Anda di halaman 1dari 4

TUGAS URAIAN PENDIDIKAN PANCASILA

Dosen Pengampu : Aang Supriatna, M.Pd.

Dibuat Oleh :

Zulfikri Ali Fatah


2001339
Pendidikan Geografi B

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
A. Resume Podcast

Podcast kali ini membahas tentang historis Pancasila sebagai system etika di
Indonesia. Sumber dari sesi membahas tenntang sumber historis, yuridis, dan sosiologi
Pancasila sebagai system etika, serta dinamika dan tantangannya. Pancasila sebagai
system etika merupakan suatu hal yang sangat penting dalam keberlangsungan bangsa
Indonesia, meskipun dalam implementasinya belum maksimal. Pada orde lama, Pancasila
masih berbentuk nilai-nilai belum ditegskan dalam system etika namun nilai-nilai moral
sudah terdapat pada nilai pandang hidup masyarakat. Pada orde baru, Pancasila sebagai
system etika disosiolisasikan melalui pendaftaran P4. Pada awal era reformasi
implementasinya mengalami kemerosotan yang sangat panjang, hal itu dapat dicermati
dalam peristiwa hiruk pikuk persaingan kekuasaan yang terjerumus dalam pelanggaran
etika politik. Nilai-nilai luhur Pancasila harusnnya diimplementasikan oleh seluruh
masyarakat. Sumber sosiologis Pancasila sebagai system etika dapat dilihat dari
masyarakat Indonesia yang terdiri dari banyak suku, contohnya yaitu ketika ada masalah
politik harus dibicarakan dengan musyawarah, dan kerja bakti. Selain itu, sumber
sosiologis juga terdapat dalam norma-norma dasar sebagai sumber penyusunan berbagai
undang-undang di Indonesia

B. Sumber Historis, Yuridis, dan Sosiologis Pancasila Sebagai Sistem Etika


1) Sumber Historis

Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai Pancasila belum
ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral sudah mulai terdapat pada
pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama juga telah mengenal
nilai-nilai kemandirian bangsa atau biasa disebut berdirkasi (berdiri diatas kaki sendiri)

Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem etika disosialisasikan melalui
penataran P-4 dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada banyak butir Pancasila yang
dijelaskan setiap silanya dari para peneliti BP-7. Salah satunya yaitu sila pertama yaitu
tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan masing-masing individu, ataupun
masyarakat
Pada era reformasi, Pancasila sebagai system etika mengalami kemunduran yang
sangat drastic yaitu disebabkan karena kegiatan perebutan para kekuasaan oleh
pemerintahan sehingga terjerumus dalam pelanggaran etika politik. Salah satu contoh
bentuk pelanggarannya yaitu abuse power, yang dilakukan oleh lembaga yudikatif,
legislative, dan eksekutif. Hal tersebut lah yang dapat menimbulkan banyaknya kegiatan
korupsi di Indonesia

2) Sumber Sosiologis

Sumber sosiologis Pancasila sebagai system etika dapat dilihat dari masyarakat
Indonesia yang terdiri dari banyak suku/etnik, contohnya yaitu ketika ada masalah politik
harus dibicarakan dengan musyawarah, dan kerja bakti. Selain itu, sumber sosiologis juga
terdapat dalam norma-norma dasar sebagai sumber penyusunan berbagai undang-undang
di Indonesia. Salah satu contoh nyata dari musyawarah yaitu suku ketika bermusyawarah
memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”

3) Sumber Yuridis

Sumber yuridis Pancasila sebagai system etika tercantum dalam Undang-Undang No.
39 Tahun 1999 tentang HAM, karena pada saat ini pelanggaran HAM sangat banyak,
yang dimana hal itu sangat melanggar etika dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Selain itu juga terdapat pada Pembukan UUD 1945 yaitu “ Kemudian daripada
itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”

C. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika

Dinamika Pancasila sebagai system etika dimulai pada masa orde lama yaitu masa
kepemimpinan Soekarno. Pada saat itu Pancasila sebagai system etika tidak diberlakukan
dalam pemilihan partai politik, karena dalam pemilihannya dianggap terlalu liberal serta
saat itu Soekarno masih menganut system Demokrasi Terpimpin yang dinilai terlalu
liberal.

Pada masa orde baru atau kepemimpinan Soeharto. Pancasila sebagai system etika
terdapat pada penataran P-4. Pada masa ini juga muncul konsep manusia seutuhnya, yaitu
yang bermakna sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak mulai sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia seutuhnya pada masa ini yaitu manusia sebagai
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa bersifat monodualistik, yaitu sebagai makhluk rohani dan
jasmani, makhluk individu, dan makhluk sosial. Hal tersebut yang dimana harus
dikembangkan secara selaras, dan seimbang

Pada masa reformasi, Pancasila sebagai system etika semakin mengalami


kemunduruan karena euphoria demokrasi. Namun seiring berkembangnya waktu,
pemerintah menyadari bahwa jika demokrasi tidak dijalankan dengan Pancasila sebagai
system etika maka akan terjadi banyak pelanggaran etika, seperti penyalahgunaan
jabatan, korupsi, serta menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan tertentu.

Tantangan Pancasila sebagai system etika terdapat 3 tantangan yang sangat urgensi
dan sering terjadi dari masa ke masa yang sudah dilewati oleh kehidupan bangsa
indonesia. Tantangan pertama yaitu pemerintahan yang otoriter pada masa orde lama
karena Soekarno masih menganut system Demokrasi Terpimpin. Tantangan kedua yaitu
pada masa orde baru terdapat masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), yang
dimana hal itu merugikan masyarakat banyak serta hanya menguntungkan satu pihak saja.
Tantangan terakhir yaitu berupa kebebasan berdemokrasi, sehingga banyaknya salah
pemahaman dan terjadi demo yang anarkis dengan mengatasnamakan demokrasi.

Referensi:

Ristekdikti. (2019). Pendidikan Pancasila. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan


Kemahasiswaan

Anda mungkin juga menyukai