Disusun oleh :
Disetujui oleh :
Diketahui oleh :
Ditetapkan oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Praktik Surveilans Gambaran Surveilans Epidemiologi
Penyakit Tuberkulosis di RSIA Mitra Plumbon Majalengka tahun 2019.
Laporan surveilans TB ini dibuat sesuai dengan ruang lingkup di RSIA Mitra Plumbon Majalengka.
Namun demikian tidak tertutup kemungkinan masih adanya beberapa kekurangan. Oleh karena itu,
segala saran dan masukan dari semua pihak selalu diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya.
Kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi demi terwujudnya Panduan Pelaksanaan dan
Penanggulangan Tuberkulosis ini kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iiv
DAFTAR TABEL.................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1.Latar Belakang................................................................................................1
1.2.Tujuan.............................................................................................................1
1.2.1 Tujuan Umum........................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus........................................................................................3
1.3. Manfaat.........................................................................................................3
1.3.1 Praktis....................................................................................................3
1.3.2 Ilmiah....................................................................................................4
3. Mahasiswa..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
5.1 Kesimpulan...................................................................................................46
5.2 Saran.............................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Absensi Praktik Surveilans
Lampiran 3 Gant Chart
Lampiran 4 Foto Kegiatan
BAB I
PENDAHULUAN
Pelaporan Pemberian
Data Feed Back
Pengambilan Kompilasi Analisis
Data Data Data &
Interpretasi Keputusan
Investigas Tindakan
Penemuan Tindak
i
Lanjut
Gambar .1
Alur Surveilans
Sumber: Amiruddin, Ridwan (2013)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
Praktik ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran mengenai distribusi dan pelaksanaan
surveilans epidemiologi penyakit tuberkulosis di Puskesmas Pampang pada tahun 2013 sampai 2015,
dengan melihat gambaran distribusi penyakit tuberkulosis berdasarkan orang (umur dan jenis
kelamin, tempat (Kelurahan) dan waktu (bulan dan tahun). Selain itu, kita dapat melihat hasil
pengamatan, pencatatan, pelaporan, pengolahan, dan analisis data, evaluasi, serta melihat atribut
sistem surveilans di Puskesmas Pampang.
Adapun hasil yang diperoleh dari praktik surveilans ini adalah sebagai berikut:
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi
a. Keadaan Geografi
Puskesmas Pampang berlokasi di Jl. Pampang II No. 28 A Kelurahan Tamalanrea
Indah Kecamatan Tamalanrea dengan wilayah kerja Kelurahan Pampang Kecamatan
Panakukkang. Luas wilayah Puskesmas Pampang sekitar 659Ha, yang pembagian wilayahnya
terdiri dari 3 Kelurahan.
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Pampang adalah :
1) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Karampuang
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Panaikang
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pampang
b. Keadaan Demografi
Berdasarkan profil Puskesmas Pampang tahun 2015, jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Pampang yaitu Sebesar 44.241 jiwa.
Tahun
Kelurahan 2013 2014 2015
n % n % n %
Pampang 36 57.1 25 44.6 39 21.0
Panaikang 20 31.7 21 37.5 20 10.8
Karampuang 6 9.5 4 7.1 7 3.8
Luar Wilayah Kerja 1 1.6 6 10.7 1 0.5
Jumlah 63 100.0 56 100.0 67 100.0
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 persentase penderita penyakit
tuberkulosis yang datang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Pampang dari tahun ke
tahun kebanyakan oleh penderita yang bertempat tinggal di Kelurahan Pampang yaitu
sebesar 57,1% atau 36 orang pada tahun 2013, sebesar 44,6% atau 25 orang pada tahun
2014, dan sebesar 21% atau 39 orang pada tahun 2015. Persentase yang paling rendah
dari tahun 2013 – 2015 adalah pada penderita yang bertempat tinggal di Kelurahan Luar
Wilayah Kerja.
Asumsi dari pengamat menyatakan bahwa kebanyakan penderita tuberkulosis
berasal dari Kelurahan Pampang karena letak Puskesmas Pampang bertempat di Kelurahan
Pampang sehingga lebih mudah diakses oleh masyarakat setempat. Adanya masyarakat yang
bertempat tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Pampang dan berobat di Puskesmas
tersebut dikarenakan puskesmas ini mudah dijangkau oleh masyarakat yang berada di
sekitar wilayah kerja puskesmas tersebut dan bisa saja merupakan pasien rujukan dari
puskesmas lain ataupun dari rumah sakit tertentu.
c. Distribusi Menurut Orang
1) Menurut Umur
Gambaran distribusi penderita penyakit tuberkulosis di Puskesmas Pampang
berdasarkan kelompok umur ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Kelompok Umur di Puskesmas Pampang
Kecamatan Panakukkang
Kota Makassar Tahun 2013-2015
Tahun
Kelompok
2013 2014 2015
Umur
(Tahun)
n % n % n %
0-14 0 0.00 4 7.1 3 4.5
15-24 15 23.8 12 21.4 12 17.9
25-34 14 22.2 8 14.3 15 22.4
35-44 12 19.0 12 21.4 14 20.9
45-54 12 19.0 10 17.9 15 22.4
55-64 8 12.7 6 10.7 7 10.4
65-74 2 3.2 1 1.8 1 1.5
≥75 0 0.00 3 5.8 0 0
Jumlah 63 100.0 56 100.0 67 100.0
Sumber:
Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase jumlah penderita penyakit tuberkulosis
pada tahun 2013 paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun yaitu sebesar
23,8% atau 15 orang dan paling sedikit pada kelompok umur 0-14 tahun dan ≥75 tahun
dengan persentase masing-masing sebesar 0%. Pada tahun 2014 persentase jumlah
penderita tuberkulosis paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun dan 35-
44 tahun yaitu sebanyak 21,4% atau 12 orang dan paling sedikit pada kelompok umur
65-74 tahun yaitu sebanyak 1,8% atau 1 orang. Pada tahun 2015 persentase jumlah
penderita tuberkulosis paling banyak terdapat pada kelompok umur 25-34 tahun dan 45-
54 tahun yaitu sebanyak 22,4% atau 15 orang dan paling sedikit pada kelompok umur ≥
75 tahun dengan persentase sebesar 0%.
Pada masa prediksi yaitu tahun 2016 - 2020, diprediksikan bahwa kasus
TB Paru BTA Positif akan terus meningkat dan diperkirakan pada tahun 2020
jumlah kasus tertinggi terdapat pada kelompok umur 15-64 tahun sebesar 749
kasus, kemudian kelompok umur ≥ 65 tahun yaitu sebesar 35 kasus, dan terakhir
pada kelompok umur 0-14 tahun sebesar 50 kasus. Hasil yang serupa juga
dikemukakan oleh Pujianti (2014) bahwa hasil peramalan (forecasting)
menunjukkan kelompok umur produktif lebih banyak mengalami kejadian TB
Paru dan jumlah angka morbiditas TB Paru berdasarkan spesifikasi usia dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan (Pujianti.,dkk, 2014).
Prevalensi tinggi infeksi di kelompok usia 15- 49 tahun ini juga bisa
dikaitkan dengan peningkatan kegiatan diluar ruangan, kepadatan penduduk di
sebagian besar pemukiman dan kurangnya higiene personal (Kurniawan.,dkk,
2015).
penyakit TB Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif,
yaitu 15-49 tahun, hal ini dapat diasumsikan karena kelompok usia 15-49 tahun adalah
kelompok usia yang mempunyai mobilitas yang sangat tinggi sehingga kemungkinan
terpapar dengan kuman Mikobakterium Tuberkulosis paru lebih besar selain itu reaktifan
endogen (aktif kembali yang telah ada dalam tubuh) dapat terjadi pada usia yang sudah
tua (Paramani, 2013).
n % n % n %
Laki-laki 36 57,1 35 62.5 40 21.5
Perempuan 27 42,9 21 37.5 27 14.5
Jumlah 63 100 56 100 67 100
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pampang, 2013 - 2015
Tabel 7 menunjukkan bahwa distribusi penderita penyakit tuberkulosis dari tahun
2013-2015 paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 57,1% atau 36
orang pada tahun 2013, 62,5% atau 35 orang pada tahun 2014 dan 21,5% atau 40 orang
pada tahun 2015.
Banyaknya jumlah kejadian TB paru yang terjadi pada laki-laki disebabkan karena
laki-laki memiliki mobilitas yang tinggi daripada perempuan sehingga kemungkinan untuk
terpapar lebih besar, selain itu kebiasaan seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol
dapat memudahkan laki-laki terinfeksi TB paru. Hal ini didukung dalam data yaitu antara
tahun 1985-1987 penderita tuberkulosis paru pada laki-laki cenderung meningkat
sebanyak 2,5%, sedangkan pada wanita menurun 0,7% (Mahfuznah, 2014).
4.1.3 Gambaran Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi di Puskesmas Pampang
a. Pengumpulan/ Pencatatan Data
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
cara aktif dan pasif. Pengumpulan data secara aktif dilakukan dengan cara mendapatkan
data secara langsung dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data
lainnya, melalui kegiatan penyelidikan epidemiologi, surveilans aktif puskesmas/rumah sakit,
survei khusus, dan kegiatan lainnya. Pengumpulan data secara pasif dilakukan dengan cara
menerima data dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya,
dalam bentuk rekam medis, buku register pasien, laporan data kesakitan/kematian, laporan
kegiatan, laporan masyarakat dan bentuk lainnya. Adapun variabel yang terdapat di dalam
buku register adalah nomor indeks, nama pasien, alamat, umur, jenis kelamin, jenis kasus,
kode ICD 8, dan hasil tensi.
Pengumpulan data di Puskesmas Pampang dilakukan secara aktif dan pasif.
Pengumpulan data secara aktif dilakukan dengan cara mencari orang yang berisiko
TB dan mencatat penderita tuberkulosis yang ditemukan di lapangan, petugas yang
melakukan pengumpulan data saat turun di lapangan adalah petugas pemegang
program TB di puskesmas Pampang melalui. Pengumpulan data secara pasif
dilakukan dengan cara mencatat pasien penderita tuberkulosis yang datang
berkunjung ke Puskesmas Pampang melalui register rawat jalan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kegiatan pengumpulan data penyakit tuberkulosis di Puskesmas
Pampang telah dilakukan dengan baik.
Data kejadian penyakit tuberkulosis di puskesmas Pampang dicatat dalam buku
register rawat jalan penyakit setelah dilakukan pemeriksaan/diagnosa terlebih dahulu oleh
dokter di ruang pemeriksaan. Pencatatan dilakukan oleh petugas yang berada dalam ruang
pemeriksaan dan secara manual (tanpa komputerisasi).Dalam pencatatan penderita penyakit
tuberkulosis ini dicatat dalam form khusus TB.
b. Pengolahan Data
Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP-Pus (Surveilans
Terpadu Penyakit Puskesmas) harian bersumber dari register rawat jalan di Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader
kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis
dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan
analisis bulanan terhadap tuberkulosis di daerahnya dalam bentuk tabel menurut kelurahan
dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, jika sudah tiga kali kunjungan dimasukkan
kedalam kasus lama, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas,
sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini TB
di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita TB,
maka Kepala Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sebulan sekali.
Petugas Surveilans di Puskesmas Pampang tidak melakukan pengolahan data karena
mereka langsung menyetor data mentah ke Dinas Kesehatan kota Makassar. Data yang
dimiliki oleh petugas puskesmas tidak diolah berdasarkan waktu, tempat dan orang,
sehingga dalam tahap pengolahan data, puskesmas belum mampu menyajikan hasil
pengolahan baik secara mingguan, bulanan maupun secara rutin pertriwulannya. Hal ini
menyebabkan tahap pengolahan data di Puskesmas Pampang masih kurang baik.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Unit surveilans Puskesmas seharusnya melaksanakan analisis tahunan
perkembangan TB dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan lingkungan,
serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai
bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait
serta Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Surveilans dan petugas pemegang
program TB, Kegiatan analisis tidak dilakukan di Puskesmas Pampang. Petugas pemegang
program TB hanya menyetor data mentah yang berupa buku Register TB 03. Kegiatan
analisis untuk penyakit tuberculosis dilakukan langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Di puskesmas Pampang, juga tidak melakukan analisis trend dari tahun ke tahun
adahal jika ingin menganalis kejadian tuberkulosis sangatlah mudah karena di puskesmas
Pampang telah tersedia Software SITT (Sitem Informasi Tuberkulosis Terpadu) namun, tidak
pernah dilakukan oleh petugas pemegang program TB maupun Petugas Surveilans
puskesmas pampang sehingga, di puskesmas pampang tidak memiliki bentuk penyajian
informasi hasil analisis dan interpretasi data
d. Penyebarluasan Data
Penyebarluasan data/diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin,
surat edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi ilmiah. Diseminasi
informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi yang mudah diakses.
Diseminasi informasi dapat juga dilakukan apabila petugas surveilans secara aktif terlibat
dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program kesehatan, dengan
menyampaikan hasil analisis.
Data penyakit tuberkulosis di Puskesmas Pampang dilaporkan menggunakan form
khusus buku register TB (TB 03). Pelaporan dilakukan sebelum tanggal 5 setiap 3 bulan sekali
dan diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Puskesmas Pampang tidak pernah kekurangan formulir pencatatan dan pelaporan
untuk kegiatan surveilans selama 4 bulan terakhir.Karena Dinas Kesehatan Kota Makassar
langsung memberikan formulir sesuai kebutuhannya, biasanya untuk satu buku register
(formulir) digunakan untuk pertahun. Proses pengiriman laporan STP tuberkuosis ke Dinkes
Kota melalui laporan langsung,untuk mengarsipkannya petugas surveilans menyimpan
hardcopy STP tuberkulosis.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah upaya yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui efektifitas
program. Secara umum tujuannya untuk menjelaskan kegunaan dari sumber kesehatn
masyarakat (public health resource) melalui pengembangan sistem surveilans yang efektif dan
efisien. Pedoman ini dapat dipakai sebagai pedoman perorangan dalam melakukan evalaluasi
dan sebagai bahan acuan untuk mereka yang sudah biasa dengan proses evaluasi.
Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur hasil dari Surveilans Kesehatan yang telah
dilaksanakan dalam perode waktu tertentu.Disebabkan banyaknya aspek yang berpengaruh
dalam pencapaian suatu hasil, maka evaluasi objektif harus dapat digambarkan dalam menilai
suatu pencapaian program. Peran dan kontribusi Surveilans Kesehatan terhadap suatu
perubahan dan hasil program kesehatan harus dapat dinilai dan digambarkan dalam proses
evaluasi.
Kegiatan Evaluasi di Puskesmas Pampang tidak berjalan sebagaiman mestinya, karena
evaluasi yang dilakukan hanya sebatas untuk mengetahui berapa jumlah kejadian tuberkulosis
di wilayah kerja puskesmas. Adapun kegiatan evaluasi yang lainnya mengenai penyakit
tuberkulosis dilakukan dalam bentuk kegiatan Monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan
oleh Dinas kesehatan kota Makassar setiap 6 bulan sekali. Adapun bentuk feedback (umpan
balik) dari Dinas Kesehatan Kota Makassar kepada puskesmas berupa bulletin dan pertemuan
rutin setiap bulannya untuk membahas angka kejadian penyakit tuberkulosis
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Distribusi penyakit tuberkulosis menurut waktu (time), tempat (place) dan orang (person) di
Puskesmas PampangKota Makassar tahun 2013-2015.
a. Berdasarkan waktu (bulan), penderita tuberkulosis tertinggi yang ditemukan pada pada
tahun 2013 distribusi penyakit tuberkulosis dengan persentase terbesar terjadi pada bulan
April, September dan Desember sebesar 3,6% atau 53 penderita, sedangkan persentase
terendah terjadi pada bulan Maret sebesar 1,0% atau2 penderita. Pada tahun 2014 distribusi
penyakit dengan persentase terbesar terjadi pada bulan Mei sebesar 4,1% atau 8 penderita,
sedangkan persentase terendah terjadi pada bulan Juli dan September sebesar 0,5% atau1
penderita. Pada tahun 2015 persentase terbesar terjadi pada bulan Maret sebesar 6,2% atau
12 penderita, sedangkan persentase terendah terjadi pada bulan Mei dengan persentase
0,5% atau 1 penderita. Sedangkan bedasarkan tahun kejadian tuberkulosis mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2013 terdapat 63 penderita (33,9%), kemudian pada
tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 56 penderita (30,1%). Namun pada tahun 2014
meningkat menjadi 67 penderita (36,0%).
b. Berdasarkan tempat, penderita penyakit tuberkulosis yang datang melakukan pemeriksaan
di Puskesmas Pampang dari tahun ke tahun adalah kebanyakan penderita yang bertempat
tinggal di Kelurahan Pampang, dan yang terendah adalah di Luar Wilayah Kerja Puskesmas
Pampang.
c. Berdasarkan orang, dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase jumlah
penderita penyakit tuberkulosis pada tahun 2013 paling banyak terdapat pada kelompok
umur 15-14 tahun yaitu sebanyak 23,8% atau 15 orang dan paling sedikit pada kelompok
umur 0-14 tahun dan ≥75 tahun dengan persentase sebesar 0%. Pada tahun 2014
persentase jumlah penderita tuberkulosis paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-
24 tahun dan 35-44 tahun yaitu sebanyak 21,4% atau 12 orang dan paling sedikit pada
kelompok umur 65-74 tahun yaitu sebanyak 1,8% atau 1 orang. Pada tahun 2015persentase
jumlah penderita tuberkulosis paling banyak terdapat pada kelompok umur 25-34 tahun dan
45-54 tahun yaitu sebanyak 22,4% atau 15 orang dan paling sedikit pada kelompok umur ≥
75 tahun dengan persentase sebesar 0%. Sedangkan menurut jenis kelamin,distribusi
penderita penyakit tuberkulosis dari tahun 2013-2015 paling banyak terjadi pada orangjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak57,1% atau 36orang ,62,5% atau 35orang dan 21,5% atau 40
orang.
2. Pelaksanaan Surveilans tuberkulosis di Puskesmas Pampang tahun 2013-2015 belum cukup baik
karena ada yang seharusnya di lakukan di Puskesmas namun tidak dilaksanakan.
3. Atribut sistem surveilans tuberkulosis di Puskesmas Pampang tahun 2013-2015 telah
dilaksanakan dengan cukup baik mulai dari kesederhananaan (simplicity), fleksibilitas (flexibility),
dan ketepatan waktu (timeliness).
5.2 Saran
1. Kepada petugas surveilans diharapkan agar melakukan pengamatan, pencatatan dan pelaporan
secara lengkap dan akurat agar data yang dikumpulkan mengenai distribusi penyakit
berdasarkan orang, tempat dan waktu lebih baik. Selain itu, dalam pelaksanaan surveilans di
Puskesmas Pampang Kota Makassar, sebaiknya pihak Puskesmas Pampang menganalisis data
berdasarkan tempat secara rinci per Rukun Warga (RW) sehingga apabila ada program
pencegahan atau penanggulangan penyakit tuberkulosis dapat tepat sasaran.
2. Penyelenggaraan Surveilans penyakit tuberkulosis diharapkan dapat optimal, maka diperlukan
peran serta semua sektor, terutama seluruh fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah
ataupun masyarakat, instansi kesehatan baik di daerah maupun di pusat.
3. Dalam pelaksanaan surveilans di Puskesmas Pampang diharapkan ada penambahan jumlah
fasilitas penginputan data (komputer) agar lebih mempermudah dalam menganalisis data. Selain
itu disarankan agar mengikuti pelatihan penggunaan software bagi petugas surveilans untuk
peningkatan keterampilan dalam melakukan pengolahan data serta penggunaan komputer
dalam pencatatan dan pengolahan data.
4. Dokumen-dokumen hasil pencatatan penderita yang berkunjung di Puskesmas Pampang
hendaknya disimpan dengan baik agar mudah didapatkan apabila dibutuhkan.
5. Distribusi epidemiologi berdasarkan waktu, tempat dan orang sangat perlu dilakukan karena
sangat penting dalam menentukan program dan intervensi yang akan dilakukan selanjutnya.
Misalnya distribusi berdasarkan waktu, dapat dilihat dari peningkatan kasus pada musim hujan
atau musim dingin perlu dilakukan antisipasi dalam bentuk kegiatan penyuluhan dalam
menghadapi perubahan musim
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Muhammad. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA Press, 2012
Arias, Kathleen Meehan. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta :
ECG, 2010
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Penyakit Menular Penyebab Kematian Terbanyak di
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Depkes. Laporan Nasional Riskesdas tahun 2007. Jakarta: pusat penelitian pengembangan kesehatan
Dinkes Prov. Sulsel 2011, Rekapitulasi Laporamn Hasil P2 – TB Paru Melalui Laporan Tribulan TB.07,
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1116/ Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
Last, JM. 2001. A Dictionary of Epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.
Mahdiana, Ratna. Mengenal, Mencegah, dan Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi. Yogyakarta:
Citra Pustaka, 2010.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan .
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Vol 2. Jakarta:
EGC, 2006
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. Keperawatan Medikal Bedah.vol 1. Jakarta: ECG, 2002
Suarni, Helda. 2009. Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit TB BTA Positif di
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Bulan Oktober Tahun 2008-April Tahun 2009. Universitas
Indonesia.
WHO. 2002. Comprehensive Assessment of the National Disease Surveilans in Indonesia. Washington DC.
Zulkarnain, 2005. Analisis Drug Resistance Dan Multi Drug Resistance Tuberkulosis Previously Treated
Cases dengan Strategi Dots di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004. Tesis FKM Unhas.
LAMPIRAN
Minggu 1 Minggu 2
Min
(15-21 Oktober) (22- 28 Oktober)
NO. NIM NAMA
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3
Riska Zulfiah
1 K11114072 √ √ √ √ √
Ahmad
Mengeta
hui,
Petugas
Surveilans Puskesmas Pampang
Hawaeda
h, SKM