Bagian II
BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
(Pasal 6 UU PPh)
2
PENGELUARAN YANG BOLEH
DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA
Pasal 6 ayat (1) huruf a
CONTOH
PENGHASILAN BRUTO DANA PENSIUN ABADI SEBAGAI BERIKUT:
a. PENGHASILAN YG BUKAN OBJEK PAJAK SESUAI PASAL
4 AYAT (3) HURUF g SEBESAR Rp 100.000.000,00
b. PENGHASILAN BRUTO OBYEK PAJAK SEBESAR Rp 300.000.000,00
TOTAL PENGHASILAN Rp 400.000.000,00
4 4
PENGELUARAN YANG BOLEH
DIBEBANKAN SBG BIAYA
Pasal 4 PERATURAN PEMERINTAH NO.138 THN 2000
CONTOH
PENGHASILAN BRUTO PT.ABC, PERS.PELAYARAN DALAM NEGERI SEBAGAI BERIKUT:
a. PENGHASILAN ANGKUTAN ORANG & BARANG Rp 300.000.000,00
b. PENGHASILAN DARI SEWA/CHARTER KAPAL Rp 100.000.000,00
TOTAL PENGHASILAN / PEREDARAN BRUTO Rp 400.000.000,00
6
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (2)
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A
3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan;
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang
dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan
7
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (3)
8
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (4)
8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan
syarat:
telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu;
syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
9
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (5)
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan
bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
10
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (6)
12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
14. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan
biaya-biaya di atas didapat kerugian, kerugian
tersebut dikompensasikan dengan penghasilan
mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) tahun.
11
BIAYA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
(Pasal 9 UU PPh)
12
PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH
DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
Pasal 9 ayat (1)
13
PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH
DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
Pasal 9 ayat (1)
CONTOH :
WP. A TENAGA AHLI DAN PEMEGANG SAHAM DARI PT. “B”. IMBALAN DARI PT. “B”
YG DITERIMA “A” SEBESAR Rp 5.000.000,00. APABILA UNTUK JASA YG SAMA YG
DIBERIKAN OLEH TENAGA AHLI LAIN YG SETARA HANYA DIBAYAR SEBESAR Rp
2.000.000,00, MAKA :
- JUMLAH Rp 3.000.000,00 TIDAK BOLEH DIBEBANKAN SBG BIAYA OLEH PT. “B”
- BAGI TENAGA AHLI YG JUGA SEBAGAI PEMEGANG SAHAM, JUMLAH Rp
3.000.000,00, DIANGGAP SBG PEMBERIAN DIVIDEN DARI PT.“B”
15
PERSEDIAAN
16
INVENTORY COSTING
PSAK 14
Specific Identification
FIFO
LIFO
WEIGHTED AVERAGE
UU PPh
FIFO
AVERAGE
17
Metode Rata-Rata (Average Cost) Method
18
Average Cost Method – Pencatatan Periodik
Rp1,780 160
Ending inventory, Rp1,224
20
Average Cost Method – Pencatatan Perpetual
21
First-in, First-out (FIFO) Method
22
First-in, First-out (FIFO) Method
23
Penggantian Imbalan Dalam Bentuk Natura
Pasal 9 (1) huruf e
• Secara Umum Tidak Dapat dikurangkan,
Kecuali untuk:
• tempat tinggal, termasuk perumahan bagi pegawai dan
keluarganya, sepanjang di lokasi bekerja tersebut tidak ada
tempat tinggal yang dapat disewa;
• pelayanan kesehatan, sepanjang dilokasi bekerja tersebut tidak
ada sarana kesehatan;
• pendidikan bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang di lokasi
bekerja tersebut tidak ada sarana pendidikan yang setara;
• pengangkutan bagi pegawai di Lokasi bekerja, sedangkan
pengangkutan anggota keluarga dari pegawai yang bersangkutan
terbatas pada pengangkutan sehubungan dengan kedatangan
pertama ke Iokasi bekerja dan kepergian pegawai dan
keluarganya karena terhentinya hubungan kerja;
• olahraga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf,
boating dan pacuan kuda, sepanjang di Iokasi bekerja tersebut
tidak tersedia sarana dimaksud. (PMK-83/PMK.03/2009)
24
Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan
Keputusan Dirjen Pajak - KEP - 220/PJ./2002
• PONSEL
– Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
– Biaya Pulsa: Biaya Rutin 50%
• KENDARAAN SEDAN
– Biaya Pembelian/Reparasi Besar: Penyusutan
Kelompok II 50%
– Biaya Pemeliharaan: Biaya Rutin 50%
25
Biaya Perolehan Software
Keputusan Dirjen Pajak - KEP - 316/PJ./2002
26
PELUNASAN PPh
DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3)
MERUPAKAN
ANGSURAN PAJAK
YANG BOLEH
- DILAKUKAN SETIAP DIKREDITKAN
BULAN, ATAU TERHADAP PPh
YANG TERUTANG
UNTUK TAHUN
- MASA LAIN YANG
PAJAK YBS
DITETAPKAN OLEH KECUALI
MENTERI PEMBAYARAN PPh
KEUANGAN YANG BERSIFAT
FINAL
27
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
Besarnya Kredit Pajak Luar
Negeri
Penghaslan Neto LN
X PPh Terutang
Pengh Kena Pajak
29
PENGHITUNGAN BATAS PPh
YANG BOLEH DIKREDITKAN
Pasal 24 ayat (3) dan (4)
DITENTUKAN BERDASARKAN
SUMBER PENGHASILAN
1. PENGHASILAN DARI :
DIKURANGI
32
ANGSURAN BULANAN
UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)
CONTOH :
CONTOH :
Dikurangi
Dibagi 12
36
ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN BERJALAN
WP BERHAK ATAS KOMPENSASI KERUGIAN
Dibagi 12
38
PPh Pasal 25 :
WP Memperoleh Penghasilan Tidak Teratur
Penghasilan teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau
diperoleh secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setiap tahun
pajak, yang bersumber dari kegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan,
harta dan atau modal, kecuali penghasilan yang telah dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
Tidak termasuk dalam penghasilan teratur adalah keuntungan selisih
kurs dari utang/piutang dalam mata uang asing dan keuntungan dari
pengalihan harta (capital gain) sepanjang bukan merupakan penghasilan
dari kegiatan usaha pokok, serta penghasilan lainnya yang bersifat
insidentil
39
ANGSURAN PPh PASAL 25
BAGI WP TERTENTU
Pasal 25 ayat (7)
MENTERI KEUANGAN
BERWENANG
40
KREDIT PAJAK BAGI
WP DALAM NEGERI DAN BUT
Pasal 28 ayat (1) dan (2)
PAJAK YANG TERUTANG DIKURANGI DENGAN
KREDIT PAJAK TAHUN YANG BERSANGKUTAN
KREDIT PAJAK :
a. PPh YG DIPUNGUT
PIHAK LAIN Rp 15.000.000,00
(PPh PSL. 22)
b. PPh YANG DIPOTONG
PIHAK LAIN PPh PSL 23
(DARI MODAL) Rp 5.000.000,00
c. KREDIT PPh
LUAR NEGERI Rp 15.000.000,00
(PPh PSL. 24)
d. DIBAYAR SENDIRI
OLEH WP (PPh PSL 25) Rp 10.000.000,00
JUMLAH PPh YG
DPT DIKREDITKAN (Rp 45.000.000,00)
42
RESTITUSI PPh
Pasal 28 A
PAJAK TERUTANG
PADA SUATU TAHUN PAJAK
LEBIH KECIL DARI
JUMLAH KREDIT PAJAK
SETELAH
DILAKUKAN
PEMERIKSAAN
43
BATAS WAKTU PEMBAYARAN PPh
PADA AKHIR TAHUN PAJAK
Pasal 29
PAJAK TERUTANG
UNTUK SATU TAHUN PAJAK
LEBIH BESAR DARI
JUMLAH KREDIT PAJAK
KEKURANGAN
PAJAK YANG TERUTANG
HARUS DILUNASI
SELAMBAT-LAMBATNYA
44
TERIMA KASIH
45