PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa kesatuan yang digunakan oleh Bangsa Indonesia untuk
berbicara atau berkomunikasi. Indonesia merupakan negara yang mempunyai suku bangsa yang
berbeda – beda, disetiap masing – masing daerah suku bangsa memiliki bahasa yang berbeda
dengan suku bangsa yang lainya. Hal tersebut menjadikan bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
setelah bahasa daerah yang mereka gunakan. Bahasa indonesia sering kali hanya digunakan untuk
kegiatan – kegiatan resmi/bersifat kenegaraan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fonem
a. Pengertian Fonem
Fonem merupakan ilmu yang mempelajari yang pertama disebut (ilmu bumi) dan
yang kedua disebut fonemik (ilmu fonem). Menurut Gleason,1961: 9 fonem merupakan
unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau makna.
Fonem adalah satuan terkecil dari ciri – ciri bunyi bahasa yang membedakan arti.
Bunyi bahasa yang dihasilkan manusia itu bermacam – macam. Ada yang membedakan
arti ada yang tidak. Bunyi [p] pada kata pagi diucapkan tidak sama dengan [p] pada kata
siap karena [p] diucapkan dengan bibir tertutup, sedangkan dengan kata pagi bunyi [p]
ini harus dilepas untuk bergabung dengan bunyi [a]. Perbedaan pelafalan itu tidak
menimbulkan perbedaan arti. Sebaliknya, jika kita membandingkan kata pagi dengan
bagi, kita tahu bahawa bunyi [p] dan [b] membedakan dua kata tersebut. Bunyi [p] dan
[b] dalam contoh tersebut terdapat dua fonem. Perkataan pagi, kita, dan pola masing –
masing tediri atas empat fonem. Berdasarkan konvensi fonem ditulis diantara tanda
garis miring : /pagi/, /kita/, /pola/.
Dalam bahasa Thai perbedaan kecil semacam itu dipakai untuk membedakan arti.
Seperti contoh, fonem [t] yang diucapkan biasa dan disertai hembusan nafas yang kuat,
sehingga seolah – olah ada bunyi h-nya dipakai untuk membedakan arti. Sedangkan
dalam bahasa inggris perbedaan ucapan itu tidak menimbulkan perbedaan arti.
b. Macam – macam Fonem
Fonem dibedakan atas beberapa macam, diantaranya :
1. Fonem segmental
Fonem segmental adalah fonem yang berwujud bunyi. Fonem segmental juga dapat
tidak berwujud bunyi merupakan tambahan terhadap bunyi. Jika orang berbicara,
maka akan terdengar bahwa suku kata tertentu pada suatu kata mendapat aksen
yang relatif lebih nyaring daripada suku kata yang lain. Bunyi tertentu terdengar
lebih panjang daripada bunyi yang lain dan vokal (pada suku kata) tertentu
terdengar lebih tinggi daripada vokal suku kata yang lain dalam sistem tulisan,
tekanan, jangka, dan nada biasa dinyatakan dengan lambang dia kritik yang
diletakan diatas lambang bunyi atau sering disebut unsur segmental.
2. Fonem suprasegmental
Fonem suprasegmental adalah fonem yang membedakan dalam arti dalam suatu
bahasa yang bercirikan tekanan, jangka, dan nada yang lazim. Dalam bahasa Batak
Toba, tekanan bersifat fonemis karena membedakan arti kata seperti kata /bontar/
‘putih’ dan /bontar/ ‘darah’.
c. Proses perubahan Fonem
Perubahan fonem terdiri atas dua macam, diantaranya :
1. Perubahan fonem /N/.
2. Perubahan fonem /r/.
Perubahan – perubahan fonem tersebut tergantung pada kondisi dasar kata yang
mengikutinya.
b) Fonem /N/ pada {men-N} dan {peN-} berubah menjadi fonem /n/ kalau
dasar kata yang mengiktinya berawal dengan fonem /d,s,t/. Fonem /s/
hanya khusus bagi sejumlah dasar kata yang berasal dari bahasa asing.
Contoh:
c) Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /n/ apabila dasar kata
yang mengikutinya berawal dengan /c,j,s/
Contoh:
d) Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /n/ apabila dasar kata
yang mengikutinya berfonem awal /g,h,k,x/ dan vokal
Contoh:
2. Perubahan Fonem /r/
Fonem /r/ pada morfem {ber} dan morfem {per} berubah menjadi fonem /l/ sebagai
akibat pertemuan morfem tersebut dengan dasar kata yang berupa moerfem {ajar}
Perubahan fonem /r/ tidak produktif dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Ber- + ajar belajar
Ber- + ajar pelajar