Oleh
Kelompok 2
1. Fitriah (19-730)
2. Mutiara Sarmila Putri (19-731)
3. Nadya Nurul Insani (19-732)
Dosen Pengampu
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah, kasih, dan sayangnya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan lancar tanpa rintangan yang berarti.
Laporan ini menyajikan tentang “ Asuhan keperawatan pada bayi dengan kelainan
kongenital dan tindakan pembedahan Hidrocephalus”“ sehingga dapat menambah
pengetahuan pembaca dan dapat mengambil pelajaran dari makalah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurna makalah ini maupun
laporan berikutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal
sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang
maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi
factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat
rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah
Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per
seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit
yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus.
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang ditandai
dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak ditemukan pada
bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada oaran dewasa, hanya saja
pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih mudah dideteksi dan diagnosis.
Hal ini dikarenakan pada bayi ubun2nya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan
otak dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang2 tengkorak. Sedang pada orang dewasa
tulang tengkorak tidak mampu lagi melebar.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memeberikan Asuhan Keperawatan pada klien Hydrocephalus
2. Tujuan Khusus
a. Dapat dilakukan pengkajian Keperawatan pada Klien hydrocephalus
b. Dapat meentukan diagnosa keperawatan pada klien hydrocephalus
c. Dapat merumuskan perencanaan Asuhan Keperawatan pada klien hydrocephalus
d. Dapat melakukan implementasi Keperawatan pada klien hydrocephalus
e. Dapat mekakkukan implementasi keperawatan
f. Dapat membuat dokumentasi tindakan asuhan keperawatan pada klien hydrocephalus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari system
ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid yang meliputi seluruh
susunan saraf pusat (SSP). Hubungan antara system ventrikel dan ruang subaraknoid adalah
melalui foramen Magendie di median dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel IV.
Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen Monroi ke ventrikel
III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui
foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subaraknoid melalui sisterna magna.
Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh sistem
kapiler.
CSS yang berada di ruang subarakhnoid, merupakan cairan yang bersih dan tidak
berwarna. Merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis
terhadap trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang
lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata
104 ml) dan darah sekitar 150 ml.
2.2 DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya
cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif
pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral
selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili
arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor
(Mualim, 2010).
2.3 ETIOLOGI
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat
antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan
aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi
intrauterine meliputi :
a. Stenosis aquaductus sylvi
b.Spina bifida dan kranium bifida
c. Syndrom Dandy-Walker
d. Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
a.Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan
jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. penyebab lain
infeksi adalah toksoplasmosis.
b. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. pada
anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian
terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
c. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjakdi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.
1. Pembesaran kepala.
2. Tekanan intra kranial meningkat dengan gejala: muntah, nyeri kepala, oedema papil.
3. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekana dan penipisan tulang supraorbital.
4. Gangguan keasadaran, kejang.
5. Gangguan sensorik.
6. Penurunan dan hilangnya kemampuan akrivitas.
7. Perubahan pupil dilatasi.
8. Gangguan penglihatan (diplobia, kabur, visus menurun).
9. Perubahan tanda-tanda vital (nafas dalam, nadi lambat, hipertermi,/ hipotermi).
10. Penurunan kemampuan berpikir.
2.5 PATOFISIOLOGI
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)
sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler
mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami
atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang
bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter
tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba /
akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia
tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit
keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel
laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan
dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker
akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV
melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah
tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum
yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel
tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
2.6 WOC
Keterangan:
Penyumbatan aliran CCS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam rongga
subaracnoid → dilatasi ruangan CSS di atasnya (foramen Monroe, foramen Luschka dan
Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis) → Hidrosefalus
Pembentukan CSS yang berlebihan dengan kecepatan absorbsi yang normal → Hidrosefalus.
2.7 KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran Kepala
3. Kerusakan Ota
4. Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
8. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
9. Infeksi; septicemia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis,
abses otak
2.8 PENATALAKSANAAN
a. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat.
Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari
trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada
menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB.
Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan
meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat
diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 %
kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat
mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga
mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-
obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel
otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang
atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit
terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
2. Transimulasi
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm)
dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal
ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan
sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah
sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasanografi
ASKEP TEORITIS
3.1 PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat
b. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
c. Riwayat Penyakit dahulu
a) Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
b) Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
c) Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pengkajian persiste
a) B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
b) B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
c) B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan
mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi
penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes
”, kejang
d) B4 ( Bladder ) : Oliguria
e) B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
f) B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
2. Pemeriksaan Fisik
a) Masa bayi :
kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada kulit kepala dilatasi dan
terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi Cracked- Pot ( tanda macewe),Mata
melihat kebawah (tanda setting – sun ) , mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan
kurang, perubahan kesadaran, opistotonus dan spatik pada ekstremitas bawah.pada bayi
dengan malformasi Arnold- Chiari, bayi mengalami kesulitan menelan, bunyi nafas
stridor, kesulitan bernafas, Apnea, Aspirasi dan tidak reflek muntah.
b) Masa Kanak-Kanak
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah terstimulasi , Letargy
Apatis, Bingung, Bicara inkoheren.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Lingkar Kepala pada masa bayi
b. Translumiasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis yang
abnormal
c. Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan "suara khas"
d. Opthalmoscopi menunjukan papil edema
e. CT Scan
f. Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta erosi tulang
intra cranial
g. Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat terlihat di dalam
system ventrikular atau sub – arakhnoid.
3.5 EVALUASI
Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil mengacu pada
kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing diagnosa keperawatan
sehingga :
Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.
Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses
penyakit,Jakarta;EGC.