Anda di halaman 1dari 18

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


2. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-
FAKTOR PENYEBABNYA
3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG INTERAKSI
SOSIAL
4. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA
5. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar (ISBD)

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama :DESI MAULINA
NIM :C1G020063
Prodi/Kelas :AGRIBISNIS / B

PROGRAM STUDI AGRISBIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
COVER……………………………………………………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………. 2
BAB I ILMU SOSIAL DAN BUDAYA…….. ……………………………………………………………… 3
a) PENGERTIAN ISBD……………………………………………………………………………………. 3
b) KONSEP ISBD………...………………………………………………………………………………… 3
c) TUJUAN ISBD………...…………………………………………………………………………………. 4
BAB II.PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA…………………………………………………………… 5
a) PENGERTIAN………………………………………………………….……………………………….. 5
b) FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB……………………………………………………………….……… 6

BAB III. TEORI KEBUDAYAAN DAN INTERAKSI……………………………………………………… 8


a) TEORI KEBUDAYAAN………………………………………………………………………………….. 9
b) TEORI INTERAKSI……………………………………………………………………………………….10
BAB IV.HIRARKI KEBUTUHAN MANUSIA……………………………………………………………… 10
HIRARKI KEBUTUHAN MANUSIA …………………………………………………………………...10
BAB 1 ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

A. PENGERTIAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


ISBD senantisa berfokus pada cara-cara di mana masyarakat dan unsur
budaya mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Studi tersebut mengeksplorasi ritual,
kepercayaan dan tradisi budaya dan masyarakat yang berbeda. Selain itu, kita juga dapat
belajar tentang pengaruh perubahan budaya dan politik terhadap masyarakat, pengaruh media
massa, isu dan tren global, serta pembentukan identitas individual kelompok.

Istilah ISBD pertama kali dikembangkan di Indonesia untuk menggantikan istilah basic
humanitiesm yang berasal dari istilah dalam bahasa Inggris yaitu “the Humanities”.
Munculnya istilah humanities itu sendiri asalnya yaitu dari bahasa latin humnus yang
mempunyai arti manusia, berbudaya dan halus.

Ketika belajar tentang the humanities seseorang diharapkan bisa menjadi orang yang lebih
manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa the
humanities memiliki kaitan erat dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau
manusia berbudaya.

Oleh karena itulah Ilmu Sosial Budaya Dasar bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri, tapi merupakan suatu rangkaian pengetahuan yang berkaitan dengan aspek-aspek
yang paling mendasar dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan
masalah-masalah yang terwujud daripadanya.

Definisi ISBD (Ilmu Sosial Budaya Dasar) menurut para ahli, antara lain;

1. Kian Amboro, Definisi Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) yaitu ilmu pengetahuan
yang dinilai bisa berkontribusi secara nyata dalam meningkatkan pengetahuan dasar
yang mampu melakukan kajian pada masalah-masalah sosial kemanusiaan dan
kebudayaan.

B. Konsep-konsep ISBD (ilmu sosial budaya dasar) antara lain :

1. Manusia dan Tangung Jawab Manusia dan Pengabdian


Dasar tanggung jawab adalah hakekat keberadaan manusia sebagai mahluk yang mau
menjadi baik dan memeperoleh kebahagiaan.Manusia dan PengabdianPengabdian
diartikan sebagai perihal perilaku berbakti atau meperhamba diri kepada tugas yang
(dianggap) mulia.Manusia dan Pandangan HidupPandangan hidup berkenan dengan
eksistensi manusia di dunia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama dan
dengan alam tempat kita berdiam.
2. Manusia dan Keindahan. Manusia dan Kegelisahan.
Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi
kehidupan.Manusia dan Kegelisahan.Kegelisahan adalah merupakan gambaran
keadaan seseorang yang tidak tentram (hati maupun perbuatannya), rasa khawatir,
tidak tenang dalam tingkah laku.
3. Manusia, keragaman dan kesederajatan
Struktur masyarakat Indonesia majemuk dan dinamis, ditandai keragaman suku
bangsa, agama dan kebudayaan.Keragaman disisi lain membanggakan, dan sisi lain
mengandung potensi masalah konflik.Keragaman bisa diatasi dengan semangat
pluralisme, keterbukaan dan mengembangkan kesederajatan.
4. Manusia, sains dan teknologi
Sains dan tekhnologi dapat berkembang melalui kreativitas penemuan (discovery),
penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa.Kegunaan nyata
IPTEK bagi manusia sangat tergantung dari nilai, moral, norma dan hukum yang
mendasarinya. IPTEK tanpa nilai sangat berbahaya dan manusia tanpa IPTEK
mencermikan keterbelakangan.
5. Manusia dan lingkungan
Perlakuan manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan
lingkungan terhadap kehidupannya sendiri.Bagaimana manusia mensikapi dan
mengelola lingkungannya pada akhirnya akan mewujudkan pola-pola peradaban dan
kebudayaan.

C. Tujuan Ilmu Sosial Budaya Dasar


Pengembangan Ilmu Sosial Budaya Dasar memiliki tujuan umum yaitu;

1. Sebagai Pengetahuan, sebagai ilmu pengetahuan untuk membentuk dan


mengembangkan kepribadian serta memberikan kontribusi secara nyata dalam
perluasan wawasan yang diberikan oleh setiap insan.
2. Menjadikan mahasiswa agar lebih peka terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka
mudah beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru,
terutama beradaptasi dengan hal-hal yang pentin profesi mereka nantinya.
3. Menjadikan mahasiswa memiliki wawasan yang lebih luas tentang permasalahan-
permasalahana kemánusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka
terhadap persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut melalui kesempatan-
kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa.
4. Menjadikan mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa dan negara dengan masing-
masing keahlian sesuai bidangnya, serta menghindarkan diri agar tidak terjatuh ke
dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan dengan disiplin yang ketat. Upaya
tersebut terjadi sebab ruang lingkup pendidikan kita sangatlah sempit dan condong
menjadikan manusia spesialis yang berpandangan kurang luas. kedaerahan dan
pengkotakan disiplin ilmu yang ketat.
5. Menciptakan wahana komunikasi bagi para akademisi agar mereka memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk berdialog satu sama lain, sehingga dengan
memiliki satu bekal yang sama, diharapkan para akademisi tersebut bisa lebih lancar
dalam berkomunikas.

BAB II

PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA

A. PENGERTIAN

➢ Perubahan sosial merupakan perubahan -perubahan yang terjadi pada


lembaga -lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
memengaruhi sistem sosialnya , termasuk nilai, sikap -sikap sosial, dan
pola perilaku di antara kelompok -kelompok dalam masyarakat. Sebagian
teori-teori tentang perubahan sosial bersifat khusus dan terperinci pada aspek-
aspek tertentu dalam masyarakat atau institusi.

➢ Perubahan budaya sebenarnya lebih mengacu pada sebuah perubahan dalam


proses tata sosial dalam masyarakat. Beberapa perubahan budaya ini termasuk
juga perubahan dalam lingkungan, lembaga, perilaku dan juga hubungan
sosial. Selain itu, perubahan budaya juga bisa mengacu pada gagasan untuk
sebuah kemajuan sosial dan juga evolusi sosial dan budaya. Perubahan budaya
sendiri biasanya dapat berlangsung dengan sangat cepat ataupun lambat dan
umumnya sangat tidak bisa disadari oleh masyarakat dalam sebuah negara.
Karena hanya beberapa orang yang mengetahuinya ketika orang tersebut
mulai membandingkan kehidupan sosial di masa lalu dan masa saat
ini.Perubahan budaya dalam kehidupan masyarakat biasanya dapat terjadi
masyarakat itu sendiri menginginkan sebuah perubahan

A. Faktor-faktor penyebab
• Faktor Internal Pemicu Perubahan Sosial Budaya Faktor internal merupakan faktor-
faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, baik yang berupa kolektif
ataupun individu. Dalam faktor internal terdapat empat hal yang menjadi penyebab
terjadinya perubahan sosial budaya pada masyarakat.
Berikut sejumlah faktor penyebab perubahan sosial budaya dari kategori
internal:
1. Perubahan Jumlah Penduduk (Populasi) Bertambah atau berkurangnya
penduduk dalam suatu wilayah menyebabkan terjadinya perubahan sosial baik
di daerah tujuan maupun daerah yang ditinggalkan. Contohnya, ketika
penduduk Pulau Jawa pindah ke Pulau Kalimantan. Maka, di Pulau
Kalimantan akan terjadi perubahan struktur masyarakat terutama lembaga
kemasyarakatannya dalam bentuk aturan dan norma. Sedangkan di wilayah
Pulau Jawa, akan terjadi pengurangan penduduk yang mempengaruhi
pembagian kerja dan stratifikasi sosial lembaga-lembaga kemasyarakatan
2. Adanya Penemuan atau Inovasi Baru Lahirnya penemuan dan inovasi baru
sangat mempengaruhi perubahan yang terjadi di masyarakat. Contohnya:
penemuan internet membuat masyarakat lebih mudah dalam mengakses
informasi.
3. Konflik Sosial Konflik sosial di antara kelompok masyarakat dapat
mendorong terjadinya suatu perubahan sosial. Misalnya, konflik yang terjadi
antara warga lokal dengan warga luar daerah, ini menjadikan warga lokal sulit
untuk menerima kehadiran warga dari daerah lain di wilayahnya.
4. Terjadinya Pemberontakan dan Revolusi dalam Masyarakat
Pemberontakan terjadi karena ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem
kekuasaan pemerintah. Hal ini dapat memicu munculnya gerakan revolusi
yang akan membawa perubahan besar dalam masyarakat.
• faktor Eksternal Pemicu Perubahan Sosial Budaya Faktor Eksternal ialah faktor-
faktor penyebab perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat.

Faktor-faktor eksternal itu terdiri dari tiga,yaitu:


1. Perubahan Lingkungan Alam Perubahan lingkungan yang terjadi akibat bencana
alam banjir, gempa bumi, tsunami, puting beliung dan sebagainya. Dalam kategori ini,
termasuk perubahan lingkungan karena alam yang dirusak manusia, menjadi salah
satu faktor penyebab perubahan sosial. Kondisi ini memaksa manusia untuk
mengungsi dan berpindah tempat. Di tempat baru itu, akan terjadi perubahan sosial
baik dari lembaga kemasyarakatan maupun lingkungan sekitar.
2. Peperangan Peperangan yang dimenangkan oleh pihak lawan dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sosial di wilayah yang mengalami kekalahan. Kebijakan-
kebijakan baru dari suatu pemerintah pemenang perang yang diberlakukan dapat
menjadi sebab perubahan ini terjadi.
3. Pengaruh Budaya Masyarakat Lain Masuknya pengaruh budaya asing ke suatu
daerah lewat proses pertukaran budaya maupun media massa dapat mempengaruhi
budaya asli di wilayah tersebut. pengaruh budaya asing dapat memicu terjadinya
asimilasi dan akulturasi budaya yang melahirkan perubahan sosial di masyarakat.

Faktor Pendorong & Penghambat Perubahan Sosial Budaya


A. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
1. Kontak dengan budaya lain
2. Sikap menghargai karya orang lain
3. Sistem pendidikan yang maju
4. Keinginan untuk maju
5. Penduduk yang heterogeny
6. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
7. Sistem pelapisan terbuka
8. Orientasi ke masa depan
B. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2. Masyarakat yang bersikap tradisional
3. Pendidikan yang rendah
4. Adanya kepentingan yang tertanam kuat
5. Ketakutan akan terjadinya kegoyahan integrasi
6. Prasangka buruk terhadap unsur budaya asing
7. Hambatan ideologis.

BAB III

TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI INTERAKSI

1. Teori Kebudayaan

Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar pembangunan


masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoritis tentang kebudayaan dapat mengembangkan
sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai kebudayaan-kebudayaan yang lain dan pola
perilaku yang bersumber pada kebudayaan sendiri.

Pengetahuan yang ada belum menjamin adanya kemampuan untuk dapat digunakan bagi
tujuan-tujuan praktis karena antara toeri dan praktek terdapat sisi-antara (interface) yang
harus diteliti secara tuntas agar dengan pengetahuan yang diperoleh lebih lanjut dari
penelitian yang dilakukan, konsekuensi dalam penerapan praktis dapat dikendalikan secara
ketat. Dengan demikian akan didapat pemahaman tentang prinsip-prinsip dan konsep-konsep
dasar yang melandasi pandangan-pandangan teoritis tentang kebudayaan.

Secara garis besar hal yang dibahas dalam teori kebudayaan adalah memandang kebudayaan
sebagai, (a)Sistem adaptasi terhadap lingkungan.(b)Sistem tanda.(c) Teks, baik memahami
pola-pola perilaku budaya secara analogis dengan wacana tekstual, maupun mengkaji hasil
proses interpretasi teks sebagai produk kebudayaan.(d) Fenomena yang mempunyai struktur
dan fungsi. (e) Dipandang dari sudut filsafat.

Sebelum lebih lanjut memahami teori kebudayaan ada baiknya kita meninjau terlebih dahulu
wilayah kajian kebudayaan, atau lebih tepatnya Ilmu Pengetahuan Budaya. Jika menilik
pembagian keilmuan seperti yang diungkapkan oleh Wilhelm Dilthey dan Heinrich Rickert,
mereka membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua bagian, yaitu Naturwissenschaften (ilmu
pengetahuan alam) dimana dalam proses penelitiannya berupaya untuk menemukan hukum-
hukum alam sebagai sumber dari fenomena alam. Sekali hukum ditemukan, maka ia
dianggap berlaku secara universal untuk fenomena itu dan gejala-gejala yang berkaitan
dengan fenomena itu tanpa kecuali. Dalam Naturwissenschaften ini yang ingin dicari adalah
penjelasan (erklären) suatu fenomena dengan menggunakan pendekatan nomotetis.

Hal lain adalah Geisteswissenschaften (ilmu pengetahuan batin)atau oleh Rickert disebut
dengan Kulturwissenschaften (ilmu pengetahuan budaya) dimana dalam tipe pengetahuan ini
lebih menekankan pada upaya mencari tahu apa yang ada dalam diri manusia baik sebagai
mahluk sosial maupun mahuk individu. Terutama yang berkaitan pada faktor-faktor yang
mendorong manusia untuk berperilaku dan bertindak menurut pola tertentu. Upaya
memperoleh pengetahuan berlangsung melalui empati dan simpati guna memperoleh
pemahaman (verstehen) suatu fenomena dengan menggunakan pendekatan ideografis.

Terlepas dari itu semua maka kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu fenomena sosial dan
tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga masyarakat yang mendukung atau
menghayatinya. Sebaliknya, keteraturan, pola, atau konfigurasi yang tampak pada perilaku
dan tindakan warga suatu masyarakat tertentu dibandingkan perilaku dan tindakan warga
masyarakat yang lain, tidaklah dapat dipahami tanpa dikaitkan dengan kebudayaan.

Mengenai pembagian wilayah keilmuan ini terdapat kerancuan terutama yang berkenaan
dengan peristilahan human science dan humanities. Pada masa Yunani dan Romawi,
pendidikan yang berkaitan dengan humanities adalah yang berkaitan dengan pemberian
keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan agar seseorang mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya tentang kemanusian yang berbudi dan
bijaksana secara sempurna. Adapun mata pelajaran yang diberikan untuk mencapai hal itu
adalah filsafat, kesusastraan, bahasa (reotrika, gramatika), seni rupa dan sejarah. Maka dari
penjelasan ini, humanities atau humaniora lebih mendekati pada ilmu pengetahuan budaya.
Berbicara tentang kebudayaan maka tidak bisa terlapsa dari peradaban. Berikut ini beberapa
dimensi dari peradaban, diantaranya, pertama, Adanya kehidupan kota yang berada pada
tingkat perkembangan lebih „tinggi“ dibandingkan dengan keadaan perkembangan didaerah
pedesaan. Kedua, Adanya pengendalian oleh masyarakat dari dorongan-dorongan elementer
manusia dibandingkan dengan keadaan tidak terkendalinya atau pelampiasan dari dorongan-
dorongan itu.
Selain menganggap corak kehidupan kota sebagai lebih maju dan lebih tinggi dibandingkan
dengan corak kehidupan di desa, dalam pengertian peradaban terkandung pula suatu unsur
keaktifan yang menghendaki agar „kemajuan“ itu wajib disebarkan ke masyarakat dengan
tingkat perkembangan yang lebih rendah, yang berada di daerah-daerah pedesaan yang
terbelakang.

Peradaban sebenarnya muncul setelah adanya masa kolonialisasi dimana ada semangat untuk
menyebarkan dan menanamkan peradaban bangsa kolonial dalam masyarakat jajahannya,
sehingga pada masa itu antara masyarakat yang „beradab“ dan „kurang beradab“ dapat
digeneralisasikan sebagai corak kehidupan barat versus coak kehidupan bukan barat.Unsur
lain yang terkandung dalam makna „peradaban adalah kemajuan sistem kenegaraan yang
jelas dapat dikaitkan dengan pengetian civitas. Implikasinya adalah bahwa penyebaran sistem
politik barat dapat merupakan sarana yang memungkinkan penyebaran unsur-unsur
peradaban lainnya. Corak kehidupan kota atau kehidupan yang beradab pada hakikatnya
berarti tata pergaulan sosial yang sopan dan halus, yang seakan-akan mengikis dan
melicinkan segi-segi kasar.

Dari penjelasan definisi peradaban diatas yang hampir merangkum semua unsur adalah
definisi yang diambil dari bahasa Belanda (beschaving) yang mengatakan bahwa peradaban
meliputi tatacara yang memungkinkan berlangsungnya pergaulan sosial yang lancar dan
sesuai dengan norma-norma kesopanan yang berlaku dalam masyarakat barat.

Dalam mengkaji kebudayaan, unit analisa atau obyek dari kajiannya dapat dikategorikan
kedalam lima jenis data, yaitu, (a) artifak yang digarap dan diolah dari bahan-bahan dalam
linglkungan fisik dan hayati, (b) perilaku kinetis yang digerakkan oleh otot manusia, (c)
perilaku verbal yang mewujudkan diri ke dalam dua bentuk yaitu (d) tuturan yang terdiri atas
bunyi bahasa yang dihasilkan oleh pita suara dan otot-otot dalam rongga mulut dan (e) teks
yang terdiri atas tanda-tanda visual sebagai representasi bunyi bahasa atau perilaku pada
umumnya. Baik artifak, teks, maupun periaku manusia memperlihatkan tata susunan atau
pola keteraturan tertentu yang dijadikan dasar untuk memperlakukan hal-hal itu sebagai data
yang bermakna, karena merupakan hasil kegiatan manusia sebagai mahluk yang terikat pada
kelompok atau kolektiva, dan karena keterikatan itu mewujudkan kebermaknaan itu.

Teori kebudayaan adalah usaha untuk mengonseptualkan kebermaknaan itu, untuk


memahami pertalian antara data dengan manusia dan kelompok manusia yang mewujudkan
data itu. Teori kebudayaan adalah usaha konseptual untuk memahami bagaimana manusia
menggunakan kebudayaan untuk melangsungkan kehidupannya dalam kelompok,
mempertahankan kehidupannya melalui penggarapan lingkungan alam dan memelihara
keseimbangannya dengan dunia supranatural.

Keragaman teori kebudayaan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu, (a) perspektif
perkembangan sejarah yang melihat bahwa keragaman itu muncul karena aspek-aspek
tertentu dari kebudayaan dianggap belum cukup memperoleh elaborasi. Dan (b) perspekif
konseptual yang melihat bahwa keragaman muncul karena pemecahan permasalahan
konseptual terjadi menurut pandangan yang berbeda-beda. Dalam memahami kebudayaan
kita tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. de Saussure merumuskan setidaknya ada
tiga prinsip dasar yang penting dalammemahami kebudayaan, yaitu:

1. Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant, signifier, penanda)
dan yang ditandai (signifié, signified, petanda). Penanda adalah citra bunyi
sedangkan petanda adalah gagasan atau konsep. Hal ini menunjukkan bahwa
setidaknya konsep bunyi terdiri atas tiga komponen (1) artikulasi kedua bibir, (2)
pelepasan udara yang keluar secara mendadak, dan (3) pita suara yang tidak
bergetar.

2. Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure adalah tidak
adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak mempunyai nomenclature. Untuk
memahami makna maka terdapat dua cara, yaitu, pertama, makna tanda ditentukan
oleh pertalian antara satu tanda dengan semua tanda lainnya yang digunakan dan
cara kedua karena merupakan unsur dari batin manusia, atau terekam sebagai kode
dalam ingatan manusia, menentukan bagaimana unsur-unsur realitas obyektif
diberikan signifikasi ataukebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.

3. Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan


adalah hubungan antara individu dan masyarakat. Untuk bahasa, menurut Saussure
ada langue dan parole (bahasa dan tuturan). Langue adalah pengetahuan dan
kemampuan bahasa yang bersifat kolektif, yang dihayati bersama oleh semua
warga masyarakat; parole adalah perwujudan langue pada individu. Melalui
individu direalisasi tuturan yang mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku secara
kolektif, karena kalau tidak, komunikasi tidak akan berlangsung secara lancar.
Gagasan kebudayaan, baik sebagai sistem kognitif maupun sebagai sistem struktural, bertolak
dari anggapan bahwa kebudayaan adalah sistem mental yang mengandung semua hal yang
harus diketahui individu agar dapat berperilaku dan bertindak sedemikian rupa sehingga
dapat diterima dan dianggap wajar oleh sesama warga masyarakatnya.

2. Teori Interaksi

Teori Interaksi Sosial Menurut Ahli Sosiologi

Pembahasan terkait dengan interaksi sosial sudah dijelaskan oleh beberapa ahli
sosiologi pada era abad ke-19 dan awal 20. Di antaranya ialah George Herbert Mead
dan Erving Goffman.

Keduanya menjelaskan interaksi sosial sebagai suatu bentuk aktivitas individu yang
dapat menjadi faktor pembentuk kepribadian dari setiap orang. Kedua sosiolog itu
juga merumuskan teori tentang interaksi sosial, yakni Interaksionisme Simbolik dan
Dramaturgi.

• Teori Interaksionisme Simbolik

Teori Interaksionisme Simbolik dikemukakan oleh George Herbert Mead. Menurut


pendapat Mead, interaksi sosial terjadi karena penggunaan simbol-simbol yang
memiliki makna. Simbol tersebut menciptakan makna yang dapat memicu adanya
interaksi sosial antar individu.

Contoh interaksionisme simbolik dalam aktivitas sehari-hari yaitu ketika kita sedang
melakukan aktivitas berbelanja di mana terdapat pelayan yang menawarkan berbagai
produk. Oleh karena itu dalam hal ini kita akan menempatkan diri sebagai seorang
konsumen. Interaksionisme simbolik pada contoh ini memberikan makna atas suatu
peran dan juga aktivitas pada setiap individu.

• Teori Dramaturgi

Teori Dramaturgi dikonsepsikan oleh Erving Goffman. Menurut Goffman, interaksi


sosial seperti suatu pertunjukan seni. Sebab, dalam interaksi sosial ada dua jenis
kehidupan, yaitu backstage (belakang panggung) dan juga frontstage (depan
panggung).

Teori Goffman menggambarkan kehidupan manusia yang memiliki perbedaan pola


interaksi yang tergantung pada situasi dan kondisi.
Dalam kehidupan sehari-hari, dramaturgi dalam interaksi sosial terlihat seperti dalam
kehidupan seorang Ayah. Saat bekerja, seorang ayah mungkin akan menjadi seorang
bos yang akan bersikap tegas kepada bawahannya di perusahaan. Sebaliknya, saat di
rumah dan menjadi figur ayah, sosok itu mungkin akan lebih ramah dan bersahabat
kepada anak-anaknya.

Jenis-Jenis Interaksi Sosial

Ada beragam jenis interaksi sosial yang dipelajari dalam sosiologi. Secara umum,
mengutip isi dari penjelasan di publikasi Kemdikbud, jenis interaksi sosial bisa
terbagi menjadi tiga, yakni hubungan orang per-orang, relasi individu dan kelompok,
serta hubungan antar-kelompok. Pembagian jadi 3 jenis ini didasari atas subyek yang
terlibat dalam interaksi.

Sementara mengutip situs Lumen Learning, terdapat setidaknya 5 jenis interaksi


sosial. Detailnya adalah sebagai berikut.

➢ Komunikasi Non-Verbal

Proses komunikasi ini dilakukan tanpa adanya aktivitas verbal antar individu.
Jenis interaksi sosial seperti ini banyak ditemukan dewasa ini seperti dalam
aktivitas media sosial.

➢ Pertukaran Sosial Jenis interaksi sosial ini melakukan aktivitas pertukaran


yang mengarah pada hubungan antar individu. Munculnya pertukaran
didasarkan pada kepentingan satu sama lain dengan membentuk suatu
hubungan.

➢ Kerja sama Proses ini merupakan suatu kegiatan kerja atau melakukan
sesuatu secara bersamaan antara dua orang individu atau lebih. Kerja sama
bisa terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu dipaksakan, sukarela, dan tidak
disengaja.

➢ Konflik Dalam sosiologi, konflik dianggap sebagai hal yang normal yang ada
dalam suatu interaksi sosial

➢ . Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya kepentingan pribadi atau perebutan
suatu kendali atas sumber daya yang langka.
➢ Kompetisi Kompetisi juga wajar dalam aktivitas interaksi sosial. Kompetisi
memicu terjadinya interaksi sosial satu sama lain dalam suatu kelompok,
yakni antar-individu, ataupun antarkelompok.

BAB IV

HIRARKI KEBUTUHAN MANUSIA

Tidak bisa dimungkiri bahwa seluruh manusia pasti memiliki kebutuhan. Kebutuhan muncul
sebagai upaya manusia untuk mempertahankan hidupnya.

Kebutuhan manusia memang bermacam-macam, tapi ada satu teori terkenal yang bisa
menjelaskan konsep kebutuhan manusia. Teori tersebut adalah teori hierarki kebutuhan yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow. Abraham Maslow sendiri merupakan tokoh psikologi
asal Amerika Serikat.

Menurut Maslow, kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki. Disebut hierarki karena
memang manusia memenuhi kebutuhannya secara berjenjang.

Manusia akan berusaha memenuhi satu jenjang kebutuhan terlebih dahulu. Setelah jenjang
pertama terpenuhi, maka manusia akan mencoba memenuhi kebutuhan yang ada di jenjang
berikutnya.

Dilansir dari buku Perilaku Organisasi (2008) karya Stephen P. Robbins dan Timothy A.
Judge, dijelaskan lima hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, yaitu:

Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling mendasar dari hierarki Maslow.
Kebutuhan ini disebut juga sebagai kebutuhan primer, seperti makan, minum, pakaian, dan
tempat tinggal.
Manusia akan memenuhi kebutuhan fisiologis terlebih dahulu sebelum ia beranjak ke
kebutuhan berikutnya. Sebab, kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling kuat
dan mendesak pemenuhannya.
• Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan yang menempati posisi kedua dari hierarki
Maslow. Kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan keamanan dan perlindungan dari
bahaya fisik dan emosi.
Kebutuhan ini didapatkan setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi. Kebutuhan rasa aman
dipenuhi untuk mendukung pemenuhan kebutuhan lain agar bisa terus berjalan dengan baik.
• Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan yang menempati posisi ketiga dari hierarki Maslow.
Kebutuhan sosial ini meliputi kebutuhan kasih sayang, rasa memiliki, bersosialisasi,
penerimaan, dan persahabatan.
Manusia sejatinya adalah makhluk sosial, tidak mengherankan jika manusia membutuhkan
sosialisasi dalam menjalani hidupnya. Sebab dalam menjalani hidupnya, manusia senantiasa
membutuhkan bantuan dari orang lain.
• Kebutuhan penghargaan
Kebutuhan penghargaan merupakan kebutuhan yang menempati posisi keempat dari hierarki
Maslow. Dalam buku Perilaku Organisasi (2018) karya Timotius Duha, dijelaskan bahwa
kebutuhan penghargaan meliputi faktor-faktor internal seperti harga diri, otonomi, dan
prestasi serta faktor-faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. Kebutuhan
penghargaan atau disebut juga kebutuhan harga diri merupakan hak untuk memperoleh dan
kewajiban untuk meraih atau mempertahankan pengakuan dari orang lain.
Pengakuan akan diperoleh seseorang apabila telah sukses dalam memenuhi kebutuhan
sosialnya. Kebutuhan ini bisa menjadi sangat ambisius apabila yang memenuhi kebutuhan ini
adalah seseorang yang sering mencari status.
• Kebutuhan aktualisasi
Diri Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang menempati posisi tertinggi dari
hierarki Maslow. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang
ada pada diri sendiri, kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan diri, serta kebutuhan untuk
menjadi orang yang lebih baik.
Kebutuhan ini umumnya jarang dipenuhi oleh seseorang. Sebagian besar orang-orang hanya
fokus pada kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, dan harga diri.
Kebutuhan ini biasanya hanya dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menaklukkan
kemampuan dirinya dan yang berani menerima tantangan dari luar.
Tujuan utama pemenuhannya adalah untuk memperoleh kepuasan batin dan meningkatkan
kepercayaan diri.
BAB V
SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)

Mekanis-OrganisTeori yang terkenal dari adalah solidaritas mekanik dan Organik. Ini
dihasilkan dari studi dan penelitiannya dalam dunia sosial. Masyarakat tradisional oleh
Durkheim disebut solidaritas mekanis, dengan ciri kesamaan, spontan, karena memiliki
fungsi sebagai hati-nurani bersama. Keberadaan masyarakat dan tindak mekanisnya dia
tunjukkan dalam proses penghukuman, tergantung seberapa besar itu melukai hati nurani
bersama.
Masyarakat modern disebutnya solidaritas organis, dengan ciri keberbedaan seperti organ-
organ dalam suatu organisme, namun bersatu karena saling terjalin dan tergantung.

Jadi, masyarakatlah yang mengeluarkan fungsinya sendiri. Masyarakat juga yang


memengaruhi tindakan anggotanya. Ini dibuktikan dengan penelitiannya mengenai peristiwa
bunuh diri. Peristiwa bunuh diri yang seringkali dikira sangat pribadi itu ternyata peristiwa
sosial.

Perbedaan kedua ciri solidaritas ini sangat nampak setelah industrialisasi. Masyarakat post-
industri harus berada dalam bagian-bagiannya yang berbeda namun saling bergantung.

Gemeinschaft.

Gemeinschaft dalam bahasa Inggris disebut communal society atau masyarakat komunal.
Dalam bahasa Indonesia disebut paguyuban.

Gemeinschaft adalah asosiasi sosial di mana individu-individu cenderung ke arah komunitas


sosial daripada keinginan dan kebutuhan individu mereka.

Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama, anggotanya diikat oleh hubungan batin yang
murni, bersifat alami dan kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan yang
telah dikodratkan.

Biasanya paguyuban lahir dari dalam diri individu ditandai dengan rasa solidaritas dan
identitas yang sama. Keinginan untuk berhubungan didasarkan atas kesamaan dalam
keinginan dan tindakan.

Gemeinschaft dan Gesellschaft (dalam bahasa Indonesia dipadankan


menjadi paguyuban dan patembayan) adalah istilah yang diperkenalkan oleh sosiolog
berkebangsaan Jerman, untuk membedakan dua ikatan sosial menjadi dua dikotomi tipe
sosiologis. Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama, anggotanya diikat oleh hubungan
batin yang murni, bersifat alami dan kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa
persatuan yang telah dikodratkan. Biasanya paguyuban lahir dari dalam diri individu ditandai
dengan rasa solidaritas dan identitas yang sama. Keinginan untuk berhubungan didasarkan atas
kesamaan dalam keinginan dan tindakan

Gemeinschaft dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Gemeinschaft ikatan darah, hubungannya didasarkan pada ikatan darah atau keturunan
2. Gemeinschaft ikatan tempat, hubungannya didasarkan pada kedekatan tempat
tinggal atau kesamaan lokasi
3. Gemeinschaft ikatan ideologi/pemikiran, hubungannya didasarkan pada
kesamaan ideologi meskipun tidak memiliki ikatan darah maupun tempat tinggal yang
berdekatan

Sedangkan gesellschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya mempunyai


hubungan yang sifatnya sementara dan disatukan oleh pemikiran yang
sama. Gesselschaft ditentukan oleh kurwille (kehendak rasional) dan dilambangkan
oleh masyarakat kosmopolitan modern dengan birokrasi pemerintah dan organisasi industri
besar. Dalam gesellschaft, kepentingan pribadi yang rasional dan tindakan penghitungan
melemahkan ikatan tradisional keluarga, kekerabatan dan agama.

Hubungan gemeinschaft mudah ditemui pada masyarakat rural yang rata-rata masih
bekerja sebagai petani. Tipikal masyarakat ini masih tradisonal dengan sistem kekeluargaan
dan kekerabatan yang masih sangat kuat yang masih memegang tradisi yang mengedepankan
prinsip berdasarkan nilai bersama. Komposisi masyarakat bersifat homogen dengan interaksi
sosial bersifat emosional. Pembagian kerja masih sederhana dan tatanan sosial dibentuk oleh
tradisi. Peran agama dalam pengorganisasian sosial masih dominan dan hubungan
sosial didominasi oleh kerjasama.[3]

Sedangkan pada hubungan gesellschaft mudah ditemui pada masyarakat urban. Tipikal
masyarakat ini sudah mulai modern dan berorientasi ke industri yang ditandai dengan
melemahnya tradsi. Sistem kekeluargaan dan kekerabatan melemah, tindakan
sosial berdasarkan komando dan mengedepankan prinsip efisiensi. Komposisi masyarakat
bersifat heterogen, dengan interaksi sosial bersifat rasional. Pembagian kerja bersifat kompleks
dan tatanan sosial dibentuk oleh birokrasi. Pada masyarakat gesellschaft peran ilmu
pengetahuan ilmiah dalam pengorganisasian sosial lebih dominan. Hubungan sosial
masyarakat gesellscahft didominasi oleh kompetisi

Anda mungkin juga menyukai