Anda di halaman 1dari 15

TanTangan ResToRasi KesaTuan HidRologi gambuT

(KHg) dalam menduKung KeTaHanan Pangan nasional


Kasus: eKs P4s dan Plg, Pulang Pisau – KalimanTan
TengaH

PRof. dR. azwaR maas


sTaf PengajaR dePaRTemen TanaH faKulTas PeRTanian ugm

webminaR: sC susTainable develoPmenT, 28 novembeR 2020


Rawa dan KesaTuan HidRologis gambuT

• Rawa merupakan lahan basah yang terbentuk secara alami dengan topografi
datar sampai cekung, terisi oleh air di batang tubuhnya dan genangan
musiman atau terus menerus di permukaan, dan ada tumbuhan alami yang
adaptif terhadap lingkungan ini  pasang surut dan lebak

• Kesatuan Hidrologis gambut (KHG) adalah rawa yang dibatasi oleh 2 sungai
pengapitnya, laut dihilir dan lahan kering di hulunya

• KHG sekitar 24 juta hektar  Gambut 13,4 jutahektar  Non gambut sekitar
10 juta hektar --> Tanah mineral aluvial dan mineral bergambut

• Non gambut: aluvial marin, aluvial tawar, aluvial bergambut, dan gumuk pasir
 masalah utama: sedimen marin
DEFINISI KHG:
Ekosistem yang berada di
antara dua sungai atau
antara sungai dengan laut
Sumber: Ditjen PPKL KLHK
Tanah Gambut Tropis
• Adalah tanah yang berasal dari lapukan parsial
tanaman pepohonan yang terhampar di rawa
• Tanah gambut diibaratkan sebagai ampas kelapa
yang telah kehilangan saripatinya (miskin hara,
masam)
• Tebal gambut 50 cm atau lebih dinamakan tanah
gambut, bila tebalnya kurang dari 50cm disebut
tanah bergambut.
• Gambut dapat mengandung tanah mineral yang
berasal dari bahan erosi terbawa oleh sungai dan
tersedimentasi bersama gambut
• Total di Indonesia sekitar 13.4 juta ha, paling banyak
di Sumatera, diikuti oleh Kalimantan dan Irian Jaya.
gambuT di KaldeRa dieng, jawa TengaH

• Tebal > 5 meter


• Berasal dari
tumbuhan air
(sphagnum)
• Matang
• pH netral
• Nutrisi rendah
Tanah - Air - Tanaman

1. Sinergi kegiatan minimal perbaikan tata air dan perbaikan kualitas lahan sebaiknya dilaksanakan
secara bersama dengan waktu serentak, sehingga peningkatan produksi dapat dikerjakan secara
runtut dengan anggaran yang sesuai.
2. Penelitian tanah sebagai rekomendasi pemberian input ke media tanamm seiring dengan
pelaksanaan peningkatan sistem tata air
3. Spesifik antara petani setempat dan aparat pertanian setempat
1. Luas kepemilikan masing-masing masing petani
2. Kisaran produksi aktual dan produksi potensial (ton/ha/th)
3. Penentu produksi: Umur, varietas, kondisi air, kondisi tanah?
4. Apa produksi ditentukan juga oleh jauh dekatnya lahan dari sungai, atau jarak dari saluran primer
5. Macam inputan: pupuk, kapur/dolomit
6. Dasar penentuan macam, dosis, waktu serta cara penempatan inputan.  analisis daun, analisis
tanah
7. Gangguan tanaman (hama penyakit) dan cara penanggulangannya
8. Paket teknologi yang diinginkan dan dapat dilaksanakan
9. Penyatuan varietas unggul (IP 200?) menggantikan varietas lokal (IP 100?)
Rencana Kegiatan Tanaman Pangan di Eks P4S dan PLG -
Pulang Pisau dan Kapuas - 165.000 ha (2020 - 2022)
disepakati bukan di tanah gambut

Progres lokasi kegiatan tahun 2020


• Semula sekitar 675 ha
• Berkembang menjadi sekitar 1.150 ha
• Lanjut menjadi sekitar 19.000 ha
• Ada info menjadi sekitar 30.000 ha
Masih ditentukan kesepakatan bersama tentang lokasi, luas, dan kesediaan anggaran, serta
penanggung jawab, runtutan kerja, juga apakah sudah ada implementasi kegiatan budidaya Oktober
2020 - Maret 2021.
Konsep perbaikan sistem tata air: sesuai kemauan tanaman - ada sirkulasi air, mampu memberikan air
segar dan mampu membilas sumber racun yang timbul dari tanah
• Kajian hidrologi, hidrotopografi dan hidrometri pada setiap unit makro layanan sistem tata air
• Neraca air?
Knsep perbaikan media tanam, berupa pengeluaran racun, pemberian bahan pembenah, pupuk, dan
menjaga gangguan tanaman . Juga pemilihan jenis/varietas tanaman
• Kajian kualitas tanah pada masing-masing unit layanan tata air makro, mengikuti perkembangan
produksi versi petani,
• Semakin jauh dari sisrkulasi air, apa memamng pproduksi menjadi lebih rendah
Kesan Observasi singkat Lapangan di
Pulang Pisau
• Pembenahan system tata air dengan prinsip terjadi sirkulasi air, dicegah titik mati
yang mengakibatkan terakumulasinya racun dari hasil oksidasi pirit, pH air/tanah
menjadi di atas ambang toleransi padi (ekstrim bila mencapai < 3,7) dan terlalu
banyak racumn dalam air (nilai TDS >600ppm)
• Perlu kanjian hidrotopografi, hidrologi, hidrometris sepanjang saluran yang direhab,
minimal saluran primer, kalua mungkin sampai saluran sekunder/tersier
• Perlu penelitian kualitas tanah, terutama sebaran kedalaman pirit, disamping status
hara dan racun (terutama aluminium)
• Perbaikan saluran tersier (Belanti) secara swadata/swakelola sebaiknya
memperhatikan tingginya tanggul agar nantinya tidak menjadi sarang tikus, yang
menghendaki tanah tidak.
PERMASALAHAN DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

Keberadaan Teroksidas
Mineral Pirit i

Definisi pirit
dan
prosesnya
Pirit pH rendah,
dijelaskan
Fe, Al & SO4
tinggi
Sumber: Wahida, Juni 2020
Daerah Irigasi Rawa (D.I.R) Anjir Serapat Daerah Irigasi Rawa (D.I.R) Palingkau
Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah
ReHabiliTasi saluRan dan bangunan aiR

• Masing-masing unit kondisi faktualnya berbeda


• Sistem budidaya tanaman padi juga berbeda
• Kelembagaan Poktan dapat juga berbeda
• Kisaran produksi dan varietas padi dapat juga tidak sama
• Pra DED dan SID belum memperhatikan kegiatan budidaya masyarakat
• SID semestinya termasuk sosialisasi kepada para Poktan dan juga
menjaring pendapat mereka tentang pra DED yang akan di SID kan
• Tanggapan user dari lembaga pemerintahan di daerah maupun di tingkat
pusat: Kementan, Pemda, KLHK, dan institusi terkait
PeRTimbangan dalam PelaKsanaan ReHab

• Tahapan rehabilitasi jaringan tata air dan bangunan pengendali air:


• Pembuangan bahan galian sebaiknya hanya 1 sisi pada dimensi saluran
yang kecil
• Bila dimensi saluran sangat lebar dan dalam, dapat saja timbunan di
kedua sisi tapi harus dapat terisolasi
• Pekerjaan sebaiknya dimulai dari muara/hilir agar ruang gerak dari air
dari rehab semakin ke hulu lebih lancar
• Bila ada bangunan pengendali air (hilir?) maka sebaiknya dahulukan
pekerjaan bangunan air tersebut agar air saluran lebih dapat
dikendalikan.
PeRTimbangan dalam PelaKsanaan ReHab

• DED hasil SID dapat saja melalui pertimbangan:


• Disepakati oleh para pihak yang bergerak dalam budidaya tanaman padi
• Ada pengawasan bersama dengan para pihak yang melaksanakan kegiatan
budidaya selama dan setelah kegiatan rehab dijalankan.
• Tata air mikro atau on farm water management harusnya menyesuaikan diri dengan
kuantitas dan kualitas air saluran di tata air makro yang direhab.
• Perlu usaha bersama untuk mempercepat perbaikan kualitas air sehingga lebih
cepat dapat dimanfaatkan sebagai air irigasi --> pantauan berkala melalui
pengukuran kualitas air berupa pH dan TDS
• Kontaminasi air saluran yang belum sepenuhnya bagus, perlu inputan yang lebih
tinggi untukmengurangi dampak negatif terhadap produksi tanaman
Tat Air Mikro
TeRima KasiH aTas
PeRHaTiannya

Anda mungkin juga menyukai