Anda di halaman 1dari 22

Penuntun Praktikum

La Rudi

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

Kendari 2021

20
PENUNTUN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK

Penyusun:
La Rudi., S.Pd., M.Si

Hanya Dipakai di Lingkungan Sendiri

Diperbanyak oleh Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia

Edisi 2021

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
JL. H.E.A. Mokodompit – KENDARI 93232

20
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan ke-Hadirat Allah Rabbil Alamin, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penyusunan buku panduan praktikum ini
dapat dicetak kembali sebagai panduan praktikum mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia
FKIP UHO pada kegiatan praktikum Semester Genap 2020/2021.
Buku penuntun praktikum ini disusun secara sederhana agar mempermudah
mahasiswa dalam mempelajarinya.
Mahasiswa sebelum melakukan kegiatan praktikum harus memahami terlebih dahulu
tugas-tugas yang akan dibuat sebelum dan sesudah kegiatan praktikum, serta memahami
aturan-aturan yang berhubungan dengan keselamatan, keamanan selama bekerja dalam
laboratorium Kimia. Bekerja dalam laboratorium harus dengan pemahaman teori, teknik, dan
keterampilan mengggunakan alat-alat laboratorium serta bahan Kimia yang akan digunakan.
Olehnya itu, keterampilan dan kehati-hatian sangat diperlukan.
Akhirnya kepada mahasiswa, kami ucapkan selamat melakukan praktikum sesuai
dengan petunjuk semoga dapat memperoleh ilmu dan keterampilan dalam setiap kegiatan
praktikum. selama dalam laboratorium harus mematuhi aturan dan tata tertib yang berlaku dan
dalam kegiatan praktikum harus mengikuti standar Operasional Prosedur (SOP) kegiatan
praktikum pada Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia.

Kendari , Maret 2021

Dosen Pembina Mata kuliah


Praktikum,

La Rudi, S.Pd., M.Si


NIP. 19740403 200812 1 002

20
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KEGIATAN PRAKTIKUM

A. Sebelum praktikum belangsung.


1. Mahasiswa praktikan masuk laboratorium harus memakai Jas laboratorium
2. Mahasiswa Praktikan masuk dalam ruang praktikum dipanggil oleh asisten dan
memperlihatkan kelengkapan yang dipersyaratkan.
3. Mahasiswa praktikan mengumpulkan laporan hasil praktikum pada minggu sebelumnya dan
tugas lain yang dipersyaratkan setiap matakuliah praktikum pada meja yang telah disiapkan.
4. Mahasiswa Praktikan tidak diperbolehkan membawa tas dimeja praktikum masing-masing.
5. Sebelum dilaksanakan kegiatan praktikum, terlebih dahulu dilakukan tes awal (Pre-tes) oleh
asisten.
6. Setelah dilakukan Pre-tes, Praktikan mengkonsultasikan kebutuhan alat yang akan digunakan
dalam kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan.
7. Perwakilan anggota kelompok menyerahkan daftar alat yang akan digunakan kepada laboran
yang bertugas di ruang alat untuk disiapkan. Pada saat alat diambil, harus dicek secara
bersama jenis dan jumlah alat yang dipinjam.
8. Peralatan yang dipinjam adalah jenis peralatan gelas dan pendukungnya, serta alat-alat yang
sifatnya bisa dipindah-pindahkan sedangkan peralatan kategori instrumen dan alat-alat lain
yang tidak bisa dipinjam, penggunaanya dibawa konsultasi dan pengawasan asisten atau
diopersikan oleh asisten/laboran/analis.
9. Semua peralatan yang telah dipinjam menjadi tanggungjawab pengguna jika terjadi kerusakan
atau kehilangan selama digunakan wajib mengganti atau memperbaikinya.
B. Selama Praktikum Berlangsung
1. Setelah persiapan alat dan bahan yang akan digunakan, asisten menjelaskan prosedur materi
praktikum dan cara penggunaan alat serta fungsinya kepada mahasiswa.
2. Setelah diberikan penjelasan oleh asisten masing-masing, praktikan mulai melakukan
praktikum sesuai dengan materi praktikum masing-masing dengan pengawasan dan
bimbingan asisten.
3. Selama kegiatan praktikum berlangsung, mahasiswa harus mematuhi aturan dan tata tertib
keamanan dan keselamatan kerja dilaboratorium. Bagi yang melanggar aturan dan tata tertib
akan diberikan sangsi.
4. Dalam melakukan praktikum harus mengikuti prosedur yang yang terdapat dalam penuntun
praktikum. Hal-hal yang belum dipahami ditanyakan pada asisten masing-masing.
5. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan cara penggunaan masing-masing alat.
Jika belum dipahami cara penggunaanya, dikonsultasikan terlebih dahulu pada asisten masing-
masing. Kesalahan pengoperasian alat dapat mengakibatkan kerusakan alat itu sendiri.

20
6. Jika menggunakan peralatan yang terbatas seperti timbangan, pemanas, dan alat-alat lain
mahasiswa harus antri.
7. Pengukuran dengan instrument seperti AAS dan UV-Vis harus dilakukan oleh teknisi/asisten
yang ditunjuk.
8. Jika dalam kegiatan praktikum terjadi kerusakan alat akibat kesalahan penggunaan atau
kelalaian praktikan, maka harus dilaporkan kepada asisten masing-masing untuk dibuatkan
berita acara kerusakan alat.
9. Selama kegiatan praktikum berlangsung, Dosen Pendamping praktikum diharuskan
mengawasi atau mengontrol praktikan selama kegiatan praktikum dan melakukan evaluasi
terhadap hasil-hasil yang dipraktekkan.
C. Setelah Selesai Praktikum
1. Setelah selesai kegiatan praktikum, Mahasiswa mengembalikan bahan kimia atau larutan yang
digunakan dalam kegitan praktikum pada tempat yang telah ditentukan.
2. Mahasiswa praktikan mengolah data yang diperoleh dan mendiskusikan data tersebut dalam
kelompok masing-masing serta dikonsultasikan pada asisten pembimbing masing-masing.
3. Mahasiswa membersihkan alat yang telah digunakan dan mengembalikannya kepada laboran
yang bertugas diruang alat.
4. Teknisi/Laboran memeriksa jenis dan jumlah alat yang dipinjam.
5. Kerusakan alat atau kehilangan alat yang dipinjam menjadi tanggung jawab kelompok dan
wajib diganti sesuai dengan jenis dan spesifikasi alat yang dirusak/hilang.
6. Mahasiswa praktikan meninggalkan meja praktikum masing-masing dalam keadaan rapi dan
bersih. Jika tidak, maka dikenakan sangsi berdasarkan kelompok masing-masing.

Demikian Standar operasional prosedur kegiatan praktikum ini untuk ketahui dan dilaksanakan

Kepala Laboratorium
Jurusan Pend. Kimia FKIP UHO,

Dr. La Harimu, S.Pd., M.Si


NIP. 19720714 200012 1 001

20
KEAMANAN DAN KESELAMAT KERJA DI LABORAORIUM

Keselamat kerja di laboratorium merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh mahasiswa dan
asiten. Semua percobaan kimia sangat berbahaya bila tidak hati-hati. Langkah percobaan yang
dilakukan yang tidak sesuai dengan prosedur yang dianjurkan dapat menimbulkan kecelakaan,
ledakan, kebakaran, dan lain-lain. Oleh karena itu lakukan percobaan sesuai dengan petunjuk
percobaan yang telah didiskusikan.
A. Tata Tertib
Setiap Bekerja dalam Ruangan Laboratorium Kimia baik dalam kgiatan Praktikum maupun
penelitian diwajibkan:
1. Memakai Jas Laboratorium dan masker
2. Dilarang merokok, makan dalam ruang laboratorium, terutama sedang dalam kegiatan
praktikum atau penelitian.
3. Tidak boleh ribut, teriak-teriak, lari-larian yang dapat mengganggu kenyamanan selama
kegiatan praktikum berlangsung.
4. Setiap bekerja dilaboratorium wajib mematuhi standar opersional prosedur (SOP) masing-
masing kegiatan
Jika tidak mematuhi aturan tersebut, maka akan dikeluarkan dalam ruang laboratorium
B. Instruksi menggunakan Bahan Kimia
1. Sebelum mengambil bahan kimia, pahami terlebih dahulu bahan yang akan digunakan, apakah
cairan atau padatan.
2. Baca label atau etiket yang tertera pada botol atau wadah bahan kimia murni/reagen sebelum
mengambilnya. Pastikan bahwa bahan yang anda akan gunakan sudah sesuai. Nama bahan
kimia banyak yang mirip. Oleh karena itu telitilah sebelum mengambil bahan kimia
3. Ambil zat yang sesuai yang diinstruksikan. Sebelum mengambil bahan kimia murni kedalam
wadah aslinya, terlebih dahulu spatula yang anda gunakan dibersihkan terlebih dahulu dan
setelah mengambil dibersihkan lagi. Tutup rapat wadah bahan kimia yang telah diambil.
Jangan menyimpan spatula dalam wadah
4. Bahan kimia yang digunakan bersama, jangan dibawa ketempat/meja sendiri atau tempat lain
yang bukan tempatnya, segera kembalikan pada tempatnya setelah menimbang. Sebelum
menimbang harus anda ketahui aturan dan prosedur penggunaan timbangan.
5. Apabila terjadi tumpahan/percikan bahan kimia diatas meja atau pakian anda, maka segera
dibersihkan. Jangan dibiarkan terlalu lama.
C. Instruksi dalam menggunakan Alat-alat Laboratorium
1. Sebelum memulai kegiatan praktikum atau penelitian, pahami terlebih dahulu alat-alat yang
anda akan gunakan, yang meliputi, nama alat, bentuk alat, komponen alat, ukuran yang akan
digunakan, fungsi, dan cara penggunaannya. Konsultasikan dengan asisten jika anda belum
memahaminya.
2. Alat-alat kaca yang akan digunakan harus dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan
3. Jika akan melakukan pemanasan dengan pemanas, pastikan didekat meja/tempat pemanasan
tersebut tidak ada bahan kimia yan mudah terbakar, kemudian wadah tempat memanaskan
jangan isi fuul dengan bahan yang akan dipanaskan. Maks ¾ dari volume wadah.
4. Jika dalam kegiatan praktikum atau penelitian terjadi kerusakan alat akibat salah digunakan
atau kelalaian mahasiswa, maka alat tersebut wajib diganti, jika tidak maka nilai praktikum
atau keterangan bebas laboratorium tidak akan dikeluarkan atau ditahan

D. Teknik-Teknik dalam Laboratorium Kimia


1. Memipet cairan. Untuk megambil cairan menggunakan pipet folum atau pipet skala,
gunakan karet pengisap (Filler)atau Pahami cara penggunaan Filler tersebut seblum digunakan
2. Menimbang .zat yang ditimbang tidak boleh langsung diletakan diatas piringan
timbangan. Gunakan botol timbang, kaca arloji atau kerta saring khusus atau gelas piala yang
direkomendasikan oleh asisten. Bersihkan spatula anda sebelum dan sesudah mengambil zat
kimia. Pada saat menimbang hindari bahan yang akan ditimbang jatuh pada timbangan atau
tertinggal padaa timbangan. Segera bersihkan timbangan jika terkena bahan kimia. Dalam

20
menimbang tidak boleh melebihi kapaasitas timbangan. Jangan menekan keras pada plat
timbang, karena dapat merusak timbangan.
3. Mengencerkan asam pekat atau basa pekat. Isilah terlebih dahulu dengan aquades
dalam wadah yang akan digunakan minimal 1/3 nya. Tuangkan asam kuat yang pekat
kedalam air sambil diaduk aduk. Anda dapat merugikan diri anda sendiri dan orang lain jika
anda menuangkan air kedalam asam pekat.
4. Mengunakan hot plate atau Bunsen. Sebelum menyalakan alat tersebut, pastikan
tidak ada bahan kimia yang mudah terbakar didekatnya. Dalam menggunakan Bunsen,
lindungi mata dan muka/pakaian anda dari nyal Bunsen. Setiap kebakaran (bukan
pembakaran) harus segera dipadamkan. Gunakn kain (lap kasar) yang dibasahi dengan air
untuk menutup apinya atau lat yang menyala. Jangan disiram langsung dengan air.
5. Menggunakan Buret.sebelum buret digunakan, pahami cara penggunaan buret dan
ketahui komponen yang ada padaa buret. Sebelum buret diisi dengan cairan Kimia yang akan
digunakan sebagai peniter, terlebih dahulu dites dengan aquades untuk mengetahui apakah
buret tersebut normal. Jika bocor, periksa sumbernya. Apakan pada bagian cincin atau pada
bagaian kran. Buka kran buret, kemudian lap dengan kertas saring halus seluruh kran dan
sumbat buret. Periksa apakah lubang saluran pada kran tersumbat. Balur/lumuri bagian yang
diarsir dengan sedikit vaselin. Pasang lagi kran, putar putar agar vaselin merata.

20
TUGAS SETELAH PRAKTIKAN
1. Membuat Laporan Sementara praktikum (2 rangkap)

Format laporan Sementara sebagai berikut :

PRAKTIKUM :
HARI/TANGGAL :
JUDUL PERCOBAAN
A. Tujuan
B. Konsep Dasar
C. Alat dan bahan yang digunakan (seperti tabel bon alat).
D. Tahapan-tahapan (langkah-langkah) kegiatan Praktikum.
E. Hasil pengamatan :
1. Data pengamatan proses:
No Perlakuan Pengamatan Keterangan
1
2. Perhitungan
3. Pembahasan Singkat dan reaksi-reaksi Kimia.

Kendari, 2021
Asisten Pembimbing Kelompok Praktikan,

Nama & tandatangan (Nama &NIM)

2. Membuat Laporan Hasil Praktikum dengan format mengacu pada panduan penulisan Skripsi
Jurusan Pendidikan Kimia FKIP UHO.

JUDUL PRAKTIKUM (Bukan Judul percobaan)


Dijabarkan dari sampel yang akan dianalisis

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Praktikum
C. Manfaat Praktikum bagi Mahasiswa
II. TINJAUAN PUSTAKA
(Kerangka Konseptual yang berhubungan dengan Materi)
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
B. Alat-alat dan bahan yang digunakan (harus sesuai)
C. Prosedur Kerja (prosedur Pembuatan larutan dan Prosedur Analisis)

20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data hasil Praktikum
B. Analisis data
C. Pembahasan
(Bagaimana, berapa, mengapa, disertai dengan reaksi Kimia)
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran (Jurnal/artikel yang mirip dengan materi minimal 2 jurnal)
Catatan :
Pada sampul Laporan ditulis dengan lengkap seperti sampul Tugas Pendahuluan, dan
dilengkapi dengan nama Asisten Pembimbing. Warna sampul masing-masing praktikum
berbeda-beda.

20
dAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... iii
STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR KEGIATAN PRAKTIKUM .................................................. v
KEAMANAN KERJA DI LABORATORIUM ....................................................................................... vii
TUGAS PRAKTIKAN ........................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... xi
PERCOBAAN I Ekstraksi Padat Cair .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . 1
PERCOBAAN II Kromatografi………………… . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
PERCOBAAN III Resin Penukar Ion . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……………. 10
Daftar Literatur . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . .. . . . . .. . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . .......... . . 15

20
Percobaan I
EKSTRAKSI PADAT CAIR

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
a. Dapat melakukan isolasi suatu senyawa pada sampel tumbuh-tumbuhan dengan teknik
ekstraksi padat cair
b. dapat Menggunakan ekstraksi metode maserasi dan metode ekstraksi sokhlet dalam
pemisahan senyawa yang terkandung dalam sampel tumbuhan

KATA KUNCI : Pemisahan dengan teknik ekstraksi sokhlet, like dissolved like

B. TEORI
Ekstraksi padat cair merupakan salah satu metode pemisahan untuk mengisolasi suatu
senyawa. Ekstraksi padat-cair yaitu suatu metode pemisahan campuran terlarut yang terdapat
dalam sampel padat seperti bahan alam baik berupa daun, batang maupun akar, dan sebagainya
dengan menggunakan pelarut organik. Pelarut organik yang digunakan harus mempunyai sifat
yang sama dengan senyawa target. Prinsip dari metode ini adalah mengunakan prinsip
kesamaan sifat atau “suka sama suka”. Apabila pemilihan pelarut tidak sesuai maka hasil yang
diperoleh sedikit atau bahkan tidak diperoleh sama sekali karena pelarutnya tidak tepat.
Faktor yang mempengaruhi ekstraksi padat-cair berkaitan erat dengan laju perpindahan
massa. Hal-hal yang mempengaruhi laju perpindahan massa adalah sebagai berikut (Eka,2010).
1. Penyiapan bahan sebelum ekstraksi. Untuk memudahkan proses ekstraksi perlu dilakukan
penyiapan bahan baku yang meliputi pengeringan bahan dan penggilingan. Sebelum di
ekstraksi bahan harus dikeringkan dahulu untuk mengurangi kadar airnya dan disimpan
pada tempat yang kering agar terjaga kelembabannya. Dengan pengeringan yang sempurna
akan dihasilkan ekstrak yang memiliki kemurnian yang tinggi.
2. Ukuran Partikel Padatan. Ukuran padatan yang besar, difusi zat terlarut dari dalam padatan
ke permukaan padatan lebih besar daripada difusi dari permukaan padatan ke badan cairan.
Sebaliknya pada ukuran padatan yang kecil difusi zat terlarut dari dalam padatan ke
permukaan padatan lebih kecil daripada difusi dari permukaan padatan ke badan cairan.
Kadar zat terlarut dalam pelarut makin lama semakin besar sampai keadaan setimbang.
Untuk butir padatan yang cukup kecil dapat diambil asumsi bahwa konsentrasi zat terlarut
dalam padatan selalu homogen.

20
3. Pelarut. Yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah sifat pelarut yang terdiri
dari selektivitas, koefisien, densitas, tegangan antar permukaan, kemudahan pengambilan
kembali pelarut, keaktifan secara kimia.
Sifat pelarut digolongkan dalam 3 kelompok yaitu:
1. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.
2. Pelarut semi polar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.
3. Pelarut non polar: n-heksan, petroleum eter, kloroform, dan sebagainya.

Jenis-jenis ekstraksi padat cair


1. Metode Soxhlet
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu,
sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada pelarut
organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara
kontinyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali ke dalam
labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah
membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga
pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat
ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang
diinginkan.
2. Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
3. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang
sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat
berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun
tidak tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi
dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi
antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya
kapiler dan daya geseran (friksi).

20
4. Metode Refluks
Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks, metode ini digunakan
apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Pada kondisi ini jika
dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu
tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk
uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut
akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N 2 diberikan agar tidak ada uap
air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis senyawa
anorganik karena sifatnya reaktif.
Untuk menentukan banyaknya zat yang terekstraksi dalam suatu sampel diistilakan
dengan efisiensi ekstraksi. Efisiensi ekstraksi adalah persentase senyawa yang dapat diisolasi
dari total senyawa dalam suatu bahan.
Berat senyawa terekstraksi
%E= x 100 %
Jumla h ba h an yang diekstraksi

C. ALAT DAN BAHAN


A. Metode Sokhlet
1. Alat
o Seperangkat alat soxhlet
o Elektromantel
o Mortal dan pestel
o Batu didih
o Kertas saring
o Statif dan klem
2. Bahan
1. Pelarut (etanol, Hexan, etyl asetat (tergantung pilihan sampel)
2. Sampel yang akan diekstraksi
3. CaCl2 anhidrat

D. Prosedur Kerja
1. Haluskan sampel secukupnya dengan mortal atau blender. Selanjutnya timbang sebanyak 
50 gram.

20
3. Masukan bahan tersebut kedalam filter atau bungkus bahan tersebut dengan menggunakan
kertas saring (konsultasikan dengan asisten) dan tutup filter tersebut dengan kapas pada
kedua sisinya. Jika perlu ikat menggunakan benang agar tidak terlepas.
4. bersihkan labu dan timbang berat awal. Selanjutnya Isilah labu pemanas dengan pelarut
yang akan digunakan kira-kira 2/3 volume labu.
5. Masukan filter yang bersisi sampel yang akan diekstraksi kedalam ruang soxhlet. Rangkai
alat soxhlet secara sempurna, selanjutnya panaskan.
6. Proses ekstraksi dilakukan selama 2 jam atau  12 x sirkulasi.
7. setelas selesai proses ekstraksi, pisahkan pelarut dengan cara penguapan baik menggunakan
rotary evaporator atau alat soklet dengan suhu dikontrol (konsultasikan dengan asisten
anda).
8. dinginkan labu ekstraksi dan bersihkan bagian luarnya dengan tissue. Selanjutnya timbang
labu +minyak yang terekstrak.
9. tentukan kadungan minyak pada bahan dalam %.

B. Ekstaksi dengan metode Maserasi


1. Persiapan sampel diambil satu minggu sebelum praktikum.
Sampel dikeringkan pada suhu ruangan, kemudian dihaluskan dengan mortal atau blender.
2. Prosedur maserasi dilakukan pada H-3 sebelum hari praktikum.
a. Ambil 50 g sampel lalu masukan dalam wadah maserasi
b. Tambahkan pelarut yang sesuai dengan sifat senyawa yang akan diisolasisampai semua
sampel terendam.
c. Diamkan selama 3 x 24 jam. Setiap 1 x 24 dilakukan pengamatan dan diganti dengan
pelarut yang baru. pelarut dan pertama disimpan
3. Setelah 3 x 24 jam, semua pelarut yang dipisahkandisatukan, selanjutnya dialkukan
pemisahan pelarut dengan zat yang terlarut dalam pelarut
4. Hitung rendemen hasil ekstraksi. Bandingkan hasilnya dengan ekstraksi sokhlet.

20
Percobaan II
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:


Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
a. dapat megetahui dan memahami teknik pemisahan dengan metode kromatografi lapis
tipis
b. dapat melakukan pemisahan logam-logam Fe2+, Cu2+, Pb2+ , Ni2+ dan Ag+. atau atau
protein/karbohidrat dalam campuran larutan dengan teknik kromatografi lapis tipis
c. dapat mementukan komponen-komponen yang dipisahkan dan mengidentifikasi zat
yang dipisahkan berdasarkan nilai Rf tiap-tiap unsur.
KATA KUNCI : Pemisahan dengan teknik kromatografi lapis tipis

II. TEORI
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak
digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi
penyerap bentuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida.
Untuk menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya digunakan mikro
pipet/pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengelusi di
dalam wadah yang tertutup (Chamber).
Tehnik kromatografi lapisan tipis (KLT) menggunakan suatu adsorben yang disalutkan
pada suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya dan pengembangan kromatogram terjadi
ketika fasa gerak terpisah melewati adsorben itu. Seperti dikenal baik, kromatografi lapis tipis
mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan kromatografi kertas karena nyaman dan cepat,
ketajaman pemisahan yang lebih besar dan kepekaannya yang tinggi
Larutan campuran senyawa yang akan dipisahkan diteteteskan pada kira-kira 1,5 cm
dari bagian bawah plat tersebut dengan menggunakan pipet mikro atau syringe. Zat pelarut yang
terdapat pada sampel yang diteteskan tersebut kemudian diuapkan terlebih dahulu. Selanjutnya
plat kromatografi tersebut dikembangkan dengan mencelupkannya pada tangki yang berisi
campuran zat pelarut (solven sistem).
Bila KLT dibandingkan dengan KKT (kromatografi kertas), kelebihan khas KLT adalah
keserbangunaan, kecepatan, dan kepekaannya. Proses penyiapan plat KLT sampai dengan
proses penampakan noda umumnya sama dengan kromatografi kertas.
Untuk menampakan noda –noda, yang umum dipakai adalah dengan penyinaran
dibawah lampu UV atau dengan cara penyemprotan lempeng plat dengan pereaksi-pereaksi

20
penampak noda seprti asam sulfat, kal;ikum kromat, iod 1% atau metil alcohol. Tergantung dari
bahan /senyawa yang akan dipisahkan.
Langkah-langkah dalam analisis dengan kromatografi kertas
a) Menyiapkan plat KLT sampai siap totol.
b) Menyiapkan sampel dan standar.
c) Menotolkan sampel.
d) Memilih pelarut.
e) Mengembangkan Kromatogram (elusi).
f) Mengeringkan Kromatogram.
g) Mendeteksi noda -noda.
h) Penentuan Kualitas/Kuantitatif
Salah satu ukuran yang perlu diketahui pada teknik kromatografi adalah nilai
perbandingan antara jarak laju molekul-molekul yang dipisahkan dengan jarak laju fase
geraknya. Nilai perbandingan ini dinamakan dengan laju alir (Rf).
Jarak gerak zat terlarut
Rf=
Jarak gerak pelarut
Nilai Rf ini bersifat spesifik untuk setiap unsur pada pelarut tertentu.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang digunakan yaitu Cahmber 2 buah, Plat KLT, Silinder kaca, Pipet volume 25
mL, Pipet tetes, Pentotol 3 batang, Filler atau sprayer, Mistar, Pensil dan Benang (dibawa
sendiri praktikan)
2. Bahan
a. Untuk pemisahan ion Logam :
1. Cuplikan yang mengandung ion-ion Fe2+, Pb2+, Ni2+, Ag+, Hg2+.
2. Larutan standar dalam bentuk klorida: Fe2+, Pb2+, Ag+, Ni2+, Hg2+ dengan konsentrasi (4
mg/mL).
3. Fase gerak (campuran Etil aseto asetat 10%+ Butanol 75%+ aguades 15% + asam asetat
glacial sampai pH 3,5-5 atau Piridin + Aquades (10:1).
4. Penampak noda larutan K2CrO4 1M (dielusi ulang atau disemprot)

b. Untuk pemisahan Karbohidrat:


1. Cuplikan yang mengandung campuran karbohidrat (glukosa, fruktosa, laktosa dan
sukrosa).
2. Larutan standar karbohidrat yang akan dipisahkan masing-masing dengan konsentrasi 4
mg/mL.

20
3. Larutan penampak: asam sulfat 10% (disemprot).
4. Larutan eluen, campuran aseton + air (9 : 1 )

IV. Prosedur Kerja


1. Isi bejana kromatografi (chamber) dengan fase gerak (eluen) sampai ketinggian  1 cm dari
dasar wadah
2. Siapkan plat KLT dengan ukuran 7,5 x 15 cm dua lembar.
3. Buat garis batas (secara melintang) dengan pensil sekitar 1,5 cm dari pinggir bawah kertas
dan 1,5 cm dari pinggir atas kertas. (Liat gambar 1).
4. Kemudian buat melintang (buat titik) 1 cm dari tepi kiri dan 1 cm dari tepi sekita 6 titik
untuk menotolkan standar dan sampel.
5. Siapkan pipa kapiler yang bersih untuk penotolkan sampel dan standar. Perhatikan!. Pipa
kapiler yang akan digunakan harus dibersihkan lagi sebelum digunakan untuk menotolkan
sampel/standat yang lain).
6. Lakukan penotolan sampel dan standar pada plat KLT yang telah diberi tanda
7. Masukan plat KLT dalam bajana (chamber) yang telah disiapkan. Kemudian tutup chamber.
Perhatian!! dalam mencelupkan plat, plat tercelup eluen di bawah garis batas bawah Plat
dan diangkat setelah fase gerak (eluen) mencapai garis batas atas.
8. Keringkan plat dengan cara dikeringkan diudara bebas atau atau dikeringkan dalam oven
pada suhu 100oC selama 10 menit
9. Setelah kering, plat selulosa diwarnai dengan larutan pewarna yang sesuai.
10. Keringkan plat dengan cara diovenkan/di udara bebas.
11. Amati bentuk spot (noda) yang terbentuk dan tentukan nilai Rf dari masing-masing
komponen yang terpisah.
12. Dari masing-masing noda yang teridentifikasi dan harga Rf yang diperoleh tentukan
komponen sampel yang terpisah. Bandingkan hasin yang anda peroleh dengan data dari
literatur.

20
Percobaan III
PEMISAHAN DENGAN RESIN PENUKAR ION

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :


Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
d. dapat megetahui dan memahami teknik pemisahan dengan metode resin penukar ion
e. dapat menentukan kapasitas resin penukar ion
f. dapat melakukan pemisahan ion logam Zn dan Mg dalam larutan campuran dengan
tehnik resin penukar kation.

KATA KUNCI : Pemisahan dengan teknik resin penukar kation


II. Teori
Resin penukar ion adalah suatu senyawa polimer tinggi organik dimana terdapat gugusan
fungsional yang mengandung ion-ion yang dapat ditukar. Kalau ion-ion yang dapat ditukar itu
adalah kation, maka resin disebut resin penukar kation (cation exchange resin), tetapi bila dapat
ditukar adalah anion, maka disebut resin penukar anion (anion exchange resin).
Semua resin-resin memiliki gugus reaksi – OH, -COOH,-HSO 3, SO3Na atau R3NH
sebagai pusat pertukaran. Gugusan fungsional asam atau basa suatu resin penukar ditempati
oleh ion-ion dengan muatan berlawanan. Resin dengan gugusan sulfanat atau amina kuartener
adalah terionisasi kuat tidak larut dan sangat reaktif. Resin-resin dengan gugusan ion terionisasi
kuat seperti HSO3 R3NH disebut sebagai penukar anion, sedangkan gugusan ion yang terionisasi
secara parsial seperti; -COOH, -OH dan -NH2 dikenal sebagai resin penukar kation.
Ada dua macam penukar resin, yakni resin penukar anion dan resin penukar kation.
Resin penukar anion digunakan untum mengambil anion dalam larutan sedangkan resin penukar
kation digunakan untuk mengambil kation.

SO3 H

CH-CH2-CH2-CH CH-CH 2 CH
n

CH-CH2-CH2CH-CH2-CH-CH2-

Apabila larutan yang mengandung NaCl dituangkan pada kolom resin penukar kation,
3 SO H
maka akan terjadi pertukaran sebagai berikut:
Na+ Cl- + H-Resin Na-Resin
Contoh Struktur Resin Penukar Kation + H + Cl-.
Dalam reaksi pertukaran tersebut, ion H + ditukar dengan jumlah eqivalen ion Na +. Walaupun
yang dituangkan ke dalam kolom adalah NaCl, tetapi yang keluar dari kolom setelah elusi
adalah HCl. Jumlah NaCl yang dapat diubah menjadi HCl tergantung dari kapasitas resin dalam
kolom
Banyak logam-logam seperti Co, Zn, Cu, Fe, Mg dalam larutan dapat dipisahkan satu
dengan yang lainya dengan menggunakan resin penukar anion yang berbentuk klorida. Kation-
kation tersebut harus dalam bentuk anionic. Dalam larutan HCl yang cukup pekat ion-ion logam
tersebut dapat membentuk ion kompleks dengan ion klorida. Secara umum dapat dituliskan
sebagai berikut:
CH3
N CH3 OH
CH3

CH-CH2-CH2-CH CH-CH2 n CH

CH-CH2-CH2CH-CH2-CH-CH2-
CH3
N CH3 OH
CH3

Contoh Struktur Resin Penukar Anion

Seperti halnya resin penukar kation, maka resin penukar anion dapat mempertukarkan
ion OH- dari resin dengan anion-anion lain secara eqivalen.
Apabila larutan yang mengandung NaCl dituangkan pada kolom resin penukar anion, maka
maka akan terjadi pertukaran sebagai berikut:
Na+ Cl- + Resin-OH Resin-Cl + Na + OH-.
Ukuran untuk menentukan banyaknya ion yang dapat dipertukarkan dinamakan dengan
kapasitas resin. Kapasitas resin adalah suatu bilangan yang menyatakan bantaknya ion yang
dapat ditukarkan untuk setiap 1 gram resin kering atau 1 mL resin basah. Besarnya nilai
kapasitas resin bergantung pada jumlah gugus ion yang dapat ditukarkan yang terkandung
dalam setiap gram bagan resin tersebut.
Apabila resin telah mengikat jumlah ion yang sama dengan kapasitas maksimumnya,
maka resin tersebut dikatakan telah “exchausted”. Dalam keadaan demikian resin dapat
dikembalikan dari reaksi pertukaran diatas, menjadi:
Na-resin + H+ Na+ + Cl- + H-Resin

Beberapa ion logam (misalanya ion-ion Fe, Co, Al, Mg, Cu, Zn, Mn) dapat diserap dari
larutan asam klorida pada resin penukar anion. Masing-masing logam dapat diserap dengan
perbandingan pH tertentu. Dan sifat ini dapat digunakan sebagai dasar dari suatu pemisahan
dengan menggunakan resin.
Contoh:
Pemisahan campuran logan Zink dengan magnesium. Zink dapat diserap dari asam klorida 2 M
sementara magnesium tidak diserap. Jadi dengan mengalikan campuran magnesium dan Zink
melalui resin penukar anion dan selanjutnya dialirkan denganlarutan HCl 2 M, maka Mg dapat
dipisahkan dan selanjutnya Zink dapat dipisahkan dengan mengalirkan asam nitrat encer.

III. Bahan dan Alat


Alat : Cawan penguap, kaca arloji, corong kaca, kolom resin, corong pisah,
Erlenmeyer, buret, botol timbang (gelas piala 50/100 mL) gelas piala
250 mL, labu semprot.
Bahan : Resin Anion dan kation, Na2SO4, Indikator PP, AgNO3 1 M, indikator
kalium kromat 0,5 % , indikator EBT, larutan Bufer pH 10, larutan
NaOH 0,1 M, EDTA 0,1 M, NaNO3 0,25 M, HCl 2 M, HNO3 0,25 M.

IV. Prosedur Kerja


1. Penentuan Kapasitas Resin Penukar Kation
1. Keringkan resin penukar kation (zeolit 225) dalam bentuk hydrogen dalam cawan penguap
yang ditutup dengan kaca arloji pada temperature 25 – 35 oC selama 2 hari.
2. Siapkan kolom resin ion ukuran 25 cm x 1 cm
3. Tuangkan ke dalam tersebut air suling sampai terisi ½ bagian kolom
4. Timbang dengan teliti 1 gram resin kering dalam kaca arloji dan masukan hati-hati kedalam
kolom
5. Tambahkan air suling untuk melindungi resin sampai permukaan air 1 cm diatas resin
6. Tambahkan 250 mL Na 2SO4 0,25 M melalui corong pisah yang diset diatas kolom dengan
kecepatan penetesan 2 mL/menit. Efluen ditampung dalam Erlenmeyer.
7. Bila semua efluen sudah tertampung, titrasi efluen tersebut dengan larutan standar NaOH 1
M dengan indikator PP sampai warna merah muda.
8. Tulis reaksi yang terjadi! Hitung kapasitas resin!
Kapasitas resin (C) dalam milieqivalen/gram:
NxV
C= , dimana: N = konsentrasi NaOH (mek/mL)
W
V = Volume peniter (mL)
W = berat resin (g)
2. Penentuan Kapasitas Resin Penukar Anion
1. Keringkan resin penukar anion (zeolit 225) dalam bentuk klorida dalam cawan penguap
yang ditutup dengan kaca arloji pada temperature 25 – 35 oC selama 2 hari.
2. Siapkan kolom resin ion ukuran 25 cm x 1 cm
3. Tuangkan ke dalam tersebut air suling sampai terisi ½ bagian kolom
4. Timbang dengan teliti 1 gram resin kering dalam kaca arloji dan masukan hati-hati
kedalam kolom
5. Tambahkan air suling untuk melindungi resin sampai permukaan air 1 cm diatas resin
6. Tambahkan 250 mL NaNO3 0,25 M melalui corong pisah yang diset diatas kolom
dengan kecepatan penetesan 2 mL/menit. Efluen ditampung dalam Erlenmeyer.
7. Bila semua efluen sudah tertampung, titrasi efluen tersebut dengan larutan standar
AgNO3 1 M dengan indikator kalium kromat.
8. Tulis reaksi yang terjadi. Hitung kapasitas resin!
Kapasitas resin (C) dalam milieqivalen/gram
NxV
C= , dimana: N = konsentrasi NaOH (mek/mL)
W
V = Volume peniter (mL)
W = berat resin (g)

3. Pemisahan ion logam Zn dan Mg dalam Campuran


1. Tuangkan 50 mL air suling kedalam kolom yang bersisi resin penukar kation yang
sudah tersedia. Biarkan permukaan turun sampai mengenai permukaan resin
2. Tuangkan 60 mL larutan HCl 2 M
3. Siapkan larutan sampel yang mengandung ion logam Zn dan Mg (kira-kira 2,5 mg/mL
Zn dan 1,5 mg/mL Mg)
4. Pipet 20 mL sampel campuran Mg dan Zn dan masukan dalam corong pisah yang telah
diset diatas kolom resin.
5. Lewatkan campuran larutan sampel tersebut kedalam kolom dengan kecepatan alir 2
mL/menit.
6. Cuci kolom resin (elusi) dengan 50 mL HCl 2 M yang dilewatkan diatas corong pisah.
kontol jangan sampai permukaan resin menjadi kering.
7. Tampung efluen yang mengandung MgCl 2 dalam labu Erlenmeyer sampai habis larutan
pengelusinya.
8. Ganti penambpung dengan penampung baru untuk mengelusi ion ZnCl2.
9. Elusi ZnCl2 dengan 30 mL air, diikuti dengan 80 mL HNO3 0,25 M.
10. Tentukan konsentrasi Zn dan Mg dalam masing-masing effluent dan dinetralkan dengan
larutan NaOH.
1.) Penentuan Konsentrasi Zn:
a) 25 mL effluent diencerkan menjadi 100 mL dengan air suling
b) Tambahkan buffer pH 10 sebanyak 2 mL
c) Tambahkan 2 tetes indikator EBT
d) Lakukan titrasi dengan menggunakan standar EDTA 0,1 M sampai terjadi perubahan
warna dari merah anggur menjadi biru (1 mL EDTA 0,1 M = 6,538 mg Zn).
2.) Penentuan Konsentrasi Mg:
a) 25 mL effluent diencerkan menjadi 100 mL dengan air suling
b) Tambahkan buffer pH 10 sebanyak 2 mL
c) Tambahkan 2 tetes indikator EBT
d) Lakukan titrasi dengan menggunakan standar EDTA 0,1 M sampai terjadi perubahan
warna dari merah anggur menjadi biru ( 1 mL EDTA 0,1 M = 2,432 mg Zn).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Penuntun Praktikum DDPA. P.MIPA FKIP Unhalu.


Basset. J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif. EGC. Jakarta
Bahti. H.H. 1998. Teknih Pemisahan Kimia dan Fisika. Diktat Kuliah . F.MIPA Unpad.
Bandung
Bahti. H.H. 1998. Teknik Kromatografi. Diktat Kuliah . F.MIPA Unpad. Bandung.
Hiskia Achmad. 1993. Penuntun dasar-dasar Praktikum Kimia. Depdikbud, Dirjendikti. jakarta
Sudjadi, 1988. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai