II
BAB 19
“AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN”
Pendapatan keuangan sebelum pajak (Pretax financial oncome) adalah istilah pelaporan
keuangan. Hal ini disebut sebagai laba sebelum pajak. Laba keuangan sebelum pajak adalah
istilah pelaporan keuangan yang sering diacu sebagai laba sebelum pajak, laba untuk tujuan
pelaporan keuangan, atau laba untuk tujuan pembukuan. Laba keuangan sebelum pajak (laba
untuk tujuan pembukuan) diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Laba kena pajak (taxable income) atau laba untuk tujuan pajak, adalah istilah akuntansi pajak
yang digunakan untuk menunjukkan jumlah yang menjadi dasar perhitungan hutang pajak
penghasilan perusahaan. Laba kena pajak (laba untuk tujuan pajak) dihitung sesuai dengan
peraturan pajak yang ditetapkan.
Contoh di atas menunjukkan bagaimana hutang pajak penghasilan dapat berbeda dari beban
pajak penghasilan. Salah satu cara di mana hal ini dapat terjadi apabila terdapat perbedaan
sementara antara jumlah yang dilaporkan untuk tujuan pajak dan jumlah yang dilaporkan untuk
tujuan pembukuan. Perbedaan sementara (temporary difference) adalah perbedaan antara dasar
pajak dari suatu aktiva atau kewajiban dengan jumlah yang dilaporkan (nilai tercatat atau buku)
dalam laporan keuangan, yang akan menghasilkan jumlah kena pajak atau jumlah yang dapat
dikurangkan di tahun-tahun mendatang. Jumlah kena pajak (taxable amount) akan memperbesar
laba kena pajak di tahun-tahun mendatang, dan jumlah yang dapat dikurangkan (deductible
amount) akan memperkecil laba kena pajak di tahun-tahun mendatang.
Kewajiban Pajak yang Ditangguhkan Kewajiban pajak yang ditangguhkan (deffered tax
liabilities) adalah konsekuensi pajak yang ditangguhkan yang disebabkan oleh perbedaan
sementara kena pajak. Dengan kata lain, kewajiban pajak yang ditangguhkan menunjukkan
kenaikan hutang pajak di tahun-tahun mendatang sebagai akibat dari perbedaan sementara kena
pajak yang terjadi pada akhir tahun berjalan.
Perhitungan ini menunjukkan bahwa beban pajak penghasilan mempunyai dua komponen yaitu
beban pajak tahun berjalan (yaitu, jumlah hutang pajak penghasilan selama periode berjalan) dan
beban pajak yang ditangguhkan. Beban pajak yang ditangguhkan (deffered tax expense) adalah
kenaikan saldo kewajiban pajak yang ditangguhkan dari awal hingga akhir periode akuntansi.
Tujuan pertama akuntansi untuk pajak penghasilan adalah dengan mengakui jumlah pajak yang
harus dibayar atau dapat dikembalikan untuk tahun berjalan. Tujuan kedua adalah untuk
mengakui liabilitas dan aset pajak tangguhan atas konsekuensi pajak di masa depan dari kejadian
yang telah diakui dalam laporan keuangan atau laporan pajak. Selain memengaruhi laporan
posisi keuangan, pajak tangguhan juga memengaruhi beban pajak penghasilan pada setiap tiga
tahun yang terkena dampak.
Aset pajak tangguhan (deferred tax aset) merupakan konsekuensi pajak tangguhan yang timbul
dari perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dengan kata lain, aset pajak tangguhan
adalah kenaikan pajak yang dapat dikembalikan (atau disimpan) pada tahun-tahun depan
sebagai akibat perbedaan temporer yang dapat dikurangkan yang terjadi pada akhir
tahun berjalan.
Situasi yang terjadi akan memengaruhi apakah perusahaan harus menambahkan atau
mengurangkan perubahan pajak penghasilan tangguhan ke atau dari utang pajak penghasilan
dalam menghitung beban pajak penghasilan. Misalnya, perusahaan bet menambahkan kenaikan
liabilitas pajak tangguhan ke utang pajak penghasilan. Di sisi lain, perusahaan mengurangkan
kenaikan aset pajak tangguhan dari utang pajak penghasilan.
Perbedaan Spesifik
Beberapa item dapat menimbulkan perbedaan antara laba sebelum pajak dan laba kena pajak.
Untuk tujuan pengakuan akuntansi, perbedaan ini ada dua jenis: (1) temporer, dan (2) permanen.
Perbedaan Temporer
Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah perbedaan temporer
yang menimbulkan jumlah kena pajak pada tahun-tahun depan ketika aset yang bersangkutan
dipulihkan. Perbedaan temporer dapat dikurangkan (deductible temporary differences)
adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan pada tahun-tahun
depan ketika jumlah tercatat liabilitas terkait diselesaikan. Perbedaan temporer kena pajak
menimbulkan pencatatan liabilitas pajak tangguhan. Perbedaan temporer dapat dikurangkan
menimbulkan pencatatan aset pajak tangguhan.
Perbedaan temporer yang timbul, adalah perbedaan awal antara dasar pembukuan dan dasar
pengenaan pajak aset atau liabilitas.
Perbedaan permanen
Perbedaan permanen timbul dari item yang (1) masuk ke dalam laba sebelum pajak, tetapi tidak
pernah masuk ke dalam laba kena pajak; atau (2) masuk ke dalam laba kena pajak, tetapi tidak
pernah masuk ke dalam laba sebelum pajak.
Item-item yang diakui untuk tujuan pelaporan keuangan, tetapi tidak untuk laporan
perpajakan
Contoh :
4. Sumbangan amal di akui sebagai beban, tetapi terkadang tidak dapat dikurangkan untuk
tujuan perpajakan
Item-item yang diakui untuk tujuan perpajakan, tetapi tidak untuk tujuan pelaporan
keuangan
Contoh :
Dari ilustrasi sebelumnya tarif pajak yang berlaku tidak berubah dari satu tahun ke tahun
berikutnya.
Apa yang akan terjadi jika tarif pajak diperkirakan akan berubah di masa depan? Perusahaan
harus menggunakan tarif pajak yang subtansial yang diharapkan berlaku. Oleh karena itu
perusahaan harus mempertimbangkan perubahan tarif pajak yang akan berlaku efektif untuk
tahun-tahun depan. Jika tarif baru belum berlaku , harus menggunakan tarif pajak kini
Jika terjadi perubahan tarif pajak yang berlaku, perusahaan harus mencatat pengaruhnya terhadap
akun pajak penghasilan tangguhan yang ada dengan segera Perusahaan melaporkan pengaruh
tersebut sebagai penyesuaian terhadap beban pajak penghasilan pada periode perubahan tersebut.
Rugi operasi neto (net operating loss-NOL) terjadi untuk tujuan perpajakan terjadi ketika biaya
yang dapat dikurangkan dari pajak melebihi pendapatan kena pajak. Beban pajak yang tidak adil
akan terjadi jika perusahaan dikenai pajak selama periode yang menguntungkan tanpa menerima
keringanan pajak selama periode rugi perasi neto.
Perusahaan dapat memnfaatkan penyisihan rata-rata pendapatan ini melalui kerugian yang di
derita dalam periode tertentu yang dapat dikurangkan dari laba kena pajak periode sebelumnya
(carryback) dan menerapkan rugi operasi terhadap laba kena pajak tahun-tahun berikutnya untuk
mengurangi beban pajak secara keseluruhan (carryforward) dari rugi operasi neto.
Kerugian Carryback
Dengan menggunakan kerugian carryback (loss carryback), perusahaan dapat “membawa” rugi
operasi neto dua tahun dan menerima pengembalian pajak penghasilan yang dibayarkan pada
tahun-tahun tersebut. Perusahaan harus menggunakan kerugian tersebut pada tahun dan
kemudian ke tahun kedua. Jika masih ada kerugian yang tersisa setelah carryback dua tahun,
perusahaan dapat meneruskan kerugian yang tersisa tersebut sampai 20 tahun ke depan untuk
mengimbangi masa depan Penghasilan kena pajak. Ilustrasi 19-29 menggambarkan prosedur loss
carryback, dengan asumsi kerugian pada 2011.
Kerugian Carryforward
Perusahaan dapat melepaskan kerugian carryback dan hanya menggunakan opsi kerugian
carryforward, untuk mengimbangi laba kena pajak di masa depan hingga 20 tahun. Ilustrasi 19-
30 menunjukkan pendekatan ini.
Kerugian Carryforward
20 Tahun ke Depan
Ilustrasi19-30
Prosedur Keugian Carryforward
Jika carryoack tidak sepenuhnya menyerap rugi operasi neto, atau jika perusahaan memutuskan
untuk tidak melakukan carryback atas kerugian tersebut, maka perusahaan dapat meneruskan
kerugiannya hingga 20 tahun ke depan. Oleh karena perusahaan menggunakan carryforward
untuk menyaling hapus (offset) laba kena paiak di masa depan. pengaruh pajak dari kerugian
carryforward merupakan penghematan pajak di masa depan. Realisasi manfaat pajak masa depan
bergantung pada laba masa depan, yang masih tidak pasti.
Masalah akuntansi utama adalah apakah harus ada persyaratan yang berbeda Untuk pengakuan
aset pajak tangguhan untuk (a) perbedaan temporer yang dapat dikurangkan, dan (b) rugi operasi
yang belum dikompensasi. Posisi IASB adalah bahwa secara substansi item-item ini dianggap
sama, yaitu bahwa keduanya merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari pajak pada tahun-
tahun depan. Akibatnya, IASB menyimpulkan bahwa tidak boleh ada persyaratan yang berbeda
untuk pengakuan aset pajak tangguhan dari perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan dari
rugi operasi yang belum dikompensasi.
Apakah perusahaan akan merealisasi aset pajak tangguhan atau tidak sangat bergantung
pada apakah laba kena pajak yang ada memadai atau akan ada selama periode carryforward yang
diperbolehkan berdasarkan undang-undang pajak.
Apabila laba kena pajak tidak memungkinkan untuk dihasilkan oleh perusahaan selama
rugi pajak yang tidak digunakan atau kredit pajak yang tidak digunakan dapat dimanfaatkan,
maka aset pajak tangguhan tidak diakui.
Sayangnya, sifat subjektif untuk menentukan penurunan aset pajak tangguhan memberi
kesempatan kepada perusahaan untuk mengelola labanya. Sebagaimana disebutkan salah satu
ahli akuntansi, “Ketentuan 'kemungkinan besar' merupakan klausul yang paling menghakimi
dalam dunia akuntansi” Beberapa perusahaan mungkin mengakui kerugian carryforward dengan
segera dan kemudian menggunakannya untuk meningkatkan labanya sesuai kebutuhan.
Perusahaan lain mungkin langsung mengambil laba untuk menambah modal atau mengimbangi
beban negatif yang besar terhadap laba.
Mengukur aset pajak tangguhan atas Tidak mengakui beberapa atau sebagian
perbedaan temporer yang dapat aset pajak tangguhan jika besar
dikurangkan dan kerugian carryforward kemungkinan manfaat pajak tangguhan
(gunakan tarif Pajak yang berlaku) tidak akan terealisasi.