Anda di halaman 1dari 15

Nama : Dwi Endah Kumala

NIM : 1902050284
Kelas : D3 Farmasi / semester 2

HAKIKAT IMAN
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah
percaya kepada Alloh, malaikatmalaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir
dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan
lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan
ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum
dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah
mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka keislamannya.
Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah
kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku
keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah
mukmin.
Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah
satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh
secara beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:
“Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya,  bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Tuhanlah mereka  bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan
yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-
orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya.” (Al-Anfal: 2-4)
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama
memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap
keImanan akan bertambah dengan  bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian
ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah yang
tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua
kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya.
Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak  berkurang.
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria
bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
1) Diyakini dalam hati
2) Diucapkan dengan lisan
3) Diamalkan dengan anggota tubuh.
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari
adanya rukun Iman yang enam, yaitu:
1) Iman kepada Alloh
2) Iman kepada malaikatNya
3) Iman kepada kitabNya
4) Iman kepada rosulNya
5) Iman kepada Qodho dan Qodar
6) Iman kepada hari akhir
Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah tertanam
dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin
dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan.
Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati kelemahan
Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang
dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan
memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang
karena maksiat.
Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya
suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:
“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan
manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain
keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Alloh,
membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia kembali
dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR.Bukhori Muslim).
HUBUNGAN IMAN, ILMU DAN AMAL
Islam sebagai agama tidak hanya memuat seperangkat konsep–konsep ideal (ilmu).
Tetapi juga memuat seperangkat amal praktek untuk diaktualisasikan (diterapkan) dalam
kehidupan sosial kemasyarakat. Oleh karena itu, iman yang merupakan bagian integral
dari ajaran islam pengertiannya harus secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu.

Itulah tiga hal yang harus senantiasa dijadikan prinsip dalam hidup kita. Hidup
manusia tidak akan sempurna apabila salah satu dari iman, ilmu dan amal tidak dimiliki,
di asah, dan diperbaiki.

Keyakinan kalau tidak ada amal perbuatan, tidak ada artinya begitu juga ilmu yang
tidak melahirkan amal umat shaleh dalam kehidupan tidak ada artinya.

Definisi (Pengertian) Tentang Ilmu


Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari: alima ya’ lamu
yang berarti tahu atau mengetahui dalam bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan
dengan kata science. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan ilmu tapi
sering juga diartikan dengan ilmu pengetahuan.

Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode–metode tertentu yang dapat di gunakan untuk menerangkan gejala–
gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.

Seberapa Jauh Hubungan Ilmu, Iman dan Amal Shaleh


Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengan nuansa–
nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting
dalam ajaran islam.

Keimanan yang dimilikioleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut ilmu,
sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi
dihadapan Allah. Yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh
aktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas
bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh.
Nurcholis Majid menyatakan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu
membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh.

Ilmu, iman dan amal shaleh faktor menggapai kehidupan bahagia. Ketenangan
hati, kebahagiaannnya dan hilangnya kegundahan adalah keinginan setiap orang, dengan
itulah kehidupan yang baik, perasaan senang dan tentram dapat dicapai.

Dampak Iman dan Amal Dalam Kehidupan


Ada kalanya, usaha bebas itu baik dan sesuai dengan keimanan, ada kalanya tidak
baik dan bertentangan dengan arah keimanan, usaha baik akan berpengaruh positif dalam
memperkokohkan iman dan menerangi hati. Sedangkan usaha buruk akan menyebabkan
lemahnya iman dan gelapnya hati.

Perlu kami ulang bahwa iman adalah kondisi jiwa yang timbul atas dasar
pengetahuan dan kecenderungan. Iman ini menuntut sang mu’min agar bertekat dan
berkehendak secara global untuk komitmen pada konsekuensi–konsekuensinya, juga
dituntut agar melakukan perbuatan yang sesuai dengan imannya. Oleh karena itu,
seseorang yang mengetahui hakekat sesuatu, namun bermaksud tidak mengamalkan
konsekuensinya dari pengetahuan itu, sebenarnya ia belum beriman kepada sesuatu itu.
Begitu pula orang yang ragu untuk mengamalkannya.

Faktor paling penting dan paling mendasar untuk menggapai bahagia adalah:
“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki–laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang mereka telah kerjakan.” (QS: An–Nahl: 97).

Alhasil dalam ayat ini Allah SWT memberitakan dan menjanjikan yang dapat bagi
orang yang dapat mengumpulkan antara iman dan amal shaleh untuk mendapatkan
kehidupan yang baik di dunia ini dan balasan yang baik pula didunia dan akhirat.
KARAKTERISTIK DAN SIFAT ORANG BERIMAN

1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai daripada


anak,isteri,harta benda dan segalanya.
“Katakanlah: “jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah
dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik.”(QS. At Taubah:24)

2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad.
“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta
izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah
mengetahui orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin
kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian,
dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.” (QS.
At Taubah :44-45)

3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil mereka
untuk melaksanakan suatu perbuatan.
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada
Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.
“Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”(QS.An Nur:51)

4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap


persoalan/permasalahannya.
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”(QS.An Nisa:65)

5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn keragu-raguan


sedikitpun dan keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah dgn harta
& jiwanya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
yakin(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar. (QS.Al Hujurat:15)

6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan seluruh
persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah rasulullah.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu) dan
lebih baik akibatnya.”

(QS.An Nisa:59)

7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar,


imannya bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta
rezki(nikmat) yang mulia.

(QS.Al Anfal:2-4)
8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan tegas
kepada kaum kafir.

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang
mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-
Nya), lagi Maha Mengetahui. “(QS.Al Maidah:54)

9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh
Allah dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-Nya

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. “(QS.Al
Ahzab:36)

Sifat Orang Beriman

1. Memiliki Rasa Takut di Dalam Hatinya

Allah Ta’ala berfirman

ْ َ‫ين إِ َذا ُذ ِك َر ٱهَّلل ُ َو ِجل‬


‫ت قُلُوبُهُ ْم‬ َ ُ‫إِنَّ َما ْٱل ُم ْؤ ِمن‬
َ ‫ون ٱلَّ ِذ‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka” (QS. Al-Anfal: 2)

Hanya orang yang beriman jika disebutkan nama Allah, muncul rasa takut
dalam hatinya. Rasa takutnya sebagai bentuk mengagungkan Allah. Sebagai contoh, jika
ada seseorang yang berkeinginan melakukan maksiat, kemudian ia teringat Allah atau ada
yang mengingatkannya dengan mengatakan, “bertakwalah anda kepada Allah”, maka dia
adalah seorang yang mukmin. Rasa takut tersebut adalah ciri-ciri orang yang beriman.

2. Adanya Tambahan Iman ketika Ayat Quran Dibacakan

Allah Ta’ala berfirman

‫ت َعلَ ْي ِه ْم َءا ٰيَتُهۥُ زَا َد ْتهُ ْم إِي ٰ َمنًا‬


ْ َ‫َوإِ َذا تُلِي‬

“dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS.


Al-Anfal: 2)

Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang  ketika Al Qur’an dibaca baik
oleh dirinya ataupun orang lain, ia dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya rasa
iman. Sebagaimana RasulullahShallallahu ‘alaihi Wasallam pernah memerintahkan Ibnu
Mas’ud untuk membacakan Al Qur’an, lantas Ibnu Mas’ud bertanya, “Bagaimana aku
membacakan Al Qur’an sedang Al Qur’an diturunkan untukmu?”.

3. Tawakkal Hanya kepada Allah

Allah Ta’ala berfirman

َ‫َو َعلَ ٰى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُون‬

“dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal: 2).

Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada


Allah, bukan kepada yang lain. Akan tetapi mereka juga melakukan sebab agar
terwujudnya suatu hal, di samping tetap bertawakkal kepada Allah. Karena mereka yakin
bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak Allah.
4. Mendirikan Shalat

Allah Ta’ala berfirman

َّ ‫ٱلَّ ِذينَ يُقِي ُمونَ ٱل‬


َ‫صلَ ٰوة‬

“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat” (QS. Al-Anfal: 3).

Banyak ayat yang menunjukkan shalat adalah bukti keimanan seseorang,


salah satu dalam ayat ini. Orang yang beriman akan mendirikan shalat secara sempurna,
baik shalat yang hukumnya wajib maupun yang dianjurkan.

5. Senang Berinfak

Allah Ta’ala berfirman

َ‫َو ِم َّما َر َز ْق ٰنَهُ ْم يُنفِقُون‬

“dan yang menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. Al-Anfal:
3).

Seorang dikatakan beriman ketika ia menginfakkan hartanya di jalan Allah.


Sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau menginfakkan
seluruh hartanya di jalan Allah. Namun ada catatan penting, ketika ada yang memiliki
kebutuhan mendesak, baik dari keluarga maupun orang lain, maka tidak sepatutnya
menginfakkan seluruh hartanya.
HAL-HAL YANG DAPAT MERUSAK KEIMANAN

Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya mengemukakan bahwa tidak seperti Nabi dan


Rosul yang imannya selalu naik, iman seseorang itu kadang akan naik, kadang turun.
Atau bahkan akan turun terus sehingga akhirnya lenyap dan hatinya pun akan gersang
tanpa memiliki iman. Padahal orang yang seperti inilah yang akan menghuni neraka.
Oleh karena itu, kita haruslah tetap waspada dan hati-hati dalam menjaga iman, sehingga
iman kita akan terhindari hal-hal yang merusak.

“sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala


dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakinya, barang siapa yang
mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An- Nisa
48).

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasul bersabda;

“Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdullah dia berkata: Telah
menceritakan kepadaku sulaiman bin Bilal dari Tsauri bin Zaid al-Madani dari Abi al-
Ghois dari Abu Hurairah RA. Dari Nabi SAW, beliau bersabda Hendaklah kalian
menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.” Dikatakan kepada beliau,
“Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kesyirikan kepada
Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan
haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan
menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Adapun hal-hal yang merusak keimanan adalah ;

1. Syirik

Syirik adalah segala keyakinan dan amalan yang semestinya hanya untuk Allah tetapi
dilakukan untuk selain Allah. Syirik akbar (syirik besar) yaitu menyekutukan Allah
dengan mahluknya seperti keyakinan adanya kekuatan selain Allah. Misalnya
menyembah berhala.

Syirik yang seperti ini disebut dengan syirik I’tiqody, artinya syirik karena keyakinan
yang salah, dan juga disebut syirik jali artinya syirik yang nyata dan dikategorikan
sebagai dosa besar. Tidak ada yang bisa menghapus dosa ini selain bertaubat selagi masih
hidup dan menggantinya dengan bertauhid kepada Allah SWT.

Di dalam surat Al-Maidah ayat 72 dijelaskan bahaya syirik I’tiqodi:

“sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata “sesungguhnya Allah ialah masih
putra Maryam” padahal Al-Masih sendiri berkata “ hai bani isra’il sembahlah Allah
tuhanku dan tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang- orang yang dzalim itu seorang penolongpun “ (QS Al-Maidah
ayat 72).

Syirik asghor (syirik kecil), syirik kecil juga disebut syirik amali karena perbuatan-


perbuatan yang mempunyai tendensi selain Allah atau disebut juga syirik khofi artinya
syirik yang tersembunyi.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda :

Telah bercerita kepada kami Yunus telah bercerita kepada kami Laits dari Yazid bin Al
Had dari 'Amru dari Mahmud bin Labid bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil.”
Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: “Riya`, Allah 'azza wajalla berfirman
kepada mereka pada hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka:
Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia lalu lihatlah apakah
kalian menemukan balasan disisi mereka?” telah bercerita kepada kami Ibrahim bin Abu
Al 'Abbas telah bercerita kepada kami 'Abdur Rahman bin Abu Az Zinad dari 'Amru bin
Abu 'Amru dari 'Ashim bin 'Umar Azh Zhafari dari Mahmud bin Labid bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari
kalian” lalu ia menyebut makna hadits. (Ahmad - 22523)

Larangan syirik ashgor termaktub dalam surat Al- Kahfi ayat 110 :

Katakanlah sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku bahwa sesungguhnya tuhan kamu adalah Tuhan yang ESA
barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah
kepada Tuhannya (QS Al-Kahfi 110)

Bahaya syirik ashgor diterangkan dalam dalil-dalil naqli surat Al-Furqan ayat 23 :

Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan” (QS Al-Furqan 23)

2. Melakukan sihir

Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan merusak rumah
tangga orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan meminta bantuan
kepada setan. Hal ini termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar. Firman Allah SWT :
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan
sulaiman) dan mereka mengatakan bahwa sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitanlah yang
kafir (mengerjakan sihir). Merek mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada apa yang diturunkan kepada malaikat di negri babil yaitu harut dan
marut, sedangkan keduanya tidak mengerjakan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan : “sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir “ maka kami mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka
dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir)
tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah.
Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi manfaat. Demi sesungguhnya
mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang telah menukarnya (kitab Allah) dengan
sihir itu, tiadalah baginya keuntungan diakhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Baqarah :102)

Tidak diragukan lagi bahwa sihir termasuk dosa besar dan hukumnyapun sangat berat,
yakni dipenggal dengan pedang. Sebagaiman sabda Rosulullah SAW yang diriwayatkan
oleh turmudzi :

“hukuman bagi tukang sihir itu adalah dipenggal dengan pedang” (HR Turmudzi)

Menurut hadits yang diriwayatkan secara marfu’ oleh ibnu mas’ud, perbuatan yang
temasuk sihir adalah memohon kekuatan pada alam, mempercayai bahwa benda-benda
tertentu dapat menolak dari gangguan pada diri, dan juga memalingkan hati perempuan
agar menyukainya.

Sihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir antara lain :

 Mempengaruhi hati dan badan seseorang, untuk di sakiti atau di bunuh.


 Memusnahkan harta benda seseorang.
 Memutuskan ikatan kasih sayang seseorang dengan suami istri atau anak atau
dengan anggota keluarga lainnya.

3. Memakan harta riba

Riba menurut bahasa berasal dari kata “rabaa- yarbuu” yang artinya tambahan,
sedangkan mengenai definisi riba menurut syara’ para ulama berbeda pendapat. Akan
tetapi secara umum riba diartikan sebagai utang piuitang atau pinjam meminjam
atau barang yang disertai dengan tambahan bunga. Agama islam dengan tegas melarang
umatnya memakan riba, sebagaimana firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan Peliharalah
dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir (QS Al-Imran :
130)

Hal itu dikarenakan merugikan dan mencekik pihak yang berhutang. Ia diharuskan
membayar dengan bunga yang berlipat. Seandainya terlambat membayar, bunganya pun
akan terus berlipat. Perbuatan seperti itu banyak dilakukan di zaman jahiliyah dan para
ulama menyebutnya istilah riba nasi’ah. Adapun bentuk riba lainnya adalah riba fadhal
yaitu menukar barang dengan barang sejenis, namun salah satunya
lebih banyak atau lebih sedikit dari pada yang lainnya.

Dari Abu sa’id Al-Khudri ra (beliau berkata) : sesungguhnya Rosulullah SAW bersabda :
janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali sama timbangan beratnya dan dan
janganlah kalian melebihkan sebagian dari sebagian yang lain; dan janganlah kalian
menjual perak, dengan perak kecuali sama berat timbangannya, dan janganlah kamua
melebihkan sebagian dari sebagiannya; dan janganlah kalian menjual yang tempo (utang)
dengan yang tunai (Muttafaqun alaih)

4. Membunuh jiwa manusia

Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang diharamkan
tanpa hak dengan sengaja (QS. 25 :68-70). Orang yang berbuat seperti itu akan
dimasukkan keneraka jahannam dan kekal didalamnya sebagaimana firman Allah SWT:

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya


adalah jahannam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan azab yang besar baginya (QS An-Nisa :93)

Sebagaimana halnya perbuatan musyrik membunuh orang mukmin tanpa sengaja juga
termasuk dosa yang kemungkinan besar tidak akan dapat ampunan Nya,
Rasulullah SAW bersabda :

Telah menceritakan kepada kami Shafwan bin Isa berkata; telah Mengabarkan kepada
kami Tsaur bin Yazid dari Abu Aun dari Abu Idris berkata; saya mendengar Mu’awiyah
-dan dia jarang menyampaikan hadis dari Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam
berkata–, saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda:
“Semua dosa akan diampuni oleh Allah kecuali seorang laki-laki yang meninggal dalam
keadaan kafir atau seorang laki-laki yang membunuh mukmin lainnya dengan sengaja.”
(Ahmad - 16302)

5. Memakan harta anak yatim


Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya atau ia masih kecil atau
dengan kata lain ditingggal mati oleh orang yang menanggung nafkahnya. Memakan
harta anak yatim dilarang apabila dilakukan secara dzalim. Sepeti firman Allah SWT :

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anaka yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang
menyala-nyala (neraka) (QS An-Nisa: 10)

Dengan demikian apabila dilakukan dengan cara yang patut (baik) orang yang
memelihara anak yatim boleh mengambil sedikit harta anak tersebut (QS. 6: 512) yaitu
menambil sebatas biaya pemeliharaanya. Itupun kalau sinak sudah beranjak dewasa.
Akan tetapi, apabila mampu, sebaiknya dia tidak mengambil harta anak yatim tersebut
(QS. 4: 6)

6. Melarikan diri dari perang (jihad)

Kata al-jihad secara bahasa berasal dari kata jahadtu jihadan, artinya saya telah berjuang
keras. Adapun secara istilah jihad adalah berjuang dengan mengeluarkan seluruh daya
dan upaya memerangi kaum kafir dan pemberontak.

Islam mewajibkan kepada umatnya untuk memelihara, menjaga, membela agamanya,


serta mempertahankan agamanya. Jika islam diperangi musuh, umat islam wajib
berperang

Orang yang lari dari perang atau jihad telah menipu dirinya sendiri dan telah berkhianat
kepada Allah SWT dan dia dianggap tidak meyakini kemahakuasaan Allah SWT yang
senantiasa menolong setiap hambaNYA yang berjuang menegakkan agama Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT :

Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) diwaktu itu, kecuali berbelok untuk
(sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya
ialah neraka jahannam dan amat buruklah tempat kembalinya” (QS Al- Anfal : 16)

7. Menuduh wanita mukminat yang baik-baik berzina (qadzaf)

Al-qadzaf secara bahasa artinya menuduh, sedangkan menurut istilah adalah menuduh
seseorang berzina sehingga ia harus dijatuhi hukuman had.

Perempuan baik-baik dalam islam ialah seorang mukminat yang senantiasa taat kepada


Allah SWT dan menjaga kehormatannya dari perbuatan keji (zina).apabila wanita seperti
itu dituduh berzina tanpa disertai syarat yang telah ditetapkan syara’ seperti
mendatangkan empat saksi dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri, maka
penuduhnya wajib didera delapan puluh kali dan kesaksiannya tidak boleh diterima
selama-lamanya. Allah SWT berfirman :

“dan orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan
puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang- orang yang fasik” (QS An-Nur : 4).

Anda mungkin juga menyukai