Anda di halaman 1dari 57

PENGETAHUAN, PERSEPSI RISIKO, DAN PERILAKU

MEMBACA LABEL KADALUARSA PRODUK PANGAN

ROLA NANDA WIDURI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan, Persepsi


Risiko, dan Perilaku Membaca Label Kadaluarsa Produk Pangan pada Mahasiswa
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Rola Nanda Widuri


NIM I24100006

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB
harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
ROLA NANDA WIDURI. Pengetahuan, Persepsi Risiko, dan Perilaku Membaca
Label Kadaluarsa Produk Pangan. Dibimbing oleh MEGAWATI
SIMANJUNTAK.

Label kadaluarsa terdiri atas tanggal, bulan, dan tahun yang dibuat oleh
produsen untuk menentukan keamanan pangan dan petunjuk perubahan lain seperti
cita rasa dan kandungan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
faktor internal dan faktor eksternal terhadap pengetahuan, persepsi risiko, dan
perilaku membaca label kadaluarsa. Penelitian dilakukan di Institut Pertanian
Bogor (IPB). Teknik penarikan contoh yang digunakan adalah multistage random
sampling dengan jumlah responden sebanyak 400 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan, persepsi risiko, dan
perilaku membaca antara laki-laki dan perempuan. Faktor internal, faktor eksternal,
pengetahuan, dan persepsi risiko berpengaruh terhadap perilaku membaca. Namun
secara parsial, hanya pendidikan ibu, mendapatkan informasi tentang label, dan
persepsi risiko yang berpengaruh secara nyata terhadap perilaku membaca label
kadaluarsa.

Kata-kata kunci: kadaluarsa, pengetahuan, persepsi risiko, perilaku membaca label

ABSTRACT

ROLA NANDA WIDURI. Knowledge, Risk Perception, and reading behavior of


expired label of food product. Supervised by MEGAWATI SIMANJUNTAK.

The label of expire consists of date, month, and year that created by marketer to
determine the food safety and the other changes of food such as taste and nutrition. This
research analyzed the impacts of the internal factor and external factor on knowledge,
risk perception, and the reading behavior of expired label. This research took place at
Bogor Agricultural University. The sampling method used the multistage random
sampling with 400 respondents. The result showed that there was not difference
between male and female respondents in knowledge, risk perception, and reading
behavior of expired label. Internal factor, external factor, knowledge, and risk
perception affected on reading behavior. But partially, mother’s education, information
about label, and risk perception affected on reading behavior.

Keywords: expired, knowledge, label of reading behavior, risk perception


PENGETAHUAN, PERSEPSI RISIKO, DAN PERILAKU
MEMBACA LABEL KADALUARSA PRODUK PANGAN

ROLA NANDA WIDURI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
NAMA2014
PENULIS
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pengetahuan, Persepsi Risiko, dan
Perilaku Membaca Label Kadaluarsa Produk Pangan berhasil diselesaikan.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai dari bulan Maret hingga
Mei 2014. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak
sehingga penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Megawati Simanjuntak, SP MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, mengarahkan, serta
memberikan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, MSi selaku dosen pembimbing akademik
atas dukungan dan motivasi selama perkuliahan serta seluruh dosen Ilmu
Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
bagi penulis.
3. Neti Hernawati, SP MSi selaku dosen pemandu seminar hasil penelitian
yang telah membantu memperlancar jalannya seminar.
4. Ir Moh.Djemdjem Djamaluddin, MSc dan Dr Ir Diah K Pranadji, MS
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan yang
bermanfaat bagi penulis.
5. Ayahanda Armen Putra, Ibunda Rosmanidar, kakak Cory Wulan, Titin
Agusmella, dan adik Mhd Bintang Pamungkas yang selalu memberikan
dukungan, doa, dan semangat.
6. Rekan satu penelitian payung Nenni Vini Mediani, Nita Neza Puspita, dan
Mhd Mardi Dewantara atas kerja sama, dukungan, semangat, dan
masukan selama penyelesaian tugas akhir ini.
7. Terima kasih kepada Iwan Bahyudin Akbar, IMKB, dan kosan maharlika
atas dukungan dan kebersamaan.
8. Seluruh responden yang telah mengisi kuesioner penelitian dan seluruh
pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan dengan penuh ketulusan.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang
membutuhkan informasi yang terdapat di dalamnya.

Bogor, Agustus 2014

Rola Nanda Widuri


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
KERANGKA PEMIKIRAN 4
METODE 5
Disain Lokasi dan Waktu Penelitian 5
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 6
Jumlah dan Cara Pengumpulan Data 8
Pengolahan dan Analisis Data 9
Definisi Operasional 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Hasil 12
Pembahasan 24
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 33
RIWAYAT HIDUP 47
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel karakteristik responden, jenis data, skala data, dan
keterangan kategori penelitian 8
2 Sebaran responden berdasarkan usia 13
3 Sebaran responden berdasarkan uang saku 13
4 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran untuk pangan 14
5 Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir orang tua 14
6 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua 15
7 Sebaran responden berdasarkan tanggungan keluarga 15
8 Sebaran responden berdasarkan pendapatan keluarga 16
9 Sebaran responden berdasarkan informasi mengenai label produk
pangan 16
10 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan mengenai lembaga
dan UUPK 17
11 Sebaran responden yang menjawab benar mengenai hak konsumen 18
12 Sebaran responden yang menjawab benar mengenai kewajiban
konsumen 19
13 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan tentang label
kadaluarsa produk pangan 19
14 Sebaran responden berdasarkan persepsi risiko mengenai label
kadaluarsa produk pangan 20
15 Analisis deskriptif dan statistik dimensi persepsi risiko 20
16 Sebaran responden berdasarkan perilaku membaca label
kadaluarsa produk pangan 21
17 Sebaran responden berdasarkan prioritas membaca label kadaluarsa
produk pangan 21
18 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, persepsi
risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa 23

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional faktor-faktor yang memengaruhi


pengetahuan, persepsi risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa 5
2 Skema proses penarikan contoh penelitian 7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Definisi operasional, pengukuran, dan pengolahan data variabel-
variabel penelitian 34
2 Jumlah butir pernyataan, nilai reliabilitas dan validitas variabel
penelitian 36
3 Sebaran responden yang menjawab benar tentang pengetahuan
label kadaluarsa 36
4 Sebaran responden berdasarkan persepsi risiko mengenai label
kadaluarsa 38
5 Sebaran responden berdasarkan perilaku membaca label kadaluarsa 40
6 Sebaran responden berdasarkan prioritas membaca label produk
pangan antara laki-laki dan perempuan 43
7 Hubungan antara faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan,
persepsi risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa produk
pangan 44
8 Kontrol kualitas data mencakup normalitas dan bentuk distribusi
data penelitian 44
9 Scatterplot uji heterokedastisitas variabel-variabel penelitian 45
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan teknologi menghasilkan banyak perubahan, salah satunya di


bidang pangan. Saat ini, produk makanan dan minuman kemasan paling banyak
dikonsumsi oleh konsumen karena bersifat praktis dan ekonomis. Sektor makanan
dan minuman merupakan sektor industri terbesar pengguna kemasan, yaitu
sebanyak 51 persen (Setyahadi 2013). Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan, pasal 21 ayat 2 menyebutkan bahwa makanan dan
minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yang berisi bahan yang dipakai,
komposisi setiap bahan, tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa, serta ketentuan
lainnya. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), makanan
mengalami kerusakan atau kadaluarsa jika telah terjadi perubahan-perubahan yang
tidak dikehendaki dari sifat asalnya.
Kerusakan pada makanan dapat terjadi karena kerusakan fisik, kimia, atau
enzimatis (Anonim 2013). Pada beberapa minimarket masih ditemukan makanan
yang telah kadaluarsa (Siska 2014). Hal ini tentunya dapat merugikan konsumen,
karena itulah konsumen harus memerhatikan beberapa informasi penting tentang
referensi suatu produk telah melampaui batas kadaluarsa ataupun tidak. Membaca
label informasi produk pangan dapat dipengaruhi oleh kerabat, teman-teman, surat
kabar, dan televisi (Merwe et al. 2012). Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 5 menyebutkan bahwa kewajiban
konsumen adalah membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/jasa, demi keamanan dan keselamatan.
Menurut Merwe et al. (2012) terdapat 69.0 persen konsumen yang memahami
undang-undang mengenai label makanan.
Pihak pemasar seharusnya bisa memahami bagaimana pengetahuan, persepsi,
dan perilaku konsumen tentang tanggal kadaluarsa produk pangan agar dapat
meningkatkan penerimaan konsumen. Semakin tingginya konsumen menyadari
keberadaan suatu produk, maka akan semakin tinggi pula ketertarikan konsumen
untuk mencari informasi mengenai produk tersebut (Anugrah 2013). Pengetahuan
konsumen merupakan segala informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai
produk dan jasa (Sumarwan 2011). Menurut Mensah, Lawer, dan Aidoo (2012)
label kadaluarsa merupakan salah satu informasi yang paling dicari konsumen
ketika berbelanja, yaitu sebesar 99.5 persen, akan tetapi menurut Oksowela (2008)
terdapat 45 persen responden yang tidak mengetahui perbedaan penulisan best
before dan best before end pada label kadaluarsa, berbeda dengan penelitian
menurut Zahara (2009) yang menyatakan bahwa terdapat 54.9 persen responden
memiliki pengetahuan yang baik mengenai label kadaluarsa, hal ini sejalan dengan
penelitian Aygen (2012) yang menyatakan lebih dari 75.0 persen responden
memiliki pengetahuan yang baik tentang higienitas dan keamanan makanan
Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang dapat memengaruhi
persepsi (Grunet & Wills 2007). Selanjutnya, tingkat persepsi konsumen dapat
memengaruhi perilaku secara positif dan nyata (Shi, Pei, dan Zhigang 2011;
Ardiansyah, Djamaludin, dan Herawati 2012). Selain itu, menurut Panday dan Dixit
(2011) budaya dan pengetahuan yang dimiliki konsumen dapat memengaruhi
2

perilakunya. Manfaat negatif yang dirasakan oleh konsumen disebut sebagai risiko
yang akan didapatkan konsumen akibat mengonsumsi ataupun tidak mengonsumsi
suatu produk (Yuliati dan Simanjuntak 2011). Persepsi risiko terkait dengan
penilaian konsumen mengenai keamanan pangan (Fonts, Heraud, & Pinto 2013).
Semakin tingginya risiko yang dirasakan terhadap suatu produk, maka akan
semakin kuat persepsi seseorang terhadap label produk tersebut (Jeddi dan Zeim
2010). Menurut Mahon dan Cowan (2004) terdapat tiga dimensi persepsi risiko
yang sangat memengaruhi konsumen dalam mengonsumsi produk yaitu risiko fisik,
risiko fungsional, dan risiko psikologi.

Perumusan Masalah

Saat ini banyak produk pangan kemasan yang dijual di pasaran, menurut
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berdasarkan data tahun 2014 ada
sebanyak 1 776 (26.1%) produk makanan dan minuman yang mendapat izin untuk
beredar. Banyaknya produk pangan yang beredar menuntut konsumen untuk lebih
teliti dalam memilih produk. Observasi yang dilakukan pada 307 produk pangan di
salah satu supermarket Kota Bogor ditemukan sebanyak 17.9 persen produk yang
tidak mencantumkan label gizi, 1.95 persen tidak mencantumkan komposisi bahan
yang digunakan, 14.7 persen tidak mencantumkan label halal, dan 0.98 persen yang
tidak mencantumkan label kadaluarsa. Selain itu, sebanyak 16.3 persen produk
pangan mencantumkan label kadaluarsa pada tempat yang sulit terlihat seperti di
bagian lipatan kemasan dan pencantuman tanggal kadaluarsa tidak pada tempat
yang tertuliskan “expired date”.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen pasal 8 menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi
dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memasang label atau
membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi
bersih/netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama,
dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut
ketentuan harus dipasang. Jadi, berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan
bahwa masih terdapat produsen ataupun pihak pemasar yang tidak mematuhi
undang-undang mengenai kesehatan dan perlindungan konsumen. Oleh sebab itu,
konsumen harus lebih cermat dalam memilih produk pangan, khususnya produk
pangan yang telah kadaluarsa namun tetap dipasarkan.
Banyak konsumen yang masih mengabaikan label kadaluarsa yang tercantum
pada produk pangan seperti penelitian yang dilakukan Oksowela (2008) yang
menyatakan bahwa hanya 38 persen konsumen yang memerhatikan tanggal
kadaluarsa sebelum melakukan pembelian produk pangan dan menurut Zahara
(2009) terdapat 65.6 persen konsumen yang membaca label kadaluarsa ketika
membeli produk pangan kemasan sedangkan, menurut Merwe et al. (2012)
sebanyak 73.0 persen konsumen selalu membaca label kadaluarsa pada produk
pangan. Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan institusi yang aktif dalam
menyebarkan informasi mengenai pangan di Indonesia, sudah sepatutnya
mahasiswa IPB mempunyai pengetahuan yang baik mengenai produk pangan. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat pengetahuan,
3

persepsi risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa produk pangan pada
mahasiswa IPB.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan
yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pengetahuan, persepsi risiko, dan perilaku membaca label
kadaluarsa pada produk pangan ?
2. Bagaimana perbedaan faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan, persepsi
risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa pada produk pangan
berdasarkan jenis kelamin ?
3. Bagaimana pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap pengetahuan,
persepsi risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa produk pangan pada
responden ?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi pengetahuan, persepsi risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa
produk pangan.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan, persepsi risiko, dan perilaku membaca label
kadaluarsa pada responden.
2. Menganalisis perbedaan faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan, persepsi
risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa produk pangan berdasarkan
jenis kelamin.
3. Menganalisis faktor internal dan faktor eksternal terhadap pengetahuan,
persepsi risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa produk pangan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa dan


masyarakat umum sebagai konsumen mengenai perilaku membaca label kadaluarsa
pada produk pangan. Bagi pemasar, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
informasi mengenai pentingnya pencantuman tanggal kadaluarsa yang dapat
digunakan konsumen sebagai petunjuk keamanan produk pangan. Bagi bidang
keilmuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah literatur di bidang ilmu
konsumen dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembanding dan pengembangan
lebih lanjut untuk penelitian sejenis. Selain itu, untuk pendidikan dan perlindungan
konsumen penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran konsumen
mengenai kewajiban dan hak konsumen yang harus diperjuangkan untuk
memeroleh perlindungan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
4

KERANGKA PEMIKIRAN

Menurut Mensah et al. (2012) tingkat pemahaman terhadap label makanan


memiliki pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian. Berbeda dengan
penelitian Zahara (2009) yang mengatakan bahwa pengetahuan mengenai label
produk pangan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan membaca label informasi
makanan, sedangkan menurut Merwe (2012) pengetahuan memengaruhi kesadaran
akan kesehatan konsumen mengenai label makanan. Selain itu, menurut Kennedy
et al. (2005) pengetahuan memiliki hubungan yang positif dengan tindakan yang
dilakukannya.
Perbedaan karakteristik demografi dapat membentuk persepsi yang berbeda-
beda antar konsumen (Kotler dan Armstrong 2008). Menurut Fontes, Heraud, dan
Pinto (2013) persepsi risiko terkait dengan penilaian konsumen mengenai
keamanan pangan. Selain itu, risiko kesehatan lebih mudah untuk menyebabkan
penolakan konsumen terhadap suatu produk, tetapi tidak menyebabkan keputusan
untuk tidak membeli produk tersebut. Terdapat enam persepsi risiko yang dirasakan
konsumen, yaitu social risk, time risk, phsycological risk, performance risk,
physical risk, dan financial risk (Mahon dan Cowan 2004). Semakin tinggi risiko
yang dirasakan pada suatu produk, maka akan semakin kuat dampak persepsi
konsumen terhadap label pada produk tersebut (Jeddi dan Zaiem 2010).
Tingkat persepsi konsumen dapat memengaruhi perilaku konsumen secara
positif dan signifikan (Shi, Pei, & Zhigang 2011; Ardiansyah, Djamaludin, &
Herawati 2012). Perilaku konsumen merupakan salah satu faktor penting yang akan
memengaruhi keputusan konsumen (Sumarwan 2011). Selain itu, anggota keluarga
dapat memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku pembelian (Kotler
& Armstrong 2008; Panday & Dixit 2011), sebaliknya menurut Maymand, Amini,
dan Mortaji (2012) karakteristik demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pendapatan rumah tangga, dan kebangsaan tidak memiliki efek
terhadap perilaku. Menurut Drichoutis et al. (2008) penggunaan label dipengaruhi
faktor sosial ekonomi, sedangkan pendidikan dan pendapatan tidak berpengaruh
terhadap penggunaan label.
Terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada kepedulian
membaca label informasi pada produk pangan kemasan. Perempuan secara nyata
lebih peduli terhadap tanggal kadaluarsa produk pangan dibandingkan laki-laki
(Zorba dan Kaptan 2011). Selain itu, menurut Aygen (2012) laki-laki tidak terlalu
mementingkan higienitas dan keamanan pangan, sedangkan menurut Zahara (2009)
jenis kelamin tidak memiliki hubungan nyata dengan kepatuhan membaca label
kadaluarsa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka pemikiran dari
pengetahuan, persepsi risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa pada produk
pangan. Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan dalam Gambar 1. Diduga
bahwa faktor internal dan faktor eksternal dapat memengaruhi pengetahuan
responden mengenai hak dan kewajiban konsumen, pengetahuan tentang label
kadaluarsa, persepsi risiko tentang label kadaluarsa, dan perilaku membaca label
kadaluarsa. Selain itu, diduga bahwa pengetahuan tentang hak dan kewajiban
konsumen serta pengetahuan tentang label kadaluarsa dapat memengaruhi persepsi
risiko, kemudian persepsi risiko dapat memengaruhi perilaku membaca label
kadaluarsa.
5

Faktor Internal: Faktor Eksternal:

Karakteristik individu:  Sumber informasi tentang


 Usia label
 Jenis kelamin  Kuliah terkait konsumen
 Uang saku  Kuliah terkait pengetahuan
 Pengeluaran untuk pangan tentang label

Karakteristik keluarga:
 Pendidikan orang tua
 Pekerjaan orang tua
 Pendapatan keluarga
 Jumlah tanggungan orang
tua

Pengetahuan tentang Hak Pengetahuan tentang Label


dan Kewajiban Konsumen Kadaluarsa

Persepsi Risiko tentang Produk yang terkait Label Kadaluarsa

Perilaku Membaca Label Kadaluarsa

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan,


persepsi risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa

METODE

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yang dilakukan


sekali dalam kurun waktu penelitian pada objek yang berbeda dan tidak
berkelanjutan, serta menggunakan metode survei. Penelitian dilakukan di
Kabupaten Bogor tepatnya di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara purposif berdasarkan pertimbangan bahwa IPB
merupakan salah satu institusi di Indonesia yang berperan aktif dalam
perkembangan pertanian dan pangan baik melalui penelitian dan penyebaran
informasi. Selain itu, mahasiswa IPB banyak yang mengonsumsi produk pangan
6

khususnya produk dalam bentuk kemasan karena dianggap lebih praktis.


Pengambilan data saat penelitian dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai sejak
bulan April hingga Mei 2014.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa strata-1 (S1) IPB yang masih
aktif di semester tiga, lima, dan tujuh pada tahun ajaran 2013-2014. Jumlah populasi
pada penelitian ini sebanyak 10 540 mahasiswa. Teknik penarikan contoh
menggunakan teknik multistage random sampling yang dimulai dengan
mengelompokkan sembilan fakultas di IPB, diantaranya adalah Fakultas Pertanian
(Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan dan Ilmu
kelautan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan),
Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), dan Fakultas Ekologi
Manusia (Fema) dengan lapis adalah jenis kelamin. Jumlah responden ditentukan
dengan menggunakan rumus Slovin (Umar 2005), yaitu :

Keterangan :
n = jumlah mahasiswa yang diambil
N = jumlah populasi mahasiswa semester tiga, lima, dan tujuh
e = batas kesalahan pengambilan responden (5%)

Berdasarkan rumus Slovin diperoleh jumlah responden sebanyak 385


mahasiswa sebagai jumlah responden minimal untuk digunakan dalam penelitian.
Jumlah responden yang diambil adalah 400 mahasiswa untuk memperkecil
terjadinya kesalahan saat penarikan contoh. Selanjutnya untuk menentukan jumlah
responden setiap fakultas dilakukan dengan cara proporsional.

Keterangan:
ni = jumlah responden tiap subpopulasi
Ni = total subpopulasi
N = total populasi
n = jumlah responden yang diambil

Penentuan proporsi responden untuk setiap fakultas ditentukan berdasarkan


jumlah mahasiswa dari masing-masing fakultas tersebut. Sebaran responden
berdasarkan fakultas dapat dilihat pada Gambar 2.
7

Lapis berdasarkan jenis


kelamin

Faperta n
(1272 L = 508 L = 19
mahasiswa) P = 764 P = 29

FKH n
(534 L = 215 L=8
mahasiswa) P = 319 P = 12

FPIK n
(1145 L = 469
L = 18
P = 676
mahasiswa) P = 26

Fapet n
(524 L = 236
L=9
mahasiswa) P = 288
P = 11

IPB Fahutan n
(1151 L = 510 L = 19
(10540
mahasiswa) P = 641 P = 25
mahasiswa S1)
Fateta n
(1290 L = 725
L = 27
mahasiswa) P = 565
P = 21

FMIPA n
(2009 L = 781
P = 1228 L = 30
mahasiswa) P = 46

FEM n
(1581 L = 526 L = 20
mahasiswa) P = 1055 P = 40

Fema
(1034 L = 184 n
mahasiswa) P = 850 L=7
P = 33

Gambar 2 Skema proses penarikan contoh penelitian

Pada saat pengambilan data terdapat delapan orang responden yang tidak
mengisi kuesioner dikarenakan satu orang responden telah drop out, tiga orang
tidak mau mengisi karena berbagai hal, dan empat orang tidak bisa mengisi karena
berada di lokasi penelitian yang jauh dari Bogor sehingga sulit untuk dihubungi.
Sebelum dilakukan pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner
pada 10 persen dari keseluruhan total responden, yaitu 40 mahasiswa IPB yang
ditentukan secara purposif. Uji coba kuesioner digunakan untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas kuesioner dan untuk melakukan modifikasi kuesioner pada
beberapa pernyataan.
8

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil self report responden dengan alat bantu
kuesioner yang berisi variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian. Variabel
tersebut antara lain meliputi faktor internal meliputi karakteristik individu (usia,
jenis kelamin, uang saku, dan pengeluaran untuk pangan) dan karakteristik keluarga
(pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan jumlah
tanggungan orang tua), faktor eksternal (sumber informasi tentang label, kuliah
terkait konsumen, dan kuliah terkait pengetahuan label), pengetahuan tentang label
kadaluarsa, pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai konsumen, persepsi
risiko mengenai label kadaluarsa, dan perilaku membaca label kadaluarsa.
Kuesioner variabel pengetahuan, persepsi risiko, dan perilaku dimodifikasi
dari beberapa penelitian terdahulu yaitu Schiffman dan Kanuk (2008), Mahon dan
Cowan (2004), dan Simanjuntak (2014). Data sekunder diperoleh dari pihak lain
yang terkait seperti Direktorat Administrasi Pendidikan IPB yang berupa data
mengenai jumlah populasi mahasiswa aktif di IPB pada tahun ajaran 2013-2014
dan informasi-informasi lainnya seperti dari buku, jurnal, atau literatur lain yang
terkait dengan topik penelitian. Jenis data variabel karakteristik, jenis data, skala
data, dan keterangan/kategori data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis variabel karakteristik responden, jenis data, skala data, dan
keterangan/kategori data penelitian
Variabel Skala data Keterangan/Kategori
Faktor Internal :
-Karakteristik Individu:
 Usia Rasio Tahun
 Jenis kelamin Nominal [1] laki-laki
[2] perempuan
 Uang saku Rasio Rupiah/bulan
 Pengeluaran untuk pangan Rasio Rupiah/bulan
-Karakteristik Keluarga:
 Pendidikan terakhir orang Ordinal [1] Tidak tamat SD
tua [2] Tamat SD
[3] Tamat SMP
[4] Tamat SMA/SMK
[5] Diploma (D1/D2/D3)
[6] Perguruan tinggi
(S1/S2/S3)
 Pekerjaan orang tua Nominal [1] Tidak bekerja
[2] Petani
[3] Buruh
[4] PNS/ABRI/ Polisi
[5] pegawai swasta
[6] wirausaha
[7] Pensiunan
[8] Guru
 Pendapatan orang tua Rasio Rupiah/bulan
 Jumlah tanggungan orang Rasio Orang
tua
9

Lanjutan Tabel 1
Variabel Skala data Keterangan/Kategori
Faktor Eksternal
 Sumber informasi tentang Nominal [1] Internet
label [2] Media cetak (koran,
majalah, tabloid)
[3] Media elektronik (televisi
dan radio)
[4] Teman dan keluarga
[5] Penyuluhan, seminar, dan
ceramah
 Mengikuti kuliah terkait Nominal [1] Ya
konsumen [2] Tidak
 Mengikuti kuliah terkait Nominal [1] Ya
label pangan [2] Tidak
Pengetahuan hak dan kewajiban Ordinal [0] = salah
konsumen [1] = benar
Pengetahuan tentang label Ordinal Skala Guttman dengan 2
kadaluarsa penilaian
[0] = salah
[1] = benar
Persepsi risiko tentang produk Ordinal Skala Likert dengan 4
yang terkait label kadaluarsa penilaian
[1] = sangat tidak setuju
[2] = tidak setuju
[3] = setuju
[4] = sangat setuju
Perilaku membaca label Ordinal Skala Likert dengan 4
kadaluarsa penilaian
[1] = tidak pernah
[2] = jarang
[3] = sering
[4] = selalu

Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan inferensia.


Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan
Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 16. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal meliputi karakteristik individu
(usia, jenis kelamin, uang saku, dan pengeluaran untuk pangan) dan karakteristik
keluarga (pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan
jumlah tanggungan orang tua) dan faktor eksternal (sumber informasi tentang label,
kuliah terkait konsumen, dan kuliah terkait pengetahuan label).
Variabel pengetahuan diukur menggunakan skala Guttman dengan dua
penilaian yaitu benar dan salah. Variabel persepsi risiko diukur menggunakan skala
Likert dengan empat penilaian yang terdiri dari “sangat tidak setuju, tidak setuju,
setuju, dan sangat setuju”. Variabel perilaku diukur menggunakan skala Likert
dengan empat penilaian yang terdiri dari pilihan “tidak pernah, jarang, sering, dan
10

selalu”. Masing-masing variabel dikategorikan dalam empat bentuk kategori, yaitu


sangat rendah (skor ≤ 25), rendah (25 < skor ≤ 50 ), tinggi (50 < skor ≤ 75), dan
sangat tinggi (skor > 75) dengan menggunakan rumus indeks, yaitu:

Nilai aktual − Nilai minimal


𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑋 100
Nilai maksimal − Nilai minimal

Keterangan :
Indeks = Skala nilai 0-100
nilai aktual = nilai yang diperoleh responden
nilai minimal = nilai terendah yang seharusnya dapat diperoleh
nilai maksimal = nilai tertinggi yang seharusnya dapat diperoleh

Tingkat pengetahuan, persepsi risiko, dan perilaku responden diuji


menggunakan uji inferensia yang mencakup uji korelasi dan uji regresi. Uji regresi
linear berganda digunakan untuk menguji beberapa buah variabel independen dan
sebuah variabel dependen (Puspitawati dan Hernawati 2013). Model persamaan
linear berganda yang digunakan untuk uji regresi, yaitu:

Y = a + b1x1 + b2x2 + ɛ

Keterangan :
Y = perilaku membaca label kadaluarsa (skor) x1 = pengetahuan (skor)
a = konstanta x2 = persepsi risiko (skor)
b = unstandardized coefficient β ɛ = galat

Untuk menguji konsistensi instrumen penelitian digunakan uji reliabilitas,


sedangkan untuk menguji keabsahan instrumen penelitian dilakukan uji validitas.
Instrumen dapat dikatakan reliabel jika koefisien alpha lebih dari 0.60 dan valid jika
nilai korelasi lebih dari 0.30 (Puspitawati dan Herawati 2013). Hasil uji reliabilitas
variabel pengetahuan, persepsi risiko, dan perilaku secara berturut-turut adalah
0.625, 0.604, dan 0.813. Pernyataan yang valid untuk variabel pengetahuan adalah
sebanyak 9 butir, persepsi risiko sebanyak 14 butir, dan perilaku membaca
sebanyak 25 butir (Lampiran 2). Nilai validitas variabel pengetahuan, persepsi
risiko, dan perilaku membaca secara berturut-turut adalah 0.148-0.437, 0.177-0.581,
dan 0.175-0.484. Uji asumsi klasik merupakan syarat sebelum melakukan uji
regresi yang meliputi uji normalitas, multikoleniaritas, heterokedastisitas, dan
autokorelasi (Lampiran 8).
Uji kenormalan Skewness dan Kurtosis dikatakan normal apabila nilainya
berada pada rentang -2 hingga +2. Uji Kolmogorof-Smirnov digunakan untuk
menguji normalitas residual. Jika hasil Kolmogorof-Smirnov menunjukkan nilai
signifikan diatas 0.05, maka data residual terdistribusi normal, sedangkan jika hasil
menunjukkan nilai signifikan di bawah 0.05, maka data residual terdistribusi tidak
normal. Hampir keseluruhan variabel tidak terdistribusi normal oleh karena itu
peneliti melakukan modifikasi data dengan menggunakan rumus “Ln” untuk setiap
data yang tidak normal.
11

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antar


variabel bebas (independen). Multikolinearitas dalam model regresi dilihat dari
tolerance value dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi dikatakan
bebas multikolinearitas jika memiliki nilai toleransi diatas 0.1 atau VIF diatas 10
(Ghozali 2011).
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah
dengan menggunakan scatterplot. Jika pada grafik scatterplot titik-titik menyebar
di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan model
regresi tidak mengandung heterokedastisitas (Ghozali 2011). Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa semua nilai prediksi variabel terikat dan residual tidak
mengandung heterokedastisitas.
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model
regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan
uji Durbin-Watson (DW). Variabel dikatakan tidak mengandung autokorelasi
apabila nilai Durbin-Watson berada diantara nilai tabel Durbin-Watson (du < dw
<4-du) atau mendekati nilai dua. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
variabel pengetahuan, persepsi risiko, perilaku model 1, dan perilaku model 2 tidak
mengandung autokorelasi. Secara berturut-turut nilai Durbin Watson variabel
pengetahuan, persepsi risiko, perilaku model 1 dan perilaku model 2 adalah 2.003,
2.081, 2.011, dan 2.012.

Definisi Operasional

Produk pangan adalah produk yang dioleh maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi responden.
Label kadaluarsa adalah petunjuk keamanan yang dapat digunakan responden
untuk mengetahui perubahan cita rasa dan kandungan gizi dari suatu produk
pangan.
Pengetahuan adalah semua informasi yang dimiliki responden mengenai label
kadaluarsa.
Persepsi risiko adalah pandangan responden mengenai risiko pembelian produk
pangan yang berlabel kadaluarsa
Perilaku membaca label kadaluarsa adalah tindakan contoh untuk membaca
label kadaluarsa sebelum membeli produk pangan.
12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Institut Pertanian Bogor adalah sebuah perguruan tinggi negeri yang


berkedudukan di Bogor. Berdasarkan hasil keputusan rapat pleno Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tanggal 21 Februari 2013, memutuskan
bahwa IPB memperoleh status terakreditasi dengan nilai 375 yaitu peringkat A
(sangat baik). Program studi di IPB terdiri dari sembilan fakultas, satu sekolah
Pascasarjana, dan satu program Diploma. Jumlah mahasiswa IPB tahun ajaran
2013-2014 adalah sebanyak 10 540 mahasiswa, yang tersebar dalam sembilan
Fakultas yang ada di IPB, yaitu 1 272 mahasiswa Fakultas Pertanian, 534
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, 1 145 mahasiswa Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, 524 mahasiswa Fakultas Peternakan, 1 151 mahasiswa Fakultas
Kehutanan, 1 290 mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, 2 009 mahasiswa
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1 581 mahasiswa Fakultas
Ekonomi Manajemen, dan 1 034 mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu institusi yang aktif dalam
menyebarkan informasi mengenai pangan di Indonesia.
Hasil observasi yang dilakukan pada 124 produk pangan di salah satu
supermarket yang berada di sekitar kampus IPB ditemukan sebanyak 12.9 persen
produk pangan yang tidak mencantumkan label keterangan halal, 3.2 persen produk
pangan yang mencantumkan label halal bukan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI),
20.9 persen produk pangan dengan label kadaluarsa tidak sesuai pada tempat
penulisan yang tertera, 2.4 persen produk pangan yang tidak mencantumkan label
komposisi, 2.4 persen produk pangan dengan label komposisi berbahasa asing, 6.4
persen produk pangan yang tidak mencantumkan label nilai gizi, dan 1.6 persen
produk pangan yang mencantumkan label nilai gizi dalam bahasa asing.
Beberapa jenis produk yang tidak mencantumkan label halal adalah coklat,
bumbu dapur, makanan cepat saji, makanan ringan, kopi bubuk, permen, serta
minuman botol dan kaleng. Jenis produk dengan label kadaluarsa yang tidak sesuai
pada tempat penulisan yang tertera adalah pada biskuit dan beberapa produk
makanan ringan. Jenis produk yang tidak mencantumkan label gizi adalah pada
beberapa produk coklat dan biskuit. Jenis produk yang tidak mencantumkan label
komposisi adalah pada beberapa produk gula dan mie instan.

Hasil

Karakteristik Individu
Jenis Kelamin. Jenis kelamin responden dikelompokkan menjadi dua, yaitu
laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden
perempuan adalah 60.7 persen dan laki-laki 39.3 persen.
Usia. Rata-rata usia responden adalah 20.26 tahun dengan proporsi usia
terbesar (41.0%) berada pada rentang 20-24 tahun dan proporsi usia terkecil (3.0%)
berada pada usia 18 tahun. Rata-rata usia responden laki-laki adalah 20.34 tahun
dengan proporsi terbesar (43.3%) berada pada rentang usia 20-24 tahun dan
13

proporsi terkecil (3.2%) berada pada usia 18 tahun. Rata-rata usia responden
perempuan adalah 20.20 tahun dengan proporsi terbesar (39.5%) berada pada
rentang usia 20-24 tahun dan proporsi terkecil (2.9%) berada pada usia 18 tahun.
Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.194) usia antara responden laki-laki dan
perempuan (Tabel 2).

Tabel 2 Sebaran dan statistik responden berdasarkan usia


Kategori usia Laki-laki Perempuan Total
(n=157) (n=243) (n=400)
18 tahun 3.2 2.9 3.0
19 tahun 16.6 23.0 20.5
20 tahun 36.9 34.6 35.5
>20 tahun 43.3 39.5 41.0
Rata-rata ± SD 20.34±1.04 20.20±1.00 20.26±1.02
Min-max 18-24 18-23 18-24
Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.194

Uang Saku. Sebesar 71.5 persen uang saku responden berada pada rentang
Rp500 000 hingga Rp1 000 000. Rata-rata uang saku yang diterima responden
sebesar Rp978 212.50/bulan. Tujuh dari sepuluh responden laki-laki maupun
perempuan memiliki uang saku pada rentang Rp500 000 hingga Rp1 000 000
dengan rata-rata uang saku responden laki-laki adalah sebesar Rp930 477.71/bulan
dan perempuan adalah sebesar Rp1 009 053.50/bulan. Tidak terdapat perbedaan
nyata (p=0.221) uang saku antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 3).

Tabel 3 Sebaran dan statistik responden berdasarkan uang saku


Kategori uang saku Laki-laki Perempuan Total
(per bulan) (n=157) (n=243) (n=400)
< Rp500 000 5.1 4.5 4.8
Rp500 000 – 1 000 000 73.9 70.0 71.5
Rp1 000 001 –1 500 000 17.2 18.1 17.7
> Rp1 500 000 3.8 7.4 6.0
Rata-rata ± SD 930 477.71 ± 1 009 053.50 ± 978 212.50 ±
328 115.14 444 549.56 404 265.62
Min-max 350 000-2 500 000 200 000-3 500 000 200 000-3 500 000
Uji beda jenis kelamin 0.221
(p-value)

Pengeluaran untuk Pangan. Lebih dari separuh (51.5%) responden berada


pada rentang Rp500 000 hingga Rp1 000 000 untuk pengeluaran pangan dengan
rata-rata pengeluaran pangan sebesar Rp598 902.50/bulan. Rata-rata responden
laki-laki mengeluarkan biaya pangan sebesar Rp600 127.39/bulan dan rata-rata
responden perempuan mengeluarkan biaya pangan sebesar Rp598 111.11/bulan.
Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.678) pengeluaran pangan antara responden
laki-laki dan perempuan (Tabel 4).
14

Tabel 4 Sebaran dan statistik responden berdasarkan pengeluaran untuk pangan


Kategori Pengeluaran Laki-laki Perempuan Total
Pangan (per bulan) (n=157) (n=243) (n=400)
< Rp500 000 45.8 46.9 46.5
Rp500 000-Rp1 000 000 52.9 50.6 51.5
> Rp1 000 000 1.3 2.5 2.0
Rata-rata ± SD 600 127.39 ± 598 111.11 ± 598 902.50 ±
213 262.17 249 248.739 235 505.21
Min-max 60 000-1 500 000 50 000 – 2 000 000 50 000-3 500 000
Uji beda jenis kelamin 0.678
(p-value)

Pendidikan Orang Tua. Proporsi terbesar (40.2%) pendidikan ayah


responden adalah sarjana. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.774) pendidikan
ayah antara responden laki-laki dan perempuan. Sebanyak 34.8 persen pendidikan
ibu responden adalah tamat SMA/SMK. Sama halnya dengan pendidikan terakhir
ayah, tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.729) pendidikan ibu antara responden
laki-laki dan perempuan (Tabel 5).

Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir orang tua


Tingkat Ayah Ibu
pendidikan
L P Total L P Total
(n=157) (n=243) (n=400) (n=157) (n=243) (n=400)
Tidak tamat SD 5.2 1.6 3.1 6.4 2.5 4.0
Tamat SD 7.6 7.6 7.8 9.6 11.1 10.5
Tamat SMP 5.7 4.9 5.2 9.6 10.7 10.2
Tamat SMA/SMK 30.6 38.3 35.2 33.1 35.8 34.8
Diploma 7.6 9.2 8.5 14.0 9.9 11.5
(D1/D2/D3)
Perguruan tinggi 43.3 38.4 40.2 27.3 30.0 29.0
(S1/S2/S3)
Uji beda jenis 0.774 0.729
kelamin (p-value)
Ket: L:laki-laki; P:perempuan

Pekerjaan Orang Tua. Lebih dari satu per empat (25.9%) pekerjaan ayah
responden sebagai PNS/ABRI/Polisi. Proporsi terbesar (29.3%) pekerjaan ayah
untuk responden laki-laki sebagai PNS/ABRI/Polisi dan proporsi terbesar (28.0%)
pekerjaan ayah responden perempuan adalah sebagai pegawai swasta. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (54.3%) ibu responden tidak
bekerja (Tabel 6).
15

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan orang tua


Jenis pekerjaan Ayah Ibu
L P Total L P Total
(n=147) (n=232) (n=379)1 (n=156) (n=242) (n=398)2
Tidak bekerja 4.8 1.3 2.6 46.2 59.5 54.3
Petani 6.8 6.5 6.6 5.1 2.5 3.5
Buruh 7.5 4.3 5.5 1.3 2.1 1.8
PNS/ABRI/ Polisi 29.3 23.7 25.9 21.2 21.1 21.1
Pegawai swasta 15.6 28.0 23.2 5.1 3.7 4.3
Wiraswasta 21.8 25.4 24.0 16.7 9.1 12.1
Pensiunan 12.2 9.5 10.6 1.9 1.7 1.8
Guru 2.0 1.3 1.6 2.6 0.4 1.3
Ket: L:laki-laki; P:perempuan; 1:21 orang meninggal; 2:2 orang meninggal; **nyata pada p<0.01

Jumlah Tanggungan Keluarga. Kurang dari separuh (46.5%) responden


memiliki tanggungan keluarga pada rentang tiga hingga lima orang, dengan rata-
rata tanggungan keluarga sebanyak tiga orang. Proporsi terbesar tanggungan
keluarga responden laki-laki berada pada rentang satu hingga dua orang yaitu
sebesar 53.5 persen, sedangkan proporsi tanggungan keluarga terbesar pada
responden perempuan berada pada rentang tiga hingga lima orang (50.2%).
Terdapat perbedaan nyata (p=0.004) jumlah tanggungan keluarga antara responden
perempuan dan laki-laki (Tabel 7).

Tabel 7 Sebaran dan statistik responden berdasarkan tanggungan keluarga


Kategori jumlah tanggungan Laki-laki Perempuan Total
keluarga (n=157) (n=243) (n=400)
≤ 2 orang 53.5 41.2 46.0
3 – 5 orang 40.8 50.2 46.5
6 – 8 orang 5.7 7.4 6.7
> 8 orang 0.0 1.2 0.8
Rata-rata ± SD 2.71±1.43 3.22±1.81 3.02±1.68
Min-max 1-7 1-14 1-14
Uji beda (p-value) 0.004**
Ket : **nyata pada p<0.01

Pendapatan Keluarga. Lebih dari separuh (56.0%) pendapatan keluarga


responden berada pada rentang Rp1 000 000 hingga Rp5 000 000. Rata-rata
pendapatan keluarga responden sebesar Rp4 945 439.39/bulan. Sebanyak 60.5
persen responden laki-laki memiliki pendapatan keluarga yang berada pada rentang
Rp1 000 000 hingga Rp5 000 000 dengan rata-rata pendapatan keluarga adalah
sebesar Rp4 421 182.80/bulan. Lebih dari separuh (53.1%) responden perempuan
memiliki pendapatan keluarga pada rentang Rp1 000 000 hingga Rp5 000 000
dengan rata-rata pendapatan keluarga adalah sebesar Rp5 284 156.61/bulan. Tidak
terdapat perbedaan nyata (p=0.071) pendapatan keluarga antara responden laki-laki
dan perempuan (Tabel 8).
16

Tabel 8 Sebaran dan statistik responden berdasarkan pendapatan keluarga


Kategori pendapatan Laki-laki Perempuan Total
keluarga (per bulan) (n=157) (n=243) (n=400)
< Rp1 000 000 15.3 12.3 13.5
Rp1 000 000-Rp5 000 000 60.5 53.1 56.0
Rp5 000 001 - 19.1 25.5 23.0
Rp10 000 000
> Rp10 000 000 5.1 9.1 7.5
Rata-rata ± SD 4 421 182.80 ± 5 284 156.61 ± 4 945 439.39 ±
4 516 158.28 5 072 867.68 4 874 459.42
Min-max 300 000-35 000 000 250 000-30 000 000 250 000-35 000 000
Uji beda (p-value) 0.071

Faktor Eksternal
Mengikuti kuliah terkait Konsumen dan Label Pangan. Sebanyak 27.4
persen responden laki-laki dan 32.1 persen perempuan pernah mengikuti kuliah
terkait konsumen. Tiga dari sepuluh responden pernah mengikuti kuliah terkait
label pangan, yang terdiri dari 24.8 persen responden laki-laki dan 37.4 persen
perempuan.

Sumber Informasi Label. Sebanyak enam dari sepuluh responden mengaku


pernah mendapatkan informasi mengenai label produk pangan. Proporsi terbesar
(37.0%) responden mendapatkan informasi label dari satu sumber. Sebanyak 34.7
persen responden mendapatkan informasi mengenai label pangan melalui media
internet. Selanjutnya, hanya sebesar 16.0 persen responden yang mendapatkan
informasi mengenai label pangan melalui media cetak seperti koran, majalah, dan
tabloid (Tabel 9).

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mengenai label produk


pangan
No Sumber informasi Laki-laki Perempuan Total
(n = 157) (n = 243) (n = 400)
1 Pernah mendapatkan informasi label 62.4 71.2 67.8
2 Sumber informasi :
a. Tidak mendapatkan informasi 36.9 28.8 32.0
b. Internet 35.6 34.2 34.7
c. Media cetak (koran, majalah, tabloid) 15.9 16.0 16.0
d. Media elektronik (televisi dan radio) 26.1 30.0 28.5
e. Teman, keluarga atau kerabat 15.2 24.2 21.0
f. Penyuluhan, seminar, dan ceramah 18.4 25.9 23.0
3 Jumlah sumber informasi:
a. Mendapatkan informasi dari satu sumber 36.9 37.0 37.0
b. Mendapatkan informasi dari dua sumber 10.8 16.9 14.5
c. Mendapatkan informasi dari tiga sumber 7.6 9.5 8.8
d. Mendapatkan infomasi dari empat 3.8 5.8 5.0
sumber
e. Mendapatkan informasi dari lima sumber 3.8 2.1 2.8
Ket: dapat memilih lebih dari satu sumber
17

Pelayanan dan Perlindungan Konsumen


Pelayanan Pelaku Usaha. Mayoritas (90.8%) responden menjawab belum
sepenuhnya konsumen di Indonesia dianggap raja oleh pelaku usaha. Masih
terdapat 5.5 persen responden yang beranggapan bahwa sama sekali konsumen di
Indonesia belum dianggap raja oleh pelaku usaha. Hanya 3.7 persen responden yang
beranggapan bahwa konsumen di Indonesia sudah sepenuhnya dianggap raja oleh
pelaku usaha.

Perlindungan Konsumen. Enam dari sepuluh responden mengetahui


keberadaan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Kurang dari separuh
(33.5%) responden mengetahui mengenai UU tentang Perlindungan Konsumen,
dua dari sepuluh responden mengetahui keberadaan Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM). Selanjutnya, hanya 7.5 persen
responden yang mengetahui tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK). Tidak terdapat perbedaan nyata antara responden laki-laki dan perempuan
mengenai keempat pihak-pihak yang terkait perlindungan konsumen. secara
berturut-turut hasil uji beda untuk BPSK, YLKI, LPKSM, dan UU tentang
Perlindungan Konsumen adalah 0.491, 0.220, 0.180, 0.319 (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan mengenai Lembaga dan


UU Perlindungan Konsumen
No Lembaga dan UU Laki-laki Perempuan Total Uji beda
Perlindungan Konsumen (n = 157) (n = 243) (n= 400) (L-P)
(p-value)
1 BPSK (Badan Penyelesaian 6.4 8.2 7.5 0.491
Sengketa Konsumen)
2 YLKI (Yayasan Lembaga 65.6 58.8 61.2 0.220
Konsumen Indonesia)
3 LPKSM (Lembaga 17.8 23.5 21.2 0.180
Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat)
4 UU Nomor 8 Tahun 1999 30.6 35.4 33.5 0.319
tentang Perlindungan
Konsumen
Ket: L:laki-laki; P:perempuan

Hak dan Kewajiban Konsumen


Pengetahuan tentang Hak Konsumen. Hak-hak konsumen mengacu pada
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
konsumen yang terdiri dari sembilan butir hak konsumen. Hak nomor 9 yang
berbunyi hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya
merupakan hak terendah untuk responden yang menjawab benar, yaitu hanya 2.5
persen dari keseluruhan responden. Selanjutnya, hak mendapatkan advokasi,
perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara
patut juga termasuk hak terendah yang dijawab benar oleh responden, yaitu hanya
5.8 persen. Terdapat perbedaan nyata antara laki-laki dan perempuan untuk
menjawab benar mengenai hak konsumen nomor satu mengenai hak atas kenyaman,
keamanan, dan keselamatan mengkonsumsi barang; hak konsumen nomor dua
mengenai hak mendapatkan barang sesuai nilai tukar; hak konsumen nomor empat
18

mengenai hak untuk didengar pendapat dan keluhannya; dan hak konsumen nomor
enam mengenai hak mendapatkan pembinaan dan pendidikan. Hasil uji beda dari
keempat hak tersebut secara berturut-turut adalah 0.024, 0.037, 0.018, dan 0.027
dimana perempuan menjawab benar lebih banyak dibandingkan laki-laki (Tabel 11).

Tabel 11 Sebaran responden yang menjawab benar mengenai hak konsumen


No Butir hak konsumen L P Total Uji beda
(n=157) (n=243) (n=400) (p-value)
1 Hak atas kenyamanan, keamanan, dan 50.3 61.7 57.2 0.024*
keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/jasa
2 Hak untuk memilih barang dan/atau jasa 15.9 24.7 21.2 0.037*
serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3 Hak atas informasi yang benar, jelas dan 45.2 48.6 47.2 0.514
jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa
4 Hak untuk didengar pendapat dan 12.1 21.4 17.8 0.018*
keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan
5 Hak untuk mendapatkan advokasi, 9.6 9.5 9.5 0.976
perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara
patut
6 Hak untuk mendapatkan pembinaan dan 2.5 7.8 5.8 0.027*
pendidikan konsumen
7 Hak untuk diperlakukan atau dilayani 19.1 19.3 19.2 0.954
secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
8 Hak untuk mendapatkan kompensasi, 11.5 18.1 15.2 0.073
ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau
sebagaimana mestinya
9 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan 2.5 2.5 2.5 0.961
peraturan perundang-undangan lainnya
Ket: L:laki-laki; P:perempuan; *nyata pada p<0.05

Pengetahuan tentang Kewajiban Konsumen. Terdapat empat kewajiban


konsumen yang diacu dalam UU Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang
menjawab benar dengan jumlah paling rendah adalah pada kewajiban beritikad baik
dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa yaitu hanya sebesar 8.8
persen, serta terdapat perbedaan nyata (p=0.015) antara laki-laki dan perempuan,
responden perempuan lebih banyak menjawab benar (11.5%) dibandingkan
responden laki-laki (4.5%) (Tabel 12).
19

Tabel 12 Sebaran responden yang menjawab benar mengenai kewajiban konsumen


No Butir kewajiban konsumen Laki-laki Perempuan Total Uji beda
(n = 157) (n = 243) (n = 400) (p-value)
1 Membaca dan mengikuti petunjuk 31.2 36.6 34.5 0.267
infomasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan/atau
jasa, demi keamanan dan
keselamatan.
2 Beritikad baik dalam melakukan 4.5 11.5 8.8 0.015*
transaksi pembelian barang dan/atau
jasa
3 Membayar sesuai dengan nilai tukar 31.2 32.5 32.0 0.786
yang disepakat
4 Mengikuti upaya penyelesaian 14.0 17.7 16.2 0.330
sengketa perlindungan konsumen
secara patut
Ket: *nyata pada p<0.05

Pengetahuan tentang Label Kadaluarsa


Empat dari sepuluh responden termasuk pada kategori pengetahuan label
kadaluarsa yang baik. Rata-rata nilai yang diperoleh untuk pengetahuan adalah
sebesar 61.39. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.581) antara pengetahuan laki-
laki dan perempuan. Tetapi ada kecenderungan rata-rata pengetahuan laki-laki
(61.93) lebih tinggi daripada perempuan (61.04) (Tabel 13).

Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan tentang label kadaluarsa


produk pangan
Kategori tingkat pengetahuan Laki-laki Perempuan Total
(n = 157) (n = 243) (n = 400)
Sangat kurang (skor ≤ 25) 6.3 7.8 7.2
Kurang (25 < skor ≤ 50) 38.9 39.9 39.5
Baik (50 < skor ≤ 75) 47.8 46.1 46.8
Sangat baik (skor > 75) 7.0 6.2 6.5
Rata-rata ± SD 61.93±15.11 61.04±15.89 61.39±15.57
Min-Max 22.22-88.89 22.22-100.00 22.22-100.00
Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.581

Persepsi Risiko tentang Produk yang terkait Label Kadaluarsa


Sebagian besar (81.2%) responden termasuk pada kategori persepsi risiko
tinggi. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.617) persepsi risiko antara responden
laki-laki dan perempuan. Namun ada kecenderungan rata-rata laki-laki (58.62)
lebih tinggi persepsi risikonya dibandingkan perempuan (57.88) (Tabel 14).
20

Tabel 14 Sebaran dan statistik responden berdasarkan persepsi risiko tentang


produk yang terkait label kadaluarsa produk pangan
Kategori tingkat persepsi risiko Laki-laki Perempuan Total
(n = 157) (n = 243) (n = 400)
Sangat rendah (skor ≤ 25) 0.0 0.0 0.0
Rendah (25 < skor ≤ 50) 14.6 16.5 15.8
Tinggi (50 < skor ≤ 75) 81.5 81.1 81.2
Sangat tinggi (skor > 75) 3.9 2.4 3.0
Rata-rata ± SD 58.62±8.36 57.88±8.81 58.17±8.63
Min-Max 35.29-84.31 27.45-82.35 27.45-84.31
Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.617

Risiko psikologi adalah risiko yang paling dirasakan responden, dengan skor
rata-rata sebesar 72.28 dan terdapat perbedaan nyata (p=0.015) antara responden
laki-laki dan perempuan. Rata-rata risiko psikologi yang dirasakan responden
perempuan (73.52) lebih besar daripada laki-laki (70.34). Risiko kedua yang paling
dirasakan responden adalah risiko fisik, dengan skor rata-rata 69.19. Selanjutnya
terdapat perbedaan nyata (p=0.009) pada risiko keuangan yang dirasakan responden
dengan skor rata-rata responden laki-laki lebih besar (46.07) dibandingkan
perempuan (42.04). Selain itu, terdapat perbedaan nyata antara laki-laki dan
perempuan pada risiko waktu dengan skor rata-rata laki-laki (45.78) lebih tinggi
daripada perempuan (43.44) (Tabel 15).

Tabel 15 Analisis deskriptif dan statistik dimensi persepsi risiko terhadap label
kadaluarsa
Dimensi Laki-laki Perempuan Total Uji beda
persepsi risiko (n=157) (n=243) (n=400) (p-value)
Rata-rata SD Rata-rata SD Rata-rata SD
Risiko fungsi 33.83 1.55 31.18 1.16 32.22 1.34 0.092
Risiko fisik 68.58 1.87 69.59 1.81 69.19 1.83 0.494
Risiko keuangan 46.07 1.70 42.04 1.79 43.62 1.76 0.009**
Risiko sosial 57.04 2.18 56.28 2.23 56.58 2.21 0.788
Risiko psikologi 70.34 1.50 73.52 1.78 72.28 1.68 0.015*
Risiko waktu 45.78 1.31 43.44 1.09 44.36 1.19 0.019*
Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01

Perilaku Membaca Label Kadaluarsa


Lima dari sepuluh responden berada pada kategori kurang untuk perilaku
membaca label kadaluarsa. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.618) perilaku
membaca antara responden laki-laki dan perempuan, namun ada kecenderungan
rata-rata perilaku membaca label kadaluarsa pada perempuan (49.98) lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (49.25) (Tabel 16).
21

Tabel 16 Sebaran dan statistik responden berdasarkan perilaku membaca label


kadaluarsa
Kategori perilaku membaca label Laki-laki Perempuan Total
kadaluarsa (n = 157) (n = 243) (n = 400)
Sangat kurang (skor ≤ 25) 4.5 5.3 5.2
Kurang (25 < skor ≤ 50) 52.2 41.9 51.0
Baik (50 < skor ≤ 75) 39.5 46.6 40.3
Sangat baik (skor > 75) 3.8 6.2 3.5
Rata-rata ± SD 49.25±8.82 49.98±9.29 49.69±9.10
Min-Max 20.00-73.33 27.78-81.11 20.00-81.11
Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.618

Peringkat Prioritas Membaca Label Kadaluarsa


Enam dari sepuluh responden memilih nama produk sebagai label prioritas
utama yang paling sering dibaca saat membeli produk pangan dan terdapat
perbedaan nyata (p=0.001) antara responden laki-laki dan perempuan. Prioritas
kedua adalah jenis produk dengan persentase 39.8 persen. Selanjutnya, sebanyak
33.2 persen responden memilih waktu kadaluarsa sebagai prioritas ketiga yang
paling sering dibaca dan terdapat perbedaan nyata (p=0.038) antara responden laki-
laki dan perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Mensah, Lawer, dan Aidoo
(2012) bahwa hal pertama yang diperhatikan konsumen sebelum membeli produk
kemasan adalah label kadaluarsa karena label kadaluarsa dapat digunakan
konsumen untuk menentukan kualitas, keamanan, dan kesegaran produk.
Selanjutnya, keterangan halal berada pada prioritas keempat dengan persentase 25.5
persen (Tabel 17).

Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan prioritas membaca label produk pangan


No Item label Peringkat Prioritas Membaca Label Uji
1 2 3 4 5 6 7 8 9 beda
(P-L)
1 Nama 61.2 18.5 7.2 3.0 2.5 2.5 1.0 1.2 2.8 0.001**
Produk
2 Jenis Produk 18.5 39.8 14.5 11.0 3.8 3.0 3.2 4.5 1.8 0.459
3 Waktu 8.8 21.8 33.2 21.0 3.5 4.2 3.8 2.8 1.0 0.038*
Kadaluarsa
4 Keterangan 8.2 11.0 19.8 25.5 9.0 6.2 8.0 5.8 6.5 0.804
Halal
5 Berat Bersih 0.5 3.5 6.0 7.5 14.0 12.2 14.8 26.5 15.0 0.455
6 Alamat 1.5 0.8 1.5 3.0 7.5 6.2 8.2 20.5 50.8 0.002**
Produsen
7 Komposisi 0.2 2.2 7.8 9.8 21.5 24.5 20.2 11.0 2.8 0.709
8 Informasi 0.8 2.0 4.2 12.0 20.2 21.5 22.2 10.8 6.2 0.048*
Gizi
9 Cara 0.2 1.0 5.8 7.5 17.8 19.5 18.8 16.5 13.0 0.114
Pemakaian
Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01; P: perempuan; L:laki-laki

Label komposisi dan keterangan cara pemakaian produk sama-sama berada


pada prioritas keenam. Sebanyak 22.2 persen responden memilih informasi gizi
sebagai prioritas ketujuh dan terdapat perbedaan nyata (p=0.048) antara responden
22

laki-laki dan perempuan. Sebanyak 26.5 persen responden memilih berat bersih
sebagai prioritas kedelapan yang dibaca. Selanjutnya, prioritas kesembilan yang
dipilih responden untuk dibaca adalah alamat produsen dengan persentase 50.8
persen dan terdapat perbedaan nyata (p=0.002) antara responden laki-laki dan
perempuan (Lampiran 6).

Hubungan antarvariabel penelitian


Terdapat tiga bentuk uji hubungan yang digunakan pada penelitian. Jenis data
rasio diuji menggunakan korelasi pearson, data ordinal diuji menggunakan korelasi
spearman, serta untuk menguji antara data nominal dan data ordinal digunakan uji
khi-kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka koefisien korelasi antara usia
responden dan pengetahuan adalah sebesar 0.114 dengan α<0.05. Hal ini berarti
sebesar 11.4 persen data keduanya berhubungan positif nyata, yang berarti semakin
bertambahnya usia contoh, maka akan semakin baik pengetahuannya mengenai
label kadaluarsa. Uang saku dan pengeluaran untuk pangan berhubungan positif
dengan persepsi risiko. Koefisien korelasi antara uang saku dan persepsi risiko
adalah sebesar 0.136 dengan α<0.01 yang berarti sebesar 13.6 persen data keduanya
berhubungan positif nyata, semakin besar uang saku yang dimiliki responden, maka
akan semakin tinggi pula persepsi risiko yang dirasakan. Demikian juga dengan
pengeluaran untuk pangan, nilai koefisien korelasi nya adalah sebesar 0.195 dengan
α<0.01, semakin tingginya pengeluaran untuk pangan, maka akan semakin tinggi
persepsi risiko yang dirasakan.
Terdapat hubungan nyata antara mendapatkan informasi tentang label dengan
perilaku membaca responden sebesar 0.127 dengan α<0.05, yang berarti responden
yang mendapatkan informasi tentang label akan memiliki perilaku membaca label
kadaluarsa yang baik. Selanjutnya, terdapat hubungan antara persepsi dengan
perilaku membaca dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.266 dengan α<0.01.
Hal ini berarti sebesar 26.6 persen data keduanya berhubungan positif nyata,
semakin tinggi persepsi risiko yang dirasakan, maka akan semakin baik perilaku
membaca label kadaluarsa (Lampiran 7).

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Variabel Penelitian


Hasil uji Kolmogorof-Smirnov menunjukkan bahwa hampir keseluruhan
variabel bebas dalam penelitian ini tidak normal, karena nilai signifikannya kurang
dari 0.05, maka dari itu peneliti melakukan modifikasi data dengan menggunakan
“Ln”. Data variabel bebas diubah dengan menggunakan rumus “Ln”, setelah itu
dilakukan uji regresi. Nilai Durbin-Watson untuk variabel pengetahuan, persepsi
risiko, perilaku membaca model 1, dan perilaku membaca model 2 secara berturut-
turut adalah 2.003, 2.081, 2.011, dan 2.012 maka dapat dikatakan bahwa keempat
variabel tersebut tidak mengandung autokorelasi karena nilai Durbin-Watson
mendekati nilai dua.
Faktor internal dan faktor eksternal berpengaruh nyata (p=0.004) terhadap
pengetahuan mengenai label kadaluarsa. Model adjusted R square hanya
menjelaskan 3.5 persen pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap
variabel pengetahuan, sisanya (96.5%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti. Variabel yang secara parsial berpengaruh terhadap pengetahuan responden
adalah usia (β=0.113; p<0.05), pernah mengikuti kuliah terkait label (β=0.112;
23

p<0.05), dan status pekerjaan ibu (β=0.161; p<0.01). Hal ini berarti usia responden,
pernah mengikuti kuliah terkait label, dan status pekerjaan ibu berpengaruh positif
dan nyata terhadap pengetahuan dengan persentase secara berturut-turut sebesar
11.3 persen, 11.2 persen, dan 16.1 persen.
Faktor internal, faktor eksternal, dan pengetahuan berpengaruh nyata
(p=0.004) terhadap persepsi risiko. Nilai adjusted R square untuk persepsi risiko
adalah 0.036, hal ini berarti hanya sebesar 3.6 persen variabel yang diteliti
memengaruhi persepsi risiko, sisanya (96.4%) dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diteliti. Variabel yang secara parsial berpengaruh terhadap persepsi risiko
adalah usia (β=-0.106; p<0.05), uang saku (β=0.180; p<0.01), dan pengetahuan
(β=0.104; p<0.05). Variabel usia berpengaruh negatif dan nyata terhadap persepsi
risiko sebesar 10.6 persen. Uang saku dan pengetahuan berpengaruh positif nyata
terhadap persepsi masing-masing sebesar 18.0 persen dan 10.4 persen (Tabel 18).

Tabel 18 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, persepsi risiko, dan


perilaku membaca label kadaluarsa
No Variabel bebas Pengetahuan Persepsi Perilaku membaca
risiko
Model 1 Model 2
Koefisien Terstandarisasi (β)
1 Usia (tahun) 0.113* -0.106* -0.019
2 Jenis kelamin (0=laki- -0.013 -0.061 0.045
laki; 1=perempuan)
3 Uang saku (Rupiah) 0.004 0.180** 0.000
4 Pendidikan terakhir ibu -0.085 -0.041 -0.126**
(0=non pendidikan tinggi;
1=pendidikan tinggi)
5 Status pekerjaan ibu 0.161** -0.023 -0.012
(0=tidak bekerja;
1=bekerja)
6 Pernah mengikuti kuliah 0.112* -0.029 -0.088
terkait label (0=tidak
pernah; 1=pernah)
7 Mendapatkan infomasi -0.074 -0.046 0.149**
mengenai label (0=tidak
pernah; 1=pernah)
8 Pengetahuan (skor) 0.104* 0.035 0.021
9 Persepsi risiko (skor) 0.256** 0.255**
F 3.045 2.839 5.357 15.178
Adj.R2 0.035 0.036 0.089 0.066
p-value 0.004** 0.004** 0.000** 0.000**
Durbin-Watson 2.003 2.081 2.011 2.012
Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01

Faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan, dan persepsi risiko


berpengaruh nyata (p=0.000) terhadap perilaku membaca label kadaluarsa model 1.
Nilai adjusted R square untuk variabel perilaku membaca model 1 adalah sebesar
0.089, hal ini berarti sebesar 8.9 persen variabel yang diteliti memengaruhi perilaku,
sisanya (91.1%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel yang
secara parsial berpengaruh terhadap perilaku adalah pendidikan terakhir ibu (β=-
0.126; p<0.01), mendapatkan informasi tentang label (β=0.149; P<0.01), dan
24

persepsi risiko (β=0.256; p<0.01). Pendidikan terakhir ibu berpengaruh nyata dan
negatif terhadap perilaku membaca label kadaluarsa sebesar 12.6 persen.
Selanjutnya, mendapatkan informasi tentang label berpengaruh sebesar 14.9 persen
terhadap perilaku membaca label kadaluarsa. Persepsi risiko berpengaruh nyata dan
positif terhadap perilaku membaca label kadaluarsa sebesar 25.6 persen. Persamaan
regresi perilaku membaca model 2 adalah:
(Y=2.552+0.014X1+0.316X2)
Pengetahuan dan persepsi risiko berpengaruh nyata (p=0.000) terhadap
perilaku membaca label kadaluarsa. Nilai adjusted R square sebesar 0.066, hal ini
berarti sebesar 6.6 persen variabel yang diteliti memengaruhi perilaku membaca
label kadaluarsa, sisanya (93.4%) dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.
Persepsi risiko memengaruhi perilaku membaca label kadaluarsa secara nyata dan
positif sebesar 25.5 persen.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden


memahami istilah best before yaitu tanda bahwa sebuah produk masih layak
dikonsumsi meskipun telah melewati batas yang tertera pada kemasan, sedangkan
lebih dari setengah responden yang memahami istilah use by yaitu keterangan
bahwa suatu produk tidak boleh dikonsumsi ketika telah melewati batas waktu yang
tertera pada kemasan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Oksowela (2008) yang menyatakan bahwa 55.0 persen responden dalam
penelitiannya tidak mengetahui perbedaan produk yang mencantumkan label
kadaluarsa dengan istilah best before dan use by. Undang-undang tentang pangan
nomor 18 tahun 2012 pasal 97 ayat 3 menyatakan bahwa pencantuman label di
dalam dan/atau pada kemasan pangan dicetak dengan menggunakan bahasa
Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai nama produk, daftar
bahan yang digunakan, berat bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi,
halal bagi yang dipersyaratkan, tanggal dan kode produksi, tanggal, bulan, dan
tahun kadaluarsa, nomor izin edar bagi pangan olahan, dan asal usul bahan pangan.
Pengetahuan responden termasuk kategori baik dapat dilihat dari beberapa
butir pernyataan variabel pengetahuan yang mayoritas dijawab benar oleh
responden. Hampir keseluruhan responden mengetahui bahwa tanggal kadaluarsa
merupakan batas produk pangan tidak layak lagi dikonsumsi dan konsumen
diwajibkan untuk membaca label kadaluarsa. Selanjutnya, mayoritas responden
mengetahui bahwa UU tentang Kesehatan mengatur mengenai pencantuman label
kadaluarsa yang berbunyi “makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda
atau label yang berisi bahan yang dipakai, komposisi setiap bahan, tanggal, bulan,
dan tahun kadaluarsa, serta ketentuan lainnya”. Selain itu, responden juga
mengetahui tentang tanggal kadaluarsa yang berlaku apabila produk dalam
kemasan yang tertutup dan belum mengalami kontak dengan lingkungan luar.
Secara keseluruhan sebanyak 46.8 persen responden memiliki pengetahuan yang
baik mengenai label kadaluarsa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Aygen (2012) bahwa lebih dari 75.0 persen responden memiliki pengetahuan yang
baik mengenai higienitas dan keamanan makanan.
25

Persepsi risiko terkait dengan penilaian konsumen mengenai keamanan


pangan (Fonts, Heraud, & Pinto 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
dari separuh responden tergolong kategori tinggi dalam mempersepsikan risiko
label kadaluarsa. Hal ini karena responden setuju bahwa mereka akan merasa mual
dan pusing bila mengonsumsi produk pangan yang telah kadaluarsa. Selain itu,
responden merasa takut serta cemas apabila tidak membaca label kadaluarsa
sebelum membeli produk pangan. Pada lingkungan sosial persepsi risiko yang
dirasakan juga cukup tinggi, hal ini karena responden merasa malu, takut
ditertawakan, dan terkucilkan apabila membeli produk pangan yang telah
kadaluarsa. Selain itu, responden yang juga merasa rugi bila membeli produk
pangan yang telah kadaluarsa. Persepsi risiko yang tinggi sering digambarkan
sebagai pembuat kategori yang sempit, karena cenderung membatasi pilihan-
pilihannya pada beberapa alternatif yang sangat baik daripada mengambil
kemungkinan melakukan pilihan yang buruk (Schiffman dan Kanuk 2008).
Persepsi risiko terbagi dalam enam dimensi, yaitu persepsi risiko fungsi,
risiko fisik, risiko keuangan, risiko sosial, risiko psikologi, dan risiko waktu
(Schiffman dan Kanuk 2008). Risiko psikologi yaitu pilihan produk yang dapat
melukai ego konsumen merupakan risiko yang paling dirasakan responden terhadap
label kadaluarsa dengan skor rata-rata 72.28. Hal ini sejalan dengan penelitian
Menon, Raghubir, dan Agrawal (2001) bahwa risiko kesehatan selalu memiliki
aspek psikologis. Persepsi risiko kedua yang paling dirasakan responden adalah
risiko fisik yaitu risiko yang dirasakan diri sendiri yang dapat ditimbulkan oleh
produk, dengan rata-rata skor adalah 69.19 yang sejalan dengan penelitian Mahon
dan Cowan (2004) bahwa risiko fisik dan psikologi merupakan risiko yang paling
dirasakan konsumen, penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa risiko fisik
sangat erat kaitannya dengan risiko psikologis. Terdapat perbedaan nyata antara
responden perempuan dan laki-laki untuk persepsi psikologis, rata-rata responden
perempuan lebih merasakan risiko psikologi dibandingkan laki-laki, hal ini
disebabkan karena perempuan lebih mementingkan kemanan pangan dibandingkan
laki-laki (Aygen 2011).
Terdapat perbedaan nyata antara responden laki-laki dan perempuan pada
risiko keuangan. Rata-rata responden laki-laki lebih merasakan risiko keuangan
daripada perempuan yang sejalan dengan penelitin yang dilakukan oleh Croson dan
Gneezy (2009) bahwa perempuan lebih banyak menolak risiko keuangan
dibandingkan laki-laki, selain itu perempuan kurang bersedia mengambil risiko
keuangan dibandingkan laki-laki (Theodos et al. 2014). Selain itu, terdapat
perbedaan nyata antara responden laki-laki dan perempuan terkait risiko waktu.
Laki-laki lebih merasakan risiko waktu dibandingkan perempuan. Hal ini
dikarenakan perempuan lebih menggunakan pertimbangan jangka panjang sebelum
melakukan pembelian, sedangkan laki-laki cenderung membuat keputusan
pembelian berdasarkan keputusan yang mendesak (Bakhsi 2013).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa lebih dari separuh responden termasuk
pada kategori kurang pada perilaku membaca label kadaluarsa, hal ini disebabkan
responden beranggapan membaca label kadaluarsa menyita waktu dan terkadang
tidak memerhatikan tanggal kadaluarsa karena tergesa-gesa saat berbelanja. Selain
itu, berdasarkan analisis butir pernyataan ditemukan bahwa masih kurangnya
kepedulian responden untuk mengingatkan orang lain (keluarga dan teman) agar
memerhatikan label kadaluarsa, kurangnya kesadaran responden mengenai haknya
26

untuk meminta ganti rugi pada pihak penjual yang masih memasarkan produk
pangan yang telah kadaluarsa, dan kepedulian untuk melaporkan produk pangan
yang telah kadaluarsa di tempat membeli produk tersebut.
Menurut Signal et al. (2008) terdapat beberapa alasan konsumen tidak
memerhatikan label pangan, yaitu karena label yang kurang menarik perhatian,
tidak ada waktu untuk membaca, keterbatasan kemampuan konsumen untuk
memahami informasi yang tertera pada label pangan, dan tidak adanya rasa
tanggung jawab konsumen terhadap pangan yang dikonsumsi. Selain itu, mayoritas
responden kurang memahami hak dan kewajiban sebagai konsumen, sehingga
dapat menyebabkan rendahnya perilaku membaca responden terhadap label
kadaluarsa yang sejalan dengan penelitian Oksowela (2008) bahwa lebih dari satu
per empat responden yang memerhatikan tanggal kadaluarsa sebelum memutuskan
pembelian, tetapi bertentangan dengan penelitian Zahara (2009) bahwa mayoritas
responden patuh membaca label kadaluarsa. Selain itu, menurut Zorba dan Kaptan
(2011) sebagian besar responden selalu memerhatikan tanggal kadaluarsa.
Terdapat perbedaan nyata antara responden laki-laki dan perempuan dalam
menjawab pernyataan terkait seberapa seringnya responden memerhatikan tanggal
kadaluarsa sebelum membeli produk pangan. Rata-rata responden perempuan lebih
sering memerhatikan tanggal kadaluarsa dibandingkan laki-laki. Hal ini
dikarenakan perempuan lebih sensitif terhadap label produk pangan dibandingkan
laki-laki (Jeddi dan Zeim 2010). Rata-rata keseluruhan responden lebih sering
memerhatikan label kadaluarsa pada produk pangan yang berjenis roti, hal ini
dikarenakan masa kadaluarsa roti hanya berkisar tiga hingga lima hari. Masih
terdapat 17.2 persen responden yang tetap mengonsumsi produk pangan yang telah
kadaluarsa namun kondisi produk masih terlihat baik, hal ini sejalan dengan
penelitian Zorba dan Kaptan (2011) bahwa terdapat 8 persen responden yang tetap
mengonsumsi produk yang kadalursa tetapi produk masih terlihat baik. Kurang dari
separuh responden yang segera membuang produk pangan yang telah kadaluarsa,
hal ini bertentangan dengan penelitian Zorba dan Kaptan (2011) yang menyatakan
bahwa mayoritas konsumen membuang produk yang telah kadaluarsa.
Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor internal dan faktor eksternal
berpengaruh nyata terhadap pengetahuan. Variabel yang secara parsial
memengaruhi pengetahuan adalah usia, hal ini dikarenakan semakin bertambahnya
usia seseorang maka pengalaman hidupnya pun akan bertambah, hasil ini sesuai
dengan penelitian Salthouse (2012) bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang
akan meningkat seiring berjalannya usia. Responden yang mengikuti kuliah terkait
label pangan memiliki pengaruh nyata dan positif terhadap pengetahuan tentang
label kadaluarsa. Informasi yang didapatkan responden ketika mengikuti kuliah
terkait label pangan akan menambah pengetahuan responden mengenai label
kadaluarsa. Sesuai dengan pernyataan Grunert dan Wills (2007) bahwa konsumen
akan menghubungkan informasi yang diterimanya dengan pengetahuan yang telah
dimiliki dan menggunakannnya untuk menginterpretasikan makna. Selain itu,
Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan memengaruhi kesadarannya akan
kesehatan mengenai label makanan (Merwe 2012). Selanjutnya ibu yang bekerja
berpengaruh positif nyata terhadap pengetahuan responden. Menurut Dejong
(2009) ibu yang bekerja memiliki efek yang positif, karena jika mereka tidak
bekerja keluarganya akan cenderung menghadapi kesulitan keuangan dan anak
mereka nantinya akan kurang memiliki akses terhadap pengetahuan.
27

Berdasarkan hasil penelitian, faktor internal, faktor eksternal, dan


pengetahuan berpengaruh nyata terhadap persepsi risiko. Hal ini sesuai dengan
penelitian Grunert dan Wills (2007) bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengalaman
dan pengetahuan yang dimiliki konsumen. Usia responden berpengaruh negatif
nyata terhadap persepsi risiko. Hal ini disebabkan pengetahuan akan bertambah
seiring dengan berjalannya waktu (Salthouse 2012). Oleh karena itu, peningkatan
pengetahuan diperlukan untuk dapat mengurangi risiko (Langiano et al. 2012).
Semakin besar persepsi risiko yang dirasakan, maka akan semakin banyak
informasi yang dicari konsumen sebelum melakukan pembelian terhadap produk
barang dan jasa, hal ini terjadi karena konsumen termotivasi untuk menghindari
risiko yang ada. Selain itu, jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya
beli dari seorang konsumen (Sumarwan 2011). Uang saku merupakan sumber
pendapatan utama responden, hasil penelitian menyebutkan bahwa uang saku yang
diterima responden berpengaruh nyata terhadap persepsi risiko. Semakin besarnya
uang saku yang diterima responden maka, akan semakin besar pula daya beli,
sehingga dapat meningkatkan persepsi risiko terkait label kadaluarsa. Terdapat
beberapa faktor yang dapat memengaruhi persepsi, yaitu gaya hidup, kelompok
acuan, dan motivasi (Yuliati & Simanjuntak 2011; Bakhsi 2013).
Perilaku konsumen merupakan salah satu faktor penting yang akan
memengaruhi keputusan pembelian (Sumarwan 2011). Faktor internal, faktor
eksternal pengetahuan, dan persepsi risiko berpengaruh nyata terhadap perilaku
membaca label kadaluarsa. Hal ini sejalan dengan penelitian Shi, Pei, dan Zhigang
(2011) bahwa tingkat persepsi konsumen sangat memengaruhi perilaku konsumen
secara positif dan nyata. Selain itu, menurut Kotler dan Keller (2009) terdapat
beberapa faktor yang memengaruhi perilaku konsumen, salah satunya adalah faktor
psikologis seperti persepsi. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial faktor
internal tidak berpengaruh nyata terhadap perilaku, hal ini sejalan dengan penelitian
Maymand, Amini, dan Mortaji (2012) bahwa karakteristik demografi seperti usia,
jenis kelamin, pendapatan rumah tangga, dan kebangsaan tidak memiliki efek
langsung terhadap perilaku. Pendidikan ibu berpengaruh nyata dan negatif terhadap
perilaku membaca label kadaluarsa yang sesuai dengan penelitian Ermisch dan
Pronzato (2010) bahwa ibu yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih banyak
menghabiskan waktunya di tempat kerja. Oleh karena itu interaksi antara ibu dan
anak menjadi berkurang. Selain itu, menurut Drichoutis et al (2008) bahwa
pendidikan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap kategori penggunaan label.
Responden yang mendapatkan informasi mengenai label produk berpengaruh nyata
terhadap perilaku membaca label kadaluarsa, hal ini karena semakin banyaknya
informasi yang diperoleh konsumen maka akan meningkatkan tindakan yang
dilakukannya (Kennedy et al. 2005).
Pengetahuan tidak memengaruhi tindakan membaca label kadaluarsa, hal ini
karena pengetahuan yang baik tentang label kadaluarsa belum cukup memotivasi
responden untuk membaca label kadaluarsa. Selain itu, menurut Ahmad, Rahman,
dan Rahman (2012) bahwa pengetahuan yang dimiliki konsumen tidak secara
langsung dapat memengaruhi perilaku. Selanjutnya, penelitian Susanto (2008)
bahwa sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai
label pangan ternyata tidak berpengaruh terhadap keinginan responden untuk
memerhatikan label kemasan tersebut. Hal yang berbeda diungkapkan oleh Panday
dan Dixit (2011) bahwa pengetahuan konsumen dapat memengaruhi perilakunya.
28

Terdapat beberapa variabel yang dapat memengaruhi perilaku, yaitu kelompok


rujukan, gaya hidup, motivasi, sikap, kepribadian, dan konsep diri (Kotler &
Armstrong 2008; Bakhsi 2008).
Penelitian ini dapat digunakan oleh pihak pemasar untuk mengetahui perilaku
konsumen terkait label kadaluarsa, berdasarkan hasil penelitian bahwa masih
terdapat konsumen yang belum mengerti perbedaan pencantuman label kadaluarsa
“use by” dan “best before” sehingga pihak pemasar dapat menggunakan bahasa
Indonesia agar konsumen lebih paham mengenai pencantuman label kadaluarsa.
Untuk pemerintah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bahwa
masih banyak konsumen yang belum memahami Undang-Undang terkait
perlindungan konsumen, selain itu, untuk masyarakat agar lebih teliti sebelum
membeli dan membaca label informasi yang tertera pada kemasan produk pangan.
Selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan literatur
khususnya dibidang konsumen serta dapat digunakan sebagai bahan pembanding
untuk penelitian sejenis.
Pada penelitian yang dilakukan masih terdapat beberapa kekurangan yang
terjadi saat pengambilan data. Karakteristik responden yang homogen
menyebabkan data terpusat pada suatu ciri tertentu sehingga saat pengolahan data
terjadi bias. Metode self report yang digunakan tidak dapat mengontrol responden
saat menjawab pernyataan dari pengetahuan yang dimilikinya sendiri atau mencari
alternatif jawaban melalui internet atau pun bertanya kepada orang lain.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengetahuan responden mengenai label kadaluarsa tergolong baik, persepsi


risiko terkait label kadaluarsa yang dirasakan responden tergolong tinggi, dan
perilaku membaca label kadaluarsa masih tergolong rendah. Tidak terdapat
perbedaan pengetahuan, persepsi risiko, dan perilaku membaca antara laki-laki dan
perempuan. Faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan, dan persepsi risiko
berpengaruh nyata terhadap perilaku membaca.
Secara parsial, usia, kuliah terkait label pangan, dan status pekerjaan ibu
berpengaruh nyata terhadap pengetahuan label kadaluarsa. Hal ini berarti, semakin
bertambahnya usia responden, pernah mengikuti kuliah terkait label, dan status ibu
yang bekerja akan berpengaruh terhadap pengetahuan tentang label kadaluarsa.
Selanjutnya usia, uang saku, dan pengetahuan berpengaruh nyata terhadap persepsi
risiko. Hal ini berarti semakin bertambahnya usia, uang saku semakin besar, dan
pengetahuan semakin tinggi akan berpengaruh terhadap persepsi risiko tentang
produk yang terkait label kadaluarsa. Pendidikan ibu, persepsi risiko, dan sumber
informasi tentang label berpengaruh nyata terhadap perilaku membaca label
kadaluarsa. Hal ini berarti semakin tingginya pendidikan ibu, tingginya persepsi
risiko yang dirasakan, dan mendapatkan informasi tentang label akan berpengaruh
terhadap perilaku membaca label kadaluarsa
29

Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku membaca label kadaluarsa


masih tergolong rendah sehingga diharapkan pemerintah khususnya dinas
kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta pihak-pihak
terkait perlindungan konsumen seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI), Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), dan Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) dapat melakukan edukasi
agar konsumen mengetahui dengan baik hak-hak dan kewajibannya sebagai
konsumen dan menekankan pentingnya membaca label kadaluarsa. Konsumen
diharapkan menjadi “kosumen cerdas” yaitu teliti sebelum membeli, menegakkan
hak dan kewajiban sebagai seorang konsumen, dan membaca label dengan
seksama. Responden pada penelitian masih bersifat homogen. Oleh karena itu,
untuk penelitian sejenis dapat diterapkan pada masyarakat umum yang diharapkan
lebih bersifat heterogen. Selain itu, penelitian selanjutnya juga dapat meneliti
mengenai label kadaluarsa dengan variabel yang berbeda misalnya gaya hidup,
motivasi, sikap, kepribadian, dan konsep diri.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad AN, Rahman AA, Rahman SA. 2012. Assesing knowledge and religiosity
on consumers behavior toward halal food and cosmetic product. Social Science
and Humanity. 5(1).
Anonim. 2013. Awas makanan kadaluarsa. [Internet]. [diunduh 2013 Sep
13].Tersedia pada: www.bin.go.id/awas/detil/211/4/29/07/2013/awas-makanan
kadaluarsa.
Anugrah NL. 2012. Perilaku penggunaan produk day cream rumput laut: analisis
model AIDA dan CRI. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ardiansyah R, Djamaludin D, Herawati T. 2012. Pengetahuan, persepsi, dan
perilaku mahasiswa dalam pembelian nada sambung. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Konsumen. 5(2):175-184.
Aygen FG. 2012. Safe food handling: knowledge, perceptions, and self-reported
practices of Turkish consumers. International Journal of Business and
Management. 7:10.5539/ijbm.v7n24pl.
Bakhsi S. 2013. Impact of gender on consumer purchase. Journal of Research in
Commerce and Management. 9(1).
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Database registrasi [Internet].
[diunduh 2014 Mar 2]. Tersedia pada: www.pom.go.id/webreg.
Cowburn G, Stockley L. 2004. Consumer understanding and use of nutrition
labelling: A systematic review. Journal of Public Health Nutrition. 8(1):21-28
Croson R, Gneezy U. 2009. Gender differences in preferences. Journal of Economic
Literature. 47(2):1-27.
Dejong A. 2009. Working mothers: cognitive and behavior effect on children.
Consumer Sciences.
30

Drichoutis AC, Lazaridis P, Rodolfo M, Nayga JR, Kapsokefalou M,


Chryssochoidis G. 2008. A theoretical and empirical investigation of nutritional
label use. Eur J Health Econ.9:293-304.10.1007/s10198-007-0077-y.
Fontes MA, Heraud EG, Pinto AS. 2013. Consumers’ behaviour towards food
safety: a literature review. Ecole Polytechnique.
Ghozali I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Grunert KG, Wills JM. 2007. A review of European research on consumer response
to nutrition information on food labels. Journal of Public Health. 15:385-399.
Jeddi N, Zaiem I. 2010. The impact of label perception on the consumer’s purchase
an application on food product. IBIMA Publishing.
Kennedy J, Jackson V, Cowan C, Blair I, Dowell DM, Bolton D. 2005. Consumer
food safety knowledge: segmentation of irish home food preparers based on food
safety knowledge and practices. British Food Journal. 107(7):441-452.
10.1108/00070700510606864.
Kotler P, Armstrong, G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 1 Ed ke-12. Sabran
B, penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran Ed ke-13. Jakarta (ID):
Erlangga.
Lingying Zhang, Woeji Tan, Yingcong Xu, Genlue Tan. 2011. Dimensions of
consumers’ perceived risk and their influences on online consumers’ purchasing
behavior. Communications in Information Sciences and Management. 2(7):8-14.
Mahon D, Cowan C. 2004. Irish consumers’ perception of food safety risk in
minced beef. British Food Journal. 106(4): 301-312.10.1108/
00070700410529564.
Mangkunegara PA. 2009. Perilaku Konsumen. Bandung (ID): Refika Aditama. Ed
ke-4.
Maymand MM, Amini MT, Mortaji NS. 2012. The comparative study of purchase
behavior: British students and international student in London. Life Sciences
Journal. 9(3):1025-1030.
Menon G, Raghubir P, Agrawal N. 2001. Health risk perceptions and consumer
psycology. The Handbook of Consumer Psycology.
Mensah O, Rose LD, Aidoo R. 2012. Consumers’ use and understanding of food
label information and effect on their purchasing decision in Ghana: a case study
of kumasih metropolis. Asian Journal of Agriculture and Rural Development.
2(3): 351-365.
Menteri Perdagangan RI (ID). 1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta.
Merwe DV, Bosman M, Ellis S, Beer HD, Mielmann A. 2012. Consumer’s
knowledge of food label information: an exploratory investigation in
Potchefstroom, south Africa. Public Health Nutrition.16(3): 403-408.
10.1017//s136898001200287x.
Oksowela T. 2008. Persepsi konsumen terhadap tanggal kadaluwarsa berdasarkan
faktor mutu dan keamanan pangan pada label kemasan produk pangan di daerah
bogor dan sekitarnya. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Panday SK, Dixit PK. 2011. The influence of culture on consumer behavior. VSDR
International Journal of Business and Management Research. 1(1):21-28.
31

Pearson D, Henryks J, Sultan P, Anisimova T. 2013. Organic food: exploring


purchase frequency to explain consumer behavior. Journal Of Organic System.
8(2).
Peter JP, Olson JC. 2010. Consumer Behavior and Marketing Strategy Ninth
Edition. New York (US): McGraw-Hill Irwin.
Prinsloo N, Merwe DV, Bosman M, Erasmus A. 2012. A critical review of the
significance of food labeling during consumer decision making. Journal of
Family Ecology and Consumer Sciences.
Puspitawati H, Herawati T. 2013. Metode Penelitian Keluarga. Bogor (ID): IPB
Press
Ristania. 2012. Analisis hubungan motivasi, pengetahuan, dan persepsi dengan
preferensi terhadap makanan organik. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Umar H. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo persada.
Salthouse TA. 2012. Interrelation of aging, knowledge, and cognitive performance.
University of Virginia.
Schiffman LG, Kanuk LL. 2008. Perilaku Konsumen. Kasip Z, penerjemah;
Maharani R, editor. Jakarta (ID): penerbit PT Indeks. Terjemahan dari:
Consumer Behaviour. Ed ke-7.
Setiadi N. 2010. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan,
dan Keinginan Konsumen. Cetakan ke-4. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media.
Ed Rev.
Setyahadi A. 2013. Makanan kemasan. Ed ke-51 [Internet]. [diunduh 2013 Sep 13].
Tersedia pada: disnaksulsel .info/index .php .option = com_content&task =
view&id =79.
Shi Zeng, Pei Xu, Zhigang Wang. 2011. Are nutrition labels useful for the purchase
of a familiar food? Evidence from Chinese consumers’ purchase of rice. Journal
of Business China. 5(3):402-421.
Signal L, Lanumata T, Robinson JA, Travila A, Wilton J, Mhurchu CN. 2008.
Perception of New Zealand nutrition label by Ma¯ori pacific and low income
shoppers. Journal of Public Health Nutrition. 11(7):706-713.
Simanjuntak M. 2014. Tingkat keberdayaan dan startegi pemberdayaan konsumen.
Disertasi, siap terbit.
Siska W. 2014. Temukan makanan kadaluarsa. [Internet]. [diunduh 2014 Mar 21].
Tersedia pada: Sumeks.co.id/index.php/update/1194-temukan-makanan-
kadaluarsa.
Susanto. 2008. Pengaruh Label Kemasan Pangan terhadap Keputusan Siswa
Sekolah Menengah Atas dalam Membeli Makanan Ringan di Kota Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen. Ed ke-2. Bogor (ID): penerbit Ghalia
Indonesia.
Sumarwan U, Prihartono AG, Sumarlin AW, Mamahit DA, Purnomohadi E, Hasan
J, Ahmady M, Wulandari R, Haryono T. 2012. Riset Pemasaran dan Konsumen
Seri 2. Bogor (ID):IPB Pr.
Theodos B, Kalish E, Mckerman S, Ratchliffe C. 2014. Do financial knowledge,
behavior, and well being differ by gender. Investor Education Foundation.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan.
32

Yuliati LN, Simanjuntak S. 2011. Persepsi manfaat dan risiko dalam perilaku
pembelian online shop. Jurnal Ilmu Keluarga dan Kosumen. 5(2):173-181.
Zahara S. 2009. Hubungan karakteristik individu, pengetahuan, dan faktor lain
dengan kepatuhan membaca label informasi zat gizi, komposisi, dan
kadaluwarsa pada mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat UI Depok 2009.
[skripsi]. Depok (ID). Universitas Indonesia.
Zorba NN, Kaptan M. 2011. Consumer food safety perceptions and practices in a
Turkish community. Journal of Food Protection. 74(11): 1922-1929.
10.4315/0362-028X.JFP-11-126.
33

LAMPIRAN
34

Lampiran 1 Definisi operasional, pengukuran, dan pengolahan data variabel-


variabel penelitian

1. Responden adalah mahasiswa program S1 Institut Pertanian Bogor


semester tiga, lima, dan tujuh tahun ajaran 2013-2014 yang dipilih secara
acak menggunakan teknik multistage random sampling dengan lapis
berdasarkan fakultas dan jenis kelamin.
2. Faktor internal adalah keadaan atau ciri khas responden yang
membedakannya dengan responden lain. Karakteristik responden meliputi
usia, jenis kelamin, uang saku, pengeluaran untuk pangan, pendidikan orang
tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan
keluarga.
3. Usia lama hidup responden yang dinyatakan dalam satuan tahun. Usia
responden dikelompokkan berdasarkan sebaran data yang terdiri dari
kategori usia 18 tahun, 19 tahun, 20 tahun, dan >20 tahun.
4. Jenis kelamin adalah ciri biologis yang membedakan responden menjadi
laki-laki dan perempuan. Responden terdiri dari 157 laki-laki dan 243
perempuan. Jenis kelamin dikelompokkan menjadi 1 untuk jenis kelamin
laki-laki dan 2 untuk jenis kelamin perempuan. Setelah itu data di dummy
berdasarkan sebaran data menjadi 1 untuk jenis kelamin perempuan dan 0
untuk jenis kelamin laki-laki.
5. Uang saku adalah sejumlah uang yang digunakan responden untuk
memenuhi kebutuhan hidup, dapat berupa kiriman orang tua, beasiswa,
hasil usaha sendiri, dan berbagai sumber lainnya. Uang saku dinyatakan
dalam satuan Rupiah per bulan. Uang saku dikelompokkan berdasarkan
sebaran data yang terdiri dari kategori <Rp500 000, Rp500 000-Rp1 000
000, Rp1 000 000-Rp1 500 000, dan >Rp1 500 000.
6. Pengeluaran untuk pangan adalah seluruh pengeluaran yang digunakan
responden untuk memenuhi kebutuhan pangan atau makanan diukur dalam
bentuk uang selama sebulan. Berdasarkan sebaran data pengeluaran pangan
dikelompokkan berdasarkan kategori <Rp500 000, Rp500 000-Rp1 000 000,
dan >Rp1 000 000.
7. Pendidikan terakhir orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang
telah diselesaikan oleh orang tua responden. Pendidikan terakhir orang tua
dikelompokkan menjadi tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat
SMA/SMK, Diploma (D1/D2/D3), dan perguruan tinggi (S1/S2/S3).
Pendidikan orang tua di dummy menjadi 1 adalah orang dengan pendidikan
tinggi yang meliputi Diploma (D1/D2/D3) dan perguruan tinggi (S1/S2/S3)
serta 0 untuk orang tua dengan pendidikan non tinggi yang meliputi tidak
tamat SD, tamat SD, tamat SMP, dan tamat SMA.
8. Pekerjaan orang tua adalah mata pencarian orang tua responden sebagai
sumber nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri dan
keluarganya. Pekerjaan orang tua dikelompokkan menjadi tidak bekerja,
petani, buruh, PNS/ABRI/Polisi, pegawai swasta, wiraswasta, guru, dan
pensiunan. Selanjutnya, pekerjaan orang tua di dummy menjadi 1 untuk
orang tua dengan status bekerja dan 0 untuk orang tua dengan status tidak
bekerja.
35

9. Pendapatan keluarga adalah gabungan penghasilan anggota keluarga yang


sudah bekerja baik ayah, ibu, atau anggota keluarga lain yang dihitung
selama satu bulan. Pendapatan keluarga dikelompokkan berdasarkan
sebaran data menjadi kategori <Rp1 000 000, Rp1 000 000-Rp5 000 000,
Rp5 000 001-Rp10 000 000, dan >Rp10 000 000.
10. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah individu yang dibiayai oleh
orang tua, seperti anak dan anggota lain yang dinyatakan dalam satuan
orang. Berdasarkan sebaran data, jumlah tanggungan orang tua
dikelompokkan dalam kategori ≤ 2 orang, 3-5 orang, 6-8 orang, dan >8
orang.
11. Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri responden yang meliputi
sumber informasi tentang label, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan
mengikuti kuliah terkait label pangan.
12. Sumber informasi tentang label terdiri dari lima sumber yaitu internet,
media cetak (koran, majalah, dan tabloid), media elektronik (televisi dan
radio), teman dan keluarga, serta penyuluhan, seminar, dan ceramah.
13. Mengikuti kuliah terkait konsumen adalah pengalaman responden pernah
atau tidak pernah mengikuti kuliah terkait konsumen yang dikelompokkan
menjadi 1 pernah mengikuti kuliah konsumen dan 0 tidak pernah mengikuti
kuliah terkait konsumen.
14. Mengikuti kuliah terkait pengetahuan tentang label adalah pengalaman
responden pernah atau tidak pernah mengikuti kuliah terkait pengetahuan
tentang label yang dikelompokkan menjadi 1 pernah dan 0 tidak pernah
mengikuti kuliah pengetahuan tentang label.
15. Produk pangan adalah produk yang diolah maupun yang tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi responden
16. Label adalah keterangan yang memuat sejumlah informasi dari produk yang
dikonsumsi responden yang berupa gambar, tulisan, maupun keduanya.
17. Label kadaluarsa adalah petunjuk keamanan yang dapat digunakan
responden untuk mengetahui perubahan cita rasa dan kandungan gizi dari
suatu produk pangan.
18. Pengetahuan adalah semua informasi yang dimiliki responden mengenai
label kadaluarsa. pengetahuan responden dikelompokkan menjadi 1 untuk
yang mengetahui dan 0 untuk yang tidak mengetahui. Selanjutnya,
pernyataan diindeks untuk mendapatkan skala 0 hingga 100. Pengetahuan
dibagi menjadi empat kategori yaitu, sangat kurang (skor ≤ 25), kurang (25
< skor ≤ 50), baik (50 < skor ≤ 75), dan sangat baik (skor < 75). Variabel
pengetahuan terdiri dari 15 pernyataan, untuk mencapai nilai validitas dan
reliabilitas, maka dihapus sembilan pernyataan.
19. Persepsi risiko adalah pandangan responden mengenai risiko pembelian
produk pangan yang berlabel kadaluarsa. Pilihan jawaban menggunakan
skala likert, 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, 2 untuk jawaban tidak
setuju, 3 untuk jawaban setuju, dan 4 untuk jawaban sangat setuju.
Selanjutnya, pernyataan diindeks untuk mendapatkan skala 0 hingga 100.
Persepsi risiko dibagi menjadi empat kategori yaitu, sangat rendah (skor ≤
25), rendah (25 < skor ≤ 50), tinggi (50 < skor ≤ 75), dan sangat tinggi (skor
< 75). Variabel persepsi risiko terdiri dari 17 pernyataan.
36

20. Perilaku membaca label kadaluarsa adalah kecenderungan contoh untuk


membaca label kadaluarsa sebelum membeli produk pangan. pilihan
jawaban menggunakan skala likert, 1 untuk jawaban tidak pernah, 2 untuk
jawaban jarang, 3 untuk jawaban sering, dan 4 untuk jawaban selalu.
Selanjutnya, pernyataan diindeks untuk mendapatkan skala 0 hingga 100.
Perilaku membaca dibagi menjadi empat kategori yaitu, sangat kurang (skor
≤ 25), kurang (25 < skor ≤ 50), baik (50 < skor ≤ 75), dan sangat baik (skor
< 75). Variabel perilaku membaca terdiri dari 30 pernyataan.

Lampiran 2 Jumlah butir pernyataan, nilai reliabilitas dan validitas variabel


penelitian

Variabel Jumlah butir Reliabilitas Validitas


pernyataan
Pengetahuan 9 0.625 0.148*-0.437**
Persepsi risiko 17 0.604 0.117*-0.581**
Perilaku label kadaluarsa 30 0.813 0.175*-0.484**
Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01

Lampiran 3 Sebaran responden yang menjawab benar tentang pengetahuan label


kadaluarsa
No Butir pernyataan L P Uji beda
(n = 157) (n= 243) (p-value)
1 Tanggal kadaluarsa yang tercantum pada 91.7 93.0 0.634
label kemasan pangan adalah batas waktu
tidak bolehnya produk pangan dikonsumsi
2 Setiap konsumen harus membaca label 94.9 98.4 0.049
informasi yang tertera pada produk pangan
3 Undang-Undang tentang Kesehatan tidak 76.4 87.2 0.005**
mengatur mengenai pencantuman tanggal
kadaluarsa
4 Tanggal kadaluarsa tidak termasuk dalam 31.8 16.0 0.000**
ketetapan Bagian Utama Label (BUL).
5 “Best Before Date” adalah tanda dimana 39.5 43.2 0.462
suatu produk masih layak dikonsumsi
meskipun telah melewati batas yang tertera
pada kemasan
6 “Use by date” adalah keterangan dimana 63.1 67.1 0.409
suatu produk tidak boleh dikonsumsi ketika
sudah melewati tanggal yang tercantum
7 Pada produk cuka dan gula perlu 33.8 24.7 0.049*
dicantumkan tanggal kadaluarsa
8 Label kadaluarsa pada produk pangan 65.0 63.4 0.746
kemasan wajib menggunakan bahasa
Indonesia
9 Waktu kadaluarsa tidak berhubungan 62.4 72.8 0.028*
dengan kemasan yang digunakan
10 Tanggal dikemas (pack date) merupakan 75.8 70.4 0.236
informasi mengenai tanggal saat produk
dikemas, baik oleh pengecer maupun
produsen.
37

Lanjutan Lampiran 3
No Butir pernyataan L P Uji beda
(n = 157) (n= 243) (p-value)
11 Tanggal dikemas (pack date) merupakan 75.8 70.4 0.236
informasi mengenai tanggal saat produk
dikemas, baik oleh pengecer maupun
produsen.
12 Ketahanan simpan/daya keawetan (Shelf 20.4 15.6 0.223
life) merupakan istilah lain dari kadaluarsa
13 Umummnya produsen akan mencantumkan 73.2 63.8 0.049*
batas kadaluarsa 2 bulan hingga 3 bulan
lebih cepat dari waktu simpan sebenarnya
14 Roti dan kue yang mempunyai masa simpan 49.7 40.7 0.079
kurang atau sama dengan 24 jam tidak
diwajibkan mencantumkan tanggal
kadaluarsa
15 Tanggal kadaluarsa berlaku apabila produk 82.2 78.6 0.385
berada dalam kemasan yang tertutup dan
belum mengalami kontak dengan
lingkungan luar
Ket : L:laki-laki; P:perempuan; *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01
38
38

Lampiran 4 Sebaran responden berdasarkan persepsi risiko mengenai label kadaluarsa

No Butir pernyataan Laki-laki Perempuan Rata-rata Uji beda


(n = 157) (n = 243) (Skala 1-4) (p-value)
STS TS S SS STS TS S SS L P
1 Label kadaluarsa dapat saya gunakan 1.9 3.2 38.4 46.5 0.8 1.2 55.6 42.4 1.61 1.60 0.661
untuk menentukan keamanan produk
pangan
2 Label kadaluarsa sulit ditemukan pada 6.4 60.5 28.7 4.5 4.1 73.3 21.8 0.8 2.31 2.19 0.061
produk pangan
3 Label kadaluarsa sulit untuk dipahami 11.5 65.6 21.7 1.3 11.9 76.5 10.3 1.2 2.13 2.01 0.026*
4 Saya akan merasa mual jika 0.6 17.2 56.1 26.1 0.0 14.8 60.9 24.3 3.08 3.09 0.875
mengonsumsi produk pangan yang
telah kadaluarsa
5 Saya akan merasa pusing jika 0.0 19.7 54.1 26.1 0.0 20.2 57.2 22.8 3.06 3.00 0.367
mengonsumsi produk pangan yang
telah kadaluarsa
6 Saya merasa tidak ada permasalahan 22.9 59.2 15.9 1.9 29.6 58.0 11.5 0.8 3.03 3.16 0.060
yang berarti setelah mengonsumsi
produk pangan yang telah kadaluarsa
7 Karena harganya yang murah, saya 59.9 30.6 8.3 1.3 72.0 25.1 1.2 1.5 1.51 1.33 0.005**
memilih membeli produk pangan yang
telah kadaluarsa
8 Saya merasa rugi secara finansial 5.7 11.5 34.4 48.4 9.5 9.9 32.1 48.5 3.25 3.20 0.783
ketika membeli produk pangan yang
telah kadaluarsa
9 Saya merasa malu bila membeli 2.5 23.6 48.4 25.5 5.8 21.4 51.0 21.8 2.97 2.89 0.431
produk pangan yang telah kadaluarsa
10 Saya takut ditertawakan teman-teman 7.0 31.8 43.9 17.2 4.1 39.5 41.2 15.2 2.71 2.67 0.504
saya bila membeli produk pangan
yang telah kadaluarsa
11 Saya merasa terkucilkan bila membeli 8.3 47.1 35.7 8.9 6.2 47.7 35.8 10.3 2.45 2.50 0.578
produk pangan yang telah kadaluarsa
39

Lanjutan Lampiran 4
No Butir pernyataan Laki-laki Perempuan Rata-rata Uji beda
(n = 157) (n = 243) (Skala 1-4) (p-value)
STS TS S SS STS TS S SS L P
12 Tidak memperhatikan label 0.0 19.7 55.4 24.8 2.9 9.1 62.1 25.9 3.05 3.11 0.235
kadaluarsa, membuat saya merasa
bersalah terhadap diri sendiri
13 Saya merasa takut membeli produk 0.6 5.7 58.0 35.7 2.1 0.8 48.6 48.6 3.29 3.44 0.006**
pangan yang telah lewat tanggal
kadaluarsanya
14 Saya merasa cemas terhadap diri 0.6 13.4 72.0 14.0 1.6 11.1 65.8 21.4 2.99 3.07 0.134
sendiri bila tidak membaca label
kadaluarsa sebelum membeli produk
pangan
15 Saya akan menyediakan waktu khusus 0.0 15.9 69.4 14.6 0.4 7.0 63.8 28.8 2.99 3.21 0.000**
untuk memperhatikan tanggal
kadaluarsa sebelum membeli produk
pangan.
16 Saya tidak memperhatikan tanggal 15.3 52.9 31.2 0.6 21.0 62.6 16.0 0.4 2.17 1.96 0.001**
kadaluarsa karena tergesa-gesa saat
berbelanja.
17 Membaca label kadaluarsa menyita 26.8 52.2 19.1 1.9 32.9 60.9 5.3 0.8 2.17 1.74 0.003**
banyak waktu
Ket : L:laki-laki; P:perempuan; *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01

39
40
40

Lampiran 5 Sebaran responden berdasarkan perilaku membaca label kadaluarsa


No Butir pernyataan Laki-laki Perempuan Rata-rata Uji beda
(n = 157) (n = 243) (Skala 1-4) (p-value)
TP J Sr Sl TP J Sr Sl L P
1 Seberapa sering memperhatikan label
kadaluarsa sebelum membeli produk pangan
pada :
a. Makanan Ringan 3.8 26.1 51.6 18.5 0.4 16.0 53.1 30.5 2.85 3.14 0.000**
b. Makanan Instan 1.3 19.1 56.1 23.6 0.4 13.2 51.4 35.0 3.02 3.21 0.007**
c. Produk pangan olahan (sosis, daging 0.0 19.1 58.0 22.9 0.8 8.2 49.4 41.6 3.04 3.32 0.000**
burger, ikan sarden kaleng)
d. Roti 1.3 15.3 49.7 33.8 0.0 6.6 34.6 58.8 3.16 3.52 0.000**
e. Minuman (kaleng, botol, serbuk) 1.9 27.4 47.1 23.6 1.6 17.7 46.9 33.7 2.92 3.13 0.007**
2 Seberapa sering memberitahukan orang lain 3.8 45.9 39.5 10.8 0.4 35.0 48.1 16.5 2.57 2.81 0.002**
(teman dan keluarga), bila menemukan
makanan yang telah kadaluarsa
3 Seberapa sering menemukan makanan yang 4.5 72.0 22.9 0.6 4.1 68.3 26.3 1.2 2.20 2.25 0.376
telah kadaluarsa namun tetap dipasarkan
4 Seberapa sering menemukan label kadaluarsa 1.9 35.7 54.1 8.3 2.1 42.8 51.9 3.3 2.69 2.56 0.065
yang menggunakan bahasa Indonesia
5 Seberapa sering mengingatkan orang lain 4.5 47.1 43.3 5.1 2.1 37.9 50.2 9.9 2.49 2.68 0.008**
(keluarga dan teman) untuk memperhatikan
label kadaluarsa
6 Tetap mengonsumsi produk pangan yang telah 38.9 28.7 15.3 17.2 51.4 20.2 11.1 17.3 2.89 3.06 0.064
kadaluarsa karena kondisi produk masih terlihat
baik
7 Bila telah membeli produk pangan yang 1.3 15.9 40.1 42.7 9.9 7.8 34.2 48.1 3.24 3.21 0.612
kadaluarsa, tidak akan mengonsumsinya dan
segera membuang produk tersebut
8 Terlebih dahulu membaca label kadaluarsa 1.9 22.9 53.5 21.7 0.4 10.7 58.0 30.9 2.95 3.19 0.001**
dibandingkan label yang lainnya
9 Seberapa sering menemukan produk yang telah
kadaluarsa pada:
41

Lanjutan Lampiran 5
No Butir pernyataan Laki-laki Perempuan Rata-rata Uji beda
(n = 157) (n = 243) (Skala 1-4) (p-value)
TP J Sr Sl TP J Sr Sl L P

a. Makanan Ringan 5.1 63.7 29.9 1.3 11.1 66.7 21.8 4 2.27 2.12 0.010*
b. Makanan Instan 7.6 64.3 27.4 0.6 11.9 68.3 18.1 1.6 2.21 2.09 0.035*
c. Produk pangan olahan (sosis, daging 5.7 63.7 28.7 1.9 13.2 62.6 23.5 0.8 2.27 2.12 0.026*
burger, ikan sarden kaleng)
d. Roti 3.8 42.7 50.3 3.2 6.6 40.3 49.0 4.1 2.53 2.51 0.825
e. Minuman (kaleng, botol, serbuk) 11.5 73.2 14.6 0.6 14.4 67.9 16.9 0.8 2.04 2.04 0.934
10 Menemukan produk pangan kadaluarsa lalu 7.6 47.8 43.3 1.3 8.2 43.2 48.6 0.0 1.97 1.95 0.699
melaporkan produk tersebut ditempat
membelinya.
11 Menemukan produk pangan yang kadaluarsa 7.6 47.8 43.3 1.3 8.2 43.2 48.6 0.0 2.38 2.40 0.608
namun kondisinya masih terlihat baik
12 Seberapa sering menemukan label kadaluarsa
yang sulit dibaca karena :
a. Tulisan tanggal kadaluarsa yang kurang jelas 0.6 28.7 66.2 4.5 2.9 28.8 64.6 3.7 2.75 2.69 0.485
b. Terselip pada bagian lipatan kemasan 1.3 27.4 65.6 5.7 3.7 29.2 63.4 3.7 2.76 2.67 0.221
c. Warna tulisan tanggal kadaluarsa yang sama 4.5 44.6 47.8 3.2 8.2 42.0 45.7 4.1 2.50 2.46 0.648
dengan latar kemasan
d. Tulisan tanggal kadaluarsa yang relatif kecil 1.9 25.5 65.0 7.6 2.5 34.6 57.2 5.8 2.78 2.66 0.046*
13 Tidak sengaja membeli produk yang telah 47.8 39.5 9.6 3.2 54.3 36.2 6.6 2.9 1.68 1.58 0.167
kadaluarsa, lalu meminta ganti rugi di tempat
membeli produk tersebut
14 Mendapatkan ganti rugi dari pihak pemasar 52.2 35.0 10.2 2.5 65.0 24.7 7.0 3.3 1.63 1.49 0.018*
karena telah menjual produk pangan kadaluarsa
15 Seberapa sering menemukan produk pangan
yang tidak mencantumkan label kadaluarsa
pada :
a. Makanan ringan 14.6 58.0 26.8 0.6 16.9 53.5 28.8 0.8 2.13 2.14 0.950
b. Makanan instan 16.6 60.5 22.3 0.6 20.2 64.6 14.0 1.2 2.07 1.96 0.076

41
42
42

Lanjutan Lampiran 5
No Butir pernyataan Laki-laki Perempuan Rata-rata Uji beda
(n = 157) (n = 243) (Skala 1-4) (p-value)
TP J Sr Sl TP J Sr Sl L P

c. Produk pangan olahan (sosis, daging 17.2 58.6 23.6 0.6 17.7 65.0 16.5 0.8 2.08 2.00 0.238
burger, ikan sarden kaleng)
d. Roti 16.6 47.1 34.4 1.9 19.8 59.3 18.1 2.9 2.22 2.04 0.008**
e. Minuman (kaleng, botol, serbuk) 15.3 66.2 18.5 0.0 15.6 69.5 14.4 0.4 2.03 2.00 0.496
Ket: L:laki-laki; P:perempuan; TP:tidak pernah; J:jarang; Sr:sering; Sl:selalu; *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01
43

Lampiran 6 Sebaran responden berdasarkan prioritas membaca label produk pangan antara laki-laki dan perempuan

Item Peringkat Prioritas Membaca Label pada Laki-laki Peringkat Prioritas Membaca Label pada Uji beda
Label Perempuan (P-L)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama 52.2 21.0 7.6 5.1 2.5 3.8 1.3 2.5 3.8 67.1 16.9 7.0 1.6 2.5 1.6 0.8 0.4 2.1 0.001**
Produk
Jenis 21.0 29.9 20.4 13.4 3.8 2.5 3.8 2.5 2.5 16.9 46.1 10.7 9.5 3.7 3.3 2.9 5.8 1.2 0.459
Produk
Waktu 10.2 26.8 32.5 16.6 2.5 3.2 3.8 2.5 1.9 7.8 18.5 33.7 23.9 4.1 4.9 3.7 2.9 0.4 0.038*
Kadaluarsa
Keterangan 12.7 12.1 16.6 19.1 9.6 5.1 10.2 8.9 5.7 5.3 10.3 21.8 29.6 8.6 7.0 6.6 3.7 7.0 0.804
Halal
Berat 0.6 2.5 5.1 8.9 12.7 12.1 17.2 21.7 19.1 0.4 4.1 6.6 6.6 14.8 12.3 13.2 29.6 12.3 0.455
Bersih
Alamat 0.6 0.6 2.5 5.1 9.6 6.4 10.8 23.6 40.8 2.1 0.8 0.8 1.6 6.2 6.2 6.6 18.5 57.2 0.002**
Produsen
Komposisi 0.6 1.3 8.3 11.5 19.7 27.4 16.6 11.5 3.2 0.0 2.9 7.4 8.6 22.6 22.6 22.6 10.7 2.5 0.709
Informasi 1.3 3.8 4.5 13.4 21.0 21.7 20.4 8.3 5.7 0.4 0.8 4.1 11.1 19.8 21.4 23.5 12.3 6.6 0.048*
Gizi
Cara 0.6 1.9 3.2 7.0 17.8 17.8 16.6 17.8 17.2 0.0 0.4 7.4 7.8 17.7 20.6 20.2 15.6 10.3 0.114
pemakaian
Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01

43
44

Lampiran 7 Hubungan antara faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan,


persepsi risiko, dan perilaku membaca label kadaluarsa produk
pangan
Variabel Pengetahuan Persepsi risiko Perilaku
Faktor Internal:
 Karakteristik Individu
Usia1 (tahun) 0.114* -0.085 -0.042
Jenis kelamin3 6.493 0.783 4.424
Uang saku1 (Rupiah) 0.003 0.136** 0.018
Pengeluaran untuk pangan1 (Rupiah) -0.015 0.195** -0.005
 Karakteristik keluarga
Jumlah tanggungan keluarga1 (orang) -0.042 -0.043 -0.002
Pendidikan terakhir ayah2 0.025 -0.022 0.027
Pendidikan terakhir ibu2 -0.005 -0.012 -0.086
Status pekerjaan ayah3 1.314 2.565 3.034
Status pekerjaan ibu3 6.270 2.955 3.145
Pendapatan keluarga1 (Rupiah) -0.079 0.031 -0.014
Faktor Ekternal
Mendapatkan informasi label2 -0.029 -0.023 0.127*
Mengikuti kuliah konsumen2 -0.030 0.081 0.013
Mengikuti kuliah pengetahuan label2 0.066 -0.021 -0.035
Variabel bebas
Pengetahuan1 1 0.073 0.026
Persepsi Risiko1 1 0.266**
Ket: 1: uji hubungan pearson; 2: uji hubungan spearman; 3: uji hubungan chi-square; *nyata pada p<0.05; **nyata pada
p<0.01

Lampiran 8 Kontrol kualitas data mencakup normalitas dan bentuk distribusi data
penelitian
Variabel Skewness Kurtosis Kolmogorof Normalitas
Smirnov
Faktor Internal:
 Karakteristik Individu
Usia1 -0.016 -0.165 3.613 0.000
Jenis kelamin -0.442 -1.814 7.929 0.000
Uang saku1 0.332 1.205 3.266 0.000
Pengeluaran untuk pangan1 -1.034 4.986 2.819 0.000
 Karakteristik Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga1 -0.120 -0.289 3.382 0.000
Pendidikan terakhir ayah 0.050 -2.008 6.950 0.000
Pendidikan terakhir ibu 0.389 -1.858 7.801 0.000
Status pekerjaan ayah -1.694 0.875 10.023 0.000
Status pekerjaan ibu 0.122 -1.946 7.466 0.000
Pendapatan keluarga1 -0.070 -0.070 1.506 0.021
Faktor Eksternal
Mengikuti kuliah konsumen 0.863 -1.261 8.843 0.000
Mengikuti kuliah pengetahuan 0.750 -1.445 8.617 0.000
label
Sumber informasi tentang label -0.775 -1.407 8.667 0.000
Variabel bebas
Pengetahuan -1.073 1.554 3.886 0.000
Persepsi risiko -0.584 1.527 1.963 0.001
Perilaku 0.163 0.413 1.114 0.167*
Ket: 1:Ln; skewness dan kurtosis: normal jika berada diantara -2 hingga +2; *normal jika p>0.05
45

Lampiran 9 Scatterplot uji heterokedastisitas variabel-variabel penelitian

1. Pengetahuan tentang label kadaluarsa

2. Persepsi risiko tentang produk terkait label kadaluarsa


46

3. Perilaku membaca label kadaluarsa


47

RIWAYAT HIDUP
Penulis terlahir dari pasangan Armen Putra dan Rosmanidar Amd. Penulis
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak bernama Cory Wulan dan
Titin Agusmella serta adik bernama Muhammad Bintang Pamungkas. Sejak lahir
hingga usia remaja penulis menetap di Kerinci yang merupakan salah satu
kabupaten dari Provinsi Jambi. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMAN 1 Kota
Sungai Penuh. Kemudian, penulis memutuskan untuk melanjutkan kuliah di
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Indonesia.
Penulis mencoba belajar hidup mandiri dengan kuliah di luar pulau Sumatera.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi
Masuk IPB) pada bulan Juli 2010. Selama menempuh pendidikan di IPB penulis
berkontribusi sebagai anggota Public Relation Himpunan Mahasiswa Ilmu
Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) periode 2011-2012 dan sebagai bendahara
Public Relation HIMAIKO periode 2012-2013. Penulis juga aktif pada beberapa
kegiatan kepanitiaan di departemen maupun fakultas diantaranya yaitu, sebagai
anggota divisi sponsorship Indonesian Ecology Expo (Index) pada tahun 2011,
sebagai anggota divisi acara Family Nite (Famnite) pada tahun 2012, sebagai
anggota divisi acara Masa Perkenalan Departemen (MPD), sebagai anggota divisi
acara Consumer day pada tahun 2012, dan sebagai anggota divisi sponsorship Hari
Keluarga Nasional (Harganas) pada tahun 2013.
Penulis juga aktif mengikuti lomba seni diantaranya, lomba aerobik pada
kegiatan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) dan juara 1 lomba tari pada kegiatan
Ecology Sport and Art Event (ESPENT) 2013. Pada tahun 2014 penulis menjadi
asisten praktikum penerapan komputer di Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen.

Anda mungkin juga menyukai