Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama :DESI MAULINA
NIM :C1G020063
Prodi/Kelas :AGRIBISNIS / B
Istilah ISBD pertama kali dikembangkan di Indonesia untuk menggantikan istilah basic
humanitiesm yang berasal dari istilah dalam bahasa Inggris yaitu “the Humanities”.
Munculnya istilah humanities itu sendiri asalnya yaitu dari bahasa latin humnus yang
mempunyai arti manusia, berbudaya dan halus.
Ketika belajar tentang the humanities seseorang diharapkan bisa menjadi orang yang lebih
manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa the
humanities memiliki kaitan erat dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau
manusia berbudaya.
Oleh karena itulah Ilmu Sosial Budaya Dasar bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri, tapi merupakan suatu rangkaian pengetahuan yang berkaitan dengan aspek-aspek
yang paling mendasar dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan
masalah-masalah yang terwujud daripadanya.
Definisi ISBD (Ilmu Sosial Budaya Dasar) menurut para ahli, antara lain;
1. Kian Amboro, Definisi Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) yaitu ilmu pengetahuan
yang dinilai bisa berkontribusi secara nyata dalam meningkatkan pengetahuan dasar
yang mampu melakukan kajian pada masalah-masalah sosial kemanusiaan dan
kebudayaan.
BAB II
A. PENGERTIAN
A. Faktor-faktor penyebab
• Faktor Internal Pemicu Perubahan Sosial Budaya Faktor internal merupakan faktor-
faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, baik yang berupa kolektif
ataupun individu. Dalam faktor internal terdapat empat hal yang menjadi penyebab
terjadinya perubahan sosial budaya pada masyarakat.
Berikut sejumlah faktor penyebab perubahan sosial budaya dari kategori
internal:
1. Perubahan Jumlah Penduduk (Populasi) Bertambah atau berkurangnya
penduduk dalam suatu wilayah menyebabkan terjadinya perubahan sosial baik
di daerah tujuan maupun daerah yang ditinggalkan. Contohnya, ketika
penduduk Pulau Jawa pindah ke Pulau Kalimantan. Maka, di Pulau
Kalimantan akan terjadi perubahan struktur masyarakat terutama lembaga
kemasyarakatannya dalam bentuk aturan dan norma. Sedangkan di wilayah
Pulau Jawa, akan terjadi pengurangan penduduk yang mempengaruhi
pembagian kerja dan stratifikasi sosial lembaga-lembaga kemasyarakatan
2. Adanya Penemuan atau Inovasi Baru Lahirnya penemuan dan inovasi baru
sangat mempengaruhi perubahan yang terjadi di masyarakat. Contohnya:
penemuan internet membuat masyarakat lebih mudah dalam mengakses
informasi.
3. Konflik Sosial Konflik sosial di antara kelompok masyarakat dapat
mendorong terjadinya suatu perubahan sosial. Misalnya, konflik yang terjadi
antara warga lokal dengan warga luar daerah, ini menjadikan warga lokal sulit
untuk menerima kehadiran warga dari daerah lain di wilayahnya.
4. Terjadinya Pemberontakan dan Revolusi dalam Masyarakat
Pemberontakan terjadi karena ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem
kekuasaan pemerintah. Hal ini dapat memicu munculnya gerakan revolusi
yang akan membawa perubahan besar dalam masyarakat.
• faktor Eksternal Pemicu Perubahan Sosial Budaya Faktor Eksternal ialah faktor-
faktor penyebab perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat.
BAB III
1. Teori Kebudayaan
Pengetahuan yang ada belum menjamin adanya kemampuan untuk dapat digunakan bagi
tujuan-tujuan praktis karena antara toeri dan praktek terdapat sisi-antara (interface) yang
harus diteliti secara tuntas agar dengan pengetahuan yang diperoleh lebih lanjut dari
penelitian yang dilakukan, konsekuensi dalam penerapan praktis dapat dikendalikan secara
ketat. Dengan demikian akan didapat pemahaman tentang prinsip-prinsip dan konsep-konsep
dasar yang melandasi pandangan-pandangan teoritis tentang kebudayaan.
Secara garis besar hal yang dibahas dalam teori kebudayaan adalah memandang kebudayaan
sebagai, (a)Sistem adaptasi terhadap lingkungan.(b)Sistem tanda.(c) Teks, baik memahami
pola-pola perilaku budaya secara analogis dengan wacana tekstual, maupun mengkaji hasil
proses interpretasi teks sebagai produk kebudayaan.(d) Fenomena yang mempunyai struktur
dan fungsi. (e) Dipandang dari sudut filsafat.
Sebelum lebih lanjut memahami teori kebudayaan ada baiknya kita meninjau terlebih dahulu
wilayah kajian kebudayaan, atau lebih tepatnya Ilmu Pengetahuan Budaya. Jika menilik
pembagian keilmuan seperti yang diungkapkan oleh Wilhelm Dilthey dan Heinrich Rickert,
mereka membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua bagian, yaitu Naturwissenschaften (ilmu
pengetahuan alam) dimana dalam proses penelitiannya berupaya untuk menemukan hukum-
hukum alam sebagai sumber dari fenomena alam. Sekali hukum ditemukan, maka ia
dianggap berlaku secara universal untuk fenomena itu dan gejala-gejala yang berkaitan
dengan fenomena itu tanpa kecuali. Dalam Naturwissenschaften ini yang ingin dicari adalah
penjelasan (erklären) suatu fenomena dengan menggunakan pendekatan nomotetis.
Hal lain adalah Geisteswissenschaften (ilmu pengetahuan batin)atau oleh Rickert disebut
dengan Kulturwissenschaften (ilmu pengetahuan budaya) dimana dalam tipe pengetahuan ini
lebih menekankan pada upaya mencari tahu apa yang ada dalam diri manusia baik sebagai
mahluk sosial maupun mahuk individu. Terutama yang berkaitan pada faktor-faktor yang
mendorong manusia untuk berperilaku dan bertindak menurut pola tertentu. Upaya
memperoleh pengetahuan berlangsung melalui empati dan simpati guna memperoleh
pemahaman (verstehen) suatu fenomena dengan menggunakan pendekatan ideografis.
Terlepas dari itu semua maka kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu fenomena sosial dan
tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga masyarakat yang mendukung atau
menghayatinya. Sebaliknya, keteraturan, pola, atau konfigurasi yang tampak pada perilaku
dan tindakan warga suatu masyarakat tertentu dibandingkan perilaku dan tindakan warga
masyarakat yang lain, tidaklah dapat dipahami tanpa dikaitkan dengan kebudayaan.
Mengenai pembagian wilayah keilmuan ini terdapat kerancuan terutama yang berkenaan
dengan peristilahan human science dan humanities. Pada masa Yunani dan Romawi,
pendidikan yang berkaitan dengan humanities adalah yang berkaitan dengan pemberian
keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan agar seseorang mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya tentang kemanusian yang berbudi dan
bijaksana secara sempurna. Adapun mata pelajaran yang diberikan untuk mencapai hal itu
adalah filsafat, kesusastraan, bahasa (reotrika, gramatika), seni rupa dan sejarah. Maka dari
penjelasan ini, humanities atau humaniora lebih mendekati pada ilmu pengetahuan budaya.
Berbicara tentang kebudayaan maka tidak bisa terlapsa dari peradaban. Berikut ini beberapa
dimensi dari peradaban, diantaranya, pertama, Adanya kehidupan kota yang berada pada
tingkat perkembangan lebih „tinggi“ dibandingkan dengan keadaan perkembangan didaerah
pedesaan. Kedua, Adanya pengendalian oleh masyarakat dari dorongan-dorongan elementer
manusia dibandingkan dengan keadaan tidak terkendalinya atau pelampiasan dari dorongan-
dorongan itu.
Selain menganggap corak kehidupan kota sebagai lebih maju dan lebih tinggi dibandingkan
dengan corak kehidupan di desa, dalam pengertian peradaban terkandung pula suatu unsur
keaktifan yang menghendaki agar „kemajuan“ itu wajib disebarkan ke masyarakat dengan
tingkat perkembangan yang lebih rendah, yang berada di daerah-daerah pedesaan yang
terbelakang.
Peradaban sebenarnya muncul setelah adanya masa kolonialisasi dimana ada semangat untuk
menyebarkan dan menanamkan peradaban bangsa kolonial dalam masyarakat jajahannya,
sehingga pada masa itu antara masyarakat yang „beradab“ dan „kurang beradab“ dapat
digeneralisasikan sebagai corak kehidupan barat versus coak kehidupan bukan barat.Unsur
lain yang terkandung dalam makna „peradaban adalah kemajuan sistem kenegaraan yang
jelas dapat dikaitkan dengan pengetian civitas. Implikasinya adalah bahwa penyebaran sistem
politik barat dapat merupakan sarana yang memungkinkan penyebaran unsur-unsur
peradaban lainnya. Corak kehidupan kota atau kehidupan yang beradab pada hakikatnya
berarti tata pergaulan sosial yang sopan dan halus, yang seakan-akan mengikis dan
melicinkan segi-segi kasar.
Dari penjelasan definisi peradaban diatas yang hampir merangkum semua unsur adalah
definisi yang diambil dari bahasa Belanda (beschaving) yang mengatakan bahwa peradaban
meliputi tatacara yang memungkinkan berlangsungnya pergaulan sosial yang lancar dan
sesuai dengan norma-norma kesopanan yang berlaku dalam masyarakat barat.
Dalam mengkaji kebudayaan, unit analisa atau obyek dari kajiannya dapat dikategorikan
kedalam lima jenis data, yaitu, (a) artifak yang digarap dan diolah dari bahan-bahan dalam
linglkungan fisik dan hayati, (b) perilaku kinetis yang digerakkan oleh otot manusia, (c)
perilaku verbal yang mewujudkan diri ke dalam dua bentuk yaitu (d) tuturan yang terdiri atas
bunyi bahasa yang dihasilkan oleh pita suara dan otot-otot dalam rongga mulut dan (e) teks
yang terdiri atas tanda-tanda visual sebagai representasi bunyi bahasa atau perilaku pada
umumnya. Baik artifak, teks, maupun periaku manusia memperlihatkan tata susunan atau
pola keteraturan tertentu yang dijadikan dasar untuk memperlakukan hal-hal itu sebagai data
yang bermakna, karena merupakan hasil kegiatan manusia sebagai mahluk yang terikat pada
kelompok atau kolektiva, dan karena keterikatan itu mewujudkan kebermaknaan itu.
Keragaman teori kebudayaan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu, (a) perspektif
perkembangan sejarah yang melihat bahwa keragaman itu muncul karena aspek-aspek
tertentu dari kebudayaan dianggap belum cukup memperoleh elaborasi. Dan (b) perspekif
konseptual yang melihat bahwa keragaman muncul karena pemecahan permasalahan
konseptual terjadi menurut pandangan yang berbeda-beda. Dalam memahami kebudayaan
kita tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. de Saussure merumuskan setidaknya ada
tiga prinsip dasar yang penting dalammemahami kebudayaan, yaitu:
1. Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant, signifier, penanda)
dan yang ditandai (signifié, signified, petanda). Penanda adalah citra bunyi
sedangkan petanda adalah gagasan atau konsep. Hal ini menunjukkan bahwa
setidaknya konsep bunyi terdiri atas tiga komponen (1) artikulasi kedua bibir, (2)
pelepasan udara yang keluar secara mendadak, dan (3) pita suara yang tidak
bergetar.
2. Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure adalah tidak
adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak mempunyai nomenclature. Untuk
memahami makna maka terdapat dua cara, yaitu, pertama, makna tanda ditentukan
oleh pertalian antara satu tanda dengan semua tanda lainnya yang digunakan dan
cara kedua karena merupakan unsur dari batin manusia, atau terekam sebagai kode
dalam ingatan manusia, menentukan bagaimana unsur-unsur realitas obyektif
diberikan signifikasi ataukebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.
2. Teori Interaksi
Pembahasan terkait dengan interaksi sosial sudah dijelaskan oleh beberapa ahli
sosiologi pada era abad ke-19 dan awal 20. Di antaranya ialah George Herbert Mead
dan Erving Goffman.
Keduanya menjelaskan interaksi sosial sebagai suatu bentuk aktivitas individu yang
dapat menjadi faktor pembentuk kepribadian dari setiap orang. Kedua sosiolog itu
juga merumuskan teori tentang interaksi sosial, yakni Interaksionisme Simbolik dan
Dramaturgi.
Contoh interaksionisme simbolik dalam aktivitas sehari-hari yaitu ketika kita sedang
melakukan aktivitas berbelanja di mana terdapat pelayan yang menawarkan berbagai
produk. Oleh karena itu dalam hal ini kita akan menempatkan diri sebagai seorang
konsumen. Interaksionisme simbolik pada contoh ini memberikan makna atas suatu
peran dan juga aktivitas pada setiap individu.
• Teori Dramaturgi
Ada beragam jenis interaksi sosial yang dipelajari dalam sosiologi. Secara umum,
mengutip isi dari penjelasan di publikasi Kemdikbud, jenis interaksi sosial bisa
terbagi menjadi tiga, yakni hubungan orang per-orang, relasi individu dan kelompok,
serta hubungan antar-kelompok. Pembagian jadi 3 jenis ini didasari atas subyek yang
terlibat dalam interaksi.
➢ Komunikasi Non-Verbal
Proses komunikasi ini dilakukan tanpa adanya aktivitas verbal antar individu.
Jenis interaksi sosial seperti ini banyak ditemukan dewasa ini seperti dalam
aktivitas media sosial.
➢ Kerja sama Proses ini merupakan suatu kegiatan kerja atau melakukan
sesuatu secara bersamaan antara dua orang individu atau lebih. Kerja sama
bisa terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu dipaksakan, sukarela, dan tidak
disengaja.
➢ Konflik Dalam sosiologi, konflik dianggap sebagai hal yang normal yang ada
dalam suatu interaksi sosial
➢ . Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya kepentingan pribadi atau perebutan
suatu kendali atas sumber daya yang langka.
➢ Kompetisi Kompetisi juga wajar dalam aktivitas interaksi sosial. Kompetisi
memicu terjadinya interaksi sosial satu sama lain dalam suatu kelompok,
yakni antar-individu, ataupun antarkelompok.
BAB IV
Tidak bisa dimungkiri bahwa seluruh manusia pasti memiliki kebutuhan. Kebutuhan muncul
sebagai upaya manusia untuk mempertahankan hidupnya.
Kebutuhan manusia memang bermacam-macam, tapi ada satu teori terkenal yang bisa
menjelaskan konsep kebutuhan manusia. Teori tersebut adalah teori hierarki kebutuhan yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow. Abraham Maslow sendiri merupakan tokoh psikologi
asal Amerika Serikat.
Menurut Maslow, kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki. Disebut hierarki karena
memang manusia memenuhi kebutuhannya secara berjenjang.
Manusia akan berusaha memenuhi satu jenjang kebutuhan terlebih dahulu. Setelah jenjang
pertama terpenuhi, maka manusia akan mencoba memenuhi kebutuhan yang ada di jenjang
berikutnya.
Dilansir dari buku Perilaku Organisasi (2008) karya Stephen P. Robbins dan Timothy A.
Judge, dijelaskan lima hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, yaitu:
Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling mendasar dari hierarki Maslow.
Kebutuhan ini disebut juga sebagai kebutuhan primer, seperti makan, minum, pakaian, dan
tempat tinggal.
Manusia akan memenuhi kebutuhan fisiologis terlebih dahulu sebelum ia beranjak ke
kebutuhan berikutnya. Sebab, kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling kuat
dan mendesak pemenuhannya.
• Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan yang menempati posisi kedua dari hierarki
Maslow. Kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan keamanan dan perlindungan dari
bahaya fisik dan emosi.
Kebutuhan ini didapatkan setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi. Kebutuhan rasa aman
dipenuhi untuk mendukung pemenuhan kebutuhan lain agar bisa terus berjalan dengan baik.
• Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan yang menempati posisi ketiga dari hierarki Maslow.
Kebutuhan sosial ini meliputi kebutuhan kasih sayang, rasa memiliki, bersosialisasi,
penerimaan, dan persahabatan.
Manusia sejatinya adalah makhluk sosial, tidak mengherankan jika manusia membutuhkan
sosialisasi dalam menjalani hidupnya. Sebab dalam menjalani hidupnya, manusia senantiasa
membutuhkan bantuan dari orang lain.
• Kebutuhan penghargaan
Kebutuhan penghargaan merupakan kebutuhan yang menempati posisi keempat dari hierarki
Maslow. Dalam buku Perilaku Organisasi (2018) karya Timotius Duha, dijelaskan bahwa
kebutuhan penghargaan meliputi faktor-faktor internal seperti harga diri, otonomi, dan
prestasi serta faktor-faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. Kebutuhan
penghargaan atau disebut juga kebutuhan harga diri merupakan hak untuk memperoleh dan
kewajiban untuk meraih atau mempertahankan pengakuan dari orang lain.
Pengakuan akan diperoleh seseorang apabila telah sukses dalam memenuhi kebutuhan
sosialnya. Kebutuhan ini bisa menjadi sangat ambisius apabila yang memenuhi kebutuhan ini
adalah seseorang yang sering mencari status.
• Kebutuhan aktualisasi
Diri Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang menempati posisi tertinggi dari
hierarki Maslow. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang
ada pada diri sendiri, kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan diri, serta kebutuhan untuk
menjadi orang yang lebih baik.
Kebutuhan ini umumnya jarang dipenuhi oleh seseorang. Sebagian besar orang-orang hanya
fokus pada kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, dan harga diri.
Kebutuhan ini biasanya hanya dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menaklukkan
kemampuan dirinya dan yang berani menerima tantangan dari luar.
Tujuan utama pemenuhannya adalah untuk memperoleh kepuasan batin dan meningkatkan
kepercayaan diri.
BAB V
SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)
Mekanis-OrganisTeori yang terkenal dari adalah solidaritas mekanik dan Organik. Ini
dihasilkan dari studi dan penelitiannya dalam dunia sosial. Masyarakat tradisional oleh
Durkheim disebut solidaritas mekanis, dengan ciri kesamaan, spontan, karena memiliki
fungsi sebagai hati-nurani bersama. Keberadaan masyarakat dan tindak mekanisnya dia
tunjukkan dalam proses penghukuman, tergantung seberapa besar itu melukai hati nurani
bersama.
Masyarakat modern disebutnya solidaritas organis, dengan ciri keberbedaan seperti organ-
organ dalam suatu organisme, namun bersatu karena saling terjalin dan tergantung.
Perbedaan kedua ciri solidaritas ini sangat nampak setelah industrialisasi. Masyarakat post-
industri harus berada dalam bagian-bagiannya yang berbeda namun saling bergantung.
Gemeinschaft.
Gemeinschaft dalam bahasa Inggris disebut communal society atau masyarakat komunal.
Dalam bahasa Indonesia disebut paguyuban.
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama, anggotanya diikat oleh hubungan batin yang
murni, bersifat alami dan kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan yang
telah dikodratkan.
Biasanya paguyuban lahir dari dalam diri individu ditandai dengan rasa solidaritas dan
identitas yang sama. Keinginan untuk berhubungan didasarkan atas kesamaan dalam
keinginan dan tindakan.
1. Gemeinschaft ikatan darah, hubungannya didasarkan pada ikatan darah atau keturunan
2. Gemeinschaft ikatan tempat, hubungannya didasarkan pada kedekatan tempat
tinggal atau kesamaan lokasi
3. Gemeinschaft ikatan ideologi/pemikiran, hubungannya didasarkan pada
kesamaan ideologi meskipun tidak memiliki ikatan darah maupun tempat tinggal yang
berdekatan
Hubungan gemeinschaft mudah ditemui pada masyarakat rural yang rata-rata masih
bekerja sebagai petani. Tipikal masyarakat ini masih tradisonal dengan sistem kekeluargaan
dan kekerabatan yang masih sangat kuat yang masih memegang tradisi yang mengedepankan
prinsip berdasarkan nilai bersama. Komposisi masyarakat bersifat homogen dengan interaksi
sosial bersifat emosional. Pembagian kerja masih sederhana dan tatanan sosial dibentuk oleh
tradisi. Peran agama dalam pengorganisasian sosial masih dominan dan hubungan
sosial didominasi oleh kerjasama.[3]
Sedangkan pada hubungan gesellschaft mudah ditemui pada masyarakat urban. Tipikal
masyarakat ini sudah mulai modern dan berorientasi ke industri yang ditandai dengan
melemahnya tradsi. Sistem kekeluargaan dan kekerabatan melemah, tindakan
sosial berdasarkan komando dan mengedepankan prinsip efisiensi. Komposisi masyarakat
bersifat heterogen, dengan interaksi sosial bersifat rasional. Pembagian kerja bersifat kompleks
dan tatanan sosial dibentuk oleh birokrasi. Pada masyarakat gesellschaft peran ilmu
pengetahuan ilmiah dalam pengorganisasian sosial lebih dominan. Hubungan sosial
masyarakat gesellscahft didominasi oleh kompetisi