Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS DENGAN

PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PUSKESMAS


MUARA DUA KOTA LHOKSEUMAWE
Agustina MY1, Ida Suryawati2, Feandi Putera3
1
Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
2
Dosen Prodi D.III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
3
Dosen Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
Correspondence : myagustina47@gmail.com

ABSTRACT

The public health center as one of the health service units must always improve the quality of services, this can
be achieved by thinking about occupational health and safety aspects. Along with improving the quality of
service, it will minimize the incidence of work accidents that can occur due to the process of service activities or
conditions of facilities and infrastructure that do not meet the standards and factors of the officers themselves.
The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and attitudes with the
prevention of work accidents at Puskesmas Muara Dua, Lhokseumawe City. The method used in this research is
analytic with a cross-sectional approach, the number of respondents is 175 respondents using total sampling
technique, data collection is done by using a questionnaire. The results showed that there was a relationship
between the respondent's knowledge and the prevention of work accidents where the value of ρ = 0,000 and OR
= 158, meaning that officers with good knowledge had 158 times better chance of preventing work accidents
than those with less knowledge. There is a relationship between the attitude of officers and the prevention of
work accidents where the value of p = 0.000 and OR = 88 means that officers with a positive attitude have a
chance of 88 times better prevention of work accidents than officers with negative attitudes. Based on the
results of this study, it can be concluded that the better the knowledge and attitude of the officers, the better the
prevention of work accidents carried out by officers at the health center.

Keywords : Knowledge, Attitudes and Work Accident Prevention

ABSTRAK

Puskesmas sebagai salah satu unit layanan kesehatan harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan, hal ini
dapat tercapai salah satunya dengan memikirkan aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan
peningkatan kualitas pelayanan maka akan meminimalkan kejadian dari kecelakaan kerja yang dapat terjadi
karena proses kegiatan pelayanan atau kondisi sarana dan prasarana yang tidak memenuhi standar serta faktor
petugas itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan
pencegahan kecelakaan kerja di Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analitik dengan pendekatan crosssectional, responden berjumlah 175 responden dengan
menggunakan tehnik total sampling, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan responden dengan pencegahan kecelakaan kerja dimana
nilai ρ = 0,000 dan OR = 158, artinya petugas dengan pengetahuan baik mempunyai peluang sebanyak 158 kali
pencegahan kecelakaan kerja lebih baik dibandingkan petugas yang mempunyai pengetahuan kurang. Ada
hubungan sikap petugas dan pencegahan kecelakaan kerja dimana nilai p = 0,000 dan OR = 88 artinya petugas
dengan sikap yang positif mempunyai peluang sebanyak 88 kali pencegahan kecelakaan kerja lebih baik
dibandingkan petugas dengan sikap negatif. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan semakin baik
pengetahuan dan sikap petugas maka semakin baik pula pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan oleh
petugas di puskesmas.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap dan Pencegahan Kecelakaan Kerja

PENDAHULUAN

1
Kecelakaan kerja merupakan salah baik dari penyakit maupun kecelakaan akibat
satu fokus dalam kesehatan dan keselamatan kerja (Ivana, 2014).
kerja (K3) dan merupakan salah satu isu Kondisi kesehatan dan keselamatan kerja
penting di dunia kerja saat ini. Hasil riset yang (K3) khususnya dalam pelaksanaan pelayanan
di lakukan oleh badan dunia ILO menyebutkan kesehatan di Indonesia secara umum
bahwa setiap hari rata-rata 6.000 orang diperkirakan masih rendah. Pada tahun 2018
meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh
detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan
atau kecelakaan yang berkaitan dengan peker Thailand dalam hal kecelakaan kerja dan
jaannya (Rahayuningsih, 2011). penyakit akibat kerja yang menimpa tenaga
Pelaksanaan K3 adalah salah satu kerja di Indonesia. Kondisi tersebut
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja mencerminkan kesiapan daya saing pelayanan
yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran kesehatan Indonesia di dunia internasional
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit menghadapi pasar global dalam pelayanan
akibat kerja yang pada akhirnya dapat kesehatan karena mengalami ketidakefisienan
meningkatkan efisiensi dan produktivitas pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja
kerja. Kecelakaan kerja tidak saja yang rendah). Padahal kemajuan suatu
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian pelayanan sangat ditentukan peranan mutu
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga tenaga kerjanya. Karena itu disamping
dapat mengganggu proses produksi secara perhatian perusahaan atau instansi, pemerintah
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada juga perlu memfasilitasi deng5an peraturan
akhirnya akan berdampak pada masyarakat atau aturan perlindungan Kesehatan dan
luas (Tarwaka, 2012). Keselamatan Kerja. Nuansanya harus bersifat
Kecelakaan kerja merupakan salah satu manusiawi atau bermartabat (ILO, 2017).
permasalahan yang sering terjadi pada pekerja Beberapa faktor yang dapat
dan juga pada pengusaha. Kecelakaan kerja ini mempengaruhi timbulnya kecelakaan kerja
biasanya terjadi karena faktor dari pekerja itu bagi petugas yang bekerja di pelayanan
sendiri dan lingkungan kerja yang dalam hal kesehatan antara lain pengetahuan dan sikap
ini adalah dari pihak pengusaha. Keselamatan pekerja terhadap K3, dukungan sarana dan
dan kesehatan kerja merupakan salah satu prasarana K3 yang dterapkan pada suatu
aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur pelayanan kesehatan misalnya ketersediaan
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun APD dan sejenisnya serta faktor lingkungan
2003. tempat kerja yang dapat mempengaruhi kinerja
Dalam perundangan mengenai ketenaga petugas dalam memberikan pelayanan
kerjaan ini salah satunya memuat tentang kesehatan kepada pasien.
keselamatan kerja yaitu pasal 86 menyebutkan Berdasarkan data awal yang peneliti
bahwa setiap organisasi wajib menerapkan dapatkan di Puskesmas Muara Dua Kota
upaya keselamatan dan kesehatan kerja untuk Lhokseumawe, jumlah petugas kesehatan dan
melindungi keselamatan tenaga kerja dan pasal non kesehatan yang berkerja di Puskesmas
87 mewajibkan setiap organisasi melaksana Muara Dua Kota Lhokseumawe sebanyak 175
kan sistem manajemen keselamatan dan orang, yang terdiri dari beberapa profesi yaitu,
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan dokter, perawat, bidan, petugas gizi, petugas
manajemen organisasi lainnya (Aswar dkk., farmasi, petugas fisioterapi, radiologi, petugas
2016). elektromedik, psikologi, sanitarian, kesehatan
Salah satu fokus keselamatan dan masyarakat administrator kesehatan dan
kesehatan kerja yaitu kecelakaan kerja menjadi perekam medik.
salah satu masalah penting di lingkungan Hasil wawancara awal peneliti dengan 5
pelayanan kesehatan. Hal ini diakibatkan orang petugas yang bekerja di Puskesmas
karena suatu unit pelayanan kesehatan yang Muara Dua tentang pencegahan kecelakaan
memberikan pelayanan pada semua bidang kerja di puskesmas mengatakan bahwa pada
dan jenis penyakit. Oleh sebab itu suatu unit dasarnya mereka tahu dan mengerti tentang
pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan di
menyediakan dan menerapkan suatu upaya puskesmas sudah tersedia SOP tentang hal
agar semua sumber daya manusia yang ada di tersebut, akan tetapi dari hasil wawancara
unit pelayanan kesehatan dapat terlindungi, tersebut diketahui bahwa semua petugas

2
puskesmas yang diwawancarai mengatakan
kadang-kadang mereka sering lalai dalam
memperhatikan hal tersebut, apalagi Pendidikan
ketersediaan alat pelindung diri (APD) di SMP 1 6
puskesmas masih terbatas dan desain ruangan SMA/SPK/SMAK/SMF 26 14.9
yang belum sesuai dengan standar yang Perguruan Tinggi (PT) 148 84,6
ditetapkan. Lama Bekerja di Puskesmas
Berdasarkan latar belakang diatas, maka 1 – 5 Tahun 13 7,4
saya tertarik untuk melakukan suatu penelitian 6 – 10 Tahun 84 48
tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja Lebih dari 10 tahun 78 44,6
dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Total 175 100
Sikap Dengan Pencegahan Kecelakaan Kerja
oleh Petugas di Puskesmas Muara Dua Kota Berdasarkan tabel 1 diketahui karakte
Lhokseumawe Tahun 2020” ristik responden berdasarkan umur mayoritas
adalah 36 – 45 Tahun yaitu 84 orang (48%),
METODE PENELITIAN berdasarkan jenis kelamin mayoritas
Desain yang digunakan adalah metode perempuan yaitu 134 orang (76,6%),
analitik yaitu untuk melihat hubungan antara berdasarkan pendidikan mayoritas Perguruan
satu gejala dengan gejala lain, atau satu Tinggi yaitu 148 orang (84,6%), sedangkan
variabel dengan variabel lain (Notoatmojo, berdasarkan lama bekerja mayoritas 6 – 10
2010). Penelitian ini adalah untuk mengetahui Tahun yaitu 84 responden (48%).
hubungan pengetahuan dan sikap petugas
dengan pencegahan kecelakaan kerja di Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe. Responden di Puskesmas Muara Dua Kota
Penelitian ini menggunakan pendekatan Lhokseumawe Tahun 2020
crosssectional study, dimana variabel
independen dan variabel dependen diteliti pada Pengetahuan
waktu yang bersamaan. Populasi dan sampel No Frekuensi %
Responden
dalam penelitian ini adalah semua petugas di
1 Baik 163 93,1
Puskesmas Muara Dua Kota Kota
Lhokseumawe yang berjumlah 175 orang. Kurang Baik
Analisa data dilakukan secara univariat 2 12 6,9
yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap Total 175 100
variabel dalam hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
tiap variabel, dan bivariat untuk mengetahui berdasarkan pengetahuan responden mayoritas
hubungan atau korelasi antara variabel bebas berada pada katagori baik yaitu 163 responden
(independen) dan variabel terikat (dependen). atau 93,1%.

HASIL PENELITIAN Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Sikap


Analisa Univariat Responden di Puskesmas Muara Dua Kota
Lhokseumawe Tahun 2020
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden di Puskesmas Muara Dua Kota
Sikap
Lhokseumawe Tahun 2020 No Frekuensi %
Responden
Karakteristik Frekuensi (%) Positif
1 151 86,3
Umur
17 – 25 Tahun 2 1,1 2 Negatif 24 13,7
26 – 35 Tahun 59 33,7
36 – 45 Tahun 84 48 Total 175 100
46 – 55 Tahun 30 17,1
Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
Laki – Laki 41 23,4
berdasarkan sikap responden mayoritas berada
Perempuan 134 76,6

3
pada katagori positif yaitu 151 responden atau responden yang mempunyai pengetahuan
86,3%. kurang baik.

Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Pencegahan


Kecelakaan Kerja di Puskesmas Muara Dua
Kota Lhokseumawe Tahun 2020 Tabel 6 : Hubungan Sikap dengan Pencegahan
Kecelakaan Kerja Di Puskesmas Muara Dua
Pencegahan Kota Lhokseumawe Tahun 2020
No Kecelakaan Frekuensi %
Kerja Pencegahan Kecelakaan
Baik Kerja p
1 160 91,4 Total
Sikap Baik
Kurang value
Baik
2 Kurang Baik 15 8,6 f % f % f %
10
Positif 149 98,7 2 1,3 151
Total 175 100
0
10
Negatif 11 45,8 13 54,2 24 0
0,000
10
Total 160 91,4 15 8,6 175
0
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
pencegahan kecelakaan kerja mayoritas berada
pada katagori baik yaitu 160 responden atau Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa
91,4%. dari 151 responden dengan sikap positif,
pencegahan kecelakaan kerja cenderung
Analisa Bivariat berada pada katagori baik yaitu 149 responden
(98,7%), sedangkan 24 responden dengan
Tabel 5 : Hubungan Pengetahuan dengan sikap negatif, pencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Puskesmas cenderung berada pada katagori kurang baik
Muara Dua Kota Lhokseumawe Tahun 2020 yaitu 13 responden (54,2%).
Hasil uji statistik didapatkan ρ value
Pencegahan Kecelakaan 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai alpha
Kerja
Total
p (α) 0,05, maka dapat disimpulkan ada
Pengetahuan Kurang value hubungan yang signifikan antara sikap dengan
Baik
Baik
f % f % f % pencegahan kecelakaan kerja di Puskesmas
Baik 158 96,9 5 3,1 163
10 Muara Dua Kota Lhokseumawe dengan nilai
0
Kurang 10 0,000
OR = 88, yang berarti responden dengan sikap
2 16,7 10 83,3 12
Baik 0 positif mempunyai peluang sebanyak 88 kali
Total 160 91,4 15 8,6 175 100
pencegahan kecelakaan kerja pada katagori
baik dibandingkan dengan responden yang
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari
mempunyai sikap negatif.
163 responden dengan pengetahuan baik,
pencegahan kecelakaan kerja cenderung
Pembahasan
berada pada katagori baik yaitu 158 responden
(96,9%), sedangkan 12 responden dengan
Hubungan Pengetahuan dengan
pengetahuan kurang baik pencegahan
Pencegahan Kecelakaan Kerja di
kecelakaan kerja cenderung berada pada
Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe
katagori kurang baik yaitu 10 responden
(83,3%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Hasil uji statistik didapatkan ρ value peneliti lakukan pada petugas yang bekerja di
0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai alpha Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe
(α) 0,05, maka dapat disimpulkan ada tentang pengetahuan mereka tentang
hubungan yang signifikan antara pengetahuan pencegahan kecelakaan kerja diketahui
dengan pencegahan kecelakaan kerja di pengetahuan responden mayoritas baik yaitu
Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe 163 responden (93,1%), dan berdasarkan tabel
dengan nilai OR = 158, yang berarti responden hasil tabulasi silang diketahui bahwa 163
dengan pengetahuan baik mempunyai peluang responden yang mempunyai pengetahuan baik,
sebanyak 158 kali pencegahan kecelakaan cenderung pencegahan kecelakaan kerja juga
kerja pada katagori baik dibandingkan dengan baik yaitu 158 responden (96,9%), sedangkan
12 responden dengan pengetahuan kurang baik
pencegahan kecelakaan kerja cenderung

4
berada pada katagori kurang baik yaitu 10 salah satu masalah penting di lingkungan
responden (83,3%). pelayanan kesehatan. Hal ini diakibatkan
Dari hasil uji statistik yang peneliti karena suatu unit pelayanan kesehatan yang
lakukan menggunakan analisis chi-square memberikan pelayanan pada semua bidang
didapatkan ρ value 0,000 (lebih kecil dari nilai dan jenis penyakit. Oleh sebab itu suatu unit
alpha (α) 0,05), sehingga dapat disimpulkan pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat
ada hubungan yang antara pengetahuan menyediakan dan menerapkan suatu upaya
dengan pencegahan kecelakaan kerja di agar semua sumber daya manusia yang ada di
Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe unit pelayanan kesehatan dapat terlindungi,
dengan nilai OR = 158, yang berarti responden baik dari penyakit maupun kecelakaan akibat
dengan pengetahuan baik mempunyai peluang kerja (Ivana, 2014).
sebanyak 158 kali pencegahan kecelakaan Keselamatan dan kesehatan kerja
kerja lebih baik dibandingkan dengan merupakan salah satu aspek perlindungan
responden yang mempunyai pengetahuan ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar dari
kurang baik. setiap tenaga kerja. Keselamatan dan
Menurut Mubarok, dkk, (2007), kesehatan kerja bagi pekerja di Puskesmas
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat (Pusat Kesehatan Masyarakat) dan fasilitas
yang diketahui atau disadari oleh seseorang. medis lainnya perlu di perhatikan. Demikian
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pula penanganan faktor potensi berbahaya
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh yang ada di Puskesmas serta metode
manusia melalui pengamatan akal. Penge pengembangan program keselamatan dan
tahuan muncul ketika seseorang menggunakan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan,
akal budinya untuk mengenali benda atau seperti misalnya perlindungan baik terhadap
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat penyakit infeksi maupun non-infeksi,
atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika penanganan limbah medis, penggunaan alat
seseorang mencicipi masakan yang baru pelindung diri dan lain sebagainya.
dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan Puskesmas merupakan tempat kerja serta
tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan
tersebut.Pengetahuan adalah informasi yang pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien),
telah dikombinasikan dengan pemahaman dan sehingga puskesmas merupakan tempat kerja
potensi untuk menindaki, yang lantas melekat yang mempunyai resiko kesehatan maupun
dibenak seseorang. penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena
Menurut Azwar (2010), ada beberapa itu petugas puskesmas tersebut mempunyai
faktor yang mempengaruhi pengetahuan resiko tinggi karena sering kontak dengan
seseorang, antara lain : 1). Umur, Makin tua agent penyakit menular, dengan darah dan
umur seseorang maka proses-proses cairan tubuh maupun tertusuk jarum suntik
perkembangan mentalnya bertambah baik, bekas yang mungkin dapat berperan sebagai
akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya transmisi beberapa penyakit seperti Hepatitis
proses perkembangan mental ini tidak secepat B, HIV AIDS dan juga potensial sebagai
seperti ketika berumur belasan tahun. 2). Jenis media penularan penyakit yang lain (Silalahi,
Kelamin, tenaga kerja yaitu laki-laki dan 2020).
perempuan, bahwa kaum perempuan lebih Puskesmas sebagai penyedia layanan
patuh dan lebih sabar dibanding dengan laki- kesehatan dituntut menjaga lingkupnya
laki, karena sesuai dengan kodratnya. 3). sehingga tetap aman, bersih dan sehat.
Pendidikan, menentukan mudah tidaknya Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan
seseorang menyerap dan memahami memiliki berbagai potensi bahaya yang
pengetahuan yang mereka peroleh, pada berpengaruh buruk pada tenaga kesehatan dan
umumnya semakin tinggi pendidikan non kesehatan yang bekerja di Puskesmas,
seseorang semakin baik pula pengetahuanya. pasien, pengunjung dan masyarakat sekitarnya.
4). Masa Kerja, semakin lama masa kerja Potensi bahaya tersebut meliputi golongan
seseorang maka pengalaman juga akan fisik, biologi, kimia, ergonomis dan
semakin banyak, dan mereka dapat belajar psikososial. Khususnya golongan biologi
secara tidak langsung dari pengalaman yang merupakan bahaya potensi yang paling sering
mereka peroleh selama mereka bekerja. menyebabkan gangguan kesehatan di
Salah satu fokus keselamatan dan Puskesmas (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
kesehatan kerja yaitu kecelakaan kerja menjadi

5
Pencegahan kecelakaan kerja menurut berada pada katagori kurang baik yaitu 13
Suardi (2015) dapat dilakukan melalui 5 model responden (54,2%).
yaitu pendekatan manusia, teknis, energi, Hasil uji statistik didapatkan ρ value
administrasi, dan manajemen.Kecelakaan kerja 0,000 (lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05),
banyak disebabkan oleh faktor manusia dapat disimpulkan ada hubungan antara sikap
sehingga pendekatan pencegahan yang utama dengan pencegahan kecelakaan kerja di
adalah pendekatan manusia dan teknis (Human Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe
and Technical Approach). Pendekatan ini dengan nilai OR = 88, yang berarti responden
bertujuan merubah pengetahuan dan sikap dengan sikap positif mempunyai peluang
seseorang agar dapat berperilaku aman dalam sebanyak 88 kali pencegahan kecelakaan kerja
bekerja. lebih baik dibandingkan dengan responden
Berdasarkan penelitian Siti Halimah yang mempunyai sikap negatif.
(2017) dapat diketahui bahwa responden yang Sikap dapat didefinisikan sebagai
berperilaku tidak aman lebih banyak pada kecenderungan yang menetap untuk merasa
responden yang berpengetahuan rendah dan bertindak dengan cara tertentu pada
daripada responden yang berpengetahuan beberapa objek (Fred, 2015). Sikap merupakan
tinggi. Dalam penelitian Sholihin S (2013) proses kognitif yang kompleks dan dianggap
menjelaskan bahwa perilaku keselamatan sebagai pembentuk kepribadian. Istilah sikap
memiliki hubungan dengan Safety behavior. sering digunakan untuk mendeskripsi kan
Penelitian diatas hasilnya hampir sama orang dan menjelaskan perilaku mereka. Sikap
dengan penelitian yang peneliti lakukan di ditandai dengan tiga cara. Pertama, sikap
Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe, cenderung bertahan kecuali ada sesuatu yang
dimana semakin baik pengetahuan petugas dilakukan untuk mengubahnya. Kedua, sikap
maka semakin baik pula perilaku petugas dapat mencakup rangkaian dari yang sangat
terhadap pencegahan kecelakan kerja di disukai sampai yang sangat tidak disukai.
puskesmas. Ketiga, sikap diarahkan pada beberapa objek
Asumsi peneliti berdasarkan pembahasan dimana orang memiliki persaaan dan
diatas, semakin baik pengetahuan petugas kepercayaan.
puskesmas tentang pencegahan kecelakaan Sikap terhadap keselamatan kerja adalah
kerja maka akan semakian baik pula perilaku sikap moral psikologis terhadap keselamatan
atau tindakan petugas dalam melakukan kerja (Yusri, 2016). Sikap terhadap
pencegahan kecelakaan kerja, seperti bekerja keselamatan kerja sangat penting karena
sesuai SOP yang telah ditetapkan, selalu menentukan seberapa besar perhatian
memakai APD, meciptakan lingkungan kerja seseorang terhadap keselamatan kerja. Sikap
yang aman bagi petugas dan pasien dan terhadap keselamatan juga dipengaruhi oleh
perilaku lain yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan perilaku orang-orang
pencegahan kecelakaan kerja. Selain itu faktor yang ada disekitarnya. Terdapat dua tafsiran
usia, pendidikan dan lama bekerja juga ikut mengenai sikap terhadap keselamatan, tafsiran
mempengaruhi pengetahuan petugas tentang yang pertama adalah pada tingkat operasional
pencegahan kecelakaan kerja di puskesmas. dan meliputi keselamatan yang kompleks
reaksi tenaga kerja terhadap pekerjaan dan
Hubungan Sikap dengan Pencegahan lingkungannya. Tafsiran kedua berkaitan
Kecelakaan Kerja di Puskesmas Muara dengan sikap tenaga kerja terhadap
Dua Kota Lhokseumawe keselamatan atas dinamika psikologis. Faktor-
Berdasarkan hasil penelitian yang telah faktor seperti tekanan emosi, kelelahan
peneliti lakukan pada petugas yang bekerja di mungkin dapat berpengaruh negatif terhadap
Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe keselamatan. Berdasarkan teori-teori di atas
diketahui bahwa sikap petugas tentang dapat disimpulkan bahwa sikap K3 adalah
pencegahan kecelakaan kerja mayoritas positif suatu respons tertutup terhadap kesehatan dan
yaitu 151 responden (86,3%). Dari hasil keselamatan kerja yang berupa sikap
tabulasi silang diketahui dari 151 petugas menyukai K3 atau tidak menyukai K3.
dengan sikap positif, pencegahan kecelakaan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010)
kerja cenderung lebih baik yaitu 149 menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3
responden (98,7%), dibandingkan 24 komponen pokok, yakni : Kepercayaan
responden dengan sikap negatif, dimana (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
pencegahan kecelakaan kerja cenderung objek, Kehidupan emosional atau evaluasi

6
emosional terhadap suatu objek, misalnya, pendidikan dan lamanya bekerja, dimana
seorang petugas mengetahui tentang semakin tinggi usia petugas dan semakin lama
kecelakaan kerja, maka petugas tersebut bertugas di puskesmas, maka akan semakin
berpikir dan berusaha untuk mencegah positif sikap petugas terhadap pencegahan
kecelakaan tersebut. Setelah berpikir maka kecelakaan kerja di puskesmas.
komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja
sehingga petugas tersebut berniat untuk KESIMPULAN DAN SARAN
menggunakan alat pelindung diri dan Kesimpulan
mematuhi peraturan K3 untuk mencegah
kecelakaan kerja kemudian sikap petugas akan Dari hasil penelitian dan pembahasan di
terbentuk kearah yang lebih positif. atas, maka dapat disimpulkan pengetahuan
Petugas puskesmas harus berbekal responden mayoritas berada pada katagori baik
pengetahuan maupun sikap positif dalam yaitu 163 responden (93,1%), sikap responden
pemberian pelayanan kepada masyarakat, mayoritas berada pada katagori positif yaitu
termasuk dididalamnya pengetahuan dan sikap 151 responden (86,3%) dan pencegahan
tentang pencegahan kecelakaan kerja baik bagi kecelakaan kerja mayoritas berada pada
petugas maupun bagi pasien, misalnya tentang katagori baik yaitu 160 responden (91,4%).
pentingnya Alat Pelindung Diri (APD). Responden dengan pengetahuan baik,
Pengetahuan yang baik oleh petugas sebagai pencegahan kecelakaan kerja cenderung
pendorong untuk bersikap dan berperilaku berada pada katagori baik yaitu 158 responden
kesehatan khususnya dalam mencegah (96,9%), sedangkan 12 responden dengan
terjadinya kecelakaan kerja ketika bertugas pengetahuan kurang baik pencegahan
(Rifiani, 2013). kecelakaan kerja cenderung berada pada
Penelitian yang dilakukan oleh Sumarni katagori kurang baik yaitu 10 responden
(2017) tentang faktor-faktor yang mempe (83,3%). Responden dengan sikap positif,
ngaruhi terjadinya kecelakaan kerja pada pencegahan kecelakaan kerja cenderung
fasilitas pelayanan kesehatan di Kota berada pada katagori baik yaitu 149 responden
Semarang menyatakan bahwa salah satu faktor (98,7%), sedangkan 24 responden dengan
yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan sikap negatif, pencegahan kecelakaan kerja
kerja di fasilitas pelayanan kesehatan adalah cenderung berada pada katagori kurang baik
faktor sikap. Hasil penelitian tersebut yaitu 13 responden (54,2%). Uji statistik
diketahui sikap petugas yang baik akan didapatkan ρ value 0,000 (lebih kecil dari nilai
mempengaruhi perilaku petugas dalam alpha (α) 0,05), dan disimpulkan ada
melakukan pecegahan kecelakaan kerja saat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
bertugas di pelayanan kesehatan. Sikap dengan pencegahan kecelakaan kerja di
petugas yang baik akan membuat petugas Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe
selalu mengikuti ketentuan yang telah dengan nilai OR = 158. Uji statistik didapatkan
ditetapkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan ρ value 0,000 (lebih kecil dari nilai alpha (α)
tentang langkah-langkah atau prosedur yang 0,05), maka disimpulkan ada hubungan yang
harus dilakukan petugas dalam pencegahan signifikan antara sikap dengan pencegahan
terjadinya kecelakaan kerja. Hasil penelitian kecelakaan kerja di Puskesmas Muara Dua
ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang Kota Lhokseumawe dengan nilai OR = 88.
peneliti lakukan di Puskesmas Muara Dua,
dimana petugas yang mempunyai sikap positif Saran
cenderung mempunyai perilaku yang baik Dari hasil penelitian dan pembahasan di
dalam pencegahan kecelakaan kerja saat atas peneliti dapat menyarankan beberapa hal
bekerja di puskesmas. sebagai berikut :
Asumsi peneliti berdasarkan pembahasan Kepada petugas yang bekerja di
diatas, sikap petugas akan mempengaruhi Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe
perilaku petugas dalam pencegahan untuk lebih meningkatkan pengetahuan
kecelakaan kerja di puskesmas, sikap petugas tentang pencegahan kecelakaan kerja
selain dipengaruhi oleh pengetahuan, juga khususnya di puskesmas dengan cara
dipengaruhi usia, pendidikan dan lama mengikuti seminar, pelatihan atau workshop
bekerja. Semakin baik pengetahuan petugas dan sejenisnya yang berhubungan dengan
semakin positif pula sikap mereka tentang manajemen K3 di Puskesmas.
pencegahan kecelakaan kerja, demikian juga

7
Kepada manajemen Puskesmas Muara Fred Luthans. (2015). Perilaku Organisasi.
Dua Kota Lhokseumawe agar dapat Penerjemah: Vivin Andhika Yuwono
meningkatkan dan menyediakan sarana dan & Shekar Purwanti. Yogyakarta:
prasarana bagi petugas yang berhubungan Andi.
dengan pencegahan kecelakaan kerja dalam
memberikan pelayanan kesehatan, dengan cara International Labour Organization (2017).
menyediakan APD dan SOP yang sesuai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dengan ketentuan. Sarana untuk Produktivitas. Jakarta :
Kepada peneliti lainnya yang ingin International Labour Organization.
meneliti tentang pencegahan kecelakaan kerja
agar dapat melakukan penelitian yang lebih Ivana, A., Widjasena, B., & Jayanti, S. (2014).
luas dengan beberapa variabel penelitian Analisa Komitmen Rumah Sakit (RS)
lainnya khususnya yang mempengaruhi Terhadap Keselamatan Dan
kecelakaan kerja bagi petugas yang bekerja di Kesehatan Kerja (K3) Pada RS
puskesmas, seperti variabel dukungan Prima Medika Pemalang.
manajemen, kondisi lingkungan kerja dan
beban kerja petugas. Ismainar (2015). Keselamatan Pasien di
Kepada Institusi Pendidikan agar dapat Rumah Sakit. Yogyakarta :
menambah referensi kepustakaan, khususnya Deepublish.
yang berhubungan dengan kecelakaan kerja.
Kementrian Kesehatan RI. (2007). Keputusan
DAFTAR PUSTAKA Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 432/MENKES
Anizar. (2015). Teknik Keselamatan dan
/SK/IV/2007 Tentang Pedoman
Kesehatan Kerja di Industri.
Manajemen Kesehatan Dan
Yogyakarta: Graha Ilmu
Keselamatan kerja (K3) Di Rumah
Aswar, E., Asfian, P., & Fachlevy, A. Sakit. Jakarta.
F (2016). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kecelakaan ______________. (2010). Keputusan Menteri
Kerja. Bandung : PT. Bina Rupa Kesehatan Republik Indonesia
Aksara Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan Dan
Astutik, FD. Sulistyowati TF. (2013).
Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit.
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
Jakarta.
dan Tingkat Pendapatan Keluarga
dengan Status Gizi Anak Prasekolah
______________ (2014) . Standar Kesehatan
dan Sekolah Dasar di Kecamatan
Dan Keselamatan Kerja Di Rumah
Godean. Kes Mas : 7(1) : 15-20
Sakit . Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor :
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian
1087/MENKES/SK/VII/2010.
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik
Rineka Cipta
Indonesia
Azwar (2008). Sikap Manusia. Yogyakarta :
______________ (2018). Situasi Kesehatan
Pustaka Pelajar
Kerja InfoDATIN: Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI
___________ (2010). Sikap Manusia. Edisi
Revisi : Cetakan Ke II :
______________ (2018). Keselamatan dan
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Kesehatan Kerja Dalam Angka :
Periode 2015 – 2018. Balitbangkes.
Demak, D. L. K. (2014). Analisis Penyebab
Jakarta
Perilaku Aman Bekerja Pada
Perawat Di Rumah Sakit Islam
Asshobirin Tangerang Selatan Tahun
2013.
Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan dengan
Pendekatan Teori Perilaku, Media,

8
dan Aplikasinya. Jakarta : Muhammadiyah Yogyakarta,
RajaGrafindo Persada Volume 5, Nomor 1, Hal 21 -29.

Kusnanto (2012). Pengantar Profesi & Rachman, Abdul, et al. (2013). Pedoman Studi
Praktik Keperawatan Profesional. Hiperkes pada Institusi Pendidikan
Jakarta : EGC Tenaga Sanitasi. Jakarta: Depkes RI,
Pusdiknakes
Lisa khairani rizal (2013). Pentingnya perawat
menguasai K3 di rumah sakit. Rahayuningsih, S.U. (2012). Psikologi Umum
https://osf.io/xujz2/download/? 2. Jakarta: gunadarma
format=pdf
Ridley, john (2014). Kesehatan dan
Murwani Anita (2013). Pengantar Konsep Keselamatan Kerja Edisi Ketiga.
Dasar Keperawatan. Yogyakarta. Jakarta :Penerbit Erlangga.
Fitramaya
Simamora,R,H dan Fathi, A. (2017) .
Mubarok, Wahit, , Iqbal dan Nurul Chayatin, Peguatan Pengetahuan Perawat
(2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Keselamatan
Teori dan Aplikasi. Salemba Medika, Pasien Melalui Pelatihan Nursing
Jakarta. Hand Over Berbasis Komunikasi
SBAR.Seminar Nasional Kepera
Nuruddin (2017). Occuputional Health and watan . Bandung :UNPAD
Safety Management System
Requirements 18001:2017 [database Silalahi, B dan Silalahi, Rumondang. (2010).
on the Internet]. 2017 [cited 10 April Manajemen Keselamatan dan
2017]. [diakses, 13 Februari 2020] Kesehatan Kerja. Jakarta : PT
Pustaka Binaman Pressindo.
Notoadmojo, S. (2005). Promosi Kesehatan [diakses, 16 Pebruari 2020]
dan Perilaku Kesehatan. Cetakan
Pertama : Jakarta : Rineka Cipta Suwignyo (2014). Teori seputar dunia
Keperawatan. (http://keperawatana
___________ (2010). Promosi Kesehatan dan dil. jurnal. co.id/ pendidikan-
Perilaku Kesehatan. Cetakan keperawatan.l [diakses, 20 Pebruari
Pertama : Jakarta : Rineka Cipta 2020]

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Suardi, R. (2007). Sistem Manajemen


Metodologi Penelitian Ilmu Keselamtan dan Kesehatan Kerja.
Keperawatan, Jakarta : Salemba Penerbit PPM, Jakarta
Medik
Tarwaka, (2012). Dasar-Dasar Keselamatan
Olishifki and Hofstein A and Lunetta Vincent, Kerja Serta Pencegahan
(2014). The Role of Laboratory in Kecelakaan di Tempat Kerja. EGC :
Science Teaching : Neglected Jakarta
Aspects of Research. Review of
Educational Research. (20 Pebruari Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2014
2020) Tentang Keperawatan. Kementerian
Hukum dan Hak Azasi Manusia
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun Republik Indonesia : Jakarta
2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. 2014. Wardhono (2011). Menuju Keperawatan
Profesional. Semarang : Akper
Rahayuningsih, P.W., & Hariyono, W. (2011). Departemen Kesehatan : [diakses, 20
Penerapan Manajemen Keselamatan Pebruari 2020]
Dan kesehatan Kerja (MK3) Di
Instalasi Gawat Darurat RSU PKU

Anda mungkin juga menyukai