Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

BAHAYA KIMIA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keamanan Pangan

DOSEN PEMBIMBING

Ani Radiati, S.Pd, M.Kes

Disusun oleh :

Vinka Citra Primadisya

NIM. P20631119037

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI TASIKMALAYA


JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020/2021
1. Bahan Kimia Berbahaya

Keberadaan senyawa kimia berbahaya masih ditemukan pada produk pangan yang
beredar di sekitar kita. Penyalahgunaan senyawa kimia berbahaya dilakukan oleh produsen
pangan karena kesengajaan dengan alasan pertimbangan ekonomi atau ketidaktahuan
produsen tersebut. Untuk itu, pengenalan dan cara identifikasi penggunaan bahan kimia
berbahaya di dalam pangan ini perlu diketahui sebagai bagian dari kegiatan pengawasan mutu
pangan yang bermanfaat bagi produsen maupun konsumen dan akademisi (mahasiswa)
sebagai calon pengawas pangan.

Bahan kimia berbahaya seperti Boraks, Formalin, Rhodamine B, dan Methanil Yellow
telah dilarang penggunaanya pada pangan sebagaimana telah dikeluarkan keputusannya oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Artinya, penggunaan bahan kimia
berbahaya tersebut di dalam pangan berapapun jumlahnya tidak diperkenan terdapat di dalam
bahan pangan. Hal ini berbeda dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang masih diizinkan
penggunaannya dalam bahan pangan dengan kadar tertentu. Sehingga, identifikasi bahan
kimia berbahaya tersebut cukup dilakukan dengan uji kualitatif. Jika keberadaan senyawa
kimia berbahaya tersebut ditemukan di dalam bahan pangan dengan kadar berapapun, dapat
dipastikan bahwa pangan tersebut sudah tidak aman.

No Bahan Kimia Bahan Pangan/Makanan Dampak Kesehatan


1. Boraks bakso, mie, kerupuk, dan Demam, muntah, mual, mata
beberapa jenis jajanan pasar merah, batuk, sakit
tenggorokan, sakit kepala,
diare, sesak napas, perdarahan
dari hidung

Jika boraks masuk ke dalam


tubuh dalam jumlah besar,
maka dalam periode yang
singkat dapat menyebabkan
beragam masalah kesehatan
serius, berupa gangguan
lambung, usus, hati, bahkan
gagal ginjal akut yang dapat
menyebabkan kematian.

2. Formalin ikan, ayam potong, tahu, mie Formalin memiliki efek toksik
basah yang sangat tinggi dan bersifat
karsinogenik yang akan
menyuburkan pertumbuhan
sel-sel kanker. Di dalam
formalin terkandung 37%
formaldehid dalam air, dan
bila digunakan untuk
mengawetkan, ditambahkan
metanol hingga 15%. Bila
bahan-bahan ini masuk ke
dalam tubuh manusia, maka
akan berakibat fatal. Berbagai
penyakit akut maupun kronis
akan menyerang tubuh.

3. Rhodamine B kerupuk, sambak botol, dan menyebabkan iritasi bila


sirup terkena mata, menyebabkan
kulit iritasi dan kemerahan bila
terkena kulit hampir mirip
dengan sifat dari Klorin yang
seperti disebutkan di atas
berikatan dalam struktur
Rhodamin B. Penyebab lain
senyawa ini begitu berbahaya
jika dikonsumsi adalah
senyawa tersebut adalah
senyawa yang radikal.
Senyawa radikal adalah
senyawa yang tidak stabil.
Dalam struktur Rhodamin kita
ketahui mengandung klorin
(senyawa halogen), sifat
halogen adalah mudah
bereaksi atau memiliki
reaktivitas yang tinggi maka
dengan demikian senyawa
tersebut karena merupakan
senyawa yang radikal akan
berusaha mencapai kestabilan
dalam tubuh dengan berikatan
dengan senyawa-senyawa
dalam tubuh kita sehingga
pada akhirnya akan memicu
kanker pada manusia.

4. Methanil Yellow tahu; manisan mangga, atau Bahaya kronis dari


agar-agar yang sering dijual penggunaan Methanil Yellow
untuk jajanan anak sekolah. dalam jangka panjang
menyebabkan gangguan
kesehatan pada fungsi hati,
gangguan kandung kemih,
bahkan kanker. Beberapa
penyalahgunaan Rhodamin B
dan Methanil Yellow pada
pangan, antara lain pada
kerupuk, terasi, gulali serta
sirup berwarna merah. Inilah
yang memicu terjadinya
banyak penyakit baru pada
tubuh kita seperti penyakit
berbahaya seperti kanker.

Metanil yellow
merupakan salah satu pewarna
azo yang telah dilarang
digunakan dalam pangan. Pada
penelitian mengenai paparan
kronik metanil yellow terhadap
tikus putih (Rattus norvegicus)
yang diberikan melalui
pakannya selama 30 hari,
diperoleh hasil bahwa terdapat
perubahan hispatologi dan
ultrastruktural pada lambung,
usus, hati, dan ginjal. Hal
tersebut menunjukkan efek
toksik metanil yellow terhadap
tikus.

Sumber gambar : www.google.com

A. Boraks

Boraks umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas, pestisida, serta
campuran pembersih. Bahan ini diketahui memiliki bahaya bagi kesehatan jika tertelan.
Meski demikian, karena berbagai alasan, boraks sering ditambahkan ke dalam makanan.
Boraks tidak jarang digunakan sebagai bahan tambahan dalam berbagai makanan. Hal itu
karena boraks dinilai dapat mengawetkan produk, serta dapat meningkatkan kerenyahan
makanan. Padahal, boraks merupakan salah satu bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.

Ada berbagai alasan yang mendorong produsen pangan untuk menambahkan boraks
dalam makanan. Di antaranya, boraks mudah diperoleh di pasaran, harganya relatif murah,
membuat makanan tampak lebih menarik, tidak langsung menimbulkan efek negatif, dan
informasi bahwa boraks merupakan bahan berbahaya masih relatif terbatas, sementara bahan
ini telah digunakan sejak lama.

Ciri-ciri Makanan Mengandung Boraks, yaitu lebih tahan lama, dengan tekstur lebih
kenyal dan lembut, makanan tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar 25 derajat celcius,
bakso mengandung boraks bahkan bisa memantul jika dilempar ke lantai seperti bola bekel.

Konsumen seharusnya berhati-hati dalam memilih produk pangan. Jangan hanya menilai
makanan dari tampilan yang menggugah selera. Ketika membeli makanan dalam kemasan,
Apabila Anda produsen makanan, hindari mencampurkan boraks pada produk Anda. Ingatlah
bahwa boraks dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang berbahaya.
B. Formalin

Formalin biasa digunakan untuk mengawetkan mayat dan organ-organ makhluk hidup,
sebagai pembasmi hama, disinfektan dalam industri plastik dan busa serta untuk sterilisasi
ruangan. Para pedagang nakal sengaja memilih formalin karena harganya yang lebih murah
jika dibanding pengawet makanan yang diperbolehkan, seperti asam sorban atau natrium
benzoat. Selain murah, formalin juga lebih irit, mudah digunakan karena berbentuk larutan
serta mudah didapatkan di toko-toko kimia.

Ciri-ciri Makanan Mengandung Formalin, yaitu :

 Pada Ikan : berwarna putih bersih dan dagingnya kenyal ; nsang tidak berwarna merah
segar melainkan merah tua; pada suhu 25° bisa tahan hingga beberapa hari; tidak ada
bau amis khas ikan, melainkan bau menyengat khas formalin; sebagai uji sederhana,
coba suguhkan ikan yang baru saja Anda beli pada kucing. Bila kucing tidak mau
memakan bahkan pergi, itu pertanda ikan yang Anda beli mengandung formalin atau
bahan-bahan kimia lainnya.
 Ayam potong : berwarna putih bersih; pada suhu kamar bisa awet hingga beberapa
hari
 Tahu : memiliki bentuk yang sangat bagus dan kenyal; tekstur sangat halus, tak
mudah hancur; pada suhu 25° bisa tahan sampai 3 hari, di dalam pendingin tahan
hingga 2 minggu; bau cukup menyengat serta aroma khas kedelai sudah tidak begitu
terasa lagi.
 Mie basah : baunya sedikit menyengat; pada suhu ±25° (suhu kamar) bisa tahan
hingga 2 hari, sedangkan bila disimpan di dalam pendingan (suhu 10°) bisa awet
hingga lebih dari 15 hari; mie nampak mengkilap seperti dilumuri minyak, tidak
lengket dan sangat kenyal (tak mudah putus)

Keamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak dipelajari, karena manusia
semakin sadar akan pentingnya sumber makanan dan kandungan yang ada di dalam
makanannya.  Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan
suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di masyarakat,
masih banyak yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan pengawet untuh bahan-
bahan pangan dan yang non pangan. Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan
yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan.

C. Rhodamine B

Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri
tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan
melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan
Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, pada kerupuk, sambak
botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman.

Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar
dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan
sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat
berfluorensi dalam sinar matahari.

Ciri-ciri Makanan Mengandung Rhodamin B, yaitu warna kelihatan cerah (berwarna-


warni), sehingga tampak menarik; ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun);
muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya; baunya tidak alami sesuai
makanannya.

D. Methanil Yellow

Methanil yellow merupakan zat warna berbentuk serbuk, berwarna kuning kecoklatan,
larut dalam air, agak larut dalam aseton. Metanil Yellow adalah pewarna asam monoazo,
dengan rumus kimia C18H14N3O3SNa. Zat pewarna ini diseting untuk digunakan di industri
tekstil, penyamakan kulit, kertas, sabun, kosmetik, dan lilin terutama untuk tujuan
memberikan warna kuning cerah pada produknya.

Ciri-ciri Makanan Mengandung Metanil Yellow, yaitu warnanya kuning mencolok dan
kecenderungan warnanya berpendar.; banyak memberikan titik-titik warna yang tidak merata
dan terkadang warna terlihat tidak homogen (rata) seperti pada kerupuk; bila dikonsumsi
rasanya sedikit lebih pahit.

2. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang Diizinkan dengan Kadar Tertentu

Sering masyarakat bertanya kepada kami mengenai boleh tidaknya produk


makanan/minuman ditambah dengan pengawet, pewarna, pemanis yang tak lain tambahan
tersebut merupakan Bahan Tambahan Pangan (BTP). BTP tersebut boleh digunakan asalkan
masuk dalam daftar BTP yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Bahan Tambahan Pangan adalah bahan/campuran bahan yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Sesuai dengan PERMENKES No. 33 Tahun 2012
penggolangan BTP adalah sebagai berikut :

1. Antibuih (Antifoamng agent)

2. Antikempal (Anticacking agent)

3. Antioksidan (Antioxidant)

4. Bahan pengkarbonasi (Carbonating agent)

5. Garam pengemulsi (Emulsifying salt)

6. Gas untuk kemasan (Packaging gas)

7. Humektan (Humectant)
8. Pelapis (Glazing agent)

9. Pemanis (Sweetener)

10. Pembawa (Carrier)

11. Pembentuk gel (Gelling agent)

12. Pembuih (Foaming agent)

13. Pengatur keasaman (Acidity regulator)

14. Pengawet (Preservative)

15. Pengembang (Raising agent)

16. Pengemulsi (Emulsifier)

17. Pengental (Thickener)

18. Pengeras (Firming agent)

19. Penguat rasa (Flavour enhancer)

20. Peningkat volume (bulking agent)

21. Penstabil (Stabilizer)

22. Peretensi warna (Colour retention agent)

23. Perisa (Flavouring)

24. Perlakuan Tepung ( Flour treatment agent)

25. Pewarna (Colour)

26. Propelan (Propellant)

27. Sekuestran (Sequestrant)

Dari 27 golongan tersebut beberapa golongan yang biasa menjadi perhatian masyarakat akan
kami sampaikan sebagaimana berikut :

1. Bahan Pewarna (Colour Agent)

Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu :

o Memberikan kesan menarik bagi konsumen

o Menyeragamkan warna makanan

o Menstabilkan warna
o Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan

o Mengatasi perubahan warna selama penyimpanan

Bahan pewarna makanan dibagi menjadi 2 jenis yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis.

Pewarna alami adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi, atau derivatisasi
(sintesis parsial) dari tanaman, hewan, mineral atau sumber alami lain termasuk pewarna
identik alami.

Contoh : Kurkumin Cl.No.75300; Riboflavin; Karmin; Karmin Cl.No.75470; Klorofil


Cl.No.75810; Karamel; Beta-karoten Cl.No.75130; Antosianin; dan Titanium sioksida
Cl.No.77891.

Pewarna sintetis adalah pewarna yang diperoleh/dibuat secara sintesis kimiawi

Contoh : Tartrazin Cl. No. 19140; Kuning kuinolin Cl. No. 47005; Kuning FCF Cl. No.
15985 (sunset yellow FCF); Karmoisin Cl. No. 14720; Eritrosin Cl. No. 45430;  Biru berlian
FCF Cl. No. 42090; dan Hijau FCF Cl. No. 42053.

2. Bahan Pemanis (Sweetener)

Pemanis dapat berupa pemanis alami dan pemanis buatan.

Pemanis alami adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya
secara sintetik ataupun fermentasi.

Contoh : Sorbitol, Manitol, Isomalt, Glikosida steviol, Maltitiol, Silitol.

Pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak
terdapat di alam. Pemanis buatan sering ditambahkan ke dalam makanan dan minuman
sebagai pengganti gula karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami
(gula tebu/sukrosa), yaitu :

o Rasanya lebih manis

o  Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis

o Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah sehingga
cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes)

o Harganya lebih murah

Contoh : Siklamat, Sakarin, Aspartam, Asesulfam-K, Sukralosa, dam Neotam.

Tingkat kemanisan pemanis buatan tersebut dapat mencapai puluhan bahkan ratusan
kali gula alami. Siklamat mempunyai tingkat kemanisan 30-80 kali gula alami, Aspartam 180
kali gula sedangkan sakarin 300 kali gula alami, sehingga pemanis buatan tersebut sering
disebut sebagai biang gula.
Untuk anak-anak sebaiknya tidak diberikan makanan yang mengandung pemanis buatan
tersebut karena kandungan kalori yang rendah, sedangkan anak-anak membutuhkan kalori
yang tinggi untuk menunjang aktifitasnya. Dan di beberapa negara lain penggunaan beberapa
pemanis buatan juga sudah dilarang penggunaannya karena pada penggunaan dosis besar dan
jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Sebagai contoh siklamat sudah dilarang oleh
FDA Amerika Serikat.

3. Bahan Pengawet (Preservative)

Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat
mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi,
pengasaman atau peruraian yang disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen
pangan menggunakannya pada makanan yang relative awet dengan tujuan untuk
memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.

Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk mengawetkan berbagai
makanan adalah benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau kalium
benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan
berbagai makanan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal,
jem dan jeli, manisan, kecap dan lain-lain.

Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis manapun dosinya. Suatu
bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif
untuk mengawetkan makanan lainnya, karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda
sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.

Beberapa contoh bahan pengawet adalah sbb : Asam Benzoat dan garamnya (natrium,
kalium, kalsium), Asam Sorbat dan garamnya, Asam Propionat dan garamnya, Etil Paraben
(para-hidroksibenzoat), Metil Paraben, Sulfit/bisulfit/metabisulfit (natrium, kalium, kalsium),
Nitrit (kalium, natrium), Nitrat (kalium, natrium), Nisin, dan Lizosim hidroklorida.

3. Uji Kualittif Dan Uji Kuantitatif Untuk Mengidentifikasi Bahan Kimia


Berbahaya Pada Bahan Pangan
a. ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN FORMALIN
PADA IKAN ASIN

Bahan

Bahan yang digunakanyaitu KMnO4(teknis),ikan asin 5 g, 50 ml NaOH 0,1 N , 25 ml


H2O2, 2 tetes metil jingga, HCl 0,1 N (teknis).

Tahapan Penelitian

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Cluster Proposive Random Sampling dimana setiap pedagang ikan asin diambil 2 sampel
secara acak.

Analisis kualitatif (BPOM, 2000)

Masing-masing sampel ditimbang sebanyak 5 gram, ditambahkan 30 ml aquades


kemudian dihaluskan dan dimasukan ke dalam gelas piala 500 ml, selanjutnya disarig dengan
kain saring, di pipet filtratnya sebanyak 2 ml dimasukan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan satu tetes KMnO4. Terjadinya perubahan warna karena adanya formalin
ditunjukan oleh hilangnya warna pink dari KMnO4

Analisis kuantitatif (Suyatno,2007)

Uji kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode titrasi. Memulai dengan


mengambil sampel ikan asin 5 g dan disimpan dalam gelas ukur, kemudian tambahkan 30 ml
aquades setelah itu disaring dan di ambil filtratnya sebanyak 10 ml, setelah itu di tambahakan
25 ml H2O2, kemudian ditambahkan 50 ml NaOH 0,1 N kemudian ditambahkan 2 tetes
indikator pp dan di titrasi dengan HCl 0,1 N untuk mengukur volume dan kurfa standar
formalin pada ikan asin.

b. IDENTIFIKASI BORAKS, FORMALIN SERTA PEWARNA BERACUN DAN


BERBAHAYA MENUJU PRODUK MAKANAN SEHAT DAN HIGIENIS

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan meliputi alat-alat gelas
(tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, gelas beaker, pipet tetes, pipet ukur, gelas arloji),
cawan porselen, batang pengaduk, mortar dan stemper, bunsen dan spiritus, neraca analitik,
gunting, pinset, benang woll, spektrofotometer UV, spektrofometer serapan atom.

Bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan terdiri dari: natrium tetraboraks p.a, kalsium
karbonat p.a, kertas saring whatman 42, kertas kurkuma, kertas tumerik, asam klorida p.a,
asam sulfat p.a,mEtanol 95% (p.a), etil metil keton, dan aquademin. Sampel berupa makanan
dan minuman yang dijualmPKL

Preparasi Sampel

Sampel yang diperoleh ditempatkan dalam pack makanan atau minuman dan
selanjutnya dilakukan analisis pada saat itu juga.

Analisis kadar formalin secara spektrofotometri UV-Vis

Pada tahap ini, yang dilakukan adalah menimbang 5 gram sampel untuk selanjutnya
dihaluskan menggunakan mortar pestel. Sampel yang telah dilembutkan didistilasi
menggunakan 100 mL aquademin. Destilat yang diperoleh ditambahkan reagen Nash’s “B”
dengan perbandingan 1:2 dan selanjutnya dipanaskan selama 30 menit pada suhu 37 oC
menggunakan waterbath. Larutan blangko disiapkan antara aquademin dan reagen Nash’s
“B” dengan perbandingan 1:1. Absorbansi diukur pada λmaks 415 nm

Analisis kadar boraks secara volumetri

Analisis boraks secara volumetri dilakukan menggunakan konsep yaitu titrasi asam
basa. Sampel makanan diambil sebanyak 18 gram untuk selanjutnya dihaluskan dan
ditambahkan aquades. Sampel distirer menggunakan magnetik stirer selama 24 jam. Larutan
sampel diambil sebanyak 25 mL kemudian diberi 2 tetes HCl pekat, ditambahkan manitol 0,2
gram dan indikator pp 2 tetes. Titrasi dilakukan menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Volume
NaOH yang digunakan untuk titrasi dicatat. Larutan blangko yang digunakan adalah aquades.

Analisis Pewarna Makanan

Adanya pewarna yang berbahaya pada makanan dilakukan dengan cara menimbang
sampel sebanyak 10 gram dan ditambahkan 20 ml larutan ammonia 2 % selama 12 jam.
Selanjutnya ditambahkan 5 mL larutan asam asetat 10%. Benang wol dimasukkan hingga
pewarnanya terserap dan dididihkan selama 10 menit. Selanjutnya benang wol tersebut
dimasukkan ke dalam campuran alkohol 70% dan amonia 10% hingga pewarnanya terlarut.
Tahap akhir dilakukan analisis kromatografi lapis tipis (Hastuti, 2010).

Penentuan Kadar Rhodamin B

Penentuan kadar Rhodamin B dilakukan menggunakan plat KLT berukuran 20 x 20


cm yang dipanaskan dalam oven 100oC selama setengan jam. Sedangkan fase gerak yang
digunakan berupa n-butanol: etil asetat : ammonia (10:4:5). Sampel ditotolkan pada plat KLT
dengan pipa kapiler 1,5 cm dari bawah plat, jarak antara penotolan noda adalah 2 cm.
Selanjutnya dibiarkan mengering. Kemudian dimasukkan kedalam chamber. Dibiarkan
hingga terelusi sempurna, dikeringkan. Diamati warnanya menggunakan sinar UV. Apabila
noda merah jambu yang diamati pada sinar UV 254 nm dan 366 nm berfluoresensi kuning
atau orange, maka positif menunjukkan adanya rhodamin B (Ditjen POM, 2001).
Daftar Pustaka
Bahan Tambahan Pangan (BTP) Yang Diperbolehkan Dan Yang Berbahaya. (2013, October
2). Retrieved from Dinas Kesehatan Kabupaten Sukaharjo:
http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/bahan-tambahan-pangan-btp-yang-diperbolehkan-dan-
yang-berbahaya

Distapang, W. U. (2018, November 26). Waspadai 4 Bahan Berbahaya dalam Pangan.


Retrieved from Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang:
https://ketahananpangan.semarangkota.go.id/v3/portal/page/artikel/Waspadai-4-Bahan-
Berbahaya-dalam-Pangan-Berikut-Ini

Rosyidah, A., Murwani, I. K., Purwanti, E., & Ediati, R. (n.d.). IDENTIFIKASI BORAKS,
FORMALIN SERTA PEWARNA BERACUN DAN BERBAHAYA MENUJU PRODUK
MAKANAN SEHAT DAN HIGIENIS. Prosiding SEMATEKSOS 3 "Strategi Pembangunan
Nasional Menghadapi Revolusi Industri 4.0, 253-258.

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANANNOMOR 11 TAHUN 2019


TENTANG BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Sudarman, Karimuna, L., & Sadimantara, M. S. (2019). ANALISIS KUALITATIF DAN


KUANTITATIF KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG
DIPERDAGANGKAN DIPASAR SENTRAL KOTA DAN PASAR SENTRAL WUA-
WUA. J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP), 2658-2664.

Sumarto, Radiati, A., & Hadiningsih, N. (2021). MODUL PRAKTIKUM KEAMANAN


PANGAN. Tasikmalaya: Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Anda mungkin juga menyukai