Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Al Aziz Putra Mahardika

NIM : 19051437022

Prodi : D-IV Manajemen Seni Kuliner

RESENSI FILM HOTEL RWANDA

Hotel Rwanda merupakan sebuah film yang disutradarai oleh Terry George dan
merupakan film yang diangkat dari sebuah buku karya George dan Kier Pearson. Film Hotel
Rwanda merupakan sebuah film berdasarkan kisah nyata yang terjadi pada tahun 1994. Pada saat
itu terjadi konflik yang melibatkan dua kelompok yang bertentangan di Kigali, Rwanda, Afrika,
yaitu etnis Hutu dan Tutsi, mengakibatkan hampir satu juta korban tewas.
Hotel Rwanda adalah sebuah film drama  berlatar belakang sejarah mengenai Paul
Rusesabagina yang menjadi sosok heroic dalam film ini selama peristiwa pembantaian etnis di
Rwanda. Dalam film, diperlihatkan ketegangan antara suku Hutu dan Tutsi membawa kepada
perang sipil dimana suku Tutsi dibantai karena status tinggi mereka yang berawal dari kesetiaan
pada kolonial bangsa Eropa.
Paul Rusesabagina (diperankan oleh Don Cheadle), seorang manajer hotel Sabena Hôtel
des Mille Collines, adalah seorang Hutu namun istrinya, Tatiana (diperankan oleh Sophie
Okonedo), adalah seorang Tutsi.
 Pada malam pembantaian, tetangga dan keluarga Paul sangat berharap padanya supaya
dapat selamat. Kepemimpinan, kecerdikan dan penyuapan, membuat Paul dapat menyelamatkan
keluarga dan tetangganya dari mafia Hutu bersenjata yang bertujuan menghabisi semua suku
Tutsi. Setelah tawar menawar dengan seorang petugas militer Rwanda untuk keselamatan
keluarga dan teman, Paul membawa mereka ke hotelnya. Makin banyak pengungsi membanjiri
hotelnya dikarenakan kamp pengungsian PBB sangat berbahaya dan terlalu penuh pada saat itu.
Hotel pun menjadi penuh sesak, Paul mesti berusaha menghalihkan tentara Hutu, peduli terhadap
pengungsi, dan menjaga popularitas hotel sebagai hotel high-class.
Penjaga perdamaian PBB, yang dipimpin oleh Kolonel Oliver (diperankan oleh Nick
Nolte), tak dapat bertindak apapun melawan Interhamwe, disebabkan mereka dilarang untuk ikut
campur dalam masalah pembantaian ini. ketidak-berpihakan PBB terus berlanjut disamping juga
kelelahan Oliver dalam menjaga pengungsi Tutsi dan kemarahannya yang mempertanyakan
kekuatan barat yang tidak peduli terhada Rwanda.
Sewaktu Interhamwe mengepung hotel, Paul dan keluarganya mulai mengalami stress
berat. Pasukan PBB berusaha mengevakuasi kelompok pengungsi, termasuk keluarga Paul.
Namun malah berbalik kembali ke hotel, setelah di hadang oleh massa perusuh Hutu dan
Interhamwe. Dalam usaha terakhir untuk menyelamatkan pengungsi, Paul berbicara kepada
Jenderal Rwanda dan berusaha memerasnya dengan ancaman menjadikan sang jenderal penjahat
perang. Bizimungu terpaksa setuju dan kembali ke hotel yang dalam keadaan diserang oleh
perusuh dan Interhamwe.
Tentara Bizimungu akhirnya dapat mengakhiri kekacauan dan Paul panik mulai mencari
istri dan keluarganya, berpikir kalau mereka sudah bunuh diri seperti yang diperintahkan Paul
apabila orang-orang Hutu dapat menyerang hotel. Setelah ketakutan setengah mati, Paul
menemukan mereka bersembunyi di kamar mandi. Keluarga dan para pengungsi akhirnya dapat
keluar dari hotel dengan kawalan konvoi pasukan PBB. Mereka menempuh perjalanan melewati
pengungsi Hutu dan milisi Interhamwe menuju ke belakang garis depan pihak pemberontak
Tutsi. Di akhir cerita, Paul menemukan kedua keponakannya yg masih kecil, yang keberadaan
orang tuanya tidak diketahui, dan mengajak mereka dengan keluarganya keluar dari Rwanda.

Film ini hanya satu dari banyak kisah nyata yang terjadi di banyak negara di Afrika.
Perang antar suku merupakan hal yang sudah lumrah terjadi di Afrika, di mana perang tersebut
banyak disebabkan oleh kesenjangan ekonomi, sumber daya alam hingga status sosial seperti
yang terjadi di Rwanda. Masyarakat internasional sangat mengecam apa yang menjadi latar
belakang perang di Afrika, pasalnya dunia kini sudah menjunjung persamaan hak asasi manusia
dan kesetaraan tanpa melihat status sosial. Sayangnya apa yang terjadi di Afrika masih menjadi
bagian dari kehidupan sosialnya sehingga sulit untuk meningkatkan kesadaran dan toleransi antar
etnis kesukuan. Bahkan genosida yang kerap terjadi tidak jarang membuat PBB turun tangan
bersama dengan negara-negara lain di dunia untuk membantu perdamaian di Afrika. Sayangnya
hal tersebut tidak banyak membuahkan hasil. Hingga sekarang massih sering terjadi konflik dan
perang antar suku terjadi di Afrika.
PERTANYAAN
1. Apakah kejadian pelanggaran HAM berat di Rwanda dapat terjadi di inonesia?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat memicu pelanggaran HAM berat genosida di
Indonesia
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat pelanggaran HAM berat genosida di
Indonesia!

Jawaban
1. apabila sekarang terjadi masalah-masalah yang menyebabkan masyarakat kurang
percaya, khawatir dan kecewa berlebihan akan adanya rencana presiden
(pemerintah) sehingga dapat menyebabkan protes yang besar-besaran dan memicu
adanya pelanggaran HAM seperti tindak kekerasan bahkan pembunuhan.

2. Faktor internal : sikap egois, terlalu mementingkan diri sendiri, rendahnya


kesadaran HAM dan sikap tidak toleran.
Faktor eksternal : penyalah gunaan kekuasaan, penyalah gunaan teknologi, serta
kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi.

3. Lebih meratanya sistem ekonomi baik di pulau jawa maupun pulau lainnya..
 Pemerintah seharusnya tidak egois atas pengambilan rempah atau tambang emas
yang ada disana dengan orang orang yang merasa tak bersalah.
 Lebih terbukanya pemerintah dengan masyarakat sekitar.
 Adanya pimpinan atau panutan bagi mereka, sehingaa konflik yang dihasilkan
begitu nyata dan berseteru.
 Kuranya perhatian apparat pemerintahan kepada mereka.
 Kurangnya keterbukaan pemerintah dengan masyarakat sekitar
 Adanya sosialisasi tentang apaitu arti pacasila dan ideologi bangsa Indonesia.
 Lebih rapatnya tali silaturahmi baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat
sekitar.
 Aparat negara lebih baik standby dalam posisi untuk menjaga keamanan di daerah
wilayah perbatasan Indonesia.
 Pemerintah lebih tegas dalam menindak lanjuti kasus tentang pelanggaran HAM
 Lebih banyaknya komunikasi yang terjadi agar tidak terjadi kesalahpahaman dan
rasa benci terhadap sesama
 Meratanya sistem tekhnologi dan ekonomi di dalam negara

 Pemerintah lebih banyak lagi memasukkan teknologi yang belum ada disana.

Anda mungkin juga menyukai