Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN FAKTOR KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KONDISI

PEKERJAAN TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT GIGI

Rian Rosihan Ansori*, Tri Martiana**


*,**Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehata Masyarakat
Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Alamat Korespondensi:
Rian Rosihan Ansori
Email: rianrosihanansori@gmail.com

ABSTRACT
Job stress is an adaptive response and feedback adjustment in a condition individuals and
the environment. Dental nurses face a variety of things in their duties that can cause stress, both
physically and mentally. The objectives of this research are conducted to determine whether there is a
correlation between individual characteristics and conditions of employment factors to the occurrence
of occupational stress. The research was conducted with cross sectional design. By filling the
questionnaire conducted to 22 dental nurses. Amount of samples used total population. The independent
variables were the individual characteristics (age, sex, and years of marriage) and factor conditions
of employment (demand, support, ties up job roles). The result of the research showed that there was
a strong relationship between job stress with sex, there was a strong relationship between job stress
with the demands of work, there was enough relationship between job stress with age, tenure, support
employment, labor relations and the role of work on dental nurses. The suggestion of results this study
recommends that dental nurses need off work and do refreshing, providing training to dental nurses in
improving the capability and skills. Relating to the implementation of the tasks, it’d better to conduct
joint training among employees. They are aimed for the sake of increasing solidarity and friendshipness
among colleagues. Giving rewards to employees are also recommended for the best achievement at
work.

Keywords: job stress, work period, work demands

ABSTRAK
Perawat gigi dalam menjalankan tugasnya menghadapi berbagai hal yang dapat menyebabkan stres
baik secara fisik dan mental. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
faktor karakteristik individu dan faktor kondisi pekerjaan terhadap timbulnya stres kerja. Penelitian
dilaksanakan dengan rancangan cross sectional. Pengisian kuesioner dilakukan oleh 22 orang perawat
gigi. Jumlah sampel menggunakan total populasi. Variabel bebas penelitian ini adalah karakteristik
individu (usia, jenis kelamin, masa kerja, pernikahan) dan faktor kondisi pekerjaan (tuntutan, dukungan,
hubungan hingga peran kerja). Hasil uji statistik korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara stres kerja dengan jenis kelamin, terdapat hubungan yang kuat antara stres
kerja dengan tuntutan kerja, terdapat hubungan yang cukup antara stres kerja dengan usia, masa kerja,
dukungan kerja, hubungan kerja dan peran kerja pada perawat gigi. Saran penelitian menganjurkan
kepada perawat gigi yang mengalami stres kerja untuk cuti kerja, memberi pelatihan kepada perawat gigi
dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas,
mengadakan pelatihan bersama antar pegawai yang sifatnya bertujuan meningkatkan rasa solidaritas dan
keakraban antar sesama rekan kerja, memberikan reward kepada pegawai yang memiliki prestasi kerja.

Kata kunci: stres kerja, masa kerja, tuntutan kerja

©2017 IJPH. license doi: 10.20473/ijph.v12i1.2017.75-84. Received 23 January 2017, received in revised form 27 January
2017, Accepted 30 January 2017, Published online: 30 November 2017
76 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 75–84

PENDAHULUAN (Eysenck, 2009). Stres kerja dipengaruhi


Upaya kesehatan kerja sudah beberapa faktor antara lain faktor kondisi
seharusnya diselenggarakan di semua pekerjaan meliputi tuntutan kerja, dukungan
tempat kerja, khususnya tempat kerja kerja, peran kerja (Tarwaka dkk, 2004).
yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, Menu r ut Keput usan Menter i
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai Kesehatan Nomor 1035/Menkes/SK/IX/1998
karyawan paling sedikit 10 orang yang sesuai Perawat gigi merupakan salah satu dari
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun rumpun keperawatan. Perawat gigi dalam
1992 Pasal 23 tentang Kesehatan Kerja. Salah menjalankan tugasnya menghadapi berbagai
satu tempat kerja yang dimaksud adalah hal yang dapat menyebabkan stress seperti
pelayanan kesehatan seperti puskesmas menghadapi pasien yang sedang sakit,
dengan tenaga kesehatan di dalamnya. keharusan untuk bersikap baik kepada
Tenaga kesehatan merupakan suatu orang yang mungkin tidak disukai, berbicara
pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dengan kerabat pasien dan bertatap muka
terhadap timbulnya stress. Stres merupakan langsung dengan orang lain, risiko yang
rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik sangat besar dari keputusan yang salah,
itu dari luar maupun dalam tubuh manusia risiko penularan penyakit akibat kerja
di mana dapat menimbulkan dampak yang (Grainger,1999).
merugikan mulai dari menurunnya kesehatan Hasil wawancara dengan beberapa
sampai kepada dideritanya suatu penyakit. perawat gigi yang bekerja di wilayah
Stres akibat kerja juga merupakan suatu kerja Puskesmas Kabupaten Bangkalan,
respons emosional dan fisik yang bersifat diasumsikan bahwa banyak perawat yang
mengganggu atau merugikan, yang terjadi indikasi mengalami stres kerja. Hal ini
pada saat tuntutan tugas tidak sesuai dengan terlihat dari banyaknya keluhan nyeri otot
kapabilitas, sumber daya, atau keinginan dan nyeri punggung, jantung berdebar,
pekerja (NIOSH, 1999). mudah marah, sulit konsentrasi, perasaan
Salah satu profesi tenaga kesehatan lelah serta nafsu makan menurun. Hal ini
adalah tenaga keperawatan. yang mana merupakan gejala-gejala adanya stres kerja
menurut survey di Perancis dalam Frasser (Anoraga, 2001).
(1997) mengungkapkan bahwa persentase Sesuai dengan profesinya perawat
terjadinya stres sekitar 74% dialami oleh gigi di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten
profesi keperawatan. Mereka mengeluh Bangkalan yang mempunyai karakteristik
terhadap lingkungan kerjanya yang menuntut individu beragam mulai dari segi umur, massa
kekuatan fisik dan keterampilan. Selain kerja, status pernikahan dan jenis kelamin
itu, penelitian dari National Institute for dan dituntut untuk memiliki kemampuan
Occupational Safety and Health (NIOSH) dan keterampilan dalam upaya membantu
menetapkan keperawatan sebagai profesi pasien mengatasi masalahnya terutama
yang berisiko sangat tinggi terhadap stress pada masalah gigi dan mulut. Tuntutan
(Schultz dan Schultz, 1994). Stress dapat tersebut dapat menyebabkan terjadinya stres.
berdampak secara emosional meliputi Selain itu, perawat gigi dalam menjalankan
cemas, depresi, tekanan fisik dan psikologis profesinya sering memiliki beban kerja yang
(Potter & Perry, 2007). Dampak kognitif berlebih ketika dihadapkan pekerjaan di luar
berakibat pada penurunan konsentrasi, kompetensi yang harus mereka kerjakan.
peningkatan distraksi dan berkurangnya Stres yang terjadi pada perawat gigi
kapasitas memori jangka pendek. Dampak apabila tidak ditangani dengan tepat dapat
pada perilaku misalnya meningkatkan menimbulkan suatu penyakit fisik, psikologi
ketidakharmonisan kerja, mengganggu pola dan dapat memengaruhi kinerja perawat
tidur dan mengurangi kualitas pekerjaan terhadap mutu pelayanan kesehatan di tempat
Rian Rosihan Ansori dan Tri Martiana, Hubungan Faktor Karakteristik Individu … 77

kerja. Kondisi ini baik secara langsung Skala data yang digunakan adalah ordinal,
maupun tidak langsung dapat berpengaruh dengan 4 kategori 20–24 tahun, 25–29 tahun,
terhadap pandangan pasien maupun keluarga 30–34 tahun dan > 34 tahun. Jenis kelamin
terhadap pelayan di puskesmas yang dapat adalah jenis kelamin biologis responden
merugikan puskesmas itu sendiri. Oleh menurut KTP. Skala yang digunakan adalah
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti skala nominal, dengan kategori laki-laki dan
hubungan faktor karakteristik individu perempuan. Masa kerja adalah jumlah tahun
dan faktor kondisi pekerjaan terhadap stres responden terhitung sejak tanggal mulai
kerja pada perawat gigi di wilayah kerja bekerja sebagai perawat gigi di instansi
Puskesmas se-Kabupaten Bangkalan. tempat bekerja sampai dengan penelitian ini
dilaksanakan dalam hitungan tahun. Skala
METODE PENELITIAN data ordinal dengan mengklasifikasikan
Penelitian ini merupakan penelitian masa kerja < 5 tahun, 5–10 tahun dan > 10
observasional yaitu dilakukan dengan tahun. faktor kondisi pekerjaan (tuntutan
cara mengamati objek penelitian tanpa kerja, dukungan kerja, hubungan kerja,
memberikan perlakuan. Berdasarkan waktu peran kerja). tuntutan kerja adalah Pekerjaan
pelaksanaannya, penelitian ini merupakan yang harus sudah terselesaikan pada waktu
penelitian cross sectional karena data yang telah ditentukan. Skala data yang
tentang variabelnya diperoleh pada satu digunakan adalah skala data ordinal dengan
waktu, sedangkan berdasarkan sistem mengklasifikasikan tuntutan kerja rendah
analisisnya termasuk penelitian analitik, 9–21, cukup tinggi 22–23, sangat tinggi
dengan menggunakan uji korelasi spearman 34–35. Dukungan kerja adalah dorongan yang
karena ingin mengetahui kuat hubungan diperoleh dari semua lini untuk keberhasilan
antar variabel dengan kategori 0 = tidak ada pekerjaan. Skala data yang digunakan adalah
korelasi antara dua variabel, skala ordinal dengan klasifikasi dukungan
> 0–0,25: korelasi sangat lemah,· > kerja Lemah 5–11 cukup kuat 12–18, sangat
0,25–0,5: korelasi cukup, > 0,5– 0,75: korelasi kuat 19–25. Hubungan kerja adalah Interaksi
kuat, > 0,75–0,99: korelasi sangat kuat dan 1: yang dilakukan dalam melaksanakan
korelasi sempurna pekerjaan dengan skala data yang digunakan
Populasi penelitian ini yaitu semua adalah skala data ordinal dengan klasifikasi
perawat gigi di puskesmas se-Kabupaten hubungan kerja kurang baik 5–11, cukup
Bangkalan yang berjumlah 22 orang perawat baik 12–18, sangat baik 19–25. Peran kerja
gigi, sedangkan pengambilan sampel adalah keterlibatan dan keikutsertaan dalam
penelitian adalah teknik total populasi. pekerjaan, dengan skala data yang digunakan
Penelitian ini dilaksanakan di puskesmas se- adalah skala data ordinal dengan klasifikasi
Kabupaten Bangkalan di mana pemilihan kurang aktif 5–11, cukup aktif 12–18,
tempat ini dikarenakan belum pernah sangat aktif 19–25, untuk variabel dependen
dijadikan lokasi penelitian sejenis dan penelitian ini yaitu stres kerja. Stres kerja
berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa adalah respons emosional dan fisik yang
terdapat tenaga perawat gigi yang mengalami bersifat mengganggu atau merugikan yang
stres kerja karena factor kondisi pekerjaan. terjadi pada saat tuntutan tugas tidak sesuai
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober dengan kapabilitas, sumber daya, atau
2016 sampai Januari 2017. keinginan pekerja dengan skala data yang
Variabel independen pada penelitian ini digunakan adalah skala data ordinal dengan
yaitu factor karakteristik individu (usia, jenis klasifikasi stress ringan 15–18, stress sedang
kelamin, masa kerja). Usia adalah Jumlah 19–25, stres berat 26–33.
tahun yang dihitung mulai dari responden Sumber data yang digunakan adalah
lahir hingga saat penelitian berlangsung. data primer dengan cara wawancara
78 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 75–84

menggunakan kuesioner untuk mengetahui ini menunjukkan bahwa dari 4 kategori usia
factor kondisi pekerjaan dan stress kerja. perawat gigi, ternyata yang mengalami stres
Alat ukur yang digunakan dalam kerja terbanyak adalah perawat gigi yang
penelitian ini adalah Depression Anxiety mempunyai usia lebih dari 34 tahun yaitu
Stress Scale yang dikembangkan oleh sebanyak 7 (58,3%) orang mengalami stres
lovibond dan Lovibond (1995) merupakan kerja sedang. Hasil dari uji statistik tersebut
alat ukur tingkat depresi, kecemasan, dan diketahui bahwa nilai r sebesar -0,36 yang
stres seseorang. Pertanyaan yang harus berarti ada korelasi antara variable usia
dijawab oleh subjek penelitian terdiri dari terhadap stress kerja perawat gigi kuat dan
15 item pertanyaan. Skala depresi menilai searah.
dysphoria, purus asa, devaluasi hidup,
sikap meremehkan diri, kurangnya minat, Tabel 1. Hubungan Usia dengan Stres
anhedinia, inersia. Skor yang digunakan Kerja Perawat Gigi Puskesmas se-
menggunakan 4 kriteria yang dialami Kabupaten Bangkalan
responden selama satu minggu terakhir. Kategori Stres Kerja
dari nilai 0 yang berarti tidak sesuai atau Total
Umur Ringan Sedang Berat
tidak pernah sampai 3 yang artinya sangat
n % n % n % N %
sesuai atau sering sekali. Kemudian skor
20–24 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 100,0
dijumlahkan untuk mendapat total tingkat
stress. Instrumen Faktor karakteristik 25–29 0 0,0 4 100,0 0 0,0 4 100,0
individu menggunakan kuesioner yang 30–34 1 33,3 2 66,7 0 0,0 3 100,0
berisikan pertanyaan mengenai umur, masa > 34 5 41,7 7 58,3 0 0,0 12 100,0
kerja dan jenis kelamin. Instrumen Faktor Total 22 100,0
kondisi pekerjaan yaitu kuesioner yang
terdiri atas 25 pertanyaan, di mana dari 25 Jenis Kelamin
pertanyaan itu terdiri dari 9 pertanyaan untuk Jenis kelamin merupakan jenis
kuesioner tuntutan kerja dengan skoring 1 kelamin biologis responden. Hasil dari total
yang berarti tidak pernah sampai 5 yang 22 responden perawat gigi pada penelitian ini
berarti selalu. Untuk kuesioner dukungan menunjukkan bahwa perempuan merupakan
kerja terdiri dari 4 pertanyaan dengan skoring responden yang paling banyak mengalami
1 untuk tidak pernah 5 untuk selalu. Untuk stres kerja yakni sebabnya 14 (73,3%) orang
kuesioner hubungan kerja ada 3 pertanyaan dalam kategori stres sedang. Hasil dari uji
dengan skoring tidak pernah 1 sampai selalu statistik tersebut diketahui bahwa nilai r
5, dan 2 pertanyaan lagi dengan skoring sebesar 0,557 yang berarti ada korelasi antara
sangat tidak setuju 1 dan sangat setuju 5, variable jenis kelamin terhadap stress kerja
dengan kategori kurang baik 5–11, cukup perawat gigi kuat dan searah.
baik 12–18 dan sangat baik 19–25. Kuisioner
peran kerja ada 5 pertanyaan dengan skoring Tabel 2. Hubungan Jenis Kelamin Kerja
1 untuk tidak pernah sampai 5 untuk selalu, dengan Stres Kerja Perawat
dengan pengkategorian: kurang aktif 5–11, Gigi Puskesmas se-Kabupaten
cukup aktif 12–18 dan sangat baik 19–25. Bangkalan
Kategori Stres Kerja
HASIL Jenis Total
Ringan Sedang Berat
Usia Kelamin
n % n % n % N %
Usia adalah Jumlah tahun yang
Laki laki 3 100,0 0 0,0 0 0,0 3 100,0
dihitung mulai dari responden lahir hingga
saat penelitian berlangsung. Hasil dari total Perempuan 4 21,1 14 73,7 1 4,5 19 100,0
22 responden perawat gigi pada penelitian Total 22 100,0
Rian Rosihan Ansori dan Tri Martiana, Hubungan Faktor Karakteristik Individu … 79

Massa Kerja Tabel 4. Hubungan Tuntutan Kerja


Massa kerja adalah Jumlah tahun dengan Stres Kerja Perawat
responden terhitung sejak tanggal Gigi Puskesmas se-Kabupaten
mulai bekerja sebagai pekerja di bagian Bangkalan
pengepakan sampai dengan penelitian ini
Kategori Stres Kerja
dilaksanakan dalam hitungan tahun. hasil Tuntutan Total
dari total 22 responden perawat gigi pada Ringan Sedang Berat
Kerja
penelitian ini penelitian diperoleh bahwa dari n % n % n % n %
ketiga kategori masa kerja. Ternyata yang Sangat 0 0,0 2 100,0 0 0,0 2 100,0
mengalami stres kerja terbanyak adalah Tinggi
kategori masa kerja 5–10 tahun yakni 7 Cukup 1 8,3 10 83,3 1 8,3 12 100,0
(100%) orang mengalami stres sedang. Hasil Tinggi
dari uji statistik tersebut diketahui bahwa Rendah 6 75,0 2 25,0 0 0,0 8 100,0
nilai r sebesar -0,467 yang berarti ada Total 22 100,0
korelasi antara variable masa kerja terhadap
stres kerja perawat gigi cukup dan tidak Dukungan kerja
searah Dukungan kerja adalah dorongan yang
diperoleh perawat gigi dari semua lini untuk
keberhasilan suatu pekerjaan. hasil penelitian
Tabel 3. Hubungan Masa Kerja dengan ini menunjukkan bahwa dari ketiga kategori
Stres Kerja Perawat Gigi dukungan kerja ternyata yang mengalami
P u s ke s m a s s e - K a bu p a t e n stress terbanyak adalah kategori dukungan
Bangkalan kerja lemah dengan kategori stress kerja
Kategori Stres Kerja sedang yaitu 8 (100%) orang. Hasil dari
Masa Total uji statistik tersebut diketahui bahwa nilai
Ringan Sedang Berat
Kerja r sebesar -0,424 yang berarti ada korelasi
n % n % n % n %
< 5 Thn 1 25,0 2 50,0 1 25,0 4 100,0 antara variable dukungan kerja terhadap stres
kerja perawat gigi cukup dan tidak searah.
5–10 Thn 0 0,0 7 100,0 0 0,0 7 100,0
> 10 Thn 6 54,5 5 45,5 0 0,0 11 100,0
Tabel 5. Hubungan Dukungan Kerja
Total 22 100,0
dengan Stres Kerja Perawat
Gigi Puskesmas se-Kabupaten
Bangkalan
Tuntutan Kerja
Kategori Stres Kerja
Tuntutan kerja adalah Pekerjaan yang Dukungan Total
harus sudah terselesaikan pada waktu yang Ringan Sedang Berat
Kerja
telah ditentukan. Tuntutan kerja juga dapat n % n % n % n %
diartikan juga sebagai pshycological stressor. Lemah 0 0,0 8 100,0 0 0,0 8 100,0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari Cukup 7 50 6 42,9 1 7,1 14 100,0
Kuat
ketiga kategori tuntutan kerja, ternyata yang
mengalami stress kerja terbanyak adalah Sangat 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 100,0
Kuat
10 (83,3%) perawat gigi yang mempunyai
Total 22 100,0
tuntutan kerja cukup tinggi dengan kategori
stres kerja sedang. Hasil dari uji statistik
tersebut diketahui bahwa nilai r sebesar Hubungan Kerja
0,651yang berarti ada korelasi antara variable Hubungan kerja adalah Interaksi yang
masa kerja terhadap stres kerja perawat gigi dilakukan dalam melaksanakan pekerjaan.
kuat dan searah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
80 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 75–84

dari tiga kategori hubungan kerja. Ternyata Tabel 7. Hubungan Peran Kerja dengan
perawat gigi yang mengalami stres terbanyak Stres Kerja Perawat Gigi
adalah perawat gigi yang mempunyai P u s ke s m a s s e - K a bu p a t e n
hubungan kerja cukup baik yakni sebanyak Bangkalan
12 (85,7%) orang mengalami stres kerja
Kategori Stres Kerja
sedang. Hasil dari uji statistik tersebut Peran Total
diketahui bahwa nilai r sebesar -0,487 yang Ringan Sedang Berat
Kerja
berarti ada korelasi antara variable hubungan n % n % n % n %
kerja terhadap stres kerja perawat gigi cukup Kurang 0 0,0 7 100,0 0 0,0 7 100,0
dan tidak searah. Aktif
Cukup 1 25,0 2 50,0 1 25,0 4 100,0
Aktif
Tabel 6. Hubungan Kerja dengan Stres Sangat 6 54,5 5 45,5 0 0,0 11 100,0
Kerja Perawat Gigi Puskesmas se- Aktif
Kabupaten Bangkalan Total 22 100,0
Kategori Stres Kerja
Hubungan Total
Ringan Sedang Berat
Kerja lanjut. Dengan kata lain bias diartikan jika
n % n % n % n % orang dewasa biasanya mempunyai toleransi
Lemah 1 14,3 1 7,1 0 0 2 100,0 terhadap stres yang lebih baik. Hasil analisis
Cukup 1 14,3 12 85,7 1 100 14 100,0 yang dilakukan bahwa karakteristik usia
Kuat memiliki kuat hubungan cukup dan tidak
Sangat 5 71,4 1 7,1 0 0 6 100,0 searah terhadap timbulnya stres kerja. Hal
Kuat ini berarti semakin rendah usia seseorang
Total 22 100,0 maka stres kerja semakin tinggi. Smet
(1994), mengemukakan jika jenis stress yang
berisiko dan berpotensial di bagi menjadi
Peran Kerja tiga tahap dalam kehidupan yakni pada masa
Peran kerja adalah Keterlibatan kanak-kanak, masa remaja hingga masa
dan keikutsertaan dalam pekerjaan. hasil dewasa, lain halnya penelitian yang dilakukan
penelitian ini menunjukkan bahwa dari tiga Prabowo (2009), yang mengemukakan
kategori peran kerja perawat gigi. Ternyata bahwa tidak adanya hubungan antara umur
perawat gigi yang mengalami stres terbanyak seseorang dengan stres kerja. Faktor usia
adalah perawat gigi yang mempunyai peran memang sulit dianalisis tersendiri karena
kerja kurang aktif yakni sebanyak 7 (100%) masih banyak faktor dalam karakteristik
orang mengalami stres kerja sedang. Hasil individu lainnya yang ikut memengaruhi
dari uji statistik tersebut diketahui bahwa hubungan terhadap timbulnya stres kerja.
nilai r sebesar -0,498 yang berarti ada korelasi Selain itu dengan bertambahnya umur
antara variabel peran kerja terhadap stres pengalaman seseorang juga akan bertambah,
kerja perawat gigi cukup dan tidak searah. pengetahuan lebih baik dan rasa tanggung
jawab akan menjadi lebih tinggi, di mana hal
PEMBAHASAN ini akan menutupi kekurangan untuk mereka
Usia beradaptasi
Usia berhubungan dengan bagaimana Pada penelitian ini mayoritas perawat
toleransi individu terhadap stres dan jenis gigi berusia lebih dari 34 tahun yaitu
stressor yang paling mengganggu. Pada sebanyak 12 orang. pada usia dewasa
seorang yang mempunyai usia dewasa ini umumnya secara kognitif orang
biasanya mereka akan lebih mengontrol stres sudah mampu berfikir reflektif, yakni
dibanding dengan usia kanak-kanak dan usia menggunakan pertimbangan yang hati-hati
Rian Rosihan Ansori dan Tri Martiana, Hubungan Faktor Karakteristik Individu … 81

dan menerima keyakinan dan invormasi hubungan cukup terhadap timbulnya stres
berdasarkan bukti yang mendukung untuk kerja dengan nilai tidak searah yang berarti
mencapai sebuah kesimpulan. Selain semakin sedikit masa kerja maka stres kerja
itu mereka juga sudah dapat dikatakan akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan
mencapai tahap pemikiran formal di mana pendapat dengan pendapat yang dikemukakan
mereka sudah memiliki kemampuan untuk oleh Koch dkk (1982), menunjukkan bahwa
menghadapi ketidakpastian, kontradiksi, semakin lama masa kerja seseorang bekerja
ketidak konsistenan, ketidaksempurnaan maka stres kerja yang dialami akan semakin
serta dapat berkompromi dengan situasi ringan dikarenakan orang tersebut sudah
tersebut. berpengalaman dan cepat tanggap dalam
menghadapi berbagai masalah-masalah
Jenis Kelamin pekerjaan. Selain itu Atkinson dan Jacqueline
Dari hasil statistik analisis yang (1991), mengemukakan bahwa semakin
dilakukan diperoleh bahwa Jenis kelamin sedikit massa kerja cenderung mengalami
memiliki korelasi hubungan cukup kuat stress kerja.
terhadap timbulnya stres kerja. Hasil Pada penelitian ini mayoritas perawat
penelitian menunjukkan perempuan gigi memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun
memiliki persentase lebih besar terhadap di mana 6 (54,5%) dari mereka termasuk
terjadinya stres dibandingkan laki-laki. Hal golongan stres ringan. ringannya golongan
ini sesuai dengan teori Suma’mur (1994), stres kerja pada kelompok ini mungkin
yang mengemukakan bahwa antara laki-laki dikarenakan perawat gigi pada kelompok ini
dan perempuan memiliki kemampuan fisik mempunyai kemampuan dalam mengatasi
(otot) yang berbeda. Perempuan memiliki masalah, hal ini disebabkan oleh proses
kecenderungan cepat lelah sehingga stres belajar maupun pengalaman-pengalaman
kerja lebih banyak dialami perempuan. sebelumnya dalam menghadapi kesulitan
Selain itu stres kerja juga dipengaruhi dengan dalam bekerja. Hal ini berbeda dengan
adanya siklus haid pada wanita yang dapat kelompok masa kerja di bawahnya di mana
memengaruhi kondisi emosionalnya. Emosi pada kelompok masa kerja 5–10 tahun semua
yang tidak stabil dapat memperberat stres responden mengalami stres kerja sedang
kerja yang dialaminya. dan untuk kelompok masa kerja kurang
Jenis kelamin dapat memengaruhi dari 5 tahun 2 orang mengalami stres kerja
stres kerja pada penelitian ini dimungkinkan ringan bahkan satu orang memiliki stres
karena bagi perawat gigi yang berjenis kerja berat. Terjadinya stres sedang pada
kelamin perempuan yang memiliki dua kelompok ini dimungkinkan karena
kemampuan fisik lebih lemah dari pada masih kurangnya pengalaman mereka
laki-laki malah mereka dituntut bekerja dalam menyelesaikan dan menghadapi
lebih tinggi dari pada laki-laki. Perawat gigi permasalahan-permasalahan baru dalam
perempuan selain menghadapi pekerjaan pekerjaannya, sehingga perlu bagi mereka.
di tempat kerja mereka juga harus bekerja untuk mengatasi masalah stres kerja akibat
mulai dari pagi yaitu menyiapkan keperluan masa kerja mungkin dapat dilakukan dengan
keluarga seperti memasak, mengurus anak cara mengadakan rotasi kerja sehingga para
hal ini juga mereka lakukan setelah mereka pekerja tidak jenuh, mengadakan kegiatan
pulang dari bekerja, sehingga mereka refresing untuk menghilangkan kepenatan
cenderung mengalami kelelahan yang dapat dalam bekerja.
memicu terjadinya stres.
Tuntutan kerja
Masa Kerja Tuntutan tugas adalah pekerjaan
Hasil analisis statistik yang dilakukan yang harus sudah terselesaikan pada waktu
diperoleh jika masa kerja memiliki korelasi yang telah ditentukan. Tuntutan kerja juga
82 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 75–84

dapat didefinisikan sebagai sebuah tuntutan Dukungan Kerja


dalam pekerjaan yang akan menjadi sumber Dukungan kerja adalah dorongan yang
terjadinya kelelahan secara psikologis diperoleh perawat gigi dari semua lini untuk
(pshycological stresor) (Peter, 2006). Dari keberhasilan suatu pekerjaan. Hasil analisis
hasil analisis statistik diperoleh jika tuntutan statistik pada penelitian ini diperoleh bahwa
kerja memiliki korelasi hubungan cukup ada hubungan antara dukungan kerja dengan
terhadap timbulnya stres kerja dengan nilai stres kerja. Menurut Garmenzy dan Rutter
searah yang berarti semakin tinggi tuntutan (1983), bahwa dukungan yang positif mampu
kerja maka stres kerja juga semakin tinggi. mengurangi kecemasan, di mana kecemasan
hal ini sependapat dengan pendapat Cinamon merupakan salah satu faktor timbulnya
dkk (2002), di mana stres kerja terjadi jika stress kerja. Menurut Smet (1994), salah
tuntutan kerja melebihi kemampuan atau satu faktor yang memengaruhi stres kerja
kapasitas yang dimiliki seorang pekerja. adalah dukungan sosial. Reaksi stres yang
Pendapat yang sama juga dikemukakan berbeda antara satu orang dengan orang lain
oleh Anatan dan Ellitan (2007), di mana ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
pemberian beban kerja yang berlebihan salah satunya adalah dukungan sosial.
terhadap pegawai dapat menimbulkan Pada penelitian ini dukungan kerja
stres yang berkepanjangan, yakni keadaan merupakan faktor yang memiliki korelasi
yang tidak menyenangkan yang dihadapi hubungan cukup terhadap timbulnya
seseorang baik secara fisik maupun mental. stres kerja dengan nilai tidak searah yang
Tuntutan kerja yang memengaruhi stres berarti semakin rendah dukungan kerja
kerja pada perawat gigi dalam penelitian ini, yang dirasakan maka stres kerja semakin
mungkin dikarenakan besarnya tuntutan kerja tinggi. Kurangnya dukungan kerja pada
yang dialami perawat gigi mulai dari harus perawat gigi mungkin karena para perawat
melakukan pekerjaan di luar kompetensinya gigi merasa dukungan yang diperoleh dari
yang dikarenakan keterbatasan tenaga medis rekan kerja dan atasan tempat dia bekerja
di tempat dia bekerja. Selain itu mereka juga maupun lingkungan sekitar masih kurang, di
dituntut harus bekerja dengan cepat dan teliti mana sarana dan prasarana masih dianggap
dengan kondisi peralatan dan sumber daya kurang, teman kerja dan atasan juga kurang
manusia yang terbatas. Jika para perawat membantu di saat perawat gigi memiliki
gigi ini dibebani pekerjaan yang berlebih kesulitan, sehingga dalam penelitian
dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi ini dukungan merupakan faktor yang
maka mereka akan tertekan fisiknya, berhubungan dengan stres kerja. Di mana
mereka akan mulai kelelahan dan membuat apabila dukungan diberikan pada perawat
tekanan secara psikologi sehingga mudah gigi tersebut dirasa baik, perawat gigi akan
marah dan tersinggung. Hal seperti inilah merasa diperhatikan, tenang dan timbul rasa
yang akan menyebabkan timbulnya stres percaya diri dan kompeten, dan membuat
kerja. Seharusnya untuk mencegah hal ini mereka merasa bagian dari kelompok. Untuk
terjadi peran dari pimpinan terkait sangat itu dalam rangka menciptakan dukungan
memengaruhi mulai dari pengadaan pelatihan kerja yang baik dalam sebuah tempat kerja
untuk meningkatkan kemampuan pegawai diperlukan adanya kegiatan bersama yang
dalam kompetensinya, penambahan pegawai menciptakan suatu keakraban di antara
yang sesuai untuk menempati tupoksi mereka.
pekerjaan yang sebelumnya tidak ada, hingga
diberlakukannya regulasi yang mendukung Hubungan Kerja
terkait pekerjaan di luar kompetensi perawat Hubungan kerja merupakan hubungan
gigi agar ada payung hukum jika mereka antara sesama pekerja dalam lingkungan
bekerja di luar kompetensi. kerja. Hasil analisis statistik pada penelitian
Rian Rosihan Ansori dan Tri Martiana, Hubungan Faktor Karakteristik Individu … 83

ini diperoleh bahwa hubungan kerja Peran Kerja


merupakan faktor kondisi pekerjaan yang Hasil analisis statistik dalam penelitian
berhubungan terhadap timbulnya stres kerja. ini diketahui bahwa peran kerja merupakan
Menurut Beehr & Newman dalam Ruslina kondisi dalam pekerjaan yang memiliki
(2004), mengemukakan bahwa hubungan hubungan terhadap timbulnya stres kerja.
interpersonal dengan rekan kerja, supervisor Menurut Sutherland dan Cooper dalam
dan anak buah telah diidentifikasi sebagai Smet (1994), sumber stres kerja berasal
sumber dari stres kerja. Selain itu penelitian langsung dari pekerjaan dan interaksi antara
ini juga sependapat dengan penelitian yang lingkungan sosial dengan pekerjaan, salah
dilakukan oleh Pearse (1977), di mana dalam satunya konflik peran, peran di dalam kerja
penelitiannya terhadap 5000 manager, yang tidak jelas, tanggung jawab yang tidak
ditemukan bahwa penyebab stres kerja jelas.
yang utama dari manager tersebut adalah Dalam penelitian ini peran kerja
kurangnya dukungan dari supervisor, kinerja merupakan kondisi pekerjaan yang
supervisor yang kurang efektif serta konflik berhubungan dengan timbulnya stres
yang terjadi dengan supervisor. Hubungan kerja pada perawat gigi. Stres kerja ini
yang baik dengan rekan kerja tentu memberi kemungkinan dikarenakan peran para
banyak keuntungan bagi pekerja itu sendiri. perawat gigi belum berjalan dengan benar
Namun hubungan baik tentu perlu dibangun sehingga ada perawat gigi yang mengalami
dan dijaga di dalam dunia kerja yang penuh stres kerja karena peran yang kurang
dengan kesibukan. menyenangkan dalam bekerja mereka, tidak
Dari hasil penelitian ini hubungan begitu paham tentang tugas dan tanggung
kerja merupakan faktor yang memiliki jawab yang mereka kerjakan baik saat
korelasi hubungan cukup terhadap timbulnya bekerja sendirian maupun sat berkolaborasi
stres kerja dengan nilai tidak searah yang dengan rekan kerja baik dokter gigi maupun
berarti semakin rendah hubungan kerja yang sesama perawat gigi. Banyak dari mereka
dirasakan maka stres kerja semakin tinggi. melakukan peran kerja di luar lingkup yang
Hubungan kerja yang kurang dikarenakan seharusnya mereka kerjakan. Seharusnya
adanya kesenjangan pada perawat gigi yang organisasi dituntut pembagian tugas yang
mempunyai rekan kerja dokter gigi maupun jelas, terstruktur, dan terbangun koordinasi,
sesama perawat di mana mereka merupakan sinkronisasi dalam menjalankan peran dalam
anggota dari kepala ruangan poli sehingga bekerja.
mereka merasa bahwa kepala ruangan
berada pada posisi atas dan harus selalu SIMPULAN
dihormati. Begitupun dengan para pekerja Berdasarkan hasil penelitian dapat
di poli lain. kesibukan masing-masing poli disimpulkan bahwa ada kuat hubungan
dalam menjalankan tugasnya juga dapat cukup antara faktor usia dengan timbulnya
menimbulkan kesenjangan hubungan kerja. stres kerja, jenis kelamin memiliki
Maka dari itu perlu dilakukannya kegiatan kekuatan hubungan kuat sebagai faktor
yang dapat menimbulkan rasa kekompakan yang memengaruhi stres kerja, masa kerja
atau solidaritas antar sesama pekerja. mempunyai kuat hubungan cukup sebagai
Kegiatan ini dapat berupa pengadaan faktor yang memengaruhi stres kerja,
pelatihan bersama seperti outbound, atau tuntutan kerja mempunyai kuat hubungan
partisipasi dalam lomba-lomba yang dapat cukup sebagai faktor yang memengaruhi
meningkatkan keakraban dalam hubungan stres kerja dukungan kerja mempunyai
antar pekerja kuat hubungan cukup sebagai faktor yang
84 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 75–84

memengaruhi stres kerja, Hubungan kerja (Second Edition). Psycology Foundation.


mempunyai kuat hubungan cukup sebagai http://www. Seren.me.uk.
faktor yang memengaruhi stres kerja NIOSH. 2008. Exposure to Stress Occupational
hubungan dan peran kerja mempunyai Hazard in Hospital. NIOSH.
kuat hubungan cukup sebagai faktor yang Pearse, J.S. 1997. Distribution. nof Diadema
memengaruhi stres kerja. savignyi and D. Setosum in the tropical
pasific. In:mooi R, Telford M (eds)
DAFTAR PUSTAKA Echinoderms. AA Belkema, Roterdam,
Anatan, L., Ellitan. 2007. Manajemen pp. 777–782.
Sumber Daya Manusia dalam Bisnis Peter, J.P., Jerry C.O. 2006. Consumer
Modern. Alfabeta. Bandung. Behavior and Marketing Strategy. 4th ed.
Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Rineka Cipta. Potter., P. 2005. Buku ajar fundamental
Atkinson, M., Jacqueline. 1991. Mengatasi keperawatan: konsep, proses, praktik.
Stres di Temoat Kerjaa. Jakarta: Binarupa (edisi 4), (Asih, Yasmim; Penerjemah).
Aksara. Jakarta: EGC.
Beehr, T.A., Newman, J.E. 1978. Job stress. Prabowo. 2009 Faktor yang Berhubungan
Employee Health and Organization dengan Kejadian Stres Kerja Pada
Effectiveness: A Facet Analisis Model and Bagian Produksi Mebel PT. Chia Jian
Literature Review. Personel Psichology. Indonesia Furniture di Wedelan Jepara
Cinamon, R.C, Yisrael, R., Mina westman. Tahun 2009.http://www.depkes.go.id/
2002. Occupation Type and The Work- downloads/debu.pdf. [diakses tanggal 18
Family Conflict: The Case of Teachers. Februari 2011
Eysenck, M.W. 2009. Fundamental of Schultz, D., Schultz., P. 1994. Theories
Psichology. New York: Psichology of Personality 5th Edition. California:
Stress. Brooks/cole.
Grainger, C. 1999. Stress survival Smet, B. 1994. Psikologi Kerja. Jakarta:
guide:mengatasi stres bagi para dokter PT Gramedia Widiasarana.
Alih bahasa: Manfred Himawan). Jakarta: Ruslina. 2004. Hubungan antara Konflik
Hiokrates. (Cet.aslin1994). Peran Ganda dengan StresKerja Pada
Garmenzy, M., Rutter, M. 1983. Stress Coping Wanita Bekerja. Skripsi. Universitas
and Development In Children. New York: Muhammadiyah Surakarta.
McGraw-Hill Publising Company. Suma’mur, P.K. 1994. Higene Perusahaan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor dan Kesehatan Kerja. Haji Masagung,
1035/Menkes/SK/IX/1998 tentang Jakarta.
Keperawatan Gigi. Tarwaka., Bakri, S.H.A., Sudiajeng, L. 2004.
Koch, J.L., Tung, R, Gmelch, W., Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan
Smet, B. 1982. Job Stress Among School Kerja dan Produktivitas. Surakarta:
Administrators: Factorial Demension and PT UNIBA PRESS.
Differential Effects.,’ Journal of Applied Undang-undang Republik Indonesia No.23
Psycho log1t. 67: 493–499. Tahun 1992 Tentang Kesehatan Kerja.
Lovibon, S.H., Lovibon, P.F. 1995. Manual
for the Depression Anxiety & Stress Scales

Anda mungkin juga menyukai