BAHAYA KIMIA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keamanan Pangan
DOSEN PEMBIMBING
Disusun oleh :
NIM. P20631119037
Keberadaan senyawa kimia berbahaya masih ditemukan pada produk pangan yang
beredar di sekitar kita. Penyalahgunaan senyawa kimia berbahaya dilakukan oleh produsen
pangan karena kesengajaan dengan alasan pertimbangan ekonomi atau ketidaktahuan
produsen tersebut. Untuk itu, pengenalan dan cara identifikasi penggunaan bahan kimia
berbahaya di dalam pangan ini perlu diketahui sebagai bagian dari kegiatan pengawasan mutu
pangan yang bermanfaat bagi produsen maupun konsumen dan akademisi (mahasiswa)
sebagai calon pengawas pangan.
Bahan kimia berbahaya seperti Boraks, Formalin, Rhodamine B, dan Methanil Yellow
telah dilarang penggunaanya pada pangan sebagaimana telah dikeluarkan keputusannya oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Artinya, penggunaan bahan kimia
berbahaya tersebut di dalam pangan berapapun jumlahnya tidak diperkenan terdapat di dalam
bahan pangan. Hal ini berbeda dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang masih diizinkan
penggunaannya dalam bahan pangan dengan kadar tertentu. Sehingga, identifikasi bahan
kimia berbahaya tersebut cukup dilakukan dengan uji kualitatif. Jika keberadaan senyawa
kimia berbahaya tersebut ditemukan di dalam bahan pangan dengan kadar berapapun, dapat
dipastikan bahwa pangan tersebut sudah tidak aman.
2. Formalin ikan, ayam potong, tahu, mie Formalin memiliki efek toksik
basah yang sangat tinggi dan bersifat
karsinogenik yang akan
menyuburkan pertumbuhan
sel-sel kanker. Di dalam
formalin terkandung 37%
formaldehid dalam air, dan
bila digunakan untuk
mengawetkan, ditambahkan
metanol hingga 15%. Bila
bahan-bahan ini masuk ke
dalam tubuh manusia, maka
akan berakibat fatal. Berbagai
penyakit akut maupun kronis
akan menyerang tubuh.
Metanil yellow
merupakan salah satu pewarna
azo yang telah dilarang
digunakan dalam pangan. Pada
penelitian mengenai paparan
kronik metanil yellow terhadap
tikus putih (Rattus norvegicus)
yang diberikan melalui
pakannya selama 30 hari,
diperoleh hasil bahwa terdapat
perubahan hispatologi dan
ultrastruktural pada lambung,
usus, hati, dan ginjal. Hal
tersebut menunjukkan efek
toksik metanil yellow terhadap
tikus.
A. Boraks
Boraks umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas, pestisida, serta
campuran pembersih. Bahan ini diketahui memiliki bahaya bagi kesehatan jika tertelan.
Meski demikian, karena berbagai alasan, boraks sering ditambahkan ke dalam makanan.
Boraks tidak jarang digunakan sebagai bahan tambahan dalam berbagai makanan. Hal itu
karena boraks dinilai dapat mengawetkan produk, serta dapat meningkatkan kerenyahan
makanan. Padahal, boraks merupakan salah satu bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Ada berbagai alasan yang mendorong produsen pangan untuk menambahkan boraks
dalam makanan. Di antaranya, boraks mudah diperoleh di pasaran, harganya relatif murah,
membuat makanan tampak lebih menarik, tidak langsung menimbulkan efek negatif, dan
informasi bahwa boraks merupakan bahan berbahaya masih relatif terbatas, sementara bahan
ini telah digunakan sejak lama.
Ciri-ciri Makanan Mengandung Boraks, yaitu lebih tahan lama, dengan tekstur lebih
kenyal dan lembut, makanan tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar 25 derajat celcius,
bakso mengandung boraks bahkan bisa memantul jika dilempar ke lantai seperti bola bekel.
Konsumen seharusnya berhati-hati dalam memilih produk pangan. Jangan hanya menilai
makanan dari tampilan yang menggugah selera. Ketika membeli makanan dalam kemasan,
Apabila Anda produsen makanan, hindari mencampurkan boraks pada produk Anda. Ingatlah
bahwa boraks dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang berbahaya.
B. Formalin
Formalin biasa digunakan untuk mengawetkan mayat dan organ-organ makhluk hidup,
sebagai pembasmi hama, disinfektan dalam industri plastik dan busa serta untuk sterilisasi
ruangan. Para pedagang nakal sengaja memilih formalin karena harganya yang lebih murah
jika dibanding pengawet makanan yang diperbolehkan, seperti asam sorban atau natrium
benzoat. Selain murah, formalin juga lebih irit, mudah digunakan karena berbentuk larutan
serta mudah didapatkan di toko-toko kimia.
Pada Ikan : berwarna putih bersih dan dagingnya kenyal ; nsang tidak berwarna merah
segar melainkan merah tua; pada suhu 25° bisa tahan hingga beberapa hari; tidak ada
bau amis khas ikan, melainkan bau menyengat khas formalin; sebagai uji sederhana,
coba suguhkan ikan yang baru saja Anda beli pada kucing. Bila kucing tidak mau
memakan bahkan pergi, itu pertanda ikan yang Anda beli mengandung formalin atau
bahan-bahan kimia lainnya.
Ayam potong : berwarna putih bersih; pada suhu kamar bisa awet hingga beberapa
hari
Tahu : memiliki bentuk yang sangat bagus dan kenyal; tekstur sangat halus, tak
mudah hancur; pada suhu 25° bisa tahan sampai 3 hari, di dalam pendingin tahan
hingga 2 minggu; bau cukup menyengat serta aroma khas kedelai sudah tidak begitu
terasa lagi.
Mie basah : baunya sedikit menyengat; pada suhu ±25° (suhu kamar) bisa tahan
hingga 2 hari, sedangkan bila disimpan di dalam pendingan (suhu 10°) bisa awet
hingga lebih dari 15 hari; mie nampak mengkilap seperti dilumuri minyak, tidak
lengket dan sangat kenyal (tak mudah putus)
Keamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak dipelajari, karena manusia
semakin sadar akan pentingnya sumber makanan dan kandungan yang ada di dalam
makanannya. Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan
suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di masyarakat,
masih banyak yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan pengawet untuh bahan-
bahan pangan dan yang non pangan. Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan
yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan.
C. Rhodamine B
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri
tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan
melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan
Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, pada kerupuk, sambak
botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman.
Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar
dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan
sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat
berfluorensi dalam sinar matahari.
D. Methanil Yellow
Methanil yellow merupakan zat warna berbentuk serbuk, berwarna kuning kecoklatan,
larut dalam air, agak larut dalam aseton. Metanil Yellow adalah pewarna asam monoazo,
dengan rumus kimia C18H14N3O3SNa. Zat pewarna ini diseting untuk digunakan di industri
tekstil, penyamakan kulit, kertas, sabun, kosmetik, dan lilin terutama untuk tujuan
memberikan warna kuning cerah pada produknya.
Ciri-ciri Makanan Mengandung Metanil Yellow, yaitu warnanya kuning mencolok dan
kecenderungan warnanya berpendar.; banyak memberikan titik-titik warna yang tidak merata
dan terkadang warna terlihat tidak homogen (rata) seperti pada kerupuk; bila dikonsumsi
rasanya sedikit lebih pahit.
Bahan Tambahan Pangan adalah bahan/campuran bahan yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Sesuai dengan PERMENKES No. 33 Tahun 2012
penggolangan BTP adalah sebagai berikut :
3. Antioksidan (Antioxidant)
7. Humektan (Humectant)
8. Pelapis (Glazing agent)
9. Pemanis (Sweetener)
Dari 27 golongan tersebut beberapa golongan yang biasa menjadi perhatian masyarakat akan
kami sampaikan sebagaimana berikut :
Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu :
o Menstabilkan warna
o Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan
Bahan pewarna makanan dibagi menjadi 2 jenis yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis.
Pewarna alami adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi, atau derivatisasi
(sintesis parsial) dari tanaman, hewan, mineral atau sumber alami lain termasuk pewarna
identik alami.
Contoh : Tartrazin Cl. No. 19140; Kuning kuinolin Cl. No. 47005; Kuning FCF Cl. No.
15985 (sunset yellow FCF); Karmoisin Cl. No. 14720; Eritrosin Cl. No. 45430; Biru berlian
FCF Cl. No. 42090; dan Hijau FCF Cl. No. 42053.
Pemanis alami adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya
secara sintetik ataupun fermentasi.
Pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak
terdapat di alam. Pemanis buatan sering ditambahkan ke dalam makanan dan minuman
sebagai pengganti gula karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami
(gula tebu/sukrosa), yaitu :
o Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah sehingga
cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes)
Tingkat kemanisan pemanis buatan tersebut dapat mencapai puluhan bahkan ratusan
kali gula alami. Siklamat mempunyai tingkat kemanisan 30-80 kali gula alami, Aspartam 180
kali gula sedangkan sakarin 300 kali gula alami, sehingga pemanis buatan tersebut sering
disebut sebagai biang gula.
Untuk anak-anak sebaiknya tidak diberikan makanan yang mengandung pemanis buatan
tersebut karena kandungan kalori yang rendah, sedangkan anak-anak membutuhkan kalori
yang tinggi untuk menunjang aktifitasnya. Dan di beberapa negara lain penggunaan beberapa
pemanis buatan juga sudah dilarang penggunaannya karena pada penggunaan dosis besar dan
jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Sebagai contoh siklamat sudah dilarang oleh
FDA Amerika Serikat.
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat
mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi,
pengasaman atau peruraian yang disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen
pangan menggunakannya pada makanan yang relative awet dengan tujuan untuk
memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.
Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk mengawetkan berbagai
makanan adalah benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau kalium
benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan
berbagai makanan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal,
jem dan jeli, manisan, kecap dan lain-lain.
Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis manapun dosinya. Suatu
bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif
untuk mengawetkan makanan lainnya, karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda
sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.
Beberapa contoh bahan pengawet adalah sbb : Asam Benzoat dan garamnya (natrium,
kalium, kalsium), Asam Sorbat dan garamnya, Asam Propionat dan garamnya, Etil Paraben
(para-hidroksibenzoat), Metil Paraben, Sulfit/bisulfit/metabisulfit (natrium, kalium, kalsium),
Nitrit (kalium, natrium), Nitrat (kalium, natrium), Nisin, dan Lizosim hidroklorida.
Bahan
Tahapan Penelitian
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Cluster Proposive Random Sampling dimana setiap pedagang ikan asin diambil 2 sampel
secara acak.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan meliputi alat-alat gelas
(tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, gelas beaker, pipet tetes, pipet ukur, gelas arloji),
cawan porselen, batang pengaduk, mortar dan stemper, bunsen dan spiritus, neraca analitik,
gunting, pinset, benang woll, spektrofotometer UV, spektrofometer serapan atom.
Bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan terdiri dari: natrium tetraboraks p.a, kalsium
karbonat p.a, kertas saring whatman 42, kertas kurkuma, kertas tumerik, asam klorida p.a,
asam sulfat p.a,mEtanol 95% (p.a), etil metil keton, dan aquademin. Sampel berupa makanan
dan minuman yang dijualmPKL
Preparasi Sampel
Sampel yang diperoleh ditempatkan dalam pack makanan atau minuman dan
selanjutnya dilakukan analisis pada saat itu juga.
Pada tahap ini, yang dilakukan adalah menimbang 5 gram sampel untuk selanjutnya
dihaluskan menggunakan mortar pestel. Sampel yang telah dilembutkan didistilasi
menggunakan 100 mL aquademin. Destilat yang diperoleh ditambahkan reagen Nash’s “B”
dengan perbandingan 1:2 dan selanjutnya dipanaskan selama 30 menit pada suhu 37 oC
menggunakan waterbath. Larutan blangko disiapkan antara aquademin dan reagen Nash’s
“B” dengan perbandingan 1:1. Absorbansi diukur pada λmaks 415 nm
Analisis boraks secara volumetri dilakukan menggunakan konsep yaitu titrasi asam
basa. Sampel makanan diambil sebanyak 18 gram untuk selanjutnya dihaluskan dan
ditambahkan aquades. Sampel distirer menggunakan magnetik stirer selama 24 jam. Larutan
sampel diambil sebanyak 25 mL kemudian diberi 2 tetes HCl pekat, ditambahkan manitol 0,2
gram dan indikator pp 2 tetes. Titrasi dilakukan menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Volume
NaOH yang digunakan untuk titrasi dicatat. Larutan blangko yang digunakan adalah aquades.
Adanya pewarna yang berbahaya pada makanan dilakukan dengan cara menimbang
sampel sebanyak 10 gram dan ditambahkan 20 ml larutan ammonia 2 % selama 12 jam.
Selanjutnya ditambahkan 5 mL larutan asam asetat 10%. Benang wol dimasukkan hingga
pewarnanya terserap dan dididihkan selama 10 menit. Selanjutnya benang wol tersebut
dimasukkan ke dalam campuran alkohol 70% dan amonia 10% hingga pewarnanya terlarut.
Tahap akhir dilakukan analisis kromatografi lapis tipis (Hastuti, 2010).
Rosyidah, A., Murwani, I. K., Purwanti, E., & Ediati, R. (n.d.). IDENTIFIKASI BORAKS,
FORMALIN SERTA PEWARNA BERACUN DAN BERBAHAYA MENUJU PRODUK
MAKANAN SEHAT DAN HIGIENIS. Prosiding SEMATEKSOS 3 "Strategi Pembangunan
Nasional Menghadapi Revolusi Industri 4.0, 253-258.