Anda di halaman 1dari 2

TURUNNYA BUDAYA ANTRE MENGAKIBATKAN

MUNCULNYA BERBAGAI TINDAKAN NEGATIF

Antre, istilah itu tidak asing bagi kita. Antre adalah berdiri dalam deretan
memanjang sambil menunggu giliran untuk dilayani mengambil (membeli dan
sebagainya) sesuatu. Di sekolah-sekolah tentunya ada kegiatan yang
mengharuskan para siswanya untuk mengantre, misalnya di kantin siswa perlu
mengantre. Tetapi tidak semua siswa bersikap sabar dalam mengantre. Ketika
sikap ego mendominasi benak kita, tanpa mempedulikan perasaan dan
kepentingan siswa lain sehingga siswa lebih memilih main serobot begitu saja.
Ketika banyak siswa yang melakukan hal yang sama sehingga keributan bisa
saja terjadi.

Siswa dan siswi SMP Negeri 14 Pekalongan seharusnya dapat menerapkan


budaya antre dalam kehidupan sosial, misalnya mengantre untuk membeli
makanan di kantin. Siswa dapat melakukan banyak hal positif dalam satu
kesempatan tersebut, antara lain:

1. Patuh pada aturan


2. Sikap menghargai dan peduli terhadap orang lain
3. Melatih kesabaran dan pengendalian diri
4. Menjaga ketertiban demi kelancaran proses pelayanan
5. Tidak ada pihak yang merasa dirugikan
6. Memupuk sikap disiplin dan tanggung jawab diri pribadi terhadap kondisi
lingkungan

Adapun contoh dari dampak negatif, seperti; mengantre saat belanja bahan
pokok yang sedang sangat dibutuhkan bisa saja mengantri akan membuat si
pembeli menjadi tidak jadi belanja di tempat tersebut dan pindah ke tempat lain,
hal ini bisa membuat pemasukan tempat pembelanjaan tersebut menurun.
Menurut saya, mengantre juga dapat melatih diri untuk sabar dan kita di
biasakan untuk tertib. Sehingga tidak terjadi perselisihan yang berujung dengan
berkelahi atau berdebat di tempat umum. Saya setuju dengan dampak negatif
dari mengantre, apabila pemasukan dari tempat pembelanjaan menurun akan
mengakibatkan kerugian bagi pemilik toko atau tempat penjualan tersebut.

Contoh perbuatan siswa yang tidak mau mengantre, yaitu ketika siswa
sedang membeli jajan di kantin dan saling dorong-mendorong untuk mendapat
gilirannya dengan cepat dan biasanya di sertai dengan teriakan-teriakan yang
memekakan telinga siswa lain. Terkadang ada siswa yang terjepit dan terjatuh.
Akibatnya adalah adanya siswa yang kesakitan. Para siswa yang nakal
mendapat peluang lebih dalam menjalankan aksinya. Petugas kantin yang tidak
mungkin melayani siswa satu per satu menjadi peluang bagi siswa-siswa bakal
itu. Mereka kadang menganbil jajan 5 yang dibayar hanya 3, mengambil LKS
lalu pergi begitu saja. Seakan-akan mereka tidak punya malu. Bila hal itu terjadi
tentu saja merugikan kantin dan petugas kantin harus mengganti kerugian tidak
terpuji dari siswa yang tidak bertanggung jawab tersebut. Pendapat saya
mengenai masalah tersebut, seharusnya petugas kantin tempat atau fasilitas
menarik. Sebagaimana seperti memberi nomor antrean, menyediakan tempat
duduk bagi pengantre ataupun beri CCTV di kantin agar siswa juga terkontrol.
Dengan begitu, pengantre tidak bosan dan lebih sabar dalam mengantre.

Dari peristiwa di atas dapat disimpulkan bahwa budaya antre perlu


dibisakan dalam kehidupan sehari-hari karena besar manfaatnya, yaitu untuk
melatih sikap disiplin pada diri sendiri, yang pada akhirnya akan terbentuk
karakter pribadi yang bertanggung jawab dan patuh dengan kepentingan orang
lain di sekitarnya. Para siswa yang melanggar peraturan sebaiknya diberi sanksi
akan jera.

Anda mungkin juga menyukai