Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

STROKE

Oleh:
Muhammad Rayhan 1102013183
Fuad Farizi 1102014109
Adelia Evita Lestari 1102017003
Adilah Rifat Hakimah 1102017005
Adilla Pratiwi Putri Sutisna 1102017006

Dokter Pembimbing:
dr. Karina Dewi, Sp.S

TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS YARSI
DEFINISI
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis
fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada tindakan dari pembedahan
atau kematian) tanpa tanda-tanda penyebab non vaskuler, termasuk didalamnya tanda-tanda
pendarahan subarakhnoid, pendarahan intraserebral, iskemik atau infark serebri (WHO,
1997).
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)
3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak)
4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori , bicara atau sensasi
(Mutiarasari, 2019).

FAKTOR RISIKO
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu Usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga.
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu Hipertensi, merokok, dislipidemia, diabetes
melitus, obesitas, alkohol dan atrial fibrillation (Mutiarasari, 2019).

KLASIFIKASI
Secara umum stroke terbagi menjadi dua (Que & Afflen, 2017) :
 Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak sehingga dapat
menyebabkan jaringan otak mati. Sekitar 80% dari semua stroke disebabkan oleh
stroke iskemik atau infark. Terbagi atas: Thrombosis serebri dan Emboli serebri.
 Stroke Hemoragik
Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak terkontrol di
otak. Sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Terbagi atas 2 yaitu: Perdarahan
intra serebral dan perdarahan ekstra serebral (subarachnoid).
PATOFISIOLOGI
Stroke didefinisikan sebagai ledakan neurologis mendadak yang disebabkan oleh
gangguan perfusi melalui pembuluh darah ke otak. Aliran darah ke otak dikelola oleh dua
karotis internal di anterior dan dua arteri vertebralis di posterior (lingkaran Willis). Stroke
iskemik disebabkan oleh kekurangan suplai darah dan oksigen ke otak; stroke hemoragik
disebabkan oleh perdarahan atau kebocoran pembuluh darah.
Sumbatan iskemik menghasilkan kondisi trombosis dan emboli di otak. Pada
trombosis, aliran darah dipengaruhi oleh penyempitan pembuluh darah akibat aterosklerosis.
Penumpukan plak akan menyempitkan ruang vaskular dan membentuk gumpalan, sehingga
menyebabkan stroke trombotik. Pada stroke emboli, penurunan aliran darah ke daerah otak
menyebabkan emboli; aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan stres berat dan kematian
sel sebelum waktunya (nekrosis). Nekrosis diikuti dengan gangguan pada membran plasma,
pembengkakan organel dan kebocoran isi seluler ke dalam ruang ekstraseluler, dan hilangnya
fungsi saraf. Peristiwa penting lain yang berkontribusi terhadap patologi stroke adalah
peradangan, kegagalan energi, hilangnya homeostasis, asidosis, peningkatan kadar kalsium
intraseluler, eksitotoksisitas, toksisitas yang dimediasi oleh radikal bebas, sitotoksisitas yang
dimediasi oleh sitokin, aktivasi komplemen, penurunan sawar darah-otak, aktivasi sel glial,
stres oksidatif dan infiltrasi leukosit
Pada stroke hemoragik, stres pada jaringan otak dan cedera internal menyebabkan
pembuluh darah pecah. Ini menghasilkan efek toksik dalam sistem vaskular, mengakibatkan
infark. Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah pecah dan menyebabkan penumpukan
darah yang tidak normal di dalam otak. Alasan utama perdarahan intraserebral adalah
hipertensi, gangguan pembuluh darah, penggunaan antikoagulan dan agen trombolitik yang
berlebihan. Pada perdarahan subarachnoid, darah menumpuk di ruang subarachnoid otak
karena cedera kepala atau aneurisma serebral (Kuriakose & Xiao, 2020).
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis stroke bergantung pada arteri serebral yang terkena, fungsi otak dikendalikan atau
diperantarai oleh bagian otak yang terkena, keparahan kerusakan serta ukuran daerah otak yang
terkena selain bergantung pula pada derajat sirkulasi kolateral (Hartono, 2009). Menurut Oktavianus
(2014) manifestasi klinis stroke sebagai berikut :

a. Stroke iskemik

Tanda dan gejala yang sering muncul yaitu:

- Transient ischemic attack (TIA) Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa
jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi dalam wujud
sama, memperberat atau malah menetap.

-Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND) Gejala timbul lebih dari 24 jam.

-Progressing stroke atau stroke inevolution. Gejala makin lama makin berat (progresif) disebabkan
gangguan aliran darah makin lama makin berat

-Sudah menetap atau permanen

b. Stroke hemoragik

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena.

1) Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik, kesadaran menempatkan posisi.

2) Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk mempengaruhi indra dan memori


3) Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk penglihatan

4) Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi fisik, intelektual. Stroke
dapat mempengaruhi fungsi tubuh.

Adapun beberapa gangguan yang dialami pasien yaitu :

1) Pengaruh teradap status mental: tidak sadar, confuse

2) Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguansentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan,
hemiplegi (lumpuh tubuh sebelah).

3) Pengaruh terhadap komunikasi: afasia (kehilangan bahasa), disartria (bicara tidak jelas). Pasien
stroke hemoragik dapat mengalami trias TIK yang mengindikasikan adanya peningkatan volume di
dalam kepala.Trias TIK yaitu muntah proyektil, pusing dan pupil edem.

DIGANOSIS

Anamnesis

Melakukan anamnesis untuk menentukan jenis stroke merupakan langkah yang sangat
penting. Beberapa hal yang dapat ditanyakan adalah sebagai berikut:
 Faktor risiko
 Kejadian sebelumnya
 Riwayat trauma
 Onset
 Perkembangan tanda dan gejala

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada stroke dimulai dari penentuan status kesadaran dan pemeriksaan
tanda vital.
Kesadaran
Penentuan status kesadaran pada pasien stroke sangat penting. Penurunan kesadaran pada
penderita stroke terjadi mengarah pada peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan
penekanan bagian ascending reticular activating system (ARAS) yang merupakan pusat
kesadaran.
Tekanan Darah
Salah satu faktor risiko dari stroke adalah hipertensi. Pengukuran tekanan darah sebaiknya
dibandingkan dengan tangan di sebelahnya. Jika terdapat perbedaan yang besar maka
kemungkinan terjadi kelainan pembuluh  darah.
Detak Jantung dan Nadi
Pengukuran detak jantung merupakan hal yang sangat penting, jumlah kontraksi jantung yang
dihitung dibandingkan dengan nadi yang di ukur. Pulsus defisit terjadi apabila perbedaan
detak jantung dan nadi ≥20 x/menit. Pulsus defisit dapat ditemukan pada atrial fibrilasi yang
kemungkinan menjadi pencetus stroke.
Status Gizi
Berperan dalam menentukan keadaan fisik dari pasien apakah termasuk golongan obesitas,
yang merupakan faktor risiko dari stroke.
Kepala
Apakah terdapat sianosis pada wajah dan lidah karena kemungkinan akibat kelainan
jantungnya maka dapat berkomplikasi menjadi stroke.
Leher
Peningkatan JVP dan bruit harus diperiksa. Apabila ada, hal ini menunjukkan terdapat
gangguan aliran pada pembuluh darah yang dapat menjadi faktor pencetus stroke (emboli).

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding utama stroke adalah jenis stroke lainnya karena penatalaksanaan yang
jauh berbeda antara stroke iskemik dan stroke hemorrhagik. Sebuah meta analisis
menunjukkan bahwa koma, kaku leher, kejang dengan defisit neurologis, diastolik >110
mmHg, muntah, dan sakit kepala meningkatkan kemungkinan stroke hemorrhagik.
Kondisi lain yang menyebabkan gejala seperti stroke dapat dibedakan antara kondisi defisit
neurologis fokal dan global.
Defisit Neurologis Fokal
Kondisi yang menyebabkan defisit neurologis fokal di antaranya adalah:
 Tumor otak
 Kelainan pembuluh darah otak (malformasi vaskular)
 Cerebral palsy
 Penyakit saraf degeneratif, seperti multiple sclerosis
 Infeksi otak, seperti meningitis atau ensefalitis
 Cedera otak traumatik
 Vertigo posisional
 Bell’s palsy. Bell’s palsy yang merupakan lesi pada lower motor neuron perlu
dibedakan dengan facial droop akibat gangguan pada upper motor neuron melalui
pemeriksaan nervus kranialis
 Migrain yang berat
Defisit Neurologis Global
Kondisi yang menyebabkan penurunan kesadaran secara global yang dapat menjadi diagnosis
banding stroke di antaranya adalah:
 Epilepsi. Pada epilepsi atau gangguan kejang lainnya, setelah kejang dapat terjadi
Todd’s paresis, yaitu kelemahan transien pada area yang mengalami kejang fokal
 Infeksi sistemik
 Hiponatremia & hipoglikemia
 Kelainan konversi
 Hipertensi emergensi
 Koma akibat hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
 Hematoma subdural

TATALAKSANA
KOMPLIKASI
PENCEGAHAN
Menurut kementrian kesehatan RI (2018), pencegahan stroke bertujuan untuk
mengendalikan angka kematian akibat stroke dan kejadian stoke, memperkecil kemungkinan
disabilitas akibat stroke serta mencegah terjadinya stroke berulang. Menurut Stroke Engine,
80% stroke dapat dicegah dengan cara pengobatan dan pengendalian faktor risiko melalui
modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu cara untuk mencegah
terjadinya stroke berulang (sekunder). Gaya hidup yang dimaksud meliputi: diet tidak sehat,
obesitas, rokok, alkohol, dan kurang aktifitas fisik[ CITATION Ami18 \l 1033 ].
A. Pencegahan Primer
Pencegahan yang dilakukan pada orang sehat atau kelompok berisiko yang belum
terkena stroke untuk mencegah kemungkinan terjadinya serangan stroke yang pertama,
dengan mengendalikan faktor risiko dan mendeteksi dini serangan stroke.
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan yang dilakukan pada orang yang sudah mengalami serangan stroke, agar
tidak terjadi serangan stroke berulang yaitu dengan penambahan obat pengencer darah
seperti aspirin. Disamping pengendalian faktor risiko lainnya, individu pasca stroke tetap
secara rutin dan teratur mengontrol faktor risiko.
Terdapat 10 faktor risiko utama stroke yang harus di kenali agar dapat mencegah stroke
(World Stroke Organization, 2018):
1. Kontrol Tekanan Darah
Hipertensi berhubungan hampir dari setengah kejadian stoke. Pemeriksaan tekanan darah
dan menurunkan dengan mengubah gaya hidup dan meminum obat antihipertensi.
2. Latihan Jasmani Menengah 5 Kali Seminggu
Lebih dari sepertiga kasus stroke terjadi pada individu yang tidak rutin berolahraga
3. Konsumsi Diet Sehat dan Seimbang
Hampir seperempat dari kasus stroke berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat,
terutama konsumsi sayur dan buah yang sedikit. Setidaknya, asupan sayur dan buah yang
disarankan lima mangkuk per hari untuk menunrunkan risiko stroke
4. Menurunkan Kolesterol
Sekitar 1 dari 4 kasus stroke berkaitan dengan kadar kolesterol jahat (LDL) yang tinggi.
Konsumsi lemak tidak tersaturasi dan tidak terhidrogenisasi dibandingkan lemak
tersaturasi (digoreng, jeroan) dapat menurunkan risiko stroke.
5. Perhatikan IMT atau Rasio Pinggang / Panggul Sehat
Hampir 1 dari 5 kasus stroke berhubungan dengan obesitas. Dapat dilakukan program
penurunan berat badan apabila rasio lingkar pinggang dengan panggul melebihi 0.9 (laki-
laki) atau 0.85 (perempuan).
6. Hentikan Merokok dan Jauhi Paparan Asap
Lebih dari 1 dari 10 kasus stroke berkaitan dengan rokok, dan perkok pasif.
7. Menurunkan Konsumsi Alkohol
Lebih dari 1 juta kasus stroke pertahun disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan.
Hindari konsumsi alkohol lebih dari dua gelas alkohol perharu untuk laki-laki dan satu
gelas untuk perempuan agar dapat menurunkan risiko stroke
8. Kenali dan Atasi Fibrilasi Atrium
Irama jantung yang tidak teratur atau gangguan jantung lainnya menyumbang 9% kasus
stroke
9. Diabetes Melitus
10. Penghasilan dan Pendidikan
Di seluruh dunia, akses pendidikan dan informasi kesehatan yang rendah berhubungan
dengan stroke. Kebijakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dan
meningkatkan akses kesehatan dan pendidikan semesta memiliki dampak positif
terhadap penyakit stroke dan penyakit tidak meneular lainnya.
PROGNOSIS
Prognosis stroke ditentukan oleh lokasi, gejala yang timbul, hingga komplikasi yang
terjadi. Perhitungan prognosis stroke dapat dilakukan dengan cara National Institutes of
Health Stroke Scale (NIHSS) ataupun skor perdarahan intraserebral. NIHSS adalah alat
penilain sistematis yang mengukur kuantitatif stroke yang terkait defisit neurologic. Terdapat
11 item dalam penilaian yaitu: level of consciousness, best gaze, visual field testing, facial
paresis, arm and leg motor function, limb ataxia, sensory, language, dysarthria, extinctin,
and inattention. NIHSS memiliki skor maksimum 42 dan skor minimum 0. Interpretasi dari
NIHSS yaitu [ CITATION Joj16 \l 1033 ]:
a) >25 sangat berat
b) 14 – 25 berat
c) 5 – 14 sedang
d) <5 ringan
Prognosis stroke iskemik ad vitam, ad sanationam, dan ad fungsionam pasien biasanya dubia
ad bonam. Sedangkan pada stroke hemoragik prognosis ad vitam, ad sanationam, dan ad
fungsionam biasanya dubia adbonam, namun jika terdapat perdarahan otak luas dan sertai
gejala peningkatan tekanan intracranial, prognosis dubia ad malam [ CITATION Mac16 \l
1033 ].
DAFTAR PUSTAKA

Amila, Sinaga, J., & Sembiring, E. (2018). Pencegahan Stroke Berulang Melalui
Pemberdayaan Keluarga dan Modifikasi Gaya HIdup. Jurnal ABDIMAS, vol. 22 no.2.
Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/abdimas/article/view/15808
Jojang, H., Runtuwene, T., & P.S, P. M. (2016). Perbandingan NIHSS pada Pasien Stroke
Hemoragik dan Non-Hemoragik yang di Rawat Inap di Bagian Neurologi RSUP
Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Jurnal e-Clinic. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/12111/0#:~:text=Subjek
%20penelitian%20yaitu%20pasien%20yang,neurologis%20sedang%20pada
%20stroke%20hemoragik
Kuriakose, D & Xiao, Z. 2020. Pathophysiology and Treatment of Stroke: Present Status and
Future Perspectives. International Journal of Molecular Sciences, 21, 7609;
https://doi.org/10.3390/ijms21207609.
Machfoed, P. H. (2016). Acuan Panduan Praktik Klinis Neurologi Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia. Retrieved from
http://snars.web.id/ppkneurologi/ppkneurologi.pdf
Mutiarasari, D. (2019) ‘Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, and Prevention’, Medika
Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran, 1(2), pp. 36–44.

Que, B.J & Afflen, Z. V. 2017. Stroke Iskemik Emboli dengan Transformasi Hemoragik.
`Molucca Media Vol. 10, Nomor 1, ISSN 2597-246X.
http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
WHO. Stroke trends in the WHO MONICA project. Stroke 1997;28:500-506

Anda mungkin juga menyukai