RUMKITAL SAMUEL J. MOEDA TRAUMA TUMPUL ABDOMEN (ICD 10: S.39.9)
PENGERTIAN 1. Trauma Kompresi
Biasanya terjadi oleh karena benturan secara langsung yang mengakibatkan bagian depan dari badan berhenti bergerak, sedangkan struktur bagian dalam masih tetap bergerak ke depan. Sehingga menyebabkan kerusakan struktur-struktur baik organ yang padat dan berongga di tengah-tengahnya. Misalnya pada trauma kena setir pada kecelakaan kendaraan bermotor. 2. Shearing Injuries Merupakan bentuk trauma yang terjadi bila komponen alat penahan (sabuk pengaman) dipakai dengan cara yang salah. 3. Trauma Deselerasi Merupakan bentuk trauma yang terjadi oleh karena gerakan yang berbeda dari bagian badan yang bergerak dan yang tidak bergerak, misalnya sering terjadi pada hepar dan lien. ANAMNESIS Riwayat trauma untuk menilai penderita yang cedera. Misalnya dalam tabrakan kendaraan bermotor meliputi kecepatan kendaraan, ”mechanism of injury”nya, posisi dan keadaan penderita saat dan setelah kejadian. Setelah itu secara anamnesis dilakukan evaluasi, baik pada penderita sendiri yang sadar, atau pada keluarga penderita dan orang lain bila penderita tidak sadar. PEMERIKSAAN Inspeksi FISIK Perut bagian depan dan belakang harus diobservasi secara teliti apabila ada goresan, robekan, hematom, atau jejas-jejas yang lain, dan apabila terlihat bertambah kembung atau tidak. Palpasi Berupa perabaan pada dinding abdomen, untuk mendapatkan adanya dan menentukan tempat dari nyeri, baik nyeri tekan superfisial, nyeri tekan dalam, atau nyeri lepas. Bila sampai terjadi suatu defans muskuler dan nyeri tekan seluruh perut mungkin sudah terjadi suatu iritasi pada peritoneumnya. Selain itu dapat pula digunakan untuk menentukan adanya cairan dalam rongga abdomen (dengan tes undulasi) Perkusi Bisa suara timpani atau apakah suara redup, yang mungkin menandakan apakah ada suatu perdarahan di kavum intra abdomen. Selain itu juga menilai apakah ada suatu perforasi usus, yang biasanya ditandai dengan hilangnya pekak hepar. Auskultasi Melalui auskultasi dapat ditentukan bahwa bising usus ada atau tidak. Darah intraperitoneum yang bebas atau akibat adanya kebocoran (ektravasasi) abdomen dapat menimbulkan ileus, yang mengakibatkan hilangnya bunyi usus. Cedera pada struktur yang berdekatan misalnya costae, vertebra, atau pelvis juga secara langsung dan tidak langsung dapat menyebabkan paralitik ileum.
Pemeriksaan fisik lain : Evaluasi stabilitas pelvis. Pemeriksaan
pada Genital, perineal, rektal KRITERIA 1. Pemeriksaan fisik: sesuai pedoman ATLS 2018 DIAGNOSIS 2. X-Ray : Foto BOF anteroposterior digunakan untuk mengetahui adanya udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah subdriafragma. Selain itu dalam posisi LLD dapat digunakan untuk mengetahui udara bebas intraperitoneal. 3. Radiologi Dengan Kontras : Sistografi (untuk mengetahui robekan buli-buli), Urethrografi (untuk mengetahui robekan urethra), IVP (untuk mengetahui ruptur ginjal) 4. USG FAST : Digunakan untuk mengetahui adanya intrnal bleeding, yang disertai dengan adanya ruptura organ padat, dan buli-buli DIAGNOSIS KERJA Trauma Tumpul Abdomen DIAGNOSIS 1. Ruptur organ intra abdomen BANDING 2. Peritonitis 3. Apendisitis PEMERIKSAAN 1. Foto X-Ray PENUNJANG 2. Radiologi dengan Kontras 3. USG FAST PENATALAKSANAAN 1. Bed rest, puasa 2. Pasang cairan IVFD 3. Antibiotik profilaksis 4. Pasang NGT, DK 5. Pasang Lingkar Abdomen 6. Monitoring : KU, Tanda-tanda vital, lingkar abdomen, isi NGT, produksi urine, Hb serial tiap 1 – 2 jam 7. Bila dalam 2 x 24 jam keadaan baik (stabil) : Bisa dicoba MSS, NGT di klem, dengan kelanjutan diet halus, dan mobilisasi 8. Bila terdapat tensi turun, nadi meningkat, suhu meningkat, RR meningkat, LA meningkat, muntah kita harus memikirkan adanya perforasi atau peritonitis 9. Bila ada tanda – tanda peritonitis, perforasi, internal bleeding maka harus dilakukan laparotomi. Indikasi Laparotomi pada trauma tumpul abdomen: Berdasarkan Evaluasi Klinik :Trauma tumpul dengan hasil DPL dan USG adanya internal bleeding, trauma tumpul dengan hipotensi terus menerus walaupun dilakukan resusitasi adekuat, adanya tanda-tanda peritonitis dini atau yang lanjut Berdasarkan Evaluasi Radiologis (rontgen) Adanya udara bebas (air sickle) atau ruptur diafragma EDUKASI Penjelasan mengenai kondisi pasien dan faktor risiko yang memperberat kondisi pasien. PROGNOSIS Dubia at Malam1 TINGKAT EVIDENS TINGKAT REKOMENDASI PENELAAH KRITIS KEPUSTAKAAN Gwinnutt CL, Driscoll P. Advanced trauma life support. Vol. 48, Anaesthesia. 2018. 441–442 p. mantap