Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

"Konsep Pengembangan Pariwisata"

Dosen :
Dra. Henny.J. Polii M. Si
Disusun Oleh
Frangklin E Momongan
NIM : 18207017

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
terselesaikannya makalah yang berjudul “Konsep Pengembangan Pariwisata”.
Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Strategi Pariwisata prodi Pariwisata Perhotelan Fakultas Tehknik Universitas
Negeri Manado. Secara garis besar makalah ini membahas konsep
perkembangan pariwisata di Indonesia.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada ibu Dra. Henny.J. Polii M. Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pariwisata. Saya menyadari
bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, terutama dari dosen
pembimbing dan teman-teman.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pariwisata di Indonesia sekarang ini semakin pesat.
Perkembangan sektor pariwisata menjanjikan dan memberikan manfaat
kepada
banyak pihak dari pemerintah, masyarakat maupun swasta. Hal ini dikarenakan
pariwisata merupakan sektor yang dianggap menguntungkan untuk
dikembangkan
sebagai salah satu aset yang di gunakan sebagai sumber yang menjanjikan bagi
pemerintah maupun masyarakat sekitar objek wisata. Oleh karena itu
membuat
banyak daerah berkeinginan untuk mengadakan pembangunan di bidang
pariwisata. Salah satunya adalah Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Kulon
Progo
adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Seiring
dengan perkembangnnya, Kabupaten Kulon Progo memanfaatkan sumberdaya
alam yang ada dengan mengadakan pembangunan di sektor pariwisata. Salah
satu
objek wisata yang fenomenal adalah Waduk Sermo.
Objek wisata Waduk Sermo yang memiliki daya tarik menjadi salah satu
pilihan wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menghabiskan waktu
bersama keluarga untuk menikmati pemandangan alam yang ada. Citra yang
terbentuk dari suatu objek wisata merupakan suatu kombinasi dari faktor yang
ada
pada objek wisata yang bersangkutan (cuaca, pemandangan alam, keamanan,
kesehatan), di satu pihak dan informasi yang diterima untuk wisatawan dari
berbagi sumber dari pihak lain atau dari fantasinya sendiri (I Gde Pitana, 2005:
43).
Kawasan objek wisata Waduk Sermo adalah salah satu objek wisata yang
memiliki kekhasan tersendiri. Waduk Sermo dibangun untuk mewujudkan
suplesi
sistem irigasi daerah Kalibawang. Sistem irigasi tersebut merupakan
interkoneksi
dari beberapa daerah irigasi, diantaranya Clereng, Pengasih, dan Pekik Jamal.
Pembangunan waduk ini juga diharapkan dapat meningkatkan hasil pertanian
sehingga diharapkan dapat memperbaiki pendapatan petani dan
meningkatkan
kesempatan kerja di daerah sekitar waduk sermo. (Burhanudin, 2011)
Pembangunan waduk sermo di Desa Hargowilis dalam kurun waktu 1
Maret 1994 hingga Oktober 1996. Proyek pembangunan Waduk Sermo
merupakan
salah satu komponen program IISP (Integrated Irrigation Sector
Project) yang pembiayaannya berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara) murni dan bantuan ADB (Asian Development Bank). Waduk
Sermo ini dibuat dengan membendung Kali Ngrancah dan diresmikan pada
tanggal
20 November 1996 oleh Presiden Soeharto. Pada tahun itu juga waduk sermo
diresmikan menjadi tempat destinasi wisata. Namun perkembangan objek
wisata
waduk sermo baru berkembang pada beberapa tahun belakang ini.
Perkembangan potensi wisata waduk sermo berkembang sejak tahun 2012
seiring dengan adanya perkembangan wisata alam kalibiru. Data kunjungan
wisatawan ke objek wisata menurut Dinas Pariwisata DIY 2012 mencatat
bahwa
terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yang berdampak positif yakni
mampu meyumbangkan pendapatan asli daerah dan telah memenuhi target
pencapaian
sebesar 140% (Disbudparpora Kulon Progo, 2012). Fenomena meningkatnya
jumlah wisatawan ke waduk sermo menunjukan bahwa objek wisata ini
merupakan
objek wisata yang sedang mengalami perkembangan. Hal ini terlihat jelas pada
jumlah wisatawan yang berkunjung dari tahun ke tahun yang mengalami
peningkatan. Terbukti dilihat dari tahun 2011 jumlah wisatawan yang
berkunjung
mencapai 16.806 orang dan pada tahun 2015 jumlah wisatawan yang
berkunjung
mencapai 81.460 orang (BPS, 2015).
Waduk Sermo sekarang ini semakin banyak pengunjung karena
berkembangnya kegiatan pariwisata yang ada di sekitar objek wisata waduk
sermo.
Hal tersebut dapat memberikan dampak atau pengaruh, baik dampak positif
maupun dampak negatif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi ekonomi, sosial
dan
budaya bagi masyarakat sekitar kawasan wisata khususnya Dusun Sremo.
Sebelum adanya kawasan Wisata Waduk Sermo, wilayah ini hanya
berupa lahan pertanian dan perkebunan yang masyarakatnya sebagaian besar
bekerja sebagai petani. Masyarakat hanya mendapatkan pendapatan dari hasil
pertanian. Manfaat dari hasil lahan pertanian dan berkebunan tersebut belum
menjangkau ke semua masyarakat yang hanya memiliki lahan pertanian itu
saja.
Peralihan fungsi lahan dari pertanian menjadi waduk sermo membuat
kebanyakan
masyarakat kehilangan mata pencahariannya.
Sektor pariwisata tidak jauh beda dengan sektor ekonomi dalam
perkembangannya sektor pariwisata juga mempunyai dampak dan pengaruh di
bidang sosial ekonomi dan fisik kawasan, pengaruh yang yang muncul
mempunyai
dampak positif maupun dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat
setempat.
Untuk mencegah perubahan itu menuju kearah negatif maka diperlukan suatu
perencanaan yang mencakup aspek fisik, sosial dan ekonomi. Hal ini perlu
dilakukan untuk mendukung keberhasilan pengembangan daerah wisata yang
bersangkutan (Kodyat, 1982:4; dalam Biantoro, 2014).
Pariwisata memberikan kontribusi kepada penciptaan lapangan
pekerjaan, perbaikan infrastruktur wilayah. Pembangunan tempat wisata
dapat
memberikan keuntungan dalam bidang ekonomi. Pengaruh yang paling
menonjol
dalam bidang ekonomi adalah perubahan mata pencaharian. Mata
pencaharian
dalam suatu masyarakat sangat beraneka ragam misalnya seperti pertanian,
perdagangan, perkebunan, nelayan, buruh, perkantoran, dan lain sebagainya.
Masyarakat melakukan hal tersebut semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan kesejahteraan keluarga mereka, contohnya pada masyarakat
pegunungan, mayoritas mata pencaharian mereka adalah berkebun. Mata
pencaharian tersebut dapat berjalan baik apabila letak atau keadaan geografis
wilayah mendukung. Begitu pula untuk mata pencaharian masyarakat lain yang
tinggal diwilayah pesisir pantai maupun diwilayah perkotaan juga mengikuti
keadaan geografis tempat tinggalnya. (Suzanna 2003; dalam Rahman, 2014).
Hal ini juga terjadi di dalam masyarakat sekitar kawasan wisata Waduk
Sermo. Mata pencaharian masyarakat Sermo sangat beraneka ragam, sebelum
terbangunnya objek wisata waduk sermo mereka menjalankan rutinitas
mereka sehari-hari seperti berkebun, nderes, dan masih banyak lainnya.
Sehubungan
dengan adanya pembangunan waduk yang merupakan program dari
pemerintah
mengharuskan banyak dari mereka yang harus tergusur. Mereka yang
wilayahnya
tergusur dan tidak mempunyai sisa tanah sedikitpun kebanyakan dari mereka
mengikuti program dari pemerintah yaitu transmigasi ke daerah Bengkulu dan
Riau. Dari data yang diperoleh ada sebanyak 100 kepala keluarga ke daerah
Bengkulu dan 7 kepala keluarga ke daerah Riau (Burhanudin, 2011).
Munculnya objek wisata Waduk Sermo nampaknya memberikan
perubahan pada sistem mata pencaharian masyarakat sekitar. Mata
pencaharian
masyarakat Dusun Sermo sebelum adanya objek wisata Waduk Sermo
mayoritas
bekerja sebagai petani, selian itu juga beternak, tukang, pedagang kelapa,
nderes,
dan kerja srabutan, tetapi setelah adanya objek wisata Waduk Sermo
masyarakat
Dusun Sermo mengubah mata pencahariannya. Mata pencaharian yang
hampir
dijalani sebagian masyarakat adalah sebagai penarik perahu wisata, tim sar,
pegawai di kantor waduk, dan sebagai pekerja musiman. Dampak yang terjadi
tentu saja ada dampak positif dan dampak negative di dalamnya. Dampak
positif
yang diperoleh sejak adanya wisata Waduk Sermo adalah masyarakat menjadi
semakin mudah memperoleh pendapatan misalnya mereka mendirikian
warung
makan dan bengkel di sekitar daerah wisata. Namun, ada juga dampak negatif
yang
muncul di dalamnya, dilihat dari segi kacamata ekonomi tidak ada peningkatan
pendapatan, perubahan pendapatan hanya dirasakan oleh beberapa orang
yaitu
mereka yang bekerja di kantor waduk dan diangkat menjadi PNS.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN PARIWISATA
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan
wisatawan. (Karyono, 1997:15). Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara lain.
Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang
diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan
wisatawan.

Menurut Ensiklopede Nasional Indonesia Jilid 12 bahwa pariwisata adalah kegiatan


perjalanan seseorang atau seerombongan orang dari tempat tinggal asalnya ke suatu
tempat di kota lain atau di negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan perjalanan
dapat bersifat pelancongan, bisnis, keperluan ilmiah, bagian kegiatan agama, muhibah atau
juga silahturahim. Pariwisata adalah suatu fenomena kebudayaan global yang dapat
dipandang sebagai suatu sistem. Dalam model yang dikemukakan oleh Leiper, pariwisata
terdiri atas tiga komponen yaitu wisatawan (tourist), elemen geografi (geographical
elements) dan industri pariwisata (tourism industry).
Defenisi pariwisata menurut Yoeti (1996:108) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud
bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata
untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi
keinginan yang beranekaragam. Robert Mc.Intosh bersama Shashiakant Gupta
mengungkapkan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari
interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam
proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainnya
(Pendit, 1999:31).

The Ecotourism Society  (1990) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut: “Pariwisata adalah
suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan
mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk
setempat”.
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama
menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya
dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah
menjadi bagian dari hak azasi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi
mulai dirasakan pula di negara berkembang. Indonesia sebagai negara yang sedang
berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata
sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang.
Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah (Pendit, 2002).

Sebagaimana diketahui bahwa sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki peranan


yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan salah
satu faktor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa
negara Pariwisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan
yang seharusnya dari istilah tourism, yaitu turisme, Terjemahan yang seharusnya
dari tourism adalah wisata. Yayasan Alam Initra Indonesia (1995) membuat
terjemahan tourism  dengan turisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah pariwisata
yang banyak digunakan oleh para rimbawan, mempergunakan istilah pariwisata untuk
menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.
Pengertian tentang pariwisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun,
pada hakekatnya, pengertian pariwisata adalah suatu bentuk wisata yang
bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area),  memberi
manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat
setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk pariwisata pada dasarnya merupakan bentuk
gerakan konservasi yang dilakukan o!eh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya
konservasionis.
Semula pariwisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah
tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya
tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk pariwisata ini berkembang
karena banyak digemari oleh wisatawan. Pada tahun 1995 The Tourism Society  kemudian
mendefinisikan pariwisata sebagai bentuk baru dari kegiatan perjalanan wisata
bertanggungjawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola dengan
kaidah alam dimana tujuannya selain untuk menikmati keindahannya juga melibatkan
unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan
peningkatan pendapatan masyarakat setempat sekitar daerah tujuan pariwisata.
Di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan pengertian
pariwisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini seperti yang
didefinisikan oleh Australian Department of Tourism yang mendefinisikan pariwisata adalah
wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi
terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian
ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis
seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat
khusus, alternatife tourism atau special interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata
alam.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka terdapat lima hal penting yang mendasari
kegiatan pariwisata :
1. Perjalanan wisata yang bertanggung jawab, artinya bahwa semua pelaku
kegiatan pariwisata harus bertanggung jawab terhadap dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan pariwisata terhadap lingkungan alam dan budaya
2. Kegiatan pariwisata dilakukan ke/di daerah-daerah yang masih alami (nature
made) atau di/ke daerah-daerah yang dikelola berdasarkan kaidah alam.
3. Tujuannya selain untuk menikmati pesona alam, juga untuk mendapatkan
tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai fenomena alam
dan budaya.
4. Memberikan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam.
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Menurut Pendit (1994), ada beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal, antara lain:

1. Wisata budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan
kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni
meraka.
2. Wisata kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan untuk
menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi
kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.
3. Wisata olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan
dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermakasud mengambil
bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara.
4. Wisata komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi
pameranpameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran
industri, pameran dagang dan sebagainya.
5. Wisata industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah
perindustrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan
atau penelitian.
6. Wisata Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan danau, pantai atau
laut.
7. Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya diselenggarakan oleh
agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan
mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan
daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh
undang-undang.
8. Wisata bulan madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi
pasanganpasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan
fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalan.
Definisi wisatawan menurut Norval (Yoeti, 1995) adalah setiap orang yang datang dari suatu
Negara yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja di situ secara teratur, dan yang
di Negara dimana ia tinggal untuk sementara itu membalanjakan uang yang didapatkannya
di lain tempat, sedangkan menurut Soekadijo (2000), wisatawan adalah pengunjung di
Negara yang dikunjunginya setidak-tidaknya tinggal 24 jam dan yang datang berdasarkan
motivasi:
1. Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senang, berlibur, untuk alasan
kesehatan, studi, keluarga, dan sebagainya.
2. Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.
3. Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau
sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik, keagamaan, olahraga dan
sebagainya).
4. Dalam rangka pelayaran pesiar, jika kalau tinggal kurang dari 24 jam.
Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan wisatawan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Karyono, 1997).

1. Foreign Tourist  (Wisatawan asing)


Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain
yang bukan merupakan Negara di mana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga
wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.

1. Domestic Foreign Tourist


Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan
melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan
Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak pulang ke Belanda, tetapi melakukan
perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia bertugas).

1. Domestic Tourist  (Wisatawan Nusantara)


Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah
negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya warga negara Indonesia
yang melakukan perjalanan ke Bali atau ke Danau Toba. Wisatawan ini disingkat wisnus.

1. Indigenous Foreign Tourist


Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar
negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya
sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan
asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di
sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.
1. Transit Tourist
Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu Negara tertentu yang terpaksa
singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

1. Business Tourist
Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi perjalanan
wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi perjalanan wisata
merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis selesai dilakukan.

DAERAH TUJUAN WISATA

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang


kepariwisataan, menjelaskan beberapa pengertian istilah kepariwisataan, antara lain.

1. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok mengunjungi suatu tempat dan bertujuan untuk rekreasi,
pengembangan pribadi, atau untuk mempelajari keunikan daya tarik suatu
tempat wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara.
2. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
berbagai layanan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah.
3. Daerah tujuan wisata dapat disebut juga dengan destinasi pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi
yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesbilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
Leiper (dalam Gde Pitana, 2005: 99) mengemukakan bahwa suatu daerah tujuan wisata
(destinasi wisata) adalah sebuah susunan sistematis dari tiga elemen. Seorang dengan
kebutuhan wisata adalah inti/pangkal (keistimewaan apa saja atau karekteristik suatu
tempat yang akan mereka kunjungi) dan sedikitnya satu penanda (inti informasi). Seseorang
melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menjadi daya tarik yang
membuat seseorang rela melakukan perjalanan yang jauh dan menghabiskan dana cukup
besar. Suatu daerah harus memiliki potensi daya tarik yang besar agar para wisatawan mau
menjadikan tempat tersebut sebagai destinasi wisata.

Menurut Jackson (dalam Gde Pitana, 2005: 101) suatu daerah yang berkembang menjadi
sebuah destinasi wisata dipengaruhi oleh beberapa hal yang penting, seperti.

1. Menarik untuk klien.


2. Fasilitas-fasilitas dan atraksi.
3. Lokasi geografis.
4. Jalur transportasi.
5. Stabilitas politik.
6. Lingkungan yang sehat.
7. Tidak ada larangan/batasan pemerintah.
Suatu destinasi harus memiliki berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan
agar kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi dan merasa nyaman. Berbagai
kebutuhan wisatawan tersebut antara lain, fasilitas transportasi, akomodasi, biro
perjalanan, atraksi (kebudayaan, rekreasi, dan hiburan), pelayanan makanan, dan barang-
barang cinderamata (Gde Pitana, 2005: 101). Tersedianya berbagai fasilitas kebutuhan yang
diperlukan akan membuat wisatawan merasa nyaman, sehingga semakin banyak wisatawan
yang berkunjung.

Salah satu yang menjadi suatu daya tarik terbesar pada suatu destinasi wisata adalah
sebuah atraksi, baik itu berupa pertunjukan kesenian, rekreasi, atau penyajian suatu paket
kebudayaan lokal yang khas dan dilestarikan. Atraksi dapat berupa keseluruhan aktifitas
keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan
berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti belajar tari, bahasa, membatik
seperti yang ada di Desa Wisata Krebet, memainkan alat musik tradisional, membajak
sawah, menanam padi, melihat kegiatan budaya masyarakat setempat, dan lain-lain
(Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011: 13).
Atraksi merupakan komponen yang sangat vital, oleh karena itu suatu tempat wisata
tersebut harus memiliki keunikan yang bisa menarik wisatawan. Fasilitas-fasilitas
pendukungnya juga harus lengkap agar kebutuhan wisatawan terpenuhi, serta keramahan
masyarakat tempat wisata juga sangat berperan dalam menarik minat wisatawan. Faktor-
faktor tersebut harus dikelola dengan baik, sehingga menjadikan tempat tersebut sebagai
destinasi wisata dan wisatawan rela melakukan perjalanan ke tempat tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa destinasi wisata merupakan interaksi
antar berbagai elemen. Ada komponen yang harus dikelola dengan baik oleh suatu
destinasi wisata adalah wisatawan, wilayah, dan informasi mengenai wilayah. Atraksi juga
merupakan komponen vital yang dapat menarik minat wisatawan begitu juga dengan
fasilitas-fasiltas yang mendukung.

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata
di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan
pengembangannya meliputi lima unsur:

DAYA TARIK WISATA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan


disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan
manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong
kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Suwantoro dalam
bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997:19) mengatakan bahwa objek dan daya tarik wisata
dikelompokkan atas :
1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam
pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan objek dan daya
tarik wisata budaya, pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.
2. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
3. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman
dan bersih.
4. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
5. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
6. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan
yang hadir.
7. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam,
pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.
8. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang
terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
1. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan
bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut
dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan
yang meliputi berbagai kelayakan.
9. Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek
wisata tersebut.
1. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk
membangun suatu objek wisata juga akan memilki dampak sosial ekonomi secara regional,
dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat meningkatkan devisa dan sebagainya.

1. Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung-jawabkan secara teknis dengan
melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu
objek wisata apabila daya dukung oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek
wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan
keselamatan para wisatawan.

1. Layak Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan
suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan
harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata buaknlah untuk merusak
lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan
untukmeningkatkan kulitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan
dan keserasian (Suwantoro, 1997:20).

PRASARANA PARIWISATA

Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan manusia yang mutlak
dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air,
telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata
yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut
perlu dibangun dengan disesuaikan lokasi dan kondisi objek wisata yang bersangkutan
(Suwantoro, 1997: 21).

Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan


meningkatkan aksesbilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang
telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah
tujuan wisata seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat pembelanjaan dan
sebagainya.

Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlakukan koordinasi yang


mantang antara instansi terkait bersama dengan instalasi pariwisata di berbagai tingkatan.
Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi
pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan
dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya
pembangunan periwisata.

Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena pemerintah


dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan
arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah dan
sebagainya yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja.
Yang dimaksud dengan prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses
perekonomian, dalam hal ini adalah sektor pariwisata dapat berjalan dengan lancar
sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan
pelayanan sebagaimana mestinya.

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang memungkinkan sarana
kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada
para wisatawan.

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang mutlak
dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan,
listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Suwantoro (2004:21)

Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada. Pembagunan prasarana wisata
yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu
sendiri. Disamping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan
yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik. Untuk lebih
jelasnya Prasarana dibagi atas tiga komponen :

1. Prasarana Umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian.
Adapun yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya ialah :

 Jaringan Air bersih,


 Jaringan Listrik,
 Jaringan Jalan,
 Dainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah
 Sistem Persampahan dan
 Jaringan Telekomunikasi dan Internet
1. Prasarana Penunjang (RS,Apotek, Pusat Perdagangan, Kantor Pemerintah,
Perbankan)
2. Prasarana Wisata (Kantor Informasi, Tempat Promosi dan Tempat Rekreasi ,
pengawas pantai)
Ada lima kategori yang termasuk dalam prasarana (infrastructures),  masing-masing adalah:
1. Prasarana Umum (General Infrastructures) meliputi prasarana umum, mencakup
hal-hal sebagai berikut sistem penyedian air bersih, tenaga listrik, jalan dan
jembatan, pelabuhan, airport, terminal atau stasiun kereta api.
2. Kebutuhan Masyarakat Banyak (Basic Needs of Civilized Life) Kebutuhan pokok
manusia modern, seperti: kantor pusat dan telepon, rumah sakit, apotik bank,
pusat-pusat perbelanjaan, bar dan restoran, salon kecantikan., barbershop,
kantor polisi, toko obat, penjualan rokok, toko kacamata, took-toko penjual
Koran dan majalah, pompa bensin bengkel mobil, wartel, warnet dan lainnya.
3. Prasarana Kepariwisataan
1. Residential tourist plants.
2. Semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para
wisatawan untuk menginap dan tinggal untuk sementara waktu
di daerah tujuan wisata. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah
semua bentuk akomodasi yang diperuntukan bagi wisatawan
dan juga segala bentuk rumah makan dan restoran yang ada.
Misalnya hotel, motor hotel (motel), wisma, homestay, cottages,
camping, youth hostel, serta rumah makan, restoran, self-services,
cafetaria, coffee shop, grill room, bar, tavern, dan lain-lain
3. Receptive tourist plants
Segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya khusus untuk
mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata, yaitu :


1. Perusahaan yang kegiatannya adalah merencanakan dan
menyelenggarakan perjalanan bagi orang yang akan melakukan
perjalanan wisata (tour operator and travel agent).
2. Badan atau organisasi yang memberikan penerangan,
penjelasan, promosi dan propagansa tentang suatu daerah
tujuan wisata (Tourist Information Center yang terdapat di airport,
terminal, pelabuhan, atau suatu resort).
3. Recreative and sportive plants
Termasuk dalam kelompok ini adalah semua Fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan
rekreasi dan olah raga. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah fasilitas untuk bermain golf,
kolam renang, boating, surfing, fishing, tennis court, dan fasilitas lainnya
SARANA PARIWISATA

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk
melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan
sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan
dengan kebutuhan wisatawan baik seecara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu
selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana
wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat
transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua
objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata
tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.

Sarana wisata secara kuntitatif menunjukan pada jumlah sarana wisata yang harus
disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan
dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam
hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata
telah disusun suatu standar wisata yang baku, baik secara nasional dan secara
internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan
kualitas yang akan diisediakannya (Suwantoro, 1997: 23).

Sarana pariwisata adalah hal-hal yang keberadaannya adalah berhubungan dengan usaha
untuk membuat wisatawan lebih banyak datang, lebih banyak mengeluarkan uang di
tempat yang dikunjunginya. Dalam kepariwisataan dikenal ada tiga macam sarana, yakni:


1. Sarana Pokok Kepariwisata (main tourism superstructure)
Yakni perusahaan-perusahaan yang fungsinya adalah menyediakan fasilitas pokok
kepariwisataan. Sarana ini juga dibagi ke dalam tiga bagian, antara lain:





1. Receptive Tourist Plan
Adalah perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan
tour, sightseeing bagi wisatawan.
Contoh : travel agent, tour operator, tourist transportation, dan lain-lain.




1. Residential Tourist Plan
Adalah perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, Contoh : hotel, motel,
dan jenis akomodasi lainnya.





1. Perusahaan angkutan
(transportasi wisata baik
darat, laut mupun
udara)
2. Restoran/Tempat
makan
1. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (supplementing tourism superstructure)
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan atau tempat yg menyediakan fasilitas
yang fungsinya melengkapi sarana pokok dan membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal
di suatu DTW. (Suwantoro, 1997)

1. Sarana Ketangkasan
2. Perlengkapan wisata atau fasilitas rekreasi dan olah raga air.
3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (supporting tourism superstructure)
Sarana Penunjang Kepariwisataan adalah perusahaan yg menunjang sarana pelengkap dan
sarana pokok. Berfungsi tidak hanya membuat wisatawan tertahan lebih lama tetapi
berfungsi agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uang di daerah yang dikunjunginya
seperti :

1. Karaoke/ Entertaint
2. Ruang Atraksi Wisata
Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus
disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sarana
wisata secara kuantitatif merujuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan
secara kuantitatif yang menunjukan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang
tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan.

Kriteria dan standar minimal yang harus ada di daerah tujuan wisata terdiri dari:

Tabel 1. 2 Kriteria dan standar minimal sarana prasarana daerah wisata

No. Kriteria Standar Minimal

Salah satu dari unsur alam,


1. Obyek sosial, dan budaya

Jalan, kemudahan rute,


tempat parkir, dan harga
2. Akses parkir yang terjangkau

Pelayanan penginapan
3. Akomodasi (hotel, wisma, losmen)

Agen perjalanan, pusat


informasi, fasilitas
kesehatan, pemadam
kebakaran, hydrant, TIC
(Tourism Information
Center), guiding (pemandu
wisata), plang informasi,
4. fasilitas petugas entry dan exit

Adanya moda transportasi


yang nyaman sebagai akses
5. Transportasi masuk

Pelayanan makanan dan


Catering minuman (restoran, kantin,
6. Service rumah makan)

Aktifitas di lokasi wisata


Aktifitas seperti berenang, jalan-
7. rekreasi jalan, dan lain-lain

Pembelanjaa Tempat pembelian barang-


8. n barang umum
No. Kriteria Standar Minimal

Adanya TV, sinyal telepon,


akses internet,
9. Komunikasi penjual voucher pulsa.

10 Sistem
. Perbankan Adanya bank dan ATM

11
. Kesehatan Pelayanan kesehatan

12
. Keamanan Adanya jaminan keamanan

Adanya tempat sampah


dan rambu-rambu
13 peringatan tentang
. Kebersihan kebersihan

14 Sarana
. Ibadah Fasilitas sarana ibadah

15
. Promosi

TATA LAKSANA/ INFRASTRUKTUR

Menurut Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata  (1997: 23) Infrastruktur adalah


situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem
pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah seperti:
1. Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang
membantu sarana perhotelan/restoran.
2. Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang merupakan bagian
vital bagi terselenggaranya penyediaan sarana wisata yang memadai.
3. Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan lancar akan
memudahkan wisatawan untuk mengunjungi objek-objek wisata.
4. Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan
informasi maupun mengirimkan informasi scara tepat dan tepat.
5. Sistem keamanan atau pengawasan yang memberikan kemudahan di
berbagai sektor bagi para wisatawan. Keamanan di terminal, diperjalanan dan
di objek-objek wisata, di pusat-pusat perbelanjaan akan meningkatkan daya
tarik suatu objek wisata maupun daerah tujuan wisata. Infrastruktur yang
memadai dan terlaksana dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu
meningkatkan fungsi sarana wisata, seekaligus membantu masyarakat dalam
meningkatkan kualitas hidupnya.
MASYARAKAT / LINGKUNGAN

Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai Objek dan Daya Tarik Wisata akan
mengundang kehadiran wisatawan yang berkunjung. Adapun yang ikut berperan dalam
pengembangan suatu objek dan daya tarik wisata adalah sebagai berikut menurut
Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata  (1997: 23-24) :
1. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut
dan sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Untuk ini
masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan
yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi
terkait telah menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat. Salah satunya
adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata. Dengan terbinanya masyarakat yang
sadar wisata akan berdampak positif karena mereka akan memperoleh keuntungan dari
wisatawan yang membelanjakan uangnya. Para wisatawan akan untung karena mendapat
pelayanan yang memadai dan juga mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi
kebutuhannya.

1. Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan sekitar objek wisatapun perlu
diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar. Lalu lalang manusia yang terus
meningkat dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem dari fauna dan
flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu ada upaya menjaga kelestarian lingkungan
melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek wisata.

1. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan
lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat.
Oleh karena itu lingkungan budaya ini kelestariannya tidak boleh tercemar oleh budaya
asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan kenangan yang
mengesankan bagi setiap wisatawan yang berkunjung. Masyarakat yang memahami,
menghayati dan mengamalkan Sapta Pesona Wisata di daerah tujuan wisata menjadi
harapan semua pihak untuk mendorong pengembangan pariwisata yang pada akhirnya
akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

PENGEMBANGAN PARIWISATA

Perencanaan dan pengembangan pariwisata merupakan suatu proses yang dinamis dan
berkelanjutan menuju ketataran nilai yang lebih tinggi dengan cara melakukan penyesuaian
dan koreksi berdasar pada hasil monitoring dan evaluasi serta umpan balik implementasi
rencana sebelumnya yang merupakan dasar kebijaksanaan dan merupakan misi yang harus
dikembangkan. Perencanaan dan pengembangan pariwisata bukanlah system yang berdiri
sendiri, melainkan terkait erat dengan sistem perencanaan pembangunan yang lain secara
inter sektoral dan inter regional.
Perencanaan pariwisata haruslah di dasarkan pada kondisi dan daya dukung dengan
maksud menciptakan interaksi jangka panjang yang saling menguntungkan diantara
pencapaian tujuan pembangunan pariwisata, peningkatan kesejahteraan masyarakat
setempat, dan berkelanjutan daya dukung lingkungan di masa mendatang (Fandeli,1995).
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya,
berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca
perdagangan luar negeri yang berimbang. Pengembangan kepariwisataan saat ini tidak
hanya untuk menambah devisa negara maupun pendapatan pemerintah daerah. Akan
tetapi juga diharapkan dapat memperluas kesempatan berusaha disamping memberikan
lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi pengangguran. Pariwisata dapat menaikkan
taraf hidup masyarakat yang tinggal di kawasan tujuan wisata tersebut melalui keuntungan
secara ekonomi, dengan cara mengembangkan fasilitas yang mendukung dan menyediakan
fasilitas rekreasi, wisatawan dan penduduk setempat saling diuntungkan. Pengembangan
daerah wisata hendaknya memperlihatkan tingkatnya budaya, sejarah dan ekonomi dari
tujuan wisata.

Pariwisata bukan saja sebagai sumber devisa, tetapi juga merupakan faktor dalam
menentukan lokasi industri dalam perkembangan daerah-daerah yang miskin sumber-
sumber alam sehingga perkembangan pariwisata adalah salah satu cara untuk memajukan
ekonomi di daerah-daerah yang kurang berkembang tersebut sebagai akibat kurangnya
sumber-sumber alam (Yoeti, 1997). Gunn (1988), mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas
ekonomi yang harus dilihat dari dua sisi yakni sisi permintaan (demand side) dan sisi
pasokan (supply side). Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa keberhasilan dalam
pengembangan pariwisata di suatu daerah sangat tergantung kepada kemampuan
perencana dalam mengintegrasikan kedua sisi tersebut secara berimbang ke dalam sebuah
rencana pengembangan pariwisata.

Menurut Robert (Toety, 1990). Kelincahan dalam berusaha harus dilakukan agar
pendapatan selama musim kedatangan wisatawan bisa menjadi penyeimbang bagi musim
sepi wisatawan. Pengaruh yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap ekonomi ada dua ciri,
pertama produk pariwisata tidak dapat disimpan, kedua permintaanya sangat tergantung
pada musim, berarti pada bulan tertentu ada aktivitas yang tinggi, sementara pada bulan-
bulan yang lain hanya ada sedikit kegiatan.
 
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekagaraman hayati yang
sangat tinggi yang berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan, udara
maupun di perairan. Semua potensi tersebut mempunyai peranan yang sangat
penting bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya wisata alam.
Sasaran tersebut di atas dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan yang
benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta yang berkaitan dengan
pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan, misalnya kepariwisataan,
pemerintah daerah, lingkungan hidup, dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam
pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan terdapat dampak positif dan
dampak negatif, baik dalam masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan alami.

2. SARAN
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang “KONSEP PENGEMBANGAN
PARIWISATA” Semoga kita semua benar-benar memahami tentang apa seharusnya
kita dapatkan.
Sehingga, jika ada hak-hak yang belum kita dapatkan, kita bisa memperjuangkannya.
Begitu juga sebaliknya, jika hak-hak sebagai perencanaan Pariwisata berkelanjutan,
maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban kita sebagai warga Negara. Dengan
demikian, negeri ini akan maju dan penuh dengan keadilan, kemakmuran, aman dan
sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999, Ekowisata Harusnya Melestarikan Lingkungan,  Intisari On The Net.


www.indomedia.com
Anonim, 1996, Aliansi-Ecotourism : Teman atau Lawan ?  Aliansi Media Bagi Persahabatan
Indonesia-Kanada.
Anonim, 2003, Proposal Workshop Wisata Petualangan dan Ekoturisme.
Arendt, H.1958. The Human Condition.Chicago : The University Chicogo Press.
Direktorat Jenderal Pariwisata, Depparsenibud RI, 1998, Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Nasional 1998, Laporan Akhir, No.1,
Djogo, Toni. 2003. Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan Agroforestri. Bogor: World
Agroforestry Centre.
Fandeli, Chafid (ed), 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta:
Liberty.

Rudana, Nyoman. 2008. Strategi Pengembangan Pariwisata Bali. Jakarta: Lembaga


Administrasi Negara.

Yoeti, Oka, A,. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai