mempertahankan keadaan”. Satu orang peserta didik lain
menuliskan, “hukum newton terbagi menjadi tiga, yaitu hukum
newton I, hukum newton II, dan hukum newton III. Cepat tidaknya
benda bergerak tergantung dari gaya yang diberikan dan massa
benda tersebut”. Jawaban peserta didik tersebut sudah sesuai dengan
harapan guru karena keduanya menuliskan jawaban yang tepat
meskipun banyak juga yang masih belum tepat. Tahap ini akan
dijadikan sebagai evaluasi bagi guru dalam mengetahui pemahaman
mereka terhadap materi yang telah disampaikan untuk menjadi acuan
agar pada pertemuan selanjutnya kekurangan pada pertemuan
pertama tidak terulang kembali. Peserta didik diarahkan untuk
mengumpulkan LKPD di depan mejanya masing-masing.
c. Kegiatan penutup
Guru menginstruksikan siswa untuk membaca materi tentang
macam-macam gaya yang akan dipelajari dipertemuan selanjutnya.
Setelah itu, guru menutup pembelajaran dengan bacaan hamdalah
bersama dan salam.
Proses kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama ini
seluruhnya telah diobservasi oleh observer sebanyak tiga orang dari
awal hingga berakhirnya pembelajaran di kelas. Hasil analisis
aktivitas guru dan peserta didik pada pertemuan pertama dapat
dilihat
67
Tabel 4.2. Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik Pertemuan Pertama
68
Keterlaksanaan Pertemuan Pertama
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa guru dan peserta didik dapat melaksanakan
pembelajaran hampir secara keseluruhan pada setiap tahapannya. Rata-rata
keterlaksanaan pembelajaran sebesar 79% dari 14 aktivitas guru termasuk ke
dalam kategori baik dan 73% dari 14 aktivitas peserta didik termasuk ke dalam
kategori cukup.
pertemuan pertama digambarkan dengan grafik yang dapat dilihat pada Gambar
4.1 berikut ini.
100
90 87
80 76 72 77 78 76 80 76 73
80 72
70 67
60
50
40 Guru
30 Peserta didik
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Tahapan Pembelajaran dengan Metode Peer Instruction
Keterangan:
1. Guru menyampaikan permasalahan 4. Guru memberi umpan balik dan
2. Siswa berpikir dan menjawab menjelaskan permasalahan
permasalahan 5. Guru menjelaskan jawaban yang benar
6. Penutup
3. Siswa saling berdiskusi dan menjawab
ulang secara kelompok
69
P e rs e n ta s e K e te rla k s a n a a n A k tiv ita s G u ru d a n P e s e rta D id ik
Diagram batang yang menunjukkan bahwa guru dan peserta didik dapat
melaksanakan pembelajaran secara keseluruhan pada setiap tahapannya akan
dibuat selanjutnya. Rata-rata keterlaksanaan pembelajaran sebesar 79% untuk
aktivitas guru dengan kategori baik dan 91,75% untuk aktivitas peserta didik
berkategori cukup.
80% 79%
79%
78%
77%
76%
75%
74% 73%
73%
72%
71%
70%
Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik
2. Pertemuan kedua
70
Pertemuan kedua dilakukan pada hari sabtu, tanggal 19 Januari
2019. Pertemuan ini dihadiri 30 peserta didik, mereka yang berhalangan
hadir dengan alas an beragam, ada yang sakit, dan ada juga yang tanpa
keterangan. Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah jenis-jenis
gaya. Perlakuan yang diterapkan pada pertemuan ini adalah kegiatan
pembelajaran dengan Metode Pembelajaran Peer Instruction, sesuai
dengan tahapan pembelajarannya yaitu:
a. Kegiatan pendahuluan
Guru pada tahap ini membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam, dan mempersilahkan kepada peserta didik untuk
berdoa, serta memeriksa kehadiran peserta didik. Guru menyatakan
pertanyaan apersepsi untuk mengetahui pengetahuan awal peserta
didik dengan memberikan pertanyaan, “di pertemuan sebelumnya kita
sudah mengetahui bahwa yang menyebabkan benda bisa bergerak
karena adanya gaya. Pada saat benda diam adakah gaya yang
bekerja?”. Satu peserta didik mencoba menjawab, “ada, benda bisa
diam karena ada gaya gravitasi”. Kemudian, salah satu peserta didik
menjawab, “yang menyebabkan benda bisa bergerak karena ditarik ”.
Guru melanjutkan pembelajaran dengan memberikan pertanyaan
motivasi untuk memancing rasa ingin tahu peserta didik, “adakah
perbedaan ketika kita mendorong gerobak dilintasan datar dan
menanjak?. Satu orang peserta didik mencoba menjawab pertanyaan
motivasi, walaupun jawabannya masih melenceng dari yang
diharapkan. Dia menjawab, “ada, gerobak akan lebih berat didorong
dilintasan menanjak”. Guru tidak meluruskan jawaban peserta didik
namun guru memberitahukan pernyataan jawaban mereka disimpan
dahulu dan meminta mereka memdiskusikan melalui pengamatan
suatu percobaan demonstrasi yang dilakukan guru. Guru membagikan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Guru setelah itu
memberitahukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada materi
gaya.
71
b. Kegiatan inti
Guru mendemonstrasikan dua peristiwa, Peristiwa pertama
koin yang diletakan di atas kartu yang menutupi sebuah gelas. Guru
menarik kartu secara cepat, kemudian guru menarik kartu secara
perlahan. Peristiwa kedua, dua buah balok yang massanya berbeda
diikat satu sama lain menggunakan tali. Balok pertama diletakan diatas
meja, balok kedua diletakan menggantung diatas meja. Peserta didik
secara bersama-sama menyimak demonstrasi yang dilakukan guru.
Kemudian guru menginstruksikan semua peserta didik untuk
menganalisis peristiwa yang didemonstrasikan dan menjawab
pertanyaan yang ada pada LKPD secara individu serta menuliskan
persentase keyakinan dari jawaban mereka. Setelah semua peserta
didik menjawab secara individu, guru menginstruksikan peserta didik
untuk saling berdiskusi dan mengargumentasikan hasil jawaban
masing-masing secara berkelompok dengan tiga teman duduk terdekat.
Setelah peserta didik saling berdiskusi dengan kelompoknya masing
masing, peserta didik menuliskan kembali jawaban dalam LKPD.
Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk
membacakan hasil jawaban kelompok. Perwakilan dari setiap
kelompok membacakan hasil diskusinya, salah satu kelompok
menjawab “dua keadaan koin yang jatuh kedalam gelas ketika kartu
digerakan secara cepat dan koin tetap diam diatas kartu ketika kartu
digerakan secara lambat, merupakan peristiwa dimana koin
mempertahankan posisinya. Balok yang berada diatas meja akan
bergerak tertarik oleh balok yang menggantung hal ini terjadi karena
adanya gaya berat”. Kemudian guru menjelaskan secara singkat
keterkaitan peristiwa yang didemonstrasikan dengan materi yang
sedang dipelajari. “dua peristiwa yang didemonstrasikan menunjukan
bahwa ketika benda diam ataupun bergerak, ada gaya yang bekerja
pada benda. Ketika koin diam diatas kartu ada gaya yang bekerja
pada koin tersebut, ada gaya normal, gaya berat, dan gaya gesek.
72
Dalam demonstrasi kedua pun sama meskipun balok tidak kita beri
dorongan atau tarikan, balok akan bergerak karena ada tarikan dari
gaya berat yang dihasilkan dari balok yang menggantung”. Guru
bertanya kepada peserta didik “kenapa ketika kita mendorong balok
kemudian melepaskannya balok tersebut perlahan akan berhenti
bergerak?”. Ada peserta didik yang menjawab, “karena ada gesekan
antara balok dan lintasan sama seperti ketika mengendarai kendaraan
kemudian kita mengerem gerak kendaraan akan melambat”.
Kemudian guru menjelaskan hubungan antara peristiwa yang dianalisis
dengan materi yang sedang dipelajari “dari dua demonstrasi yang
dilakukan diketahui bahwa dalam benda yang diam ataupun bergerak
ada gaya yang bekerja. Dalam benda yang diam ada gaya normal dan
gaya berat yang saling menghilangkan. Ketika benda yang diikat tali
dan bergerak ada gaya gesek dan gaya tegangan tali dengan arah
yang berbeda”. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menyimpulkan secara garis besar apa yang dipelajari hari ini. Salah
satu peserta didik ada yang menuliskan, “dalam benda yang diam ada
gaya yang bekerja yaitu gaya normal dan gaya berat yang besar
gayanya nol karena saling menghilangkan”. Satu orang peserta didik
lain menuliskan, “pada beda diam dan bergerak terdapat beberapa
gaya yang bekerja seperti gaya normal, gaya berat, gaya gesek, gaya
tegangan tali”. Jawaban peserta didik hampir seluruhnya sudah sesuai
dengan harapan guru. Peserta didik diarahkan untuk mengumpulkan
LKPD di depan mejanya masing-masing.
c. Kegiatan penutup
Guru menginstruksikan siswa untuk membaca materi
pengaplikasian hukum newton. Setelah itu, guru menutup
pembelajaran dengan bacaan hamdalah bersama dan salam.
Proses kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua ini
seluruhnya telah diobservasi oleh observer sebanyak tiga orang dari
awal hingga berakhirnya pembelajaran di kelas. Hasil analisis aktivitas
73
guru dan peserta didik pada pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel
4.3 berikut ini.
Tabel 4.3. Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik Pertemuan Kedua
74
Keterlaksanaan Pertemuan Kedua
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa guru dan peserta didik dapat melaksanakan
pembelajaran secara keseluruhan pada setiap tahapannya. Rata-rata
keterlaksanaan pembelajaran sebesar 96% daru 14 aktivitas guru dan 92% dari 14
aktivitas peserta didik dengan demikian aktivitas guru dan peserta didik termasuk
ke dalam kategori sangat baik.
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, persentase keterlaksanaan pembelajaran
pertemuan kedua digambarkan dengan grafik dapat dilihat pada Gambar 4.3
persentase keterlaksanaan metode pembelajaran Peer Instruction (%)
berikut ini.
100
98 98
96 96
95 95
95
93 93 93 93
92
90
84 Guru
85
Peserta didik
80
75
1 2 3 4 5 6
Tahapan Pembelajaran dengan Metode Peer Instruction
Keterangan:
1. Guru menyampaikan 4. Siswa saling berdiskusi dan menjawab ulang
75
permasalahan secara kelompok
5. Guru menjelaskan jawaban yang benar
2. Siswa berpikir dan 6. Penutup
menjawab permasalahan
3. Siswa saling berdiskusi dan
menjawab ulang secara
kelompok
Diagram batang yang menunjukkan bahwa guru dan peserta didik dapat
melaksanakan pembelajaran secara keseluruhan pada setiap tahapannya akan
dibuat selanjutnya. Rata-rata keterlaksanaan pembelajaran sebesar 96% untuk
P e rse n ta se K e te rla k sa n a a n A k tiv ita s G u ru d a n P e se rta D id ik
aktivitas guru dan 92% untuk aktivitas peserta didik dengan demikian aktivitas
guru dan peserta didik termasuk ke dalam kategori sangat baik.
97%
96%
96%
95%
94%
93%
92%
92%
91%
90%
Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik
76
mengelola waktu. Namun secara keseluruhan aktivitas peserta didik dan aktivitas
guru meningkat dibandingkan pada pertemuan sebelumnya dengan kategori
sangat baik. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, guru sudah tidak terlihat
gugup dalam memberikan pembelajaran serta guru juga mampu meningkatkan
keterlaksanaan model dengan cukup signifikan.
3. Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 26 Januari
2019, seluruh peserta didik hadir pada pertemuan ini. Dalam pertemuan
kali ini peserta didik diinstruksikan untuk menerapkan apa yang sudah
dipelajari dipertemuan sebelumnya dan mengerjakan soal yang diperikan
secara berkelompok. Perlakuan yang diterapkan pada pertemuan ini tidak
menggunakan metode Peer Instruction.
77
melalui penerapan Metode Pembelajaran Peer Instruction termasuk ke
dalam kategori sedang dengan rata-rata nilai N-gain sebesar 0,41
dengan skor rata-rata tes awal 12,23 dan skor rata-rata tes akhir 33,67.
Artinya, secara keseluruhan terdapat peningkatan hasil belajar peserta
didik pada ranah kognitif yang cukup signifikan berdasarkan skor rata-
rata tes awal dan tes akhir yang didapat oleh mereka. Oleh karena itu
peningkatan hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif setelah
penerapan Metode Pembelajaran Peer Instruction pada materi konsep
gaya dapat dilihat pada diagram batang berikut.
Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Ranah Kognitif
40
35 33.67
30
25
20
15
12.23
10
5
0.41
0
Tes awal Tes akhir N-gain
Gambar 4.5. Rata-rata Skor Tes Awal, Tes Akhir, dan N-gain
b. Nilai rata-rata tes awal, tes akhir, dan N-gain untuk setiap indikator
hasil belajar ranah kognitif
Materi konsep gaya terdiri atas 10 indikator pembelajaran
untuk ranah kognitif, diantaranya: (1) mengimplmentasikan contoh
berlakunya hukum Newton I, II, dan III; (2) menerapkan hukum
Newton I pada benda diam dan/atau bergerak dengan laju konstan;
(3)menerapkan hukum Newton II pada benda yang bergerak dengan
percepatan konstan; (4)merumuskan hukum Newton yang bekerja
78
pada peristiwa dalam kehidupan sehari-hari; (5)menerapkan
hubungan gaya, massa, dan percepatan; (6)membedakan gambar gaya
berat, gaya normal, gaya tegang tali, dan gaya penghambat (gesekan);
(7)membandingkan arah gaya yang diberikan terhadap percepatan
suatu benda; (8)menghitung besar gaya berat, gaya normal, dan gaya
tegang tali pada sistem benda; (9)membandingkan arah gaya yang
diberikan terhadap percepatan suatu benda.; (10) menganalisis
hubungan gaya dan percepatan pada sistem benda yang terhubung
tali. Adapun Tabel 4.5 berikut ini memaparkan jumlah nilai rata-rata
tes awal, tes akhir, dan N-gain dari tiap-tiap indikator hasil belajar
ranah kognitif materi konsep gaya yang menggunakan Metode
Pembelajaran Peer Instruction.
Tabel 4.5. Jumlah Skor Tes Awal, Tes Akhir, dan N-Gain
setiap Indikator Hasil Belajar Ranah Kognitif
79
Jumlah Skor Peserta
Didik
Nomo Interpretas
Indikator Tes Tes
r Soal N- i
Awa Akhi
Gain
l r
percepatan pada
sistem benda yang
terhubung tali
menghitung besar
gaya berat, gaya
normal, dan gaya 4 32 57 0,28 Rendah
tegang tali pada
sistem benda
menerapkan hukum
Newton I pada benda
diam dan/atau 5 30 71 0,46 Sedang
bergerak dengan laju
konstan
menerapkan hukum
Newton II pada
benda yang bergerak 6 30 53 0,26 Rendah
dengan percepatan
konstan
menerapkan
hubungan gaya,
7 24 82 0,60 Sedang
massa, dan
percepatan
merumuskan hukum
Newton yang 8 11 67 0,51 Sedang
bekerja pada
80
Jumlah Skor Peserta
Didik
Nomo Interpretas
Indikator Tes Tes
r Soal N- i
Awa Akhi
Gain
l r
peristiwa dalam
kehidupan sehari-
hari
mengimplmentasika
n contoh berlakunya
9 3 46 0,37 Sedang
hukum Newton I, II,
dan III
membandingkan
arah gaya yang
diberikan terhadap 10 23 60 0,38 Sedang
percepatan suatu
benda
Rata-rata 23,9 61,4 0,39 Sedang
81
terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif
yang cukup signifikan dengan rata-rata peningkatan hasil belajar
ranah kognitif peserta didik adalah 0,39 dengan kategori sedang.
Peningkatan hasil belajar ranah kognitif dapat dilihat pada Gambar
4.6 berikut ini.
Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif Setiap Indikator
90
80
Tes awal
70 Tes akhir
60 N-gain
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Indikator Ranah Kognitif
Keterangan:
2. membedakan gambar gaya berat, gaya
1. membandingkan arah gaya yang diberikan
normal, gaya tegang tali, dan gaya
terhadap percepatan suatu benda
penghambat (gesekan)
3. menganalisis hubungan gaya dan 4. menghitung besar gaya berat, gaya
percepatan pada sistem benda yang normal, dan gaya tegang tali pada sistem
terhubung tali benda
5. menerapkan hukum Newton I pada benda 6. menerapkan hukum Newton II pada benda
diam dan/atau bergerak dengan laju yang bergerak dengan percepatan konstan
konstan
7. menerapkan hubungan gaya, massa, dan 8. merumuskan hukum Newton yang bekerja
percepatan pada peristiwa dalam kehidupan sehari-
hari
9. mengimplmentasikan contoh berlakunya 10. membandingkan arah gaya yang diberikan
hukum Newton I, II, dan III terhadap percepatan suatu benda
82
Gambar 4.6. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Ranah Kognitif setiap
Indikator
Peningkatan
Tinggi 3%
Sedang 77%
Rendah 20%
90%
80% 77%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
20%
10% 3%
0%
Tinggi Sedang Rendah
83
tujuh peserta didik (20% dari jumlah keseluruhan) dengan nilai N-
gain berinterpretasi rendah.
c. Skor rata-rata tes awal, tes akhir, dan N-gain untuk setiap jenjang
kognitif
Tabel 4.7 dan diagram Gambar 4.8 berikut memaparkan dan
menggambarkan mengenai skor hasil tes awal, tes akhir, dan N-gain
untuk setiap jenjang kognitif, yang dibatasi hanya pada C 3, C4, C5, dan
C6.
Tabel 4.7. Skor Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir, dan N-Gain
P e n in g k a ta n H a s il B e la ja r P e s e rta D id ik S e tia p In d ik a to r A s p e k K o g n itif
Keterangan:
1. C3 (mengaplikasikan) 3. C5 (mengevaluasi)
2. C4 (menganalisis) 4. C6 (mencipta)
84
Gambar 4.8. Skor Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir, dan N-Gain
setiap Jenjang Kognitif
Berdasarkan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa nilai N-gain pada
setiap jenjang adalah berinterpretasi sedang, artinya bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar peserta didik yang cukup signifikan pada
setiap jenjang kognitif. Nilai N-gain terbesar terdapat pada jenjang
kognitif C3 yaitu sebesar 0,49 dan N-gain terendah terdapat pada
jenjang kognitif C6 yaitu sebesar 0,36. Hal ini sesuai dengan
taksonomi Bloom revisi Krathwohl untuk tingkatan paling mudah
yaitu C3 (mengaplikasikan) sedangkan tingkatan yang cukup sulit
yaitu C6 (mencipta) dengan cara melihat perolehan nilai N-gain.
d. Analisis hasil belajar peserta didik ranah afektif
Materi konsep gaya terdiri atas sebelas indikator pembelajaran
ranah afektif, masing-masing indikator disesuaikan dengan materi
yang diajarkan untuk tiap pertemuannya, selengkapnya dijelaskan
dalam Tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 3.18. Jumlah Skor Peserta Didik setiap Indikator Hasil Belajar Ranah
Afektif
Jumlah
Skor
Peserta Rata-
Aspek Indikator Didik rata Interpretasi
Pertemuan (%)
ke (%)
1 2 3
antusias memperhatikan
dengan penuh perhatian
penjelasan materi gaya
74 79 84 79 Baik sekali
dengan menggunakan
metode pembelajaran
Peer Instruction
senang mengikuti 77 79 83 80 Baik sekali
85
Jumlah
Skor
Peserta Rata-
Aspek Indikator Didik rata Interpretasi
Pertemuan (%)
ke (%)
1 2 3
pembelajaran dengan
Receiving menerapkan metode
pembelajaran Peer
Instruction
lebih mudah menjawab
soal-soal pada konsep
gaya setelah diterapkan 73 70 75 73 Baik
metode pembelajaran
Peer Instruction
Responding berusaha mengerjakan
tugas dengan semaksimal
mungkin tanpa
melihat/mencontek
pekerjaan orang lain 73 70 76 73 Baik
pada konsep gaya setelah
diterapkan metode
pembelajaran Peer
Instruction
menulis hal-hal penting
dalam pembelajaran pada
materi gaya setelah
75 81 83 80 Baik sekali
diterapkan metode
pembelajaran Peer
Instruction
ikut berpartisipasi aktif 73 77 81 77 Baik
dalam mendiskusikan
86
Jumlah
Skor
Peserta Rata-
Aspek Indikator Didik rata Interpretasi
Pertemuan (%)
ke (%)
1 2 3
suatu permasalahan
kelompok mengenai
materi/konsep gaya
setelah diterapkannya
metode pembelajaran
Peer Instruction
menginterpretasikan
konsep materi gaya ke
Valuing dalam kehidupan sehari-
76 79 81 79 Baik
hari setelah diterapkan
metode pembelajaran
Peer Instruction
lebih teliti dalam
menyusun segala sesuatu
yang berkaitan dengan
diskusi kelompok dengan
cara selalu
75 77 74 75 Baik
membandingkannya
dengan teori yang ada
Organization setelah diterapkan
metode pembelajaran
Peer Instruction
Setelah diterapkannya
metode pembelajaran
74 73 74 74 Baik
Peer Instruction peserta
didik selalu
87
Jumlah
Skor
Peserta Rata-
Aspek Indikator Didik rata Interpretasi
Pertemuan (%)
ke (%)
1 2 3
membandingkan antara
hasil diskusi dengan teori
yang ada
berhati-hati dalam
mempertimbangkan
suatu persoalan/masalah
gaya setelah 72 76 81 76 Baik
diterapkannya metode
pembelajaran Peer
Instruction
menunjukkan sikap
senang terhadap mata
Characterizatio
pelajaran fisika yang
n
diberikan setelah 71 76 77 75 Baik
diterapkannya metode
pembelajaran Peer
Instruction
Rata-rata 74 76 79 76 Baik
88
disebabkan oleh kemampuan operasi matematika peserta didik yang
masih kurang dan hanya segelintir peserta didik yang sudah mahir
dalam perhitungan matematika sehingga nilai rata-rata yang didapat
pun menjadi rendah. Namun, jika dilihat secara keseluruhan rata-rata
peningkatan hasil belajar ranah afektif peserta didik adalah 76%
dengan kategori baik. Peningkatan hasil belajar peserta didik ranah
Persentase Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Ranah Afektif
85%
80%
75% Pertemuan 1
Pertemuan 2
70% Pertemuan 3
Rata-rata
65%
60%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Indikator Ranah Afektif
Keterangan:
1. Antusias memperhatikan 6. Menginterpretasikan konsep
2. Senang mengikuti pembelajaran 7. Teliti dalam menyusun berkaitan diskusi kelompok
menggunakan metode PI 8. Membandingkan hasil diskusi
3. Berusaha mengerjakan tugas 9. Hati-hati dalam mempertimbangkan
4. Menulis hal-hal penting 10. Menunjukkan sikap senang
5. Partisipasi aktif dalam kegiatan
diskusi
Gambar 4.9. Gambaran Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Ranah Afektif
89
didik ranah afektif dari data pertemuan pertama hingga pertemuan
ketiga tercantum pada Tabel 3.19 berikut.
Tabel 4.9. Rata-rata Nilai Peserta Didik Ranah Afektif
setiap Pertemuan
Rata
Interpretas
Aspek Afektif -rata
Pertemua i
(%)
n
Penerimaa Perespona Penilaia Pengorganisasia Karakteristi
n (%) n (%) n (%) n (%) k (%)
1 74 74 76 75 71 74 Baik
2 76 76 79 75 76 76 Baik
3 81 80 81 74 79 79 Baik
Rata-rata 77 77 79 75 75 76 Baik
90
Gambar 4.10. Gambaran Rata-rata Nilai Peserta Didik Ranah Afektif
setiap Pertemuan
Berdasarkan Gambar 4.10 menunjukkan bahwa sikap peserta
didik terhadap pembelajaran fisika menggunakan Metode
Pembelajaran Peer Instruction pada materi konsep gaya setiap
pertemuannya meningkat. Dapat dilihat pada pertemuan pertama
meraih nilai persentase terendah dibandingkan pada pertemuan kedua
dan ketiga yang mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena
peserta didik masih kebingungan dalam memahami langkah-langkah
dari metode pembelajaran dan solusi yang dapat diajukan guru
sebaiknya sebelum menerapkan suatu metode pembelajaran
diharuskan mengadakan suatu pertemuan untuk membahas secara
menyeluruh tahap-tahap yang terdapat dalam metode pembelajaran
itu. Walupun demikian secara keseluruhan Metode Pembelajaran Peer
Instruction telah mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik
pada ranah afektif dengan kategori baik.
Persentase jumlah peserta didik yang mengalami peningkatan
hasil belajar ranah afektif berdasarkan nilai rata-rata yang didapat
pada setiap pertemuan dan dikategorikan berdasarkan interpretasinya
disajikan dalam Tabel 4.10 dan diagram pada Gambar 4.11 berikut
ini.
Tabel 4.10. Persentase Jumlah Peserta Didik setiap Kategori Peningkatan
untuk Ranah Afektif
91
Persen tase Ju m lah Peserta Did ik R an ah Afek tif
60% 57%
50%
40% 37%
30%
20%
10% 6%
0% 0%
0%
Baik sekali Baik Cukup Kurang Kurang
sekali
92
Tabel 4.11. Jumlah Skor Peserta Didik setiap Indikator Hasil Belajar Ranah
Psikomotor
Jumlah Skor
Peserta Didik Rata-
Indikator Pertemuan ke rata Interpretasi
(%) (%)
1 2 3
Peserta didik mengikuti instruksi
cara mengisi lembar kerja peserta
didik pada kegiatan diskusi 57 66 79 67 Baik
pemecahan masalah mengenai gaya
dengan benar
Peserta didik melakukan diskusi
pemecahan masalah mengenai gaya
57 72 79 69 Baik
berdasarkan diskusi pemecahan
masalah dengan benar
Peserta didik memperlihatkan
keahlian dalam diskusi pemecahan
masalah berdasarkan petunjuk 65 68 81 71 Baik
diskusi pemecahan masalah
mengenai gaya dengan benar
Peserta didik mengaitkan hasil
diskusi pemecahan masalah gaya
62 71 80 71 Baik
berdasarkan teori yang ada dengan
tepat
Peserta didik merancang hasil
diskusi pemecahan masalah ke
dalam laporan diskusi pemecahan 66 81 82 76 Baik
masalah dengan jelas, tepat, dan
sistematis
Rata-rata 61 71 80 71 Baik
Berdasarkan Tabel 4.11 peningkatan hasil belajar peserta
didik ranah psikomotor setiap indikator mengalami peningkatan skor
93
yang didapat pada setiap pertemuannya. Pada indikator mampu
merancang hasil diskusi ke dalam laporan diskusi memperoleh nilai
rata-rata tertinggi yaitu sebesar 76% dengan kategori baik. Sedangkan
indikator dapat melakukan kegiatan diskusi memperoleh nilai rata-
rata terendah yaitu sebesar 69% dengan kategori baik. Hal ini
disebabkan pada pertemuan pertama peserta didik masih kesulitan
dalam melakukan pemecahan masalah sehingga nilai psikomotornya
pun sangat kecil yang berimbas pada nilai rata-rata. Namun, jika
P e rs e n t a s e P e n i n g k a t a n H a s i l B e l a j a r P e s e rt a D i d i k R a n a h P s i k o m o t o r (% )
Keterangan:
1. Peserta didik mengikuti instruksi 2. Peserta didik melakukan diskusi
cara mengisi lembar kerja peserta pemecahan masalah mengenai gaya
didik pada kegiatan diskusi berdasarkan diskusi pemecahan masalah
pemecahan masalah mengenai gaya dengan benar
dengan benar
3. Peserta didik memperlihatkan 4. Peserta didik mengaitkan hasil diskusi
keahlian dalam diskusi pemecahan pemecahan masalah gaya berdasarkan
masalah berdasarkan petunjuk teori yang ada dengan tepat
diskusi pemecahan masalah
mengenai gaya dengan benar
5. Peserta didik merancang hasil
diskusi pemecahan masalah ke
94
dalam laporan diskusi pemecahan
masalah dengan jelas, tepat, dan
sistematis
Rata-rata
Aspek Psikomotor Interpretasi
(%)
Pertemuan
Imitasi Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
1 57 57 65 62 66 61 Cukup
2 66 72 68 71 81 71 Baik
3 79 79 81 80 82 80 Baik sekali
Rata-rata 67 69 71 71 76 71 Baik
95
P e rs e n ta s e P e n in g k a ta n H a s il B e la ja r R a n a h P s ik o m o to r P e s e rta D id ik s e tia p P e rte m u a
peningkatan hasil belajar peserta didik pada ranah psikomotor setelah
penerapan Metode Pembelajaran Peer Instruction pada materi konsep
gaya dapat dilihat pada diagram batang berikut.
90%
80%
80%
71% 71%
70%
61%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pertemuan Pertemuan Pertemuan Rata-rata
pertama kedua ketiga
Gamb
ar 4.13. Rata-rata Nilai Peserta Didik Ranah Psikomotor
setiap Pertemuan
Berdasarkan Gambar 4.13 menunjukkan bahwa keterampilan
peserta didik dalam melaksanakan suatu kegiatan diskusi kelompok
dalam pembelajaran fisika menggunakan Metode Pembelajaran Peer
Instruction pada materi konsep gaya setiap pertemuannya meningkat.
Dapat dilihat pada pertemuan pertama meraih nilai persentase
terendah dibandingkan pada pertemuan kedua dan ketiga yang mana
telah mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena peserta didik
masih kebingungan dalam tahapan pemecahan masalah dari suatu
peristiwa dan solusi yang dapat diajukan guru sebaiknya sebelum
menerapkan suatu metode pembelajaran diharuskan mengadakan
suatu pertemuan untuk membahas secara menyeluruh tahap-tahap
yang terdapat dalam metode pembelajaran itu. Walaupun demikian
secara keseluruhan Metode Pembelajaran Peer Instruction telah
mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada ranah
psikomotor dengan kategori baik.
Persentase jumlah peserta didik yang mengalami peningkatan
hasil belajar ranah psikomotor berdasarkan nilai rata-rata yang
96
didapat pada setiap pertemuan dan dikategorikan berdasarkan
interpretasinya disajikan dalam Tabel 4.13 dan diagram pada Gambar
4.14 berikut ini.
Tabel 4.13. Persentase Jumlah Peserta Didik setiap Kategori Peningkatan
untuk Ranah Psikomotor
Kurang 3%
Kurang sekali 0%
80%
70%
70%
60%
50%
40%
30%
20% 17%
10%
10% 3% 0%
0%
Baik sekali Baik Cukup Kurang Kurang
sekali
97
pertemuan berinterpretasi kurang, dan tidak ada peserta didik dengan
interpretasi kurang sekali.
pada tes awal dan hasil χ 2hitung < χ 2tabel (10,9 < 11,07) pada tes akhir. Dapat
disimpulkan bahwa kedua data yang diuji terdistribusi secara normal,
maka pengujian hipotesis yang akan dilakukan menggunakan uji t (t test).
3. Uji hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan uji t karena kedua data
terdistribusi secara normal. Berdasarkan rekapitulasi hasil uji t dengan
menggunakan microsoft excel dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini.
Besaran Nilai
Md 21,43
Σ d2 15439
98
Besaran Nilai
( Σ d )2 413449
N 30
n-1 29
n(n-1) 870
thitung 15,529
ttabel 2,042
Hasil thitung > ttabel
Keteranga H0 ditolak Ha diterima
n
Terdapat peningkatan hasil belajar
Interpretasi peserta didik pada materi konsep
gaya
Taraf signifikansi α =5 %
Berdasarkan hasil uji hipotesis (uji t menggunakan microsoft
excel) pada Tabel 3.25 nilai thitung yang diperoleh adalah 15,53 pada taraf
signifikansi 0,05 besarnya nilai ttabel adalah 2,042 sehingga thitung > ttabel
karena itu H0 ditolak sedangkan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan Metode Pembelajaran Peer Instruction dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik pada materi konsep gaya di kelas X MIA 1
MAN 2 Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya.
99
Data hasil pengamatan aktivitas guru dan peserta didik
menunjukkan bahwa pada pertemuan pertama sebagian besar peserta
didik masih pasif dalam melakukan pembelajaran serta belum sesuai
yang diharapkan, masih banyak peserta didik yang masih terlihat
kurang percaya diri untuk bertanya, mengungkapkan pendapat, dan
menjawab pertanyaan. Aktivitas guru pada pertemuan ini berkategori
sangat baik dan aktivitas peserta didik berkategori sangat baik. Situasi
pembelajaran pada pertemuan pertama masih terlihat seperti
pembelajaran pada umumnya yang masih berpusat pada guru. Guru
pada pertemuan pertama ini masih belum dapat memanfaatkan waktu
dengan baik sehingga pembelajaran di kelas terkesan terburu-buru,
ditambah peserta didik masih kebingungan dalam memahami tahapan
metode pembelajaran yang diberikan hal ini disebabkan karena belum
terbiasanya peserta didik menggunakan metode pembelajaran ini serta
guru juga belum mampu mengenali karakter masing-masing peserta
didik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Praptiwi (2012: 93) bahwa
kendala dalam penelitian menggunakan metode peer instruction adalah
waktu pelaksanaan yang cenderung kurang sehingga membuat
pembelajaran terkesan terburu-buru.
Aktivitas guru dan peserta didik mengalami peningkatan pada
pertemuan kedua. Peserta didik sudah dapat mengikuti pembelajaran
dengan lebih aktif, mau menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan,
serta mengajukan pertanyaan. Terlihat pula sudah tidak terlalu
kesulitan dalam memahami dan mengikuti pembelajaran menggunakan
Metode Pembelajaran Peer Instruction. Guru sudah maksimal dalam
mengelola pembelajaran dan telah memperbaiki kekurangannya pada
pertemuan pertama salah satunya pada saat pemberian penguatan
materi yang sudah cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
yang dilakukan oleh guru sudah maksimal yang berakibat pada
terjadinya peningkatan aktivitas pada peserta didik dibandingkan
dengan pertemuan pertama. Guru pada pertemuan ini sudah lebih baik
100
dalam mengelola waktu dibandingkan dengan pertemuan pertama,
walaupun pada pertemuan ini waktu yang terpakai lebih lima menit
dari waktu yang ditetapkan oleh sekolah.
Aktivitas guru pada pertemuan ketiga menunjukkan
peningkatan baik pada peserta didik maupun guru, guru pada
pertemuan ini telah menunjukkan perannya sebagai fasilitator dan
pembelajaran di kelas sudah tidak terlihat bahwa guru adalah sumber
utama hal ini disebabkan karena peserta didik telah terlibat secara aktif
dalam pembelajaran di kelas. Guru pada pertemuan ini juga sudah
mampu dengan baik mengelola waktu dan membimbing peserta didik
dalam pebelajaran di kelas sehingga pembelajaran di kelas terlaksana
dengan baik.
Penerapan Metode Pembelajaran Peer Instruction berpengaruh
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Metode ini menuntut
peserta didik untuk aktif terlibat dalam pembelajaran serta dalam
menemukan konsepnya sendiri dengan cara-cara berdiskusi. Açisli
(2011: 2461) menyatakan bahwa peserta didik dapat menemukan dan
belajar mengenai konsep utama dari rangkaian pelajaran secara
mandiri melalui proses pertanyaan, mencari, menggunakan
pengetahuan awal, menghubungkan dengan kejadian sehari-hari, dan
menguji melalui kegiatan eksperimen dalam metode pembelajaran 5E.
Tahapan-tahapan dalam Metode Pembelajaran Peer Instruction
pada tiga pertemuan sebagian besar selalu menunjukkan persentase
perolehan yang sangat baik, kecuali aktivitas guru maupun peserta
didik pada tahap pemecahan masalah masih memperoleh persentase
nilai keterlaksanaan yang rendah. Hal ini disebabkan karena peserta
didik atau pun guru masih belum terbiasa dan masih belum menguasai
materi dengan baik pada penerapan Metode Pembelajaran Peer
Instruction. Aktivitas guru dan peserta didik yang tertinggi pada tahap
menganalisis. Hal ini disebabkan guru sudah cukup terampil dalam
memberikan pertanyaan, sedangkan peserta didik lebih terlihat antusias
101
pada saat diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Pada tahap menganalisis peserta didik dituntut untuk
mengaitkan pengetahuan awal mereka dengan kehidupan sehari-hari
yang sudah mereka alami. Eisenkraft (2003: 57) menyatakan bahwa
tahap engage pada komponen model 5E adalah dikhususkan untuk
menarik perhatian, memberikan peluang peserta didik untuk berpikir,
mengembangkan pertanyaan, menstimulasi untuk berpikir, dan
menghubungkan pengetahuan awal peserta didik.
Nilai rata-rata LKPD untuk setiap indikator yang teramati
menunjukkan bahwa indikator melakukan perhitungan memperoleh
nilai rata-rata terendah, penyebabnya peserta didik kesulitan dalam
mengaplikasikan rumus untuk menghitung data karena sebagian dari
mereka masih lemah dalam kemampuan menghitung operasi
matematika. Indikator membuat data pengamatan menjadi yang
tertinggi karena memang indikator ini paling mudah meskipun ada
beberapa kelompok yang masih kesulitan dalam membuat data
pengamatan. Dengan adanya LKPD dalam proses pembelajaran
membantu guru dalam menilai keterampilan peserta didik. Selain itu,
LKPD ini membantu peserta didik dalam mengikuti Metode
Pembelajaran Peer Instruction serta membantu peserta didik untuk
membuktikan jawaban awal mereka. Supardi pun menyatakan dalam
jurnalnya (2013: 63) bahwa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
dalam proses pembelajaran fisika, peserta didik dapat berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan guru dalam bentuk LKPD
yang mencerminkan keterampilan peserta didik.
Kendala yang dialami pada saat pembelajaran dengan
menggunakan Metode Pembelajaran Peer Instruction ini adalah
masalah waktu yang belum bisa dialokasikan dengan baik,
kemampuan guru dalam mengelola kelas. Keadaan tersebut disebabkan
karena peserta didik belum memahami langkah-langkah Metode
Pembelajaran Peer Instruction dengan jelas. Sebelum memulai
102
pembelajaran lebih baik diberikan penjelasan kepada peserta didik
mengenai langkah-langkah pada Metode Pembelajaran Peer
Instruction, sehingga proses pembelajaran akan berjalan sesuai yang
diharapkan.
2. Peningkatan hasil belajar peserta didik
Berdasarkan hasil analisis data tes awal hasil belajar,
kemampuan awal peserta didik sebelum diberikan perlakuan
menunjukkan hasil yang sangat kurang. Setelah dilakukan
pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Peer Instruction,
selanjutnya diberikan tes akhir untuk mengukur hasil belajar peserta
didik. Kemudian dilakukan analisis terhadap N-gain sesuai dengan
hasil tes awal dan tes akhir yang diperoleh peserta didik. Hasil analisis
data tersebut, kategori N-gain menunjukkan bahwa hasil belajar
peserta didik ranah kognitif pada materi konsep gaya menjadi lebih
baik stelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan Metode
Pembelajaran Peer Instruction. Nilai N-gain secara keseluruhan yaitu
sebesar 0,39 dengan kategori sedang. Jika dilihat per indikator hasil
belajar, tidak terlihat nilai N-gain yang diperoleh berkategori tinggi,
hampir rata-rata per indikator hasil belajar berkategori sedang. Hal ini
disebabkan karena nilai tes awal setiap peserta didik mendapat nilai
yang sangat kecil, walaupun pada tes akhir setiap peserta didik
mengalami peningkatan yang cukup signifikan hal ini tidak terlalu
berpengaruh terhadap N-gain yang didapatkan.
Peningkatan hasil belajar setiap kategori kognitif yang dibatasi
pada C3, C4, C5, dan C6. Semua kategori kognitif hasil perhitungan data
tes awal dan tes akhir menunjukkan hasil yang cukup baik yaitu
diinterpretasikan sedang. Dengan nilai N-gain terendah pada aspek C6
yaitu sebesar 0,36 dikategorikan sedang. Hal ini disebabkan karena
soal-soal yang mengandung aspek C6 yang memiliki tingkat kesulitan
yang cukup tinggi, peserta didik juga masih kesulitan dalam
menganalisis soal dengan baik. Nilai N-gain tertinggi pada aspek C3
103
yaitu sebesar 0,49 dengan kategori sedang, hal ini disebabkan karena
soal-soal yang mengandung aspek C3 memiliki tingkat kesulitan yang
mudah dibandingkan dengan aspek lainnya, sehingga peserta didik
dapat dengan mudah menjawab soal-soal yang mengandung aspek C3.
Hal ini sesuai dengan tingkatan kognitif yang dikemukakan oleh
Krathwohl (2002: 215) bahwa aspek C3 merupakan aspek lebih mudah
dan aspek C6 merupakan aspek yang paling sulit.
Peningkatan hasil belajar setiap indikator ranah kognitif
menunjukkan bahwa nilai N-gain tertinggi diperoleh pada indikator
menerapkan hubungan gaya, massa, dan percepatan yaitu sebesar 0,60
dengan kategori sedang. Untuk indikator menganalisis hubungan gaya
dan percepatan pada sistem benda yang terhubung tali
memperoleh nilai N-gain terendah yaitu sebesar 0,25 dengan
kategori rendah. Hal ini disebabkan karena soal yang diberikan adalah
soal hitungan yang mana rata-rata peserta didik masih kesulitan dalam
pengoperasian matematika. Untuk mencegahnya ada baiknya guru
memberikan latihan-latihan soal serta memberikan pengulangan materi
pada pertemuan sebelumnya.
Peningkatan hasil belajar pada ranah afektif pun pada setiap
pertemuannya mengalami peningkatan walau tidak terlalu signifikan.
Pada indikator senang mengikuti pembelajaran menggunakan Metode
Pembelajaran Peer Instruction dan menulis hal-hal penting
memperoleh nilai rata-rata tertinggi. Hal ini disebabkan karena peserta
didik memberikan respon yang positif terhadap Metode Pembelajaran
Peer Instruction ini. Sedangkan indikator mudah menjawab soal-soal
fisika menjadi yang terendah. Hal ini disebabkan karena sebagian
peserta didik masih kurang dalam pemahaman pengoperasian
matematika.
Peningkatan hasil belajar ranah psikomotor pada setiap
pertemuannya mengalami peningkatan. Pada indikator mampu
merancang hasil diskusi kelompok ke dalam laporan diskusi
104
pemecahan masalah memiliki nilai rata-rata tertinggi. Hal ini
disebabkan karena peserta didik cukup kreatif dalam membuat laporan
diskusi pemecahan masalah untuk dipresentasikan di depan kelas.
Untuk indikator dapat mengikuti instruksi cara mengisi laporan diskusi
pemecahan masalah memiliki nilai rata-rata terendah. Hal ini
disebabkan karena peserta didik belum terbiasa mengikuti petunjuk
yang ada pada LKPD dalam proses pembelajaran. Praptiwi (2012: 93)
menyatakan bahwa dalam penelitian menggunakan metode peer
instruction mendapat kendala yaitu beberapa peserta didik masih sulit
untuk penyesuaian terhadap metode pembelajaran yang baru
diterapkan.
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
peningkatan hasil belajar setelah diterapkannya Metode Pembelajaran
Peer Instruction. Pada pengujian ini tipe uji hipotesis yang digunakan
adalah t-Test: Paired Two Sample for Means dengan taraf signifikasnsi
5% dan memberikan hasil yaitu thitung (15,529) > ttabel (2,042) sehingga
H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat
disimpulkan bahwa penerapan Metode Pembelajaran Peer Instruction
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi konsep
gaya kelas X MIA 1 di MAN 2 Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya.
Penggunaan Metode Pembelajaran Peer Instruction berhubungan
dengan salah satu teori belajar yaitu teori konstruktivisme. Salah satu
gagasan konstruktivisme menyebutkan peserta didik mengkonstruksi
sendiri skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur dalam
membangun pengetahuan, sehingga setiap individu akan memiliki,
skema kognitif, kategori, kosep, dan struktur yang berbeda. Dalam hal
ini proses abstraksi dan refleksi seseorang akan sangat berpengaruh
dalam konstruksi pengetahuan (Rumate, 2005: 6). Dalam proses
mengkonstruksi tersebut peserta didik dituntut untuk dapat
membangun pengetahuannya sendiri dengan membuat hipotesis yang
kemudian hipotesis tersebut diuji melalui hasil pengamatan. Inilah
105
yang menyebabkan hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan
setelah diterapkannya Metode Pembelajaran Peer Instruction.
106
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pengolahan dan analisis data terhadap hasil penelitian
yang telah dilaksanakan di MAN 2 Tasikmalaya mengenai metode
pembelajaran Peer Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
konsep gaya diperoleh kesimpulan:
1. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi keterlaksanaan aktivitas
guru dan siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Peer
Instruction di kelas X MIA 1 MAN 2 Tasikmalaya terlaksana dengan
rata-rata tiap pertemuan dari jumlah keseluruhan 24 aktivitas guru dan
aktivitas siswa dengan kategori sangat baik. Rata-rata nilai LKPD
siswa pada setiap pertemuannya berkategori baik.
2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
penerapan metode pembelajaran Peer Instruction terhadap peningkatan
hasil belajar siswa kelas X MIA 1 MAN Tasikmalaya konsep gaya
yang cukup signifikan. Besarnya peningkatan hasil belajar siswa
ditunjukkan oleh indeks normal gain termasuk ke dalam kategori
sedang. Peningkatan hasil belajar ranah afektif ditunjukkan oleh
penilaian angket yang diberikan kepada siswa dengan rata-rata setiap
pertemuan dengan kategori baik. Peningkatan hasil belajar ranah
psikomotor ditunjukkan oleh rata-rata penilaian hasil pengamatan dua
orang observer setiap pertemuan terhadap siswa dengan kategori baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, pembahasan lanjutan
serta kesimpulan yang telah dilakukan di atas, maka diajukan saran-saran
yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya, yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk memaksimalkan pelaksanaan penerapan metode pembelajaran
Peer Instruction, pengelolaan alokasi waktu menjadi poin terpenting
108
mengingat banyak tahapan yang memerlukan penggunaan waktu yang
cukup banyak, menganalisis dan mengevaluasi pada penelitian ini
menjadi yang terendah maka untuk mencegahnya, guru harus mampu
menjelaskan teori yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga konsep yang didapatkan oleh siswa menjadi lebih mudah
dipakai. Guru harus pandai dalam mengelola kelas dan waktu
pembelajaran, hal ini bertujuan agar pembelajaran tidak terkesan
terburu-buru agar pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
2. Untuk mencegah adanya siswa yang merasa kesulitan atau
kebingungan dalam memahami dan melaksanakan langkah-langkah
metode pembelajaran Peer Instruction serta dalam mengisi LKPD,
guru ada baiknya mengadakan pertemuan khusus sebelum pelaksanaan
pembelajaran bersama siswa untuk membahas langkah-langkah dalam
metode pembelajaran Peer Instruction dan petunjuk pengisian LKPD.
Indikator pada ranah kognitif yaitu pada jenjang C4 (menganalisis)
menjadi yang terendah, untuk ranah afektif indikator terendah
diperoleh pada mudah menjawab soal, sedangkan ranah psikomotor
indikator dapat mengikuti pembelajaran memperoleh kategori rendah.
Maka untuk mencegahnya dari ketiga ranah tersebut, guru harus
mampu memberikan pengalaman-pengalaman konkret yang sesuai
dengan kehidupan sehari-hari yang dihubungkan dengan konsep atau
teori yang ada sehingga pada jenjang kognitif C4 dan indikator pada
ranah afektif dan psikomotor menjadi tinggi.
109