Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

Pengujian alat merupakan langkah yang dilakukan untuk mengetahui cara

kerja dari Prototype Smart Home Dengan Konsep Internet of Things (IoT)

Menggunakan Raspberry Pi Berbasis Web, apakah sudah sesuai dengan

perancangan atau tidak. Setelah dilakukan pengujian alat penulis juga melakukan

analisa terhadap apa yang diuji untuk mengetahui seberapa baik kinerja dari setiap

sistem pada Prototype Smart Home.

Hal pertama yang dilakukan dalam pengujian ini adalah menguji akses

Website melalui beberapa perangkat komunikasi seperti Laptop dan Smartphone.

Setelah itu dilakukan pengujian terhadap Prototype Smart Home yang dimulai

dari pengujian pada setiap blok Prototype Smart Home, kemudian dilanjutkan

dengan pengujian sistem secara keseluruhan. Berikut ini merupakan urutan

pengujian yang akan penulis lakukan :

1. Pengujian akses Website melalui Laptop atau Smartphone.

2. Pengujian Rangkaian Power Supply.

3. Pengujian Pin GPIO pada Raspberry Pi.

4. Pengujian Rangkaian Switching Lampu.

5. Pengujian Rangkaian Motor Stepper.

6. Pengujian Rangkaian Motor Servo.

7. Pengujian Rangkaian Motor Brushless (Fan).

8. Pengujian sistem secara keseluruhan.

9. Pengujian jarak kendali Prototype Smart Home.

75
76

4.1 Pengujian Akses Website Melalui Laptop dan Smartphone.

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah Website Smart

Home dapat diakses melalui Laptop, Smartphone dan perangkat komunikasi

lainnya. Pengujian Akses Website dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2, dan 4.3.

Gambar 4.1 Pengujian Akses Website Melalui Laptop ASUS A45V

Gambar 4.2 Pengujian Akses Website Melalui Smartphone Android Samsung

Galaxy Young 2
77

Gambar 4.3 Pengujian Akses Website Melalui Handphone Nokia Asha 210

Berdasarkan Pengujian Akses Website yang sudah dilakukan, diperoleh hasil

Website Smart Home dapat diakses melalui Laptop ASUS A45V, Smartphone

Android Samsung Galaxy Young 2, dan Handphone Nokia Asha 210. Namun

terdapat perbedaan pada tampilan Otomasi Rumah yang diakses melalui Laptop

dan Smartphone/Handphone. Ketika diakses melalui Laptop tampilan Otomasi

Rumah akan berbentuk tabel, sedangkan ketika diakses melalui

Smartphone/Handphone tampilan Otomasi Rumah akan berbentuk kotak-kotak.

Hal tersebut dikarenakan adanya fungsi responsive di dalam Script Program

Website sehingga membuat tampilan Otomasi Rumah pada Laptop dan

Smartphone/Handphone berbeda. Perbedaan tampilan ini menyesuaikan ukuran

layar dari perangkat komunikasi yang digunakan User. Jika ukuran layarnya besar

seperti Laptop atau Tablet maka tampilannya akan berbentuk tabel. Sedangkan

jika ukuran layarnya kecil seperti Smartphone atau Handphone maka tampilannya

akan berbentuk kotak-kotak.

Fungsi responsive sangat diperlukan Website agar dapat diakses oleh

berbagai perangkat komunikasi. Tanpa adanya fungsi responsive Website hanya


78

dapat diakses secara maksimal oleh perangkat komunikasi yang memiliki ukuran

layar yang besar saja seperti Laptop atau Tablet, namun jika yang mengakses

Smartphone atau Handphone maka Website tidak dapat diakses secara maksimal

atau dalam hal ini hanya dapat mengakses bagian tertentu saja.

4.2 Pengujian Rangkaian Power Supply

Pengujian Rangkaian Power Supply bertujuan untuk mengetahui besarnya

tegangan output dari IC Regulator LM7805 dan LM7812 yang digunakan untuk

men-supply seluruh rangkaian pada Prototype Smart Home.

Gambar 4.4 Pengujian Power Supply 5VDC dan 12VDC untuk Rangkaian

Motor DC

Gambar 4.5 Pengujian Power Supply 5VDC untuk Rangkaian Switching Lampu
79

Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan input berupa tegangan

AC 220 Volt ke Trafo Step Down Non CT kemudian pada terminal keluaran

Power Supply dilakukan pengukuran tegangan menggunakan multimeter.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Power Supply untuk Rangkaian Motor DC

Target
Hasil
IC Yang
Yang Hasil Pengujian
Regulator Harus
Diperoleh
Dicapai

LM7805 5 Volt 5,04 Volt

LM7812 12 Volt 11,78 Volt


80

Penjelasan Tabel 4.1 :

1. Tegangan keluaran tanpa beban diukur pada keluaran IC LM7805, dimana

idealnya tegangan keluaran dari IC LM7805 adalah tepat 5 Volt. Namun

karena ada unsur ketidaksempurnaan produk maka diperoleh toleransi

penyimpangan sebesar :

(5,00 − 5,04)
𝑇𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖 = × 100% = 0,8%
5,00

2. Tegangan keluaran tanpa beban diukur pada keluaran IC LM7812, dimana

idealnya tegangan keluaran dari IC LM7812 adalah tepat 12 Volt. Namun

karena ada unsur ketidaksempurnaan produk maka diperoleh toleransi

penyimpangan sebesar :

(12,00 − 11,78)
𝑇𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖 = × 100% = 1,83%
12

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Power Supply untuk Rangkaian Switching Lampu

Target
Hasil
IC Yang
Yang Hasil Pengujian
Regulator Harus
Diperoleh
Dicapai

LM7805 5 Volt 5,06 Volt


81

Penjelasan Tabel 4.2 :

1. Tegangan keluaran tanpa beban diukur pada keluaran IC LM7805, dimana

idealnya tegangan keluaran dari IC LM7805 adalah tepat 5 Volt. Namun

karena ada unsur ketidaksempurnaan produk maka diperoleh toleransi

penyimpangan sebesar :

(5,00 − 5,06)
𝑇𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖 = × 100% = 1,2%
5,00

Pada umumnya tidak semua Power Supply dapat menghasilkan tegangan

keluaran yang persis 5VDC atau 12VDC. Hal tersebut dikarenakan adanya unsur

ketidaksempurnaan produk sehingga membuat tegangan keluaran Power Supply

menjadi tidak presisi. Baik Power Supply 5VDC maupun 12VDC memiliki batas

toleransi penyimpangan yang diizinkan, yakni sebesar ±4%. Jika tegangan yang

dihasilkan melebihi batas toleransi penyimpangan yang diizinkan, maka Power

Supply tersebut tidak boleh digunakan karena dapat merusak rangkaian lainnya.

Berdasarkan hasil pengujian yang sudah dilakukan, setiap Power Supply

pada penelitian ini mempunyai toleransi penyimpangan kurang dari 2%. Sehingga

Power Supply tersebut diperbolehkan untuk digunakan.

4.3 Pengujian Pin GPIO pada Raspberry Pi

Pengujian Pin GPIO pada Raspberry Pi dilakukan dengan cara mengukur

tegangan Pin GPIO pada saat berkondisi HIGH dan LOW menggunakan

multimeter. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pin GPIO dapat berfungsi

dengan baik atau tidak.


82

Gambar 4.6 Pengujian Pin GPIO pada Raspberry Pi

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Pin GPIO pada Raspberry Pi

Tegangan Pin Tegangan Output VDC


No.
Input VDC GPIO Kondisi LOW Kondisi HIGH
1 5 Volt GPIO 5 0 Volt 3,3 Volt
2 5 Volt GPIO 6 0 Volt 3,3 Volt
3 5 Volt GPIO 13 0 Volt 3,3 Volt
4 5 Volt GPIO 19 0 Volt 3,3 Volt
5 5 Volt GPIO 26 0 Volt 3,3 Volt
6 5 Volt GPIO 2 0 Volt 3,3 Volt
7 5 Volt GPIO 4 0 Volt 3,3 Volt
8 5 Volt GPIO 17 0 Volt 3,3 Volt
9 5 Volt GPIO 23 0 Volt 3,3 Volt
10 5 Volt GPIO 24 0 Volt 3,3 Volt
11 5 Volt GPIO 16 0 Volt 3,3 Volt

Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukan Tabel 4.3 dapat diketahui

bahwa, ketika Pin GPIO berkondisi LOW menghasilkan tegangan rata-rata sebesar

0 Volt, sedangkan ketika Pin GPIO berkondisi HIGH menghasilkan tegangan

rata-rata sebesar 3,3 Volt. Hal tersebut menunjukan bahwa Pin GPIO pada

Raspberry Pi dapat berfungsi dengan baik.


83

4.4 Pengujian Rangkaian Switching Lampu

Pengujian Rangkaian Switching Lampu dilakukan dengan cara mengukur

tegangan lampu saat berkondisi ON dan OFF pada masing-masing blok lampu.

Dimulai dari blok Lampu Kamar Tidur, Lampu Ruang Tamu, Lampu Dapur,

Lampu Kamar Mandi, dan terakhir Lampu Teras.

Gambar 4.7 Pengujian Rangkaian Switching Lampu

Dari Gambar 4.7 dapat dijelaskan bahwa ketika Pin GPIO diberi logika

HIGH maka akan mengirimkan tegangan sebesar 3,3VDC ke Relay dan membuat

Relay menjadi NO. Pada Kondisi ini tegangan 220VAC tidak dapat mengalir ke

lampu sehingga membuat lampu padam. Sebaliknya, ketika Pin GPIO diberi

logika LOW maka akan menghasilkan tegangan sebesar 0VDC dan membuat

Relay menjadi NC. Pada kondisi ini tegangan 220VAC akan mengalir ke lampu
84

sehingga membuat lampu menyala. Relay yang digunakan pada penelitian ini

bertipe Active LOW, dimana ketika diberi logika “0” Relay akan menjadi NC dan

ketika diberi logika “1” Relay akan menjadi NO.

 Pengujian Lampu Kamar Tidur

Gambar 4.8 Pengujian Lampu Kamar Tidur ON

Gambar 4.9 Pengujian Lampu Kamar Tidur OFF


85

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Lampu Kamar Tidur

Tegangan Pin GPIO 5 Lampu Kamar Tidur


Status
Kerja
Control
Relay Tegangan Tegangan
Website Kondisi Kondisi
(VDC) (VDC) (VAC)
ON 5 Volt LOW 0 Volt Menyala 219 Volt
OFF 5 Volt HIGH 3,3 Volt Padam 0 Volt

 Pengujian Lampu Ruang Tamu

Gambar 4.10 Pengujian Lampu Ruang Tamu ON

Gambar 4.11 Pengujian Lampu Ruang Tamu OFF


86

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Lampu Ruang Tamu

Tegangan Pin GPIO 6 Lampu Ruang Tamu


Status
Kerja
Control
Relay Tegangan Tegangan
Website Kondisi Kondisi
(VDC) (VDC) (VAC)
ON 5 Volt LOW 0 Volt Menyala 218 Volt
OFF 5 Volt HIGH 3,3 Volt Padam 0 Volt

 Pengujian Lampu Dapur

Gambar 4.12 Pengujian Lampu Dapur ON

Gambar 4.13 Pengujian Lampu Dapur OFF


87

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Lampu Dapur

Tegangan Pin GPIO 13 Lampu Dapur


Status
Kerja
Control
Relay Tegangan Tegangan
Website Kondisi Kondisi
(VDC) (VDC) (VAC)
ON 5 Volt LOW 0 Volt Menyala 219 Volt
OFF 5 Volt HIGH 3,3 Volt Padam 0 Volt

 Pengujian Lampu Kamar Mandi

Gambar 4.14 Pengujian Lampu Kamar Mandi ON

Gambar 4.15 Pengujian Lampu Kamar Mandi OFF


88

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Lampu Kamar Mandi

Tegangan Pin GPIO 19 Lampu Kamar Mandi


Status
Kerja
Control
Relay Tegangan Tegangan
Website Kondisi Kondisi
(VDC) (VDC) (VAC)
ON 5 Volt LOW 0 Volt Menyala 219 Volt
OFF 5 Volt HIGH 3,3 Volt Padam 0 Volt

 Pengujian Lampu Teras

Gambar 4.16 Pengujian Lampu Teras ON

Gambar 4.17 Pengujian Lampu Teras OFF


89

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Lampu Teras

Tegangan Pin GPIO 26 Lampu Teras


Status
Kerja
Control
Relay Tegangan Tegangan
Website Kondisi Kondisi
(VDC) (VDC) (VAC)
ON 5 Volt LOW 0 Volt Menyala 218 Volt
OFF 5 Volt HIGH 3,3 Volt Padam 0 Volt

Berdasarkan pengujian Rangkaian Switching Lampu yang sudah

dilakukan, diperoleh hasil ketika Status Control Website ON maka lampu

menyala, sebaliknya ketika Status Control Website OFF maka lampu padam.

Selain itu juga diketahui tegangan yang terukur ketika lampu menyala sebesar

218VAC – 219VAC, sedangkan tegangan yang terukur ketika lampu padam

sebesar 0VAC. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa lampu

pada masing-masing blok dapat bekerja dengan baik.


90

4.5 Pengujian Rangkaian Motor Stepper

Pengujian Rangkaian Motor Stepper dilakukan dengan cara mengukur

tegangan Driver ULN2003A pada saat Motor Stepper membuka dan menutup

Garasi. Pengujian Rangkaian Motor Stepper dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18 Pengujian Rangkaian Motor Stepper

Pada saat bekerja Motor Stepper membutuhkan arus yang besar, oleh

sebab itu penggunaan IC ULN2003A sangat diperlukan. Di dalam IC ULN2003A

ini terdapat transistor darlington. Transistor darlington merupakan 2 buah

transistor yang dirangkai dengan konfigurasi khusus untuk mendapatkan

penguatan ganda sehingga dapat menghasilkan penguatan arus yang besar. Prinsip

kerja dari IC ini sama dengan transistor pada umumnya, yakni kaki input IC ini

ibarat kaki basis, kaki output IC ini ibarat kaki kolekor, dan kaki ground IC ini

ibarat kaki emitor. Ketika kaki input mendapatkan tegangan 3,3 Volt dari Pin

GPIO maka kaki output akan terhubung dengan kaki ground, sehingga membuat
91

tegangan 5 Volt Power Supply akan mengalir dari kaki output menuju kaki

ground dan membuat Motor Stepper dapat dikendalikan.

Dari Gambar 4.18 dapat dijelaskan bahwa Pin GPIO 4, 17, 23, dan 24

akan mengirimkan tegangan 3,3 Volt ke kaki input IC ULN2003A secara

bergantian atau sesuai dengan urutan logika pada pengendalian Half-Step. Setelah

itu kaki Motor Stepper yang terhubung dengan kaki output IC ULN2003A akan

secara bergantian mendapatkan tegangan 5 Volt dari Power Supply, sehingga

membuat Motor Stepper berputar.

Dalam pengendalian Half-Step diperlukan 8 Step untuk dapat

menghasilkan 1 putaran penuh Motor Stepper, dimana setiap Step mempunyai

logika masing-masing. Agar Garasi dapat terbuka diperlukan 4 putaran searah

jarum jam, yang berarti 4 x 8 = 32 Step Clockwise. Sedangkan untuk menutup

Garasi diperlukan 4 putaran berlawanan arah jarum jam, yang berarti 4 x 8 = 32

Step Counter Clockwise. Pengendalian Half-Step Motor Stepper dapat dilihat pada

Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Pengendalian Half-Step Motor Stepper [3]

HALF-STEP
Tegangan yang diberikan pada lilitan
Clockwise Counter Clockwise
Step
L0 L1 L2 L3 L0 L1 L2 L3
1 1 0 0 0 1 0 0 1
2 1 1 0 0 0 0 0 1
3 0 1 0 0 0 0 1 1
4 0 1 1 0 0 0 1 0
5 0 0 1 0 0 1 1 0
6 0 0 1 1 0 1 0 0
7 0 0 0 1 1 1 0 0
8 1 0 0 1 1 0 0 0
92

Dari Tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa untuk menghasilkan 1 putaran

penuh Clockwise diperlukan 8 Step, dimana pada Step ke-1, lilitan ke-0 Stator

mendapatkan tegangan sedangkan lilitan yang lainnya tidak, sehingga

menyebabkan kutub Utara Rotor bergerak menuju lilitan ke-0 Stator. Pada Step

ke-2, lilitan ke-0 dan ke-1 Stator mendapatkan tegangan sedangkan lilitan yang

lainnya tidak, sehingga menyebabkan kutub Utara Rotor bergerak menuju titik

tengah antara lilitan ke-0 dan ke-1 Stator. Pada Step ke-3, lilitan ke-1 Stator

mendapatkan tegangan sedangkan lilitan yang lainnya tidak, sehingga

menyebabkan kutub Utara Rotor bergerak menuju lilitan ke-1 Stator, begitu

seterusnya sampai Step ke-8.

Sedangkan untuk menghasilkan putaran Counter Clockwise adalah dengan

cara melakukan kebalikan dari putaran Clockwise. Detail pengendalian Half Step

putaran Clockwise dan Counter Clockwise pada Motor Stepper dapat dilihat pada

Gambar 4.19 dan 4.20.

Gambar 4.19 Pengendalian Half Step Motor Stepper putaran Clockwise


93

Gambar 4.20 Pengendalian Half Step Motor Stepper Putaran Counter Clockwise

 Pengujian Garasi

Gambar 4.21 Pengujian Garasi OPEN


94

Gambar 4.22 Pengujian Garasi CLOSE

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Garasi

Status Control Kondisi Tegangan Driver


Website Garasi ULN2003A (VDC)
OPEN Terbuka 4,42 Volt
CLOSE Tertutup 4,58 Volt

Berdasarkan pengujian Rangkaian Motor Stepper yang sudah dilakukan,

diperoleh hasil ketika Status Control Website OPEN maka Motor Stepper berputar

sebanyak 32 Step Clockwise sehingga membuat Garasi terbuka, sebaliknya ketika

Status Control Website CLOSE maka Motor Stepper berputar sebanyak 32 Step

Counter Clockwise sehingga membuat Garasi tertutup. Selain itu juga diketahui

tegangan yang terukur pada Driver ULN2003A ketika Garasi terbuka sebesar 4,42

Volt, sedangkan tegangan yang terukur pada Driver ULN2003A ketika Garasi

tertutup sebesar 4,58 Volt. Beban yang diangkat pada saat Garasi terbuka lebih

berat dibandingkan saat Garasi tertutup, sehingga membuat rugi-rugi tegangan

pada saat Garasi terbuka lebih besar daripada saat Garasi tertutup.
95

4.6 Pengujian Rangkaian Motor Servo

Pengujian Rangkaian Motor Servo dilakukan dengan cara mengukur

tegangan antara kabel Power dan kabel Ground Motor Servo pada saat membuka

dan mengunci Pintu. Pengujian Rangkaian Motor Servo dapat dilihat pada

Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Pengujian Rangkaian Motor Servo

Dari Gambar 4.23 dapat dijelaskan bahwa ketika Pin GPIO 2 memberikan

sinyal PWM sebesar 1,5 ms maka poros pada Motor Servo akan berputar

sebanyak 90° kearah kanan sehingga membuat Pintu tidak terkunci, sedangkan

ketika Pin GPIO 2 memberikan sinyal PWM sebesar 0.5 ms maka poros pada

Motor Servo akan kembali ke posisi 0° sehingga membuat Pintu terkunci.

Penggunaan teknik PWM diperlukan untuk dapat mengendalikan putaran

Motor Servo. PWM (Pulse Width Modulation) merupakan suatu cara yang

digunakan untuk memanipulasi lebar pulsa dalam suatu perioda, tujuannya adalah

untuk mendapatkan tegangan rata-rata yang berbeda. Sinyal PWM pada umumnya

memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun memiliki lebar pulsa

yang bervariasi.
96

Gambar 4.24 Rumus perhitungan tegangan pakai dengan metode PWM

 Menghitung tegangan pakai Motor Servo ketika bergerak ke posisi 90°

Dalam perhitungan ini nilai Ton dan Ttotal sudah ditentukan, yakni Ton = 1,5

ms dan Ttotal = 20 ms.

1,5
= 100% = 7,5%
20

1,5
= 5 = 0 375
20

= 5 − 0,375 = 4 625

Dari Perhitungan diatas didapatkan hasil nilai Duty Cycle = 7,5%. Nilai

Duty Cycle ini yang akan digunakan oleh Raspberry Pi untuk menggerakan Motor

Servo ke posisi 90°. Tegangan yang terpakai ketika Motor Servo bergerak ke
97

posisi 90° = 0.375V. Dari hasil tersebut maka didapatkan tegangan keluaran

sebesar 4.625V.

 Menghitung tegangan pakai Motor Servo ketika bergerak ke posisi 0°

Dalam perhitungan ini nilai Ton dan Ttotal sudah ditentukan, yakni Ton = 0.5

ms dan Ttotal = 20 ms.

05
= 100% = 2,5%
20

0,5
= 5 = 0 125
20

= 5 − 0,125 = 4,875

Dari Perhitungan diatas didapatkan hasil nilai Duty Cycle = 2,5%. Nilai

Duty Cycle ini yang akan digunakan oleh Raspberry Pi untuk menggerakan Motor

Servo ke posisi 0°. Tegangan yang terpakai ketika Motor Servo bergerak ke posisi

0° = 0.125V. Dari hasil tersebut maka didapatkan tegangan keluaran sebesar

4.875V.
98

 Pengujian Kunci Pintu

Gambar 4.25 Pengujian Kunci Pintu LOCK

Gambar 4.26 Pengujian Kunci Pintu UNLOCK

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Kunci Pintu

Posisi Pengukuran Perhitungan


Status
Poros Tegangan Tegangan
Control Kondisi Pintu Selisih
Motor Motor Servo Motor Servo
Website
Servo (VDC) (VDC)
LOCK Terkunci 0⁰ 4,98 Volt 4,875 Volt 0,105 Volt
UNLOCK Tidak Terkunci 90⁰ 4,97 Volt 4,625 Volt 0,345 Volt
99

Berdasarkan pengujian Rangkaian Motor Servo yang sudah dilakukan,

diperoleh hasil ketika Status Control Website UNLOCK maka poros pada Motor

Servo berputar sebanyak 90° kearah kanan sehingga membuat Pintu tidak

terkunci, sebaliknya ketika Status Control Website LOCK maka poros pada Motor

Servo kembali ke posisi 0° sehingga membuat Pintu terkunci.

Dari Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara hasil

pengukuran dengan perhitungan, dimana tegangan keluaran yang terukur ketika

Motor Servo berputar ke posisi 0° sebesar 4,98 Volt dan ketika berputar ke posisi

90° sebesar 4,97 Volt. Sedangkan pada perhitungan, tegangan keluaran Motor

Servo ketika berputar ke posisi 0° sebesar 4,875 Volt dan ketika berputar ke posisi

90° sebesar 4,625 Volt. Selisih antara pengukuran dengan perhitungan tegangan

keluaran pada Motor Servo yaitu, ketika berputar ke posisi 0° sebesar 0,105 Volt

dan ketika berputar ke posisi 90° sebesar 0,345 Volt.


100

4.7 Pengujian Rangkaian Motor Brushless (Fan)

Pengujian Rangkaian Motor Brushless (Fan) dilakukan dengan cara

mengukur tegangan antara kabel Power dan kabel Ground Motor Brushless pada

saat berkondisi ON dan OFF. Pengujian Rangkaian Motor Brushless dapat dilihat

pada Gambar 4.27.

Gambar 4.27 Pengujian Rangkaian Motor Brushless

Dari Gambar 4.27 dapat dijelaskan bahwa ketika Pin GPIO 16 diberi

logika HIGH maka akan mengirimkan tegangan sebesar 3,3 Volt ke kaki Basis

Transistor, sehingga tegangan 12 Volt Power Supply dapat mengalir dari Kolektor

menuju Emitor dan membuat Motor Brushless ON. Sedangkan ketika Pin GPIO

16 diberi logika LOW maka akan menghasilkan tegangan sebesar 0 Volt. Pada

Kondisi ini kaki Basis Transistor tidak mendapat tegangan, sehingga membuat

tegangan 12 Volt Power Supply tidak dapat mengalir dari Kolektor menuju
101

Emitor dan membuat Motor Brushless OFF. Dioda pada Rangkaian Motor

Brushless digunakan sebagai pengaman Transistor dari kesalahan pemasangan

polaritas terbalik antara tegangan positif dan negatif dari Power Supply.

 Pengujian Kipas Angin

Gambar 4.28 Pengujian Kipas Angin ON

Gambar 4.29 Pengujian Kipas Angin OFF


102

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Kipas Angin

Status Pin GPIO 16 Kipas Angin


Control Tegangan Tegangan
Website Kondisi Kondisi
(VDC) (VDC)
ON HIGH 3,3 Volt Berputar 11,74 Volt
OFF LOW 0 Volt Tidak Berputar 0 Volt

Berdasarkan pengujian Rangkaian Motor Brushless yang sudah dilakukan,

diperoleh hasil ketika Status Control Website ON maka Motor Brushless berputar,

sebaliknya ketika Status Control Website OFF maka Motor Brushless tidak

berputar. Selain itu juga diketahui tegangan yang terukur pada Motor Brushless

ketika berputar sebesar 11,74 Volt, sedangkan tegangan yang terukur pada Motor

Brushless ketika tidak berputar sebesar 0 Volt. Dari hasil pengujian tersebut dapat

disimpulkan bahwa Motor Brushless dapat bekerja dengan baik.


103

4.8 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan

Setelah dilakukan pengujian pada setiap blok dari Prototype Smart Home,

barulah dilakukan Pengujian Sistem Secara Keseluruhan. Pengujian ini bertujuan

untuk memastikan setiap sistem dari Prototype Smart Home Dengan Konsep

Internet of Things (IoT) Menggunakan Raspberry Pi Berbasis Web dapat berjalan

dengan baik ketika dikontrol secara bersamaan. Pengujian Sistem Secara

Keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4.30 dan 4.31.

Gambar 4.30 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan Tampak Atas

Gambar 4.31 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan Tampak Depan


104

Berdasarkan Pengujian Sistem Secara Keseluruhan yang telah dilakukan,

diperoleh hasil Lampu Kamar Tidur, Lampu Ruang Tamu, Lampu Dapur, Lampu

Kamar Mandi, Lampu Teras, Garasi, Kunci Pintu, dan Kipas Angin dapat berjalan

dengan baik dan dapat dikontrol secara bersamaan.

4.9 Pengujian Jarak Kendali Prototype Smart Home

Pengujian Jarak Kendali Prototype Smart Home dilakukan setelah Pengujian

Sistem Secara Keseluruhan berhasil dilakukan. Tujuan dari pengujian ini adalah

untuk mengetahui seberapa jauh jarak kendali dari Prototype Smart Home. Jika

pada pengujian sebelumnya, baik secara perblok maupun keseluruhan penulis

berada pada jarak ±1 meter dari Prototype Smart Home, maka pada pengujian ini

penulis melakukan pengujian jarak kendali antar kota, dimana Prototype Smart

Home yang berada di rumah Penulis di kota Demak akan dikendalikan oleh teman

dan kerabat penulis yang pada saat penulisan Tugas Akhir ini berada di luar dari

kota penulis. Pengujian ini dilakukan dengan cara teman dan kerabat penulis

mencoba mengakses Website Smart Home dan mengubah status dari setiap

perangkat Smart Home, kemudian penulis melihat secara langsung apakah

Prototype Smart Home berhasil dikendalikan atau tidak.

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Jarak Kendali Prototype Smart Home.

Posisi Prototype Hasil


Posisi User
Smart Home Pengendalian
Demak Semarang Lancar
Demak Kudus Lancar
Demak Jepara Lancar
Demak Surabaya Lancar
Demak Jakarta Lancar
105

Berdasarkan Pengujian Jarak Kendali Prototype Smart Home yang sudah

dilakukan, diperoleh hasil bahwa Lampu Kamar Tidur, Lampu Ruang Tamu,

Lampu Dapur, Lampu Kamar Mandi, Lampu Teras, Garasi, Kunci Pintu, dan

Kipas Angin dapat dikendalikan dengan lancar dari luar kota atau tempat dimana

teman dan kerabat penulis berada.

Cepat atau lambatnya proses kendali Prototype Smart Home dipengaruhi

oleh seberapa bagus jaringan internet yang diterima oleh Prototype Smart Home

maupun User itu sendiri. Semakin bagus jaringan internet yang diterima proses

pengendaliannya akan semakin cepat, sebaliknya jika semakin jelek jaringan

internet yang diterima proses pengendaliannya juga akan semakin lambat.

Dengan menerapkan konsep Internet of Things, Prototype Smart Home

dapat dikendalikan dari jarak yang sangat jauh melalui Website yang sudah

terintegrasi dengan jaringan internet. Selama User dapat mengakses Website

Smart Home, maka dimanapun User berada Prototype Smart Home dapat

dikendalikan dan dimonitoring.

Anda mungkin juga menyukai