Anda di halaman 1dari 2

Aspek Medikolegal Kasus Obstetri

Reproduksi Buatan

a. Tekni bayi tabung


- Sperma dan ovum suami istri, dimasukkan ke Rahim si istri -> yang dibolehkan di indo
- Sperma ovum suami istri, dimasukkan ke Rahim wanita lain /sewa Rahim (surrogate mother)
- Sperma dan ovum diambil bukan daru suami atau istri
- Menggunakan sperma suami yang dibekukan setelah meninggal

Pemasalahan perdata yang timbul berkaitan dengan teknologi reproduksi buatan :


- Bagaimana status keperdataan bayi yg lahir mll proses bayi tabung ?

Aspek medikolegal terkait reproduksi buatan

- UU No 36 th 2009
Pasal 127 ayat 1
Upaya kehamilan diluar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasutri sah dg ketentuan :
Pembuahan sperma dan ovum di tanam di Rahim istri drmana asal ovum
Dilakukan oleh tenakes yg punya keahlian dan kewenangan thd hal itu
Di faskes tertentu
- PP No, 61 th 2015 tth kespro
Pasal 64 : reproduksi dg bantuan atau kehamilan diluar cara alamiah dilarang memilih jenis
kelamin anak yg akan dilahirkan kecuali dlm hai pemilihan jenis kehamilan utk anak kedua
selanjutnya.
- PMK No. 43 th 2015
- Penyelenggaraan pelayanan reproduksi dg bantuan : syarat RS, dokter, pelayanan dll

b. Pengguguran kandungan (aborsi)


Menurut hokum Indonesia : tindakan penghentian kehamilan sebelum waktu dilahirkan, gaada
batasan usia kehamilan.

Hokum tidak membatasi usia kehamilan, tidak dipersoalkan apakah digugurkan setelah lahir bayi
hidup atau mati
Aspek medikoegal terkait pengguguran kandungan :
- KUHP
KUHP tidak mengatur pengguguran kandungan atas pertimbangan medis (dimaklumi krn
KUHP aturan zaman colonial 1918)  saisuak
Yg dibahas disini pengguguran krn kriminalitas.
Pasal 346 : wanita sengaja menggugurkan kandungannta, penjara 4 th
Pasal 347 : tanpa persetujuan, pidana 2 belas tahun
Pasal 348 : dengan persetujuan, penjara 5 tahun
Pasal 349 : tenakes

- UU Kesehatan No. 36 th 2009


Pasal 75 :
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi, kecuali
2) Berdasarkan
Indikasi kedaruratan medis sejak usia dini kehamilan : ancam nyawa ibu/janin, sakit
genetic berat, tidak dapat diperbaiki, shg menyulitkan bayi tsb hidup diluar kandungan
Kehamilan akibat perkosaan tg dapat menyebabkan trauma psikologus bagi korban
Prosedur : pihak berwenang, konseling,  harus ada surat pernyataan dr ahli jiwa,
psikolog yang menyatakan ada gg jiwa

Pasal 76 :

Aborsi pada pasal 75 dpt dilakukan jika :

a. Sebelum kehamilan unur 6 minggu dihitung dari HPHT kecu ada indikasi kedaruratan medis
b. Dilakuakn oleh tenakes
c. Dengan persetujuan ibu hamil
d. Dengan izin suami, kec korban perkosaan
e. Penyedia layanan kesehetan memenuhi syarat yg ditetapkan mentri.

- PP No. 61 th 2014 ttg kespro


Pasal 31 :
(1) Mirip dg pasal 75
(2) Mirip dg pasal 76 tp hitungannya dlam hari  40 hari

Indikasi kedaruratan medis :

Pasal 32 ayat 1 :

Anda mungkin juga menyukai