Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KIMIA ANALISIS

“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS”

OLEH :

NAMA :NURHASANAH WIRASARI

KELAS :C10

STAMBUK :15020190196

DOSEN :MASDIANA TAHIR S,Farm.,M,Farm.,Apt

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
DAFTAR ISI

BAB 1…………………………………………………………………………………….……1

PENDAHULUAN…………………………………………………………………..................1

A.Latar Belakang………………………………………………………………….…..1

B.Rumusan Masalah…………………………………………………………………...1

C.Tujuan……………………………………………………..………………………..2

BAB 2…………………………………………………………………………………………3

PEMBAHASAN………………………………………………………………………………3

A.Pengertian Kromatografi Lapis Tipis……………………………………………….3

B.Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis…………………………………………….3

C.Prosedur Kerja Kromatografi Lapis Tipis..…………………….………..………….4

D.Fase diam dan Fase gerak KLT…………….………………………………………5

E.Aplikasi Metode KLT Dalam Bidang Farmasi……………………………………...5

BAB 3………………………………………………………………………….…..…………6

PENUTUP……………………………………………………………………………………..6

Kesimpulan………………………………………..…………………...……………..6

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….………..……………7
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan


pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa
molekul) yang berada pada larutan. Adapun kromatografi Lapis Tipis (KLT) itu sendiri
merupakan suatu teknik kromatografi yang digunakan untuk memisahkan campuran yang
tidak volatil (tidak mudah menguap). Penemu Alat kromatografi adalah Tswett yang pada
tahun 1930 ia mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun menggunakan suatu kolom
yang berisi CaSO4.Kemudian pada akhir tahun 1930-an, kromatografi pun mulai
berkembang. Alat kromatografi lapis tipis diletakkan pada tahun 1938 oleh Ismailov dan
Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958.

Kromatografi digunakan untuk memisahkan subtansi campuran menjadi komponen-


komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isovflavonoida yang terdapat pada tahu,
tempe, bubuk kedelai, dan tauco. Yang ada pada senyawa isovflavon memiliki banyak
manfaat yaitu baik untuk kesehatan manusia sebagai antioksidan, antikanker, antikolestrol,
antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis.

Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2 mm ) yang terdiri
atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar ( plat ), yang biasanya
terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan yang
melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan
kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam pemisahan
pemisahan.

B.Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan kromatografi ?


2.Apa yang dimaksud dengan kromatografi lapis tipis ?
3.Bagaimana prinsip kerja kromatografi lapis tipis ?
4.Apa yang dimaksud dengan fase diam dan fase gerak dalam kromatografi lapis tipis?
5.Bagaimana prosedur kerja dengan kromatografi lapis tipis ?

1
C.Tujuan
1.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kromatografi.
2.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kromatografi lapis tipis.
3.Mendeskripsikan bagaimana prinsip keja kromatografi lapis tipis.
4.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fase diam dan fase gerak dalam kromatografi
lapis tipis.
5. Mendeskripsikan bagaimana prosedur kerja dengan kromatografi lapis tipis.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A.Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

KLT merupakan cara pemisahan suatu senyawa secara tepat dan sederhana.
Prinsipnya didasarkan atas partisi dan absorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak
(eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti cairna pengembang karena daya serap
adsorben (silika gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen
dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan tingkat kepolarannya dan
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

Adapun mekanisme kerja lampu UV ialah terjadinya flouresensi pada lempeng


dikarenakan cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut. Sehingga ketika electron tereksitasi yakni perubahan suatu energy rendah ketingkat
energi tini dapat menyebabkan energy yang dihasilkan terlepas.

Sehingga hasil pengamatan dapat diketahui kandungan kimia yang secara jelas
menampakkan noda dengan penyemprotan menggunakan larutan-larutan spesifik untuk
identifikasi.

B.Prisip Kerja Kromatografi Lapis Tipis

Proses pemisahan kromatografi lapis tipis terdapat kesetimbangan antara fase diam
dan fase gerak, dimana ada interaksi antara permukaan fase diam dengan gugus fungus
senyawa organic yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fase gerak.Hal ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta
kepolaran dan ukuran molekul.

Fase gerak berperan penting pada proses elusi bagi larutan untuk melewati fase diam.
Interaksi antara adsorben dengan eluen sangat menentukan terjafinya pemisahan komponen.
Oleh karena itu hal ini dipengaruhi oleh laju air eluen dan jumlah umpan. DEluen dapat
digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorbsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut
padaadsorben dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben lapis tipis silika.

3
C.Prosedur kerja Kromatograf Lapis Tipis

Gel silika merupakan bentuk dari silicon dioksida (silika). Atom silicon dihubungkan
oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun pada permukaan gel silika
berlekatan gugus OH.

a. Fase diam gel silika


Permukaan gel silika sangat polar dan karenanya gugus OH dapat membentuk ikatan
hydrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya
Gaya Van Der Waals dan atraksi dipole-dipol. Atom aluminium pada permukaan juga
memiliki gugus OH.
b. Senyawa-senyawa pemisah
Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan
senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis besar. Senyawa-
senyawa akan cenderung bergerak apada lempengan kromatografi sebagaimana
halnya pergerakan pelarut. Kelarutan senyawa dalam pelarut tergantung pada besar
atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut. Senyawa yang melekat pada
fase diam misalnya gel silika, tergantung bagaimana besar atraksi antara senyawa
dengan gel silika. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hydrogen akan melekat
pada gel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian
interaksi van der waals yang lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap
lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu
ikatan dari satu subtansi pada permukaan. Terdapat rebedaan terhadap ikatan
hydrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang
sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan gel silika.
Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan halyang penting karena dapat
mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari
permukaan silika. Penyerapan pada kromatografi lapis tipis bersifat tidak permanen,
terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan gel
silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya
dapat bergerak keatas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika
senyawa dijerap pada gel silika untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti
dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa
dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.
4
D. Fase Diam Dan Fase Gerak KLT

a. Fase diam

Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis gel silika
atau aluminia yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastic yang
keras. Gel silika merupakan fase diam. Fase diam untuk krotagrafi lapis tipis
seringkali juga mengandung subtansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar
ultra violet. Fase diam lainnya yang bsa digunakan adalah aluminium oksida.

b. Fase Gerak

Dalam kromatografi, eluen adalah fase gerak yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan untuk melewati fase diam. Eluen dapat digolongkan menurut
ukuran kekuatan teradsorbsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben
dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben aluminia atau sebuah
lapis tipis silika.

E.Aplikasi Metode KLT dalam bidang Farmasi

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat diterapkan dalam menganalisis adanya


senyawa paracetamol dan kafein dalam sedian obat paten apakah memenuhi persyaratan
mutu obat atau tidak. Sehingga dengan kadar yang tepat obat dapat memberikan efek terapi
yang dikehendaki.

Kromatografi Lapis Tipis juga bermanfaat untuk pemeriksaan kualitatif dan


kemurnian senyawa obat, pemeriksaan simplisia hewan dan tanaman, pemeriksaan komposisi
dan komponen aktif sediaan obat, pemeriksaan komposisi dan komponen aktif sedian obat,
penentuan kualitatif masing-masing senyawa aktif campuran senyawa obat.

5
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Kromatografi biasanya digunakan untuk teknik pemisahan campuran berdasarkan


perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. KLT merupakan salah
satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin diidentifikasi dengan memisahkan
komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.

Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah terjadinya hubungan kesetimbangan


antara fase diam dan fase gerak, diamana ada interaksi antara permukaan fase diam dengan
gugus fungsi senyawa organic yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fase
geraknya. Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan
semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

Prosedur kerja poelarut perlahan-lahan bergerak niak, komponen-komponen yang


berada dari campuran berjalan pada tingkat yang berbeda dan campuran dipisahkan memiliki
warna yang berbeda. Pada kromatografi, k0omponen-komponennya akan dipisahkan antara
dua fase yaitu fase diam dan fase gerak.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka

Pelajar: Yogyakarta

Kantasubrata, Julia. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs web resmi Kimia

Analitik : pusat penelitian kimia LIPI

Roy J. Gritter, James M. Bobbitg, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi..

Penerbit ITB. Bandung

Sudarmadji, S., dkk, 2007. Analisa Bahan Makanan Pertanian .Penerbit Liberty:

Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai