Anda di halaman 1dari 3

SPM kp C / week 6 130318174 / Elizabeth Ellaine P

1. Ya, control system tightness penting dalam penerapan SPM, karena sebagai manajemen,
harus mempertimbangkan juga apakah control yang disarankan tersebut sudah realistis/
memungkinkan untuk dilakukan/diimplementasikan oleh perusahaan. Seperti contoh,
mengatasi masalah LFPT dengan membeli mesin, sangatlah tidak relevan dan
memunculkan biaya yang tinggi pula (tidak realistis untuk dilakukan). Mengapa? Karena
dalam sudut pandang Leo, atau pemilik, pasti menginginkan control yang tidak terlalu
menguras keuangannya.

2. Apabila pengendalian yang dipilih bersifat tight, maka akan memunculkan direct dan
indirect cost. Contoh dari LFPT adalah ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan
redundancy dengan pegawai baru (attendants) agar tidak kewalahan saat menerima order
dari pelanggan. Dengan penambahan pegawai baru, akan memunculkan biaya gaji yang
double sehingga dapat diakui dengan direct cost.

Sedangkan apabila pengendalian yang dipilih bersifat loose, maka akan memunculkan
cost of error dan cost of fraud. Dengan penerapan control yang lebih longgar, potensi
error dan fraud menjadi lebih besar terjadi. Fraud yang terjadi bisa dikelompokkan lagi
menjadi Personnel Fraud dan Managerial Fraud yang tentunya lebih berbahaya dalam
perusahaan. Contohnya seperti Bill yang memberikan tiket gratis dengan tanda tangannya
kepada temannya, hal seperti ini termasuk Cost of Personnel Fraud, karena merugikan
perusahaan.

Sifat pengendalian loose berbeda dengan no control. Mengapa? No control disini


mencerminkan kondisi ekstrim dimana perusahaan benar-benar tidak menerapkan control
sama sekali. Dan dalam realitanya, memang benar ada perusahaan yang menerapkan no
control, meskipun terbatas.
Sedangkan loose control lebih melonggarkan control yang ada. Jadi, pengendalian masih
ada, namun diterapkan secara halus. Contohnya seperti kasus LFPT dimana pelanggan
dan pegawainya yang mengenal satu sama lain, atau bisa dibilang akrab, menyebabkan
control yang dilakukan bisa bersifat lebih longgar. Karena menjadi tidak efisien apabila
perusahaan menerapkan control seperti mengharuskan pegawai untuk mengantarkan
pelanggan ke kursi masing-masing. Lebih baik apabila pembagian jobdesc pegawai bisa
dialokasikan ke hal-hal yang lebih butuh pengawasan, seperti membantu stand attendant
daripada mengantarkan pelanggan ke masing-masing tempat duduknya di dalam teater.

3. Ya, chapter 4 sangat relevan dengan chapter 5. Dimana pada Ch.5, membahas mengenai
dampak dari penerapan control pada Ch.4. Dalam materi control system costs, membahas
SPM kp C / week 6 130318174 / Elizabeth Ellaine P

tentang bagaimana suatu control yang dilakukan perusahaan, pasti akan menimbulkan
dampak bagi perusahaan yang berupa cost (bisa direct maupun indirect). Contoh dari
indirect cost adalah ketika perusahaan menetapkan untuk memasang CCTV untuk
memantau kinerja pegawai, maka ada waktu manajer yang menjadi terbuang untuk
memperhatikan CCTV tersebut. Atau contoh lain adalah seperti Employee Rotation,
dimana jobdesc pegawai senantiasa dirotasi/ditukar dengan pegawai yang lain. Hal ini
menyebabkan pegawai harus beradaptasi dari awal dengan pekerjaan barunya, bisa saja
pegawai tersebut memang tidak cocok berada pada pekerjaan yang baru. Hal ini
menimbulkan masalah baru lagi, yaitu Operating Delays yang menyebabkan pekerjaan
pegawai tidak dapat diselesaikan secara efisien, karena pegawai tidak mampu
ditempatkan pada jobdesc yang baru.

4. Contoh dari behavioral displacement terhadap direct cost adalah ketika perusahaan
menetapkan stand attendant untuk fokus melayani permintaan pelanggan, namun lupa
untuk menagihnya terlebih dahulu. Disini tindakan yang dilakukan pegawai menjadi
tidak selaras dengan tujuan perusahaan. Sedangkan contoh dari behavioral displacement
terhadap indirect cost adalah ketika diberlakukan Group Based Reward/Punishment,
ketika kasir A menyebabkan cash short, namun pihak yang harus menggantinya adalah
kasir A dan kasir B, akan menimbulkan perselisihan karena kasir B akan menyalahkan
kasir A.

Contoh dari Gamesmanship terhadap direct maupun indirect cost adalah ketika stand
attendant diharuskan agar terdapat keselarasan antara inventory yang keluar dengan sales
yang terjadi. Otomatis, dampaknya apabila inventory tidak sesuai, akan mendorong stand
attendant untuk memanipulasi data penjualan yang terjadi, dimana menyebabkan
kerugian secara direct.

Contoh dari Operating Delays terhadap direct maupun indirect cost adalah ketika
employee rotation, dimana pegawai masih beradaptasi dengan pekerjaannya yang baru,
bisa menimbulkan indirect cost seperti waktu yang terbuang sia-sia karena pegawai
masih belum terbiasa/belum bisa melakukan pekerjaannya dengan efisien. Sedangkan
dampaknya terhadap direct cost adalah training yang dilakukan kepada karyawan
tersebut, namun ternyata passion karyawan tersebut tidak sesuai dengan jobdesc yang
diberikan sehingga pelaksanaan training dilakukan secara sia-sia.

Contoh dari Negative Attitudes terhadap direct maupun indirect cost adalah ketika
pemasangan CCTV untuk mengawasi kinerja pegawai. Namun, pegawai justru merasa
tidak nyaman dalam bekerja sehingga berdampak terhadap performa pegawai. Sedangkan
contoh lainnya seperti penambahan pegawai yang mempunyai jobdesc yang sama. Hal ini
SPM kp C / week 6 130318174 / Elizabeth Ellaine P

menyebabkan pegawai yang lama merasa kurang dipercaya oleh perusahaan, sehingga
akan menimbulkan konflik antar-pegawai lama dengan pegawai yang baru.

Anda mungkin juga menyukai