Anda di halaman 1dari 12

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH VOL.

II
BAB 19
“AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN”

DOSEN : CHRISTINA PANJAITAN, SST.Pa., MBA


Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
Yasinta Franensia Bebhe 201738014
Shalsadiva Hergiwa 20302015
Ronal Efendi 20302180
Miftah Asmaulia Imansari 20302026
Valenciana Amelinda Ose Lambey 201808160

SEKOLAH TINGGI PERPAJAKAN INDONESIA


TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI
Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan
- Jumlah Kena Pajak Masa Depan Dan Pajak Tangguhan
- Jumlah Dapat Dikurangkan Masa Depan Dan Pajak Tangguhan
- Penyajian Laporan Laba Rugi
- Perbedaan Spesifik
- Pertimbangan Tarif Pajak
Akuntansi Untuk Rugi Operasi Neto
- Kerugian Carryback
- Kerugian Carryforward
Penyajian Laporan Keuangan
- Laporan Posisi Keuangan
- Laporan Laba Rugi
- Rekonsiliasi Pajak
Tujuan Metode Aset-Liabilitas
Tujuan Pembelajaran
1. Mengidentifikasi perbedaan antara laba sebelum pajak dengan laba kena pajak.
2. Menjelaskan perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak masa depan.
3. Menjelaskan perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan di
masa depan.
4. Menjelaskan tidak adanya pengakuan atas asset pajak tangguhan
5. Menjelaskan penyajian beban pajak penghasilan dalam laporan laba rugi.
6. Menjelaskan berbagai perbedaan temporer dan permanen.
7. Menjelaskan pengaruh berbagai tarif pajak dan perubahan tariff pajak atas pajak
penghasilan tangguhan.
8. Menerapkan prosedur akuntansi untuk kerugian carryback dan carryforward.
9. Menjelaskan penyajian pajak penghasilan dalam laporan keuangan.
10. Menunjukkan prinsip-prinsip dasar metode asset-liabilitas.
DASAR AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN

Pendapatan keuangan sebelum pajak (Pretax financial oncome) adalah istilah pelaporan
keuangan. Hal ini disebut sebagai laba sebelum pajak. Laba keuangan sebelum pajak adalah
istilah pelaporan keuangan yang sering diacu sebagai laba sebelum pajak, laba untuk tujuan
pelaporan keuangan, atau laba untuk tujuan pembukuan. Laba keuangan sebelum pajak (laba
untuk tujuan pembukuan) diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

Laba kena pajak (taxable income) atau laba untuk tujuan pajak, adalah istilah akuntansi pajak
yang digunakan untuk menunjukkan jumlah yang menjadi dasar perhitungan hutang pajak
penghasilan perusahaan. Laba kena pajak (laba untuk tujuan pajak) dihitung sesuai dengan
peraturan pajak yang ditetapkan.

Jumlah Kena Pajak di Masa Depan dan Pajak yang Ditangguhkan

Contoh di atas menunjukkan bagaimana hutang pajak penghasilan dapat berbeda dari beban
pajak penghasilan. Salah satu cara di mana hal ini dapat terjadi apabila terdapat perbedaan
sementara antara jumlah yang dilaporkan untuk tujuan pajak dan jumlah yang dilaporkan untuk
tujuan pembukuan. Perbedaan sementara (temporary difference) adalah perbedaan antara dasar
pajak dari suatu aktiva atau kewajiban dengan jumlah yang dilaporkan (nilai tercatat atau buku)
dalam laporan keuangan, yang akan menghasilkan jumlah kena pajak atau jumlah yang dapat
dikurangkan di tahun-tahun mendatang. Jumlah kena pajak (taxable amount) akan memperbesar
laba kena pajak di tahun-tahun mendatang, dan jumlah yang dapat dikurangkan (deductible
amount) akan memperkecil laba kena pajak di tahun-tahun mendatang.

Liabilitas Pajak Tangguhan

Kewajiban Pajak yang Ditangguhkan Kewajiban pajak yang ditangguhkan (deffered tax
liabilities) adalah konsekuensi pajak yang ditangguhkan yang disebabkan oleh perbedaan
sementara kena pajak. Dengan kata lain, kewajiban pajak yang ditangguhkan menunjukkan
kenaikan hutang pajak di tahun-tahun mendatang sebagai akibat dari perbedaan sementara kena
pajak yang terjadi pada akhir tahun berjalan.

Perhitungan ini menunjukkan bahwa beban pajak penghasilan mempunyai dua komponen yaitu
beban pajak tahun berjalan (yaitu, jumlah hutang pajak penghasilan selama periode berjalan) dan
beban pajak yang ditangguhkan. Beban pajak yang ditangguhkan (deffered tax expense) adalah
kenaikan saldo kewajiban pajak yang ditangguhkan dari awal hingga akhir periode akuntansi.

Ringkasan Tujuan Akuntansi Pajak Penghasilan

Tujuan pertama akuntansi untuk pajak penghasilan adalah dengan mengakui jumlah pajak yang
harus dibayar atau dapat dikembalikan untuk tahun berjalan. Tujuan kedua adalah untuk
mengakui liabilitas dan aset pajak tangguhan atas konsekuensi pajak di masa depan dari kejadian
yang telah diakui dalam laporan keuangan atau laporan pajak. Selain memengaruhi laporan
posisi keuangan, pajak tangguhan juga memengaruhi beban pajak penghasilan pada setiap tiga
tahun yang terkena dampak.

Aset Pajak Tangguhan (Pengakuan)

Aset pajak tangguhan (deferred tax aset) merupakan konsekuensi pajak tangguhan yang timbul
dari perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dengan kata lain, aset pajak tangguhan
adalah kenaikan pajak yang dapat dikembalikan (atau disimpan) pada tahun-tahun depan
sebagai akibat perbedaan temporer yang dapat dikurangkan yang terjadi pada akhir
tahun berjalan.

Aset Pajak Tangguhan (Nonpengakuan)


Perusahaan mengakui aset pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan. Namun, berdasarkan bukti yang ada, perusahaan harus mengurangi aset pajak
tangguhan jika besar kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak akan merealisasi sebagian
atau seluruh aset pajak tangguhan. "Besar kemungkinan (probable)" berarti tingkat
kemungkinan setidaknya paling sedikit lebih dari 50 persen.
Umumnya, laba kena pajak yang cukup besar timbul dari perbedaan temporer kena pajak yang
akan dibalik di masa depan atau dari strategi perencanaan pajak yang akan menghasilkan laba
kena pajak di masa depan.

Penyajian Laporan Laba Rugi

Situasi yang terjadi akan memengaruhi apakah perusahaan harus menambahkan atau
mengurangkan perubahan pajak penghasilan tangguhan ke atau dari utang pajak penghasilan
dalam menghitung beban pajak penghasilan. Misalnya, perusahaan bet menambahkan kenaikan
liabilitas pajak tangguhan ke utang pajak penghasilan. Di sisi lain, perusahaan mengurangkan
kenaikan aset pajak tangguhan dari utang pajak penghasilan.

Perbedaan Spesifik

Beberapa item dapat menimbulkan perbedaan antara laba sebelum pajak dan laba kena pajak.
Untuk tujuan pengakuan akuntansi, perbedaan ini ada dua jenis: (1) temporer, dan (2) permanen.

Perbedaan Temporer

Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah perbedaan temporer
yang menimbulkan jumlah kena pajak pada tahun-tahun depan ketika aset yang bersangkutan
dipulihkan. Perbedaan temporer dapat dikurangkan (deductible temporary differences)
adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan pada tahun-tahun
depan ketika jumlah tercatat liabilitas terkait diselesaikan. Perbedaan temporer kena pajak
menimbulkan pencatatan liabilitas pajak tangguhan. Perbedaan temporer dapat dikurangkan
menimbulkan pencatatan aset pajak tangguhan.

Perbedaan temporer yang timbul, adalah perbedaan awal antara dasar pembukuan dan dasar
pengenaan pajak aset atau liabilitas.

Perbedaan pembalikan, terjadi ketika Perusahaan menghilangkan perbedaan temporer yang


timbul dari periode sebelumnya, dan kemudian menghapus pengaruh pajak terkait dari akun
pajak tangguhan.

Perbedaan permanen

Perbedaan permanen timbul dari item yang (1) masuk ke dalam laba sebelum pajak, tetapi tidak
pernah masuk ke dalam laba kena pajak; atau (2) masuk ke dalam laba kena pajak, tetapi tidak
pernah masuk ke dalam laba sebelum pajak.

Item-item yang diakui untuk tujuan pelaporan keuangan, tetapi tidak untuk laporan
perpajakan

Contoh :

1. Bunga diterima atas beberapa jenis kewajiban pemerintah

2. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan bebas pajak


3. Denda dan biaya akibat pelanggaran hukum

4. Sumbangan amal di akui sebagai beban, tetapi terkadang tidak dapat dikurangkan untuk
tujuan perpajakan

Item-item yang diakui untuk tujuan perpajakan, tetapi tidak untuk tujuan pelaporan
keuangan

Contoh :

1. "Presentase deplesi" sumber daya alam yang melebihi biaya perolehannya

2. Pengurangan deviden dari perusahaan AS, umumnya 70% atau 80%

Pertimbangan tarif pajak

Dari ilustrasi sebelumnya tarif pajak yang berlaku tidak berubah dari satu tahun ke tahun
berikutnya.

Tarif pajak masa depan

Apa yang akan terjadi jika tarif pajak diperkirakan akan berubah di masa depan? Perusahaan
harus menggunakan tarif pajak yang subtansial yang diharapkan berlaku. Oleh karena itu
perusahaan harus mempertimbangkan perubahan tarif pajak yang akan berlaku efektif untuk
tahun-tahun depan. Jika tarif baru belum berlaku , harus menggunakan tarif pajak kini

Revisi tarif pajak masa depan

Jika terjadi perubahan tarif pajak yang berlaku, perusahaan harus mencatat pengaruhnya terhadap
akun pajak penghasilan tangguhan yang ada dengan segera Perusahaan melaporkan pengaruh
tersebut sebagai penyesuaian terhadap beban pajak penghasilan pada periode perubahan tersebut.

AKUNTANSI KERUGIAN OPERASI BERSIH

Rugi operasi neto (net operating loss-NOL) terjadi untuk tujuan perpajakan terjadi ketika biaya
yang dapat dikurangkan dari pajak melebihi pendapatan kena pajak. Beban pajak yang tidak adil
akan terjadi jika perusahaan dikenai pajak selama periode yang menguntungkan tanpa menerima
keringanan pajak selama periode rugi perasi neto.
Perusahaan dapat memnfaatkan penyisihan rata-rata pendapatan ini melalui kerugian yang di
derita dalam periode tertentu yang dapat dikurangkan dari laba kena pajak periode sebelumnya
(carryback) dan menerapkan rugi operasi terhadap laba kena pajak tahun-tahun berikutnya untuk
mengurangi beban pajak secara keseluruhan (carryforward) dari rugi operasi neto.

Kerugian Carryback

Dengan menggunakan kerugian carryback (loss carryback), perusahaan dapat “membawa” rugi
operasi neto dua tahun dan menerima pengembalian pajak penghasilan yang dibayarkan pada
tahun-tahun tersebut. Perusahaan harus menggunakan kerugian tersebut pada tahun dan
kemudian ke tahun kedua. Jika masih ada kerugian yang tersisa setelah carryback dua tahun,
perusahaan dapat meneruskan kerugian yang tersisa tersebut sampai 20 tahun ke depan untuk
mengimbangi masa depan Penghasilan kena pajak. Ilustrasi 19-29 menggambarkan prosedur loss
carryback, dengan asumsi kerugian pada 2011.

Rugi Operasi Neto


2009 2010 2011 2012 2013 2031
Kerugian CarrybackKerugian Carryforward

2 Tahun ke Belakang20 Tahun ke Depan

Kerugian Carryforward

Perusahaan dapat melepaskan kerugian carryback dan hanya menggunakan opsi kerugian
carryforward, untuk mengimbangi laba kena pajak di masa depan hingga 20 tahun. Ilustrasi 19-
30 menunjukkan pendekatan ini.

Rugi Operasi Neto

2009 2010 2011 2012 2013 2031

Kerugian Carryforward

20 Tahun ke Depan
Ilustrasi19-30
Prosedur Keugian Carryforward
Jika carryoack tidak sepenuhnya menyerap rugi operasi neto, atau jika perusahaan memutuskan
untuk tidak melakukan carryback atas kerugian tersebut, maka perusahaan dapat meneruskan
kerugiannya hingga 20 tahun ke depan. Oleh karena perusahaan menggunakan carryforward
untuk menyaling hapus (offset) laba kena paiak di masa depan. pengaruh pajak dari kerugian
carryforward merupakan penghematan pajak di masa depan. Realisasi manfaat pajak masa depan
bergantung pada laba masa depan, yang masih tidak pasti.

Masalah akuntansi utama adalah apakah harus ada persyaratan yang berbeda Untuk pengakuan
aset pajak tangguhan untuk (a) perbedaan temporer yang dapat dikurangkan, dan (b) rugi operasi
yang belum dikompensasi. Posisi IASB adalah bahwa secara substansi item-item ini dianggap
sama, yaitu bahwa keduanya merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari pajak pada tahun-
tahun depan. Akibatnya, IASB menyimpulkan bahwa tidak boleh ada persyaratan yang berbeda
untuk pengakuan aset pajak tangguhan dari perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan dari
rugi operasi yang belum dikompensasi.

Meninjau Kembali Carryforward (Nonpengakuan)

Apakah perusahaan akan merealisasi aset pajak tangguhan atau tidak sangat bergantung
pada apakah laba kena pajak yang ada memadai atau akan ada selama periode carryforward yang
diperbolehkan berdasarkan undang-undang pajak.

Apabila laba kena pajak tidak memungkinkan untuk dihasilkan oleh perusahaan selama
rugi pajak yang tidak digunakan atau kredit pajak yang tidak digunakan dapat dimanfaatkan,
maka aset pajak tangguhan tidak diakui.

Sulit bagi perusahaan untuk mencapai kesimpulan bahwa pengakuan kerugian


carryforward adalah dimungkinkan bila ternyata ada bukti negatif (seperti kerugian kumulatif
dalam beberapa tahun terakhir). Namun, perusahaan sering kali mengutip bukti positif yang
menunjukkan bahwa pengakuan carryforward diperlukan.

Sayangnya, sifat subjektif untuk menentukan penurunan aset pajak tangguhan memberi
kesempatan kepada perusahaan untuk mengelola labanya. Sebagaimana disebutkan salah satu
ahli akuntansi, “Ketentuan 'kemungkinan besar' merupakan klausul yang paling menghakimi
dalam dunia akuntansi” Beberapa perusahaan mungkin mengakui kerugian carryforward dengan
segera dan kemudian menggunakannya untuk meningkatkan labanya sesuai kebutuhan.
Perusahaan lain mungkin langsung mengambil laba untuk menambah modal atau mengimbangi
beban negatif yang besar terhadap laba.

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


Laporan Posisi Keuangan
Perusahaan mengklasifikasikan piutang atau utang pajak sebagai aset lancar atau liabilitas jangka
pendek. Meskipun aset dan liabilitas pajak kini diakui dan diukur secara terpisah, tetapi aset
tersebut dapat saling hapus (offset) satu sama lain dalam laporan posisi keuangan. Saling hapus
terjadi karena Perusahaan biasanya memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk menetapkan
aset pajak kini (piutang pajak) terhadap liabilitas pajak kini (utang pajak) bila berhubungan
dengan pajak penghasilan yang dipungut oleh otoritas perpajakan yang sama. Aset pajak
tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan juga diakui dan diukur secara terpisah, tetapi dapat
saling hapus dalam laporan posisi keuangan. "Aset pajak tangguhan neto atau liabilitas pajak
tangguhan neto dilaporkan pada bagian tidak lancar laporan posisi keuangan".
Laporan Laba Rugi
Perusahaan mengalokasikan beban (atau manfaat) pajak penghasilan ke operasi yang dilanjutkan,
operasi yang dihentikan, penghasilan komprehensif lain, dan penyesuaian periode sebelumnya.
Pendekatan ini disebut alokasi pajak antarperiode. Selain itu, komponen beban (manfaat) dapat
mencakup
1. Beban (manfaat) pajak kini
2. Setiap penyesuaian yang diakui dalam periode pajak kini pada periode sebelumnya
3. Jumlah beban (manfaat) pajak tangguhan sehubungan dengan originasi dan pembalikan
perbedaan temporer
4. Jumlah beban (manfaat) pajak tangguhan sehubungan dengan perubahan tarif pajak atau
pengenaan pajak baru
5. Jumlah manfaat yang timbul dari rugi pajak (rugi fiskal), kredit pajak, atau perbedaan
temporer yang sebelumnya tidak diakui pada periode sebelumnya yang digunakan untuk
mengurangi beban pajak kini dan tangguhan.
Persyaratan lainnya adalah bahwa perusahaan harus melaporkan pajak tangguhan kini yang
terkait dengan ekuitas dan masing-masing komponen dari penghasilan komprehensif lain. Selain
itu, pengaruh pajak yang terkait dengan keuntungan atau kerugian operasi yang dihentikan dan
pendapatan biasa dari operasi dihentikan harus diungkapkan.
Rekonsiliasi Pajak
Pengungkapan penting lainnya adalah rekonsiliasi Antara beban pajak aktual dan tarif pajak yang
berlaku Perusahaan dapat menyajikan : 
A. Rekonsiliasi numerik antara beban (manfaat) pajak dan hasil Laba akuntansi dikalikan
dengan tarif pajak yang berlaku, yang juga mengungkapkan dasar tarif pajak yang
berlaku; atau
B. Rekonsiliasi numerik antara rata-rata tarif pajak efektif dan tarif pajak yang berlaku, yang
juga mengungkapkan dasar perhitungan tarif pajak yang berlaku.
Pengungkapan pajak penghasilan ini diperlukan karena beberapa alasan :
1. Menilai kualitas laba. Banyak investor yang ingin menilai kualitas laba perusahaan
tertarik pada hubungan antara laba sebelum pajak dan laba kena pajak. Analis memeriksa
laba yang diperkuat oleh pengaruh pajak yang menguntungkan, terutama jika pengaruh
pajaknya tidak berulang.
2. Membuat prediksi arus kas masa depan yang lebih baik. Pemeriksaan beban tangguhan
atas beban pajak penghasilan memberikan informasi mengenai apakah utang pajak
cenderung akan lebih tinggi atau lebih rendah di masa depan.
3. Memprediksi arus kas masa depan untuk rugi operasi yang belum dikompensasi.
Perusahaan harus mengungkapkan jumlah dan tanggal kadaluarsa dari setiap rugi operasi
yang belum dikompensasi untuk tujuan perpajakan. Dari pengungkapan ini, analis
menentukan jumlah laba yang mungkin diakui Perusahaan di masa depan yang tidak akan
dikenakan pajak penghasilan.
TINJAUAN METODE ASET-LIABILITAS
IASB percaya bahwa metode Aset-Liabilitas (kadang-kadang disebut sebagai pendekatan
liabilitas) adalah metode yang paling konsisten untuk menghitung pajak penghasilan. Salah satu
tujuan pendekatan ini adalah untuk mengetahui jumlah pajak yang harus dibayar atau dapat
dikembalikan untuk tahun berjalan. Tujuan kedua adalah untuk mengakui liabilitas dan aset
pajak tangguhan untuk konsekuensi pajak masa depan atas kejadian yang telah diakui dalam
laporan keuangan atau laporan pajak.
Mengidentifikasi jenis dan jumlah
perbedaan temporer dan carryforward
yang ada

Mengukur aset pajak tangguhan atas Tidak mengakui beberapa atau sebagian
perbedaan temporer yang dapat aset pajak tangguhan jika besar
dikurangkan dan kerugian carryforward kemungkinan manfaat pajak tangguhan
(gunakan tarif Pajak yang berlaku) tidak akan terealisasi.

Mengukur liabilitas pajak tangguhan atas


perbedaan temporer kena pajak
(gunakan tarif pajak yang berlaku)

Pada laporan posisi keuangan


Melaporkan jumlah tidak lancar neto

Pada laporan laba rugi


Melaporkan beban (manfaat) pajak kini
dan beban (manfaat) pajak tangguhan
dan total beban (manfaat) Pajak.

Anda mungkin juga menyukai