Anda di halaman 1dari 5

Nomor urut : 44

NIM : 20061104147

Nama : A. Aulia Febriantini

Kelas : 2C/3 Akuntansi

TUGAS 1

SAM RATULANGI

PROFIL
Nama : Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi
Lahir : 5 November 1890, Tondano, Sulawesi Utara
Agama : Kristen Protestan
Profesi : Gubernur Sulawesi ke-1 (1945 – 1949)
Motto : "Si tou timou tumou tou"
Meninggal : Jakarta, 30 Juni 1949

1
BIOGRAFI
Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau lebih dikenal dengan nama Sam
Ratulangi (lahir di Tondano, Sulawesi Utara, 5 November 1890 dan meninggal di
Jakarta, 30 Juni 1949) adalah salah seorang politikus dan pahlawan nasional Indonesia.
Sam Ratulangi juga sering disebut-sebut sebagai tokoh multidimensional. Filsafatnya
yang berbunyi, "Si tou timou tumou tou" - manusia baru dapat disebut sebagai manusia,
jika sudah dapat memanusiakan manusia lain-. filsafat tersebut sangat terkenal hingga
sekarang.
Sam Ratulangi adalah anak lelaki satu-satunya dari tiga bersaudara, yang merupakan
buah cinta pasangan Jozias Ratulangi dan Agustina Gerungan. ayahnya merupakan seorang
guru yang cerdas. Sam Ratulangi menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Belanda
(Europeesche Lagere School) di Tondano dan melanjutkan ke Sekolah Menengah
(Hoofdenschool) di sana. Setelah menamatkan pendidikannya di Hoofden School,
beliau kemudian meninggalkan tanah kelahirannya untuk belajar di Indische
Artsenschool (Sekolah Dokter Hindia) di Jakarta. Namun, setibanya di Jakarta, ia
mengurungkan niatnya untuk masuk ke sekolah dokter dan lebih memilih untuk belajar
di Koningin Wilhelmina School (Sekolah Teknik) dan tinggal di asrama "Beck Volten".
Empat tahun kemudian ia berhasil menamatkan pendidikannya dengan nilai gemilang.
Latar belakang pendidikannya itu membuka kesempatan baginya untuk bekerja sebagai
ahli teknik mesin di daerah Priangan Selatan, dan terlibat dalam proyek pembuatan jalan
kereta api dari Garut ke selatan, melalui Rawah Lakbok ke Maos hingga ke Cilacap.

Saat itu, Sam merasakan diskriminasi ras yang dilakukan oleh Belanda. Meskipun
orang-orang Indonesia bekerja lebih baik dan lebih pintar, gajinya lebih rendah
dibandingkan orang-orang yang memiliki nama kebelanda-belandaan. Bahkan, mereka
juga mendapatkan fasilitas penginapan yang lebih baik daripada orang-orang Indonesia.
Hal ini membuat Sam terpacu untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.

Setelah proyek pembuatan jalan kereta api tersebut selesai, Sam melanjutkan studinya
ke Vrije Universiteit van Amsterdam, Belanda. Pada tahun 1914, ia dipercaya menjadi
Ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Di Belanda, Sam berhasil meraih
gelar diploma seperti: Hulpacte guru (1914), Middelbare Acte Wiskunde dan
Middelbare Acte Opvoedkunde (1915), gelar Doktor der Natur-Philosophie (Dr.Phil.) di
Zuerich, Schweiz (1919), dan Wis en Natuurkunde (Ilmu Pasti dan Alam).

Setelah cukup lama tinggal di Belanda, Sam memperistri seorang wanita Belanda, Dr.
Suze Houtman. Ia seorang psikiater. Dalam pernikahan mereka, Tuhan mengaruniakan
2 orang anak -- Oddi dan Zus. Namun sayang, pernikahan mereka tidak bertahan lama
dan berakhir dengan perceraian, sementara hak pengasuhan anak jatuh ke tangan Sam.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup, Sam bekerja sebagai wartawan. Dan, sebagai
seorang ayah, Sam menyadari pentingnya kasih seorang ibu untuk anak-anaknya. Oleh

2
karena itu, dia memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang wanita bernama Maria
Catharina Josephine Tambajong. Dari pernikahannya yang kedua, Sam dianugerahi 3
orang anak.

Setelah kembali ke tanah air, Sam diangkat menjadi guru Algemene Middlebare School
(AMS) di Yogyakarta oleh pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi, pekerjaannya ini
terpaksa ditinggalkannya karena berbagai pertimbangan; salah satunya karena
Zentgraaf, pemimpin surat kabar Belanda "Het Niews van den Dag", tidak terima anak-
anak Belanda diajar oleh orang Indonesia. Setelah meletakkan jabatannya sebagai guru,
Sam berangkat ke Bandung dan mendirikan Maskapai Assuransi Indonesia. Pada tahun
1927, Sam Ratulangi dipilih oleh rakyat Minahasa sebagai anggota Volksraad (DPR) di
Batavia. Kemudian, Sam kembali ke Minahasa dan bekerja sebagai sekretaris Minahasa
Raad atau Dewan Minahasa. Di sana, ia memperjuangkan penghapusan
"Herendiensten", kerja paksa tanpa upah, yang dikenakan kepada setiap orang yang
tinggal di Minahasa. Perjuangannya tidak sia-sia, tidak lama setelah tuntutannya
diserukan, pemerintah Belanda akhirnya menghapuskan kerja paksa di Minahasa. Selain
itu, Sam juga mengurus dan mengantar para transmigran dari daerah sekitar Danau
Tondano ke Minahasa Selatan dan ke daerah Modoinding dan Dumoga, sehingga
mereka mendapat kehidupan baru. Lalu, pada tahun 1932, Sam sekeluarga kembali ke
Jakarta dan mendirikan VIA (Vereniging van Indonesiche Academici) -- perkumpulan
yang beranggotakan kaum cendekiawan bangsa Indonesia, para dokter, insinyur, ahli
hukum, dan anggota Volksraad. Dalam sebuah pertemuan VIA, para pengurus juga
pernah mengundang Presiden Quezon beserta istri dari Filipina. Beberapa waktu setelah
peristiwa itu, Sam dituduh melakukan penggelapan uang karena ia tidak memeriksa
dengan teliti dana anggaran dalam sebuah deklarasi. Alhasil, ia dimasukkan ke dalam
penjara selama 4 bulan dan selama 3 tahun tidak diperbolehkan menjadi anggota
Volksraad. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat juang Sam di bumi Indonesia.

Setelah bebas, Sam Ratulangi kembali menjalani hidup untuk memperjuangkan


pembangunan Indonesia. Sam juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi yang
pertama. Selain berkiprah di dunia politik, Sam juga menghasilkan karya tulis antara
lain: "Kurven-Systeme in Volstaendigen Figuren" (1917), "De Meetkunde voor
Euclides" buat Natuurwetenschappelijk Congres (1920), "Een Methode voor het
grafisch teekenen van 2e graadscurven" (1922), "Indonesia in de Pacific" (1937), dan
"De Pacific" (1938). Selain itu, ia juga membuat banyak tulisan lain dalam mingguan
seperti "Peninjauan" 1934 dan "Nationale Commentaren" (1938 -- 1942).

Dan, sebagai seorang yang aktif berpolitik, Sam pernah menjabat beberapa posisi
penting dalam organisasi, seperti:

3
a) Ketua "Indische Vereeniging" di Amsterdam (1914 -- 1915). Ini adalah
organisasi mahasiswa di Belanda, yang kemudian berubah menjadi
"Perhimpunan Indonesia" dengan azas tujuan Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
b) Ketua "Association d’Etudiants Asiatique" di Zurich (1915 -- 1916). Dalam
organisasi ini tergabung mahasiswa-mahasiswa dari Korea, Jepang, Muangthai,
India, Indonesia, dan negara-negara lain di Asia.
c) Ketua Partai Politik "Persatuan Minahasa", yang menjadi anggota dari federasi
"GAPI" yang berhubungan erat dengan partai-partai politik nasional lainnya.
d) Ketua "Vereeniging van Indonesische Academici" (V.I.A), yakni Persatuan para
Akademisi Indonesia, yang bertujuan untuk mempersatukan para sarjana dan
kaum cendekiawan dari negara-negara di Asia Tenggara.
e) Sekretaris "Dewan Minahasa" (1924 -- 1928).
f) Anggota "Dewan Rakyat" (Volksraad en College van Gedelegerden), dengan
pidato-pidatonya yang mengecam politik kolonial Belanda (1927 -- 1937).
g) Anggota "Nationale Fractie" dari Dewan Rakyat yang menuntut penghapusan
segala perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual.
h) Anggota redaksi surat kabar mingguan "Peninjauan" (1934).
i) Anggota pengurus "GAPI" (Gabungan Politik Indonesia), yang tujuan
mempersatukan semua partai politik di Indonesia.
j) Direktur redaksi majalah politik "Nationale Commentaren" (1938 -- 1942).
k) Pendiri, sekaligus ketua, dari perkumpulan "Sumber Darah Rakyat" (SUDARA)
(1944 -- 1945).
l) Pemimpin misi Sulawesi yang berangkat ke Jakarta pada bulan Agustus 1945
untuk turut menghadiri rapat-rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yang sedang berlangsung di Jakarta, serta untuk menghadiri pengesahan dan
pengumuman UUD 1945, dan Pendirian Negara Republik Indonesia pada 17
Agustus 1945.
m) Tanggal 22 Agustus 1945, Sam diangkat menjadi Gubernur Selebes oleh
Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno (1945 -- 1946).
n) Pelopor pengadaan Petisi kepada PBB yang ditandatangani oleh ratusan pemuka
rakyat Sulawesi Selatan, untuk mempertahankan daerah Sulawesi sebagai bagian
mutlak dari negara RI.
o) Pembentuk "Partai Kemerdekaan Irian" dari belakang layar yang diketuai oleh
Silas Papare (1947).
p) Penasihat Pemerintah RI dan anggota delegasi RI dalam perundingan dengan
Pemerintah Belanda (1948 -- 1949).

4
q) Sam juga banyak berkecimpung dalam organisasi sosial/ekonomi, misalnya guru
STM di Yogyakarta (1919 -- 1922), direktur Maskapai Asuransi "Indonesia" di
Bandung (1922 -- 1924), ketua penasihat perkumpulan buruh.

"Vereeniging van Onder - Officieren B bij de K. P. M. (VOOB) - suatu organisasi calon


nakhoda Indonesia yang bekerja pada Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM),
ketua Studiebeurs "Minahasa", pengurus "Persatuan Perkumpulan Radio Ketimuran",
ikut mendirikan "Serikat Penanaman Kelapa Indonesia" (1939), dan organisasi "Ibunda
Irian" di belakang layar. Selain itu, dalam upaya mempersatukan seluruh Indonesia,
Sam bersama Mr. I Gusti Ketut Puja, Ir. Pangeran Muhammad Noor, Dr. T.S.T.
Diapari, W.S.T. Pondang, dan Sukardjo Wirjopranoto, mengeluarkan pernyataan yang
dikenal dengan "Manifes Ratulangi" yang berisi seruan kepada para pemimpin
Indonesia bagian Timur, untuk menentang setiap usaha yang bertujuan memisahkan
Indonesia bagian Timur dari NKRI. Karena sikapnya yang sangat tegas dan vokal, Sam
sering ditangkap oleh pemerintah Belanda dan diasingkan dari keluarganya. Namun, hal
itu tidak menyurutkan semangat patriotik dalam dirinya. Sayangnya, perjuangannya
harus berakhir karena adanya penyakit yang menyerang tubuhnya. Pada tanggal 30 Juni
1949, Sam meninggal dunia karena penyakitnya saat ia masih menjadi tawanan musuh.
Ia dimakamkan di Tondano. Untuk menghargai jiwa nasionalismenya yang tinggi,
namanya diabadikan sebagai nama bandar udara di Manado, Bandara Sam Ratulangi,
dan Universitas Negeri di Sulawesi Utara, Universitas Sam Ratulangi.

Selain itu, Sam juga memperoleh beberapa penghargaan sebagai berikut.

 Bintang Maha Putera Tingkat I


 Tanda Penghormatan Satya Lencana Perintis Pergerakan Kemerdekaan
 Tanda Jasa Pahlawan
 Piagam Tanda Kehormatan Dewan Pers
 Piagam Untuk Para Keluarga Pahlawan
 Pahlawan Nasional

Anda mungkin juga menyukai