OLEH
KELOMPOK 3
kooperatif
A. TUJUAN
1. Umum :Setelah dilakukan TAK Sesi 3: Mengontrol Halusinasi dengan
Melakukan Kegiatan, klien dapat mengontrol halusinasi.
2. Khusus :
B. LANDASAN TEORITIS
Halusinasi merupakan salah satu gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, sensasi palsu berupa penglihatan, pendengaran,
penghidu, pengecapan, perabaan, pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada. Dampak dari halusinasi yang dialami oleh klien diantaranya dapat
menyebabkan klien kurang berinteraksi sehingga tidak memiliki teman dan
larut dalam halusinasinya.
Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk individual, sebagai
makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dan
hidup bersama dengan orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang
dalam hidup bersama itu harus terjadi hubungan antar manusia atau
berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan itu perlu diwujudkan dalam bentuk tindakan salah
satunya melalui melakukan kegiatan untuk mencegah munculnya halusinasi.
Salah satu metode penatalaksanaan proses keperawatan yang dapat dilakukan
yaitu dengan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang bertujuan untuk
mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas
yang dilakukan oleh perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Hasil diskusi daoat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Didalam kelompok
terjadi dinamika interaksi yang ketergantungan, saling membutuhkan dan
menjadi tempat bagi klien berlatih perilaku adaptif untuk memperbaiki
perilaku yang maladaptif.
Terapi Aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait
dengan pengalaman hidup untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompokdapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah. Terapi Aktitivas Kelompok Stimulasi Persepsi Sensori digunakan
untuk memberikan stimulasi pada sensasi pasien, kemudian diobservasi reaksi
sensori pasien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh,
ekspresi muka, ucapan. Terapi aktivitas kelompok untuk menstimulasi
sesnsori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik
yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekspresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal (Prabowo,
2014).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori halusinasi bertujuan
untuk melatih dan mengajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya.Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori dapat dibagi menjadi lima sesi yaitu:
- Sesi 1 : mengenal halusinasi
- Sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Sesi 3 :mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
- Sesi 4 :mengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap
- Sesi 5 :mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
D. PROSES SELEKSI
1. Mengidentifikasi klien yang masuk dalam kriteria
2. Menindaklanjuti asuhan keperawatan
3. Merupakan pasien kelolaan dan resume
4. Berdasarkan observasi dan wawancara
5. Klien bersedia dan mengadakan kontrak untuk pelaksanaan TAK sesi 3;
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan di ruangan
cendrawasih.
6. Kooperatif dan dapat memahami dan menjawab pertanyaan dan
penjelasan dari perawat
G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
H. MEDIA DANALAT
Media danAlat:
1. Formulir jadwal kegiatan harian
2. Pulpen
4. Nametag
5. Bola Kecil
I. SETTINGTEMPAT
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
Keterangan:
J. PROSES EVALUASI
A. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
Diharapkan jumlah anggota sesuai dengan perencanaan
Diharapkan waktu dan tempat sesuai dengan perencanaan
Diharapkan media dan alat sesuai dengan perencanaan
Diharapkan peran dan tugas terapis sesuai dengan perencanaan
b. Evaluasi proses
Diharapkan semua anggota berperan aktif selama kegiatan TAK
Diharapkan semua anggota tidak ada yang meninggalkan ruangan
saat kegiatan TAK
Diharapkan semua anggota mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
c. Evalusi hasil
Diharapkan 70% dari semua anggota mampu menyebutkan kegiatan
harian yang bisa dilakukan
Diharapkan 70% dari semua anggota mampumemperagakan salah
satu kegiatan
Diharapkan 70% dari semua anggota mampu menyusun jadwal
kegiatan harian
Diharapkan 70% dari semua anggota mampu menyebutkan dua cara
mencegah halusinasi
K. DOKUMENTASI
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti
TAK SP pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya klien
mengikuti TAK Mencegah halusinasi dengan sesi 3 : Mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan
L. PENUTUP
Demikianlah proposal TAK ini kami ajukan dalam rangka memenuhi
tugas praktek preklinik di RSJ Prof. HB. Saanin Padang.
Disetujui Oleh
Catatan:
Pengorganisasian :
Leader : Azra Anna Stasia
Co–Leader : Dini Wilyen Putri
Observer : Anjely Zaharal Adilla
Fasilitator : Diana Kartika
2. Evaluasi proses
Peserta yang hadir 8 orang yaitu pasien yang di rawat di RSJ Prof. HB
Saanin padang. Pelaksanaan TAK berjalan sebagaimana yang di harapkan dimana
peserta aktif dan antusias dengan jalanya TAK, hal ini dapatdi buktikan dengan
peserta yang bersemangat menjawab pertanyaan dari leader, Semua peserta
mengikuti TAK dari awal sampai akhir, tidak ada peserta yang meninggalkan
tempat sebelum TAK selesai.
3. Ealuasi Hasil
Lebih dari 80% peserta memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk
mencegah timbulnya halusinasi. Hal ini dapat di buktikan dengan kemampuan
pasien untuk menjawab apa yang harus dilakukannya, jika halusinasinya muncul
ketika waktu tertentu, yaitu dengan melakukan aktifitas sesuai dengan jadwal
kegiatan harian. Lebih dari 80% peserta dapat menyusun jadwal kegiatan harian.
Dua dari delapan peserta yang mengikuti TAK mampu menyebutkan
kegiatan yang bisa di lakukan, tiga dari delapan mampu memperagakan kegiatan
yang bisa di lakukan.Seluruh peserta TAK mampu menyusun jadwal kegiatan
harian tetapi ada dua peserta tidak bisa menulis dan di bantu oleh fasilitator. Dan
peserta mampu meyebutkan dua cara lain untuk mengontrol Halusinasi.