Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan kesehatan Jiwa II

Dosen : AgusMiraj Darajat.,S,Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Kes

Disusun Oleh :

Nama : Anggi Gumilar


NIM : (AK118014)
Kelas : 3C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2020
A.Pengertian Penyalah gunaan Zat

Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkansampai setelah terjadi
masalah. Ketergantungan zat → kondisiyang parah dan sering dianggap sebagai penyakit.

Adiksi → perilaku psikososial yang berhubungan denganketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi
karena kebutuhan biologikterhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untukmemperoleh
efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart &
Sundeen, 1998) Masalah penyalahgunaan NAPZA semakin banyak dibicarakan baik di kota
besar maupun kota kecil di seluruh wilayah Republik Indonesia. Peredaran NAPZA sudah
sangat mengkhawatirkan sehingga cepat atau lambat penyalahgunaan NAPZA akan
menghancurkan generasi bangsa atau disebut dengan lost generation (Joewana, 2005).

Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah individu mulai melakukan
penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal iniditunjukkan dengan makin banyaknya
individu yang dirawat di rumahsakit karena penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu
mengalamiintoksikasi zat dan withdrawal

B. Rentang Respons Gangguan Penggunaan NAPZA

Rentang respons ganguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi darikondisi yang ringan
sampai yang berat, indikator ini berdasarkan perilakuyang ditunjukkan oleh pengguna
NAPZA.

1. Eksperimental:

Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasaingin tahu dari remaja.
Sesuai kebutuan pada masa tumbuh kembangnya,klien biasanya ingin mencari
pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf coba-coba.

2. Rekreasional:

Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul denganteman sebaya, misalnya


pada waktu pertemuan malam mingguan, acaraulang tahun. Penggunaan ini
mempunyai tujuan rekreasi bersama temantemannya.

3. Situasional:
Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakankebutuhan bagi dirinya
sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakancara untuk melarikan diri atau
mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat
sedang mempunyai masalah, stres, dan frustasi

C. Penyalahgunaan dan Ketergantungan :

A. Penyalahgunaan :

Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudahmulai digunakan secara rutin, minimal
selama 1 bulan, sudah terjadipenyimpangan perilaku,mengganggu fungsi dalam peran di
lingkungansosial, pendidikan, dan pekerjaan.

B. Ketergantungan:

Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadiketergantungan fisik dan psikologis.
Ketergantungan fisik ditandaidengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi
dimanaindividu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosistertentu
menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai,sehinggamenimbulkan
kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yangdigunakan). Sedangkan toleransi adalah suatu
kondisi dari individu yangmengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan
yangbiasa diinginkannya.

D.JENIS-JENIS NAPZA

NAPZA dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu:

1. Narkotika

Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun semi sintetis yangdapat
menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangirasa atau nyeri dan
perubahan kesadaran yang menimbulkanketergantunganakan zat tersebut secara terus
menerus.
Contoh narkotika: ganja, heroin, kokain, morfin, amfetamin,dll.

Narkotika menurut UU No. 22 tahun 1997 adalah zat atauobat berbahaya yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baiksintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Wresniwiro dkk. 1999).

Golongan narkotika berdasarkan bahan pembuatannya adalah:

1) Narkotika alami yaitu zat dan obat yang langsung dapat dipakaisebagai narkotik

tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi danproses lainnya terlebih dahulu
karena bisa langsung dipakai dengansedikit proses sederhana. Bahan alami
tersebut umumnya tidak bolehdigunakan untuk terapi pengobatan secara langsung
karena terlaluberisiko. Contoh narkotika alami yaitu seperti ganja dan daun koka

2) Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang memerlukan proses yangbersifat

sintesi untuk keperluan medis dan penelitian sebagaipenghilang rasa


sakit/analgesik. Contohnya yaitu seperti amfetamin,metadon, dekstropropakasifen,
deksamfetamin, dan sebagainya.Narkotika sintetis dapat menimbulkan dampak
sebagai berikut:
a. Depresan = membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri.
b. Stimulan = membuat pemakai bersemangat dalam beraktivitaskerja dan merasa
badan lebih segar.
c. Halusinogen = dapat membuat si pemakai jadi berhalusinasi yangmengubah
perasaan serta pikiran.

3) Narkotika semi sintetis yaitu zat/obat yang diproduksi dengan caraisolasi,

ekstraksi, dan lain sebagainya seperti heroin, morfin, kodein,dan lain-lain.

2. Psikotropika

Kepmenkes RI No 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat atau obat, baik sintesis


maupun semi sintesis yang berkhasiatpsikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat yang tergolong dalam psikotropika (Hawari, 2006) adalah: stimulansiayang membuat
pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis. Termasuk dalam
golongan stimulan adalah amphetamine,ektasy (metamfetamin), dan fenfluramin.
Amphetamine sering disebutdengan speed, shabu-shabu, whiz, dan sulph. Golongan stimulan
lainnyaadalah halusinogen yang dapat mengubah perasaan dan pikiran sehinggaperasaan
dapat terganggu. Sedative dan hipnotika seperti barbiturat danbenzodiazepine merupakan
golongan stimulan yang dapat mengakibatkanrusaknya daya ingat dan kesadaran,
ketergantungan secara fisik danpsikologis bila digunakan.

3.Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuktunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatanlingkungan hidup secara langsung dan tidak
langsung yang mempunyaisifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi
Bahan-bahanberbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan termasuk ke dalamnarkotika dan
psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik seseorang jika
disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999)

E. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Harboenangin (dikutip dari Yatim, 1986) beberapa


faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba yaitu
1. Faktor Internal
a. Faktor Kepribadian
Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini→ cenderung usia remaja. Remaja
yang menjadi pecandumemiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah.Ditandai
ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas,pasif, agresif, dan
cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.
b. Inteligensia

Hasil penelitian menunjukkan bhwinteligensia pecandu yang datanguntuk melakukan


konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya beradapada taraf di bawah rata-rata dari
kelompok usianya.

c. Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakannarkoba karena
kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan,dan identitas dan kelabilan emosi;
sementara pada usia yang lebih tua,narkoba digunakan sebagai obat penenang.
d. Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu
-Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan
tersendiri.
-Mulanya merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin
tahu atauingin merasakan seperti yang diceritakan oleh
teman-teman sebayanya.
-Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.

e. Pemecahan Masalah
Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan.
Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan
membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.

2. Faktor Eksternal
a. Keluarga
Beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggotakeluarganya terlibat penyalahgunaan
narkoba, yaitu:
1) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalamiketergantungan narkoba.
2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat daripelaksanaan aturan yang tidak
konsisten dijalankan oleh ayah danibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
3) Keluarga dengan konflik yang tinggidan tidak pernah ada upayapenyelesaian yang
memuaskan semua pihak yang berkonflik.
4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter
5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntutanggotanya mencapai
kesempurnaan dengan standar tinggi yangharus dicapai dalam banyak hal.
6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasandengan alasan yang kurang
kuat, mudah cemas dan curiga, sering
berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

b. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)


Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitucara teman-teman atau
orang-orang seumur untuk mempengaruhiseseorang agar berperilaku seperti kelompok itu.
Sinaga (2007) melaporkan bahwa faktor penyebab penyalahgunaanNAPZA pada remaja
adalah teman sebaya (78,1%). Hal ini menunjukkanbetapa besarnya pengaruh teman
kelompoknya sehingga remajamenggunakan narkoba.

c. Faktor Kesempatan

Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebutsebagai pemicu


seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudahmenjadi tujuan pasar narkoba
internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh

F. Tanda dan Gejala Putus Zat

Opiat Ganja Sedatif-Hipnotik Alkohol amfetamine


1. Nyeri
2. mata dan hidung berair
3. perasaan panas dingin
4. diare
5. gelisah
6. tidak bisatidur
7. jarang ditemukan cemas
8. tangan gemetar
9. perubahan persepsi
10. gangguan daya ingat
11. depresi
12. muka merah
13. mudah marah
14. mual muntah
15. kelelahan
16. energi berkurang

G. Penanggulangan Masalah NAPZA

Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan,pengobatan sampai


pemulihan (rehabilitasi).
1) Pencegahan
a) Memberikan informasi dan pendidikan yang
efektif tentangNAPZA
b) Deteksi dini perubahan perilaku
c) Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to
drugs”) atau “Katakantidak pada narkoba”

2) Pengobatan

Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.Detoksifikasi adalah


upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejalaputus zat, dengan dua cara yaitu:

a) Detoksifikasi tanpa subsitusi

Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakanzat yangmengalami gajala


putus zat tidak diberi obat untukmenghilangkan gejala putus zattersebut.

Klien hanya dibiarkansaja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.

b) Detoksifikasi dengan substitusi

a. Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenisopiat misalnya kodein,
bufremorfin, dan metadon.

b. Substitusi bagipengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis antiansietas,


misalnya diazepam.

c. Pemberian substitusi adalah dengancara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti
samasekali.

Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obatyang menghilangkan gejala


simptomatik, misalnya obatpenghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuaidengan
gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.

3) Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh danterpadu melalui
pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agarpengguna NAPZA yang menderita
sindroma ketergantungan dapatmencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, danspiritual.
Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenagakesehatan sesuai dengan kebutuhan
(Depkes, 2001). Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalaniprogram
terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu)minggu dan dilanjutkan dengan
program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan
dapat melanjutkan keprogram berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003).

Jenis Rehabilitasi:
a) Rehabilitasi psikososial→merupakan persiapan untuk kembali kemasyarakat (reentry
program).
b) Rehabilitasi kejiwaan→ klien yangberperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif yang
penting adalah psikoterapi baik secara individualmaupun secara kelompok. Yang
termasukrehabilitasi kejiwaan ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga terutama keluarga
brokenhome.
c) Rehabilitasi komunitas→ berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang
tinggal dalamsatu tempat. Dipimpin oleh mantan pemakai yang dinyatakan memenuhisyarat
sebagai konselor, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Di sini klien
dilatihketerampilan mengelola waktu dan perilakunya secara efektif dalamkehidupannya
sehari-hari, sehingga dapat mengatasi keinginanmengunakan narkoba lagi atau nagih
(craving) dan mencegah relaps
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangipenyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnyaupaya terapi dan rehabilitasi sering tidak
disadari, kecuali mereka yangberminat pada penanggulangan NAPZA (DepKes, 2001).

Anda mungkin juga menyukai