Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian.

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah kejadian yang ditunggu-tunggu setiap pasangan yang telah menikah

untuk melanjutkan keturunan dari setiap pasangan suami istri yang sudah menikah,

setelah terjadi pernikahan suami istri akan berusaha mendapatkan penerusnya, baik

dengan cara alami atau pun dengan bantuan medis. Menurut Federasi Obstetri Genekologi

Internasional kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa atau ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi sedangkankan menurut (Manuaba, 2010 )

merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi,

spermatozoa dan ovum. Aktivitas janin yang normal membuktikan tidak hanya keadaan

janin, tetapi juga kelangsungan hidupnya.

Menjaga kehamilan merupakan upaya kesehatan maternal yang dilakukan secara

sistematik sesuai dengan tujuan dari sektor kesehatan pada Sustainables Development

(SDGs) 2030. Upaya kesehatan maternal ditujukan untuk mengurangi angka kematian

janin, meningkatkan kesejahteraan janin dan mencegah gangguan perkembangan

1
2

(Kemenkes,2015). Selama kehamilan ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya untuk

mengetahui kesejahteraan janin, ibu hamil harus mulai mengamati setiap perubahan yang

dirasakan, baik dengan kehamilan normal terutama jika ada faktor resiko kehamilan resiko

tinggi. Ibu harus lebih peka tentang kondisi janin, dan kondisi ibu dapat mempengaruhi

keadaan janin. Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 kali (WHO, 2013).

Ibu mulai merasakan gerakan janin (quickening) mulai usia 16 minggu sampai 22 minggu

(Pettker et al, 2018). Merasakan gerakan janin dipengaruhi oleh paritas ibu, pada ibu

primipara akan merasakan gerakan janin lebih lambat dibanding dengan ibu multipara.

Menghitung gerakan janin adalah bagian dari memantau kesejahteraan janin, yaitu dengan

menilai pernapasan, uji stress kontraksi, uji non-stress, uji stimulasi akustik, profil biofisik,

volume cairan amnion dan velosimetri Doppler.

Kesejahteraan janin akan mempengaruhi tumbuh kembang janin karena jika kesejahteraan

janin terganggu maka tumbuh kembang juga akan terganggu hal Ini akan menyebabkan

tidak optimalnya tumbuh kembang janin dan akan berdampak pada kualitas janin tersebut.

Penelitian pertama tentang menghitung gerakan janin tahun 1973 oleh Sadovsky dan Yaffi

melaporkan tujuh laporan kasus kehamilan dengan penurunan aktivitas janin yang

mendahului kematian janin. Sejak itu telah dibuat metode untuk menghitung gerakan janin

sebagai cara untuk memperkirakan kesejahteraan janin. Penilaian yang paling sederhana

dalam memantau kesejahteraan janin. Saat ibu memeriksakan kandungannya. Aktivitas

pasif janin sudah mulai timbul sejak usia kehamilan 7-8 minggu (Fretts, 2018).

Berdasarkan penelitian dari universitas kesehatan Osio di Norwegia pada tahun 2011 oleh

saastad, dkk “pentingnya kemampuan ibu untuk mendeteksi perubahan klinis dalam
3

aktivitas janin harus ditingkatkan dengan menghitung gerakan janin dan identifikasi

peningkatan pertumbuhan janin dan perkembangan janin, tanpa harus kontrol atau intervensi

obstetrik”. Penelitian tentang menghitung gerakan janin terus berkembang dari penelitian

awal Sadovsky dan Yaffie, guna menurunkan IUFD, AKB dan AKN.

Penghitungan gerakan janin adalah metode dimana seorang wanita menghitung pergerakan

janinnya untuk menilai kondisi bayinya. Saat ibu hamil melakukan penghitungan gerakan

janin dan terjadi bermasalah pada janin, hal ini bisa mempercepat dokter untuk membuat

intervensi yang tepat sesuai dengan indikasi janin, Ibu harus mulai melakukan pemantauan

sendiri secara manual selain kontrol ke pelayanan kesehatan untuk mengetahui lebih dini

resiko kematian janin atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD).

Pengetahuan ibu hamil tentang cara menghitung gerakan janin sangat sedikit, hal ini

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wdowiard at al (2014) yang dilakukan di

Negara polandia, Lebih dari separuh responden (51,3%) tidak menerima bahan

menginformasikan tentang observasi gerakan janin. Di Indonesia masih banyak ibu hamil

yang belum terpapar tentang cara menghitung gerakan janin sesuai dengan penelitian

(Hatini, 2018) bahwa ibu hamil di Kelurahan Kereng Bangkarai 100 persen tidak

mengetahui cara menghitung gerakan janin. Menghitung gerakan janin harus menjadi

perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, sehingga ibu hamil dapat lebih peka

terhadap kondisi dan perubahan pada janin yang dikandungnya.

Pendidikan kesehatan harus dilakukan tenaga kesehatan agar pemantauan kesejahteraan

janin bisa dilakukan. Kurangnya promosi kesehatan tentang menghitung gerakan janin,

membuat ibu hamil tidak sadar jika terjadi masalah pada janin. Pendidikan kesehatan bisa
4

diberikan dengan tatap muka langsung maupun dengnan multimedia karena sama-sama

dianggap efektif menurut penelitian Hapitria dan Padmawati (2017) tentang “Efektifitas

Pendidikan Kesehatan Melalui Multimedia dan Tatap Muka Terhadap Pengetahuan Dan

Sikap Ibu Hamil Tentang Asi Dan Menyusui” adanya pengaruh yang signifikan terhadap

pengetahuan dan sikap responden setelah diberikan pendidikan kesehatan melalui

multimedia dan tatap muka.

Pendidikan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil sebagai pembelajaran tentang

memantau gerakan janin, harus mengetahui cara melakukan penilaian gerakan janin dengan

benar. Jadi, ibu hamil memiliki pengetahuan tentang gerakan janin, mempunyai sikap yang

antusias untuk melakukan pemantauan gerak janin serta mampu melakukan perhitungan

gerakan janin sesuai yang telah diajarkan. Ibu hamil yang telah menghitung gerakan janin

mendokumentasikannya di kartu pemantauan janin.

Pada bulan November 2007, Society of Obstetricians dan Gynecologists dari Kanada merilis

pedoman praktek pemantauan janin antepartum. Pedoman Ini mencatat bahwa kesadaran

akan adanya gerakan janin dimulai kehamilan antara 26 dan 32 minggu. Metode ini

dianjurkan untuk semua wanita hamil normal dan wanita hamil beresiko, agar dapat

menghitung gerakan janin sehari-hari. Ketika seorang wanita hamil kemudian merasakan

penurunan atau penghentian gerakan janin, ibu hamil dapat menentukan perawatan

kesehatan. pendidikan tentang gerakan janin telah terbukti menurunkan angka kelahiran mati

pada wanita primipara akibat gerakan janin menurun, dan ibu hamil dapat langsung meminta

bantuan medis saat terjadi masalah pada janin.


5

Organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization) mengungkapkan angka

kematian janin dalam uterus atau intra uterine fetal death (IUFD) masih tinggi yaitu pada

tahun 2015 mencapai 3,82-22,14 juta jiwa. Di Inggris dan Kanada sudah melakukan

pemantauan janin dengan menyarankan pada ibu hamil untuk melakukan perhitungan

gerakan janin setiap hari, dan tanda awal jika ada masalah pada janin. Sementara di

Indonesia, angka kematian neonatal pada tahun 2012 mencapai 19 per 1000 KH (

Kemenkes, 2016). Angka kematian bayi di DKI Jakarta pada tahun 2016 adalah 4 per 1000

KH.

Data di RS. Islam Cempaka Putih (RSIJ Cempaka Putih) angka kematian neonatus

cenderung meningkat. AKN pada tahun 2016 sebesar 6 bayi per 627 KH dan pada tahun

2017 sebesar 20 bayi per 819 KH. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan kurangnya

pengetahuan ibu tentang memantau kesejahteraan janin khususnya dengan cara yang paling

sederhana yaitu menghitung gerakan janin. Di RSIJ cempaka putih sendiri belum ada kartu

pemantauan gerak janin sehingga ibu belum melakukan pemantauan gerak janin, padahal

pentingnya mengukur gerakan janin telah diteliti sejak lama dan terus berkembang sampai

sekarang.

Di Indonesia juga sudah ada beberapa rumah sakit yang memberikan kartu pantau gerak

janin yaitu RSPAD Gatot Subroto, RS Hermina Daan Mogot,dan RS Hermina Galaxy . Di

RS. Islam Jakarta sendiri belum ada kartu pantau gerak janin, sehingga hal ini perlu

disosialisasikan agar ibu lebih waspada akan masalah yang ada pada janin.

Tingginya angka mortalitas neonatus dan AKB, mengharuskan para ibu melakukan

pemantauan guna mengetahui keadaan janinnya. Di negara Inggris khususnya di “ The


6

National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) “, menghitung gerakan janin

merupakan kewajiban bagi ibu hamil”, NICE menilai pergerakan janin sudah menjadi

pedoman perawatan antenatal. Di Indonesia para praktisi kesehatan belum menyeluruh

mensosialisasikan untuk menghitung gerakan janin guna menilai keadaan janin, padahal itu

sangat penting dilakukan tak terkecuali untuk Negara inggris yang merupakan Negara maju

dan tersedianya berbagai fasilitas kesehatan. Jika dibandingkan dengan di Indonesia yang

masih Negara berkembang dan terus berupaya membenahi fasilitas kesehatan agar

masyarakat dapat mendapat pelayanan maksimal dan merata.

Angka morbiditas dan mortalitas perinatal merupakan indikator kualitas pelayanan obstetri

disuatu tempat atau negara. Angka mortalitas perinatal Indonesia masih jauh diatas rata-rata

negara maju. Standarisasi pemantauan sudah merupakan suatu prasyarat yang harus

dipenuhi agar evaluasi keberhasilan atau kegagalan pemantauan kesejahteraan janin yang

dikaitkan dengan luaran perinatal dapat dilaksanakan dengan baik. Bila hal ini dapat

dilakukan dengan baik, diharapkan angka kematian perinatal dapat diturunkan. Standarisasi

memerlukan kegiatan yang terstruktur dan berkesinambungan dengan evaluasi berkala

melalui suatu pelatihan pemantauan kesejahteraan janin.

Penelitian tentang menghitung gerakan janin di Indonesia sangat sedikit, hal ini tidak sesuai

dengan masih tingginya angka AKN dan AKB di Indonesia. Peneliti mencari jurnal-jurnal

dari luar tentang gerakan janin dan jumlahnya cukup banyak. Jurnal terkait yang membahas

tentang gerakan janin dilakukan (Hatini, 2018) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pendampingan Pengkajian Kesejahteraan Janin Pada Ibu Hamil Trimester III Di Kelurahan

Kereng Bangkirai” diketahui bahwa Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III menunjukkan

sebesar 87,5% tidak mengetahui tentang Pengkajian Kesejahteraan Janin , dan 12,5% yang
7

mengetahui. Namun seluruh Ibu Hamil atau 100% tidak mengerti bagaimana cara

menghitung gerakan janin. Pendidikan kesehatan ini menggunakan media dan tatap muka

langsung. Masih tingginya AKN dan AKB di RSIJ Cempaka Putih dan dari kedua peneliti

tesebut peneliti menyimpulkan bahwa pentingnya pendidikan kesehatan tentang “

menghitung gerakan janin dengan menggunakan media dan tatap muka agar ibu hamil dapat

memahami dan mempraktekkan pemantauan kesejahteraan janin dengan menghitung

gerakan janin. Metode yang tidak berbayar dan menambah kontak intensif antara ibu dan

janin.

B. Perumusan Masalah

Kematian janin dalam kandungan memiliki hubungan erat dengan gerakan janin, karena

salah satu metode yang sederhana untuk memantau kehidupan janin adalah dengan

menghitung gerakan janin. Metode ini bisa diterapkan pada semua ibu hamil terutama

kehamilan yang beresiko.

Oleh karena masih tingginya angka AKB dan AKN serta banyaknya ibu hamil yang belum

terpapar informasi tentang menghitung gerakan janin membuat penulis tertarik meneliti

tentang pergerakan janin yang menjadi salah satu penyebabnya. Penulis menyakini dengan

pencegahan yang sederhana dengan menghitung pergerakan janin setap hari bisa

meminimalisir AKN dan AKB.

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu intervensi keperawatan yang bersifat primer

karena bersifat preventif dan promotif. Pendidikan kesehatan tantang menghitung gerakan

janin penting dilakukan untuk kesiapsiagaan walaupun bersifat subjektif. Di RSIJ sendiri
8

belum disediakan kartu pemantau gerakan janin, yang sebenarnya penting dan ibu hamil

dapat melakukannya sendiri.

C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang gerakan janin terhadap

persepsi pengetahuan ibu hamil di RS. Islam Jakarta Cempaka Putih.

2.Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, usia gestasi,

dan paritas pada ibu hamil yang telah diberikan penkes menilai gerakan janin di RS.

Islam Jakarta Cempaka Putih.

b. Teridentifikasi rata-rata persepsi pengetahuan tentang menilai gerakan janin sebelum

dan sesudah diberikan penkes menilai gerakan janin di RS. Islam Jakarta Cempaka

Putih..

c. Teridentifikasi rata-rata perbedaan persepsi pengetahuan gerakan janin sebelum dan

setelah diberikan penkes menilai gerakan janin RS.Islam Jakarta Cempaka Putih.

D. Manfaat Peneliian

Penelitian ini bermanfaat bagi aspek teoritis, dan aplikatif. Untuk semua pihak, yaitu

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
9

a. Bidang Pelayanan, selaku penentu kebijakan asuhan pasien diharapkan

menjadikan kebijakan, pedoman dan intervensi menilai gerakan janin sebagai

acuan dalam meningkatkan kesejahteraan janin sebagai acuan dalam

pemantauan kesejahteraan janin pada ibu hamil di RS.Islam Jakarta Cempaka

Putih.

b. Institusi Pendidikan menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan bagi

pendididkan dalam proses pembelajaran mahasiswi keperawatan maternitas

bahwa menilai gerakan janin bisa dijadikan salah satu metode yang sederhana

untuk memantau kesejahteraan janin.

2. Manfaat Aplikatif

a. Ibu hamil diharapkan dapat menilai gerakan janin setiap hari dan segera

memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan jika ada penurunan gerakan janin.

b. Masyarakat diharapkan dapat menambah informasi tentang menilai gerakan

janin untuk mengetahui dan memantau kesejahteraan janin dengan cara yang

sederhana dan dapat dilakukan mandiri.

c. Profesi Keperawatan. Profesi keperawatan dapat memanfaatkan hasil penelitian

ini sebagai intervensi keperawatan mandiri.

d. kartu pemantauan gerakan janin di RSIJ Cempaka Putih

3. Manfaat Metodologis
10

Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi penelitian

selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang gerakan janin dengan

Melakukan penelitian tentang gerakan janin tentang motivasi ibu menilai

gerakan janin, efektifitas cara melakukan perhitungan gerakan janin

menggunakan beberapa cara, dengan quasi eksperimen.

Anda mungkin juga menyukai