Appendicitis Akut
Pembimbing :
Disusun oleh :
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak
1 hari memberat 3 jam SMRS. Nyeri perut hilang timbul. Timbul terutama
ketika bergerak. Nyeri memberat dengan berjalan, batuk, dan nafas dalam.
Nyeri sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri dirasakan seperti ditusuk.
Riwayat nyeri ulu hati (+). Kembung (+). Mual(+). Muntah (+). Nafsu
makan turun (+). Demam (+). Kentut (+). BAB terakhir kemarin. BAK
normal. Batuk (-) pilek (-). Riwayat bepergian disangkal. Kontak (-)
2
Riwayat keluhan yang sama (-). DM (-). HT (-). Gastritis (+)
6. Riwayat Alergi
A. Status Generalis
Keadaan Umum : tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis.
GCS : E4 V5 M6
Status Gizi : Baik
Tanda vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
- Nadi : 120 x/menit.
- Suhu : 37,80C.
- Frekuensi Pernapasan : 20 x/menit.
- SpO2 : 99%
Kepala : Normocephali, massa (-)
3
Mata : Konjungtiva Anemis - / -, Sklera Ikterik - / -
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Index Eritrosit
Limfosit 38,6 %
4
Glukosa Darah
Serologi (7/10/2020) :
5
V. DIAGNOSIS KERJA
Appendicitis Akut
ISK, Nefrolithiasis.
VII. PENATALAKSANAAN
MRS
O2 nasal canul 3lpm
IVFD RL 20tpm
Inj Ranitidin 2 x 1 amp
Inj Santagesik 3 x 1 amp
Inj Anbacim 3 x 1 gr
Inj Metronidazol 3x500mg
Inj Ondansetron 3x 8mg prn jika muntah
Inj Ketorolac 3 x 1 amp prn jika nyeri
Konsul Sp.B pro Appendictomy
Puasa
NGT
Kateter
VIII. PROGNOSIS
6
APENDISITIS AKUT
Definisi
Prevalensi
Merupakan salah satu kasus akut abdomen tersering dengan insidens sebesar
6,7-8,6%. Sebesar 69% terjadi pada usia 10-40 tahun. Misdiagnosis apendisitis
mencapai 15,3-30%. Sebesar 20-30% telah terjadi perforasi saat dilakukan
operasi. Angka mortalitas jika belum perforasi sebesar 0,1-0,2%, ketika sudah
perforasi sebesar 3-5%.
Etiologi
7
Fecalith, lymfoid hiperplasia karena inflamatory bowel disease, infeksi
bakteri dan tuberculosis, parasit Entamoeba Histolitica, strongyloides stercoralis,
schistosoma spesies, benda asing seperti pecahan peluru, IUD, karbon aktif,dan
neoplasma.
Patogenesis
1.Obstruksi lumen
8
Keadaan inflamasi menyebabkan flora normal menjadi pathogen. Kuman
yang sering menjadi penyebab antara lain E coli, Pseudomonas
aeruginosa,klebsiella spesies, streptococcus anginosus, streptococcus spesies,
enterococcus spesies, Peptostreptococcus spesies, Bacteroides fragilis,
Fusobacterium spesies, Clostridium spesies.
Bila proses obstruksi yang disertai infeksi diatas berjalan dengan imunitas
yang baik omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks
sebagai melakukan mekanisme pertahanan sehingga timbul massa lokal yg
membungkus appendik yang disebut periappendikularis infiltrat. Kemudian
peradangan dapat hilang atau terjadi abses. Apendiks yang radang tidak bisa
sembuh sempurna, membentuk jaringan parut yang mudah lengket pada jaringan
sekitar dan mudah eksaserbasi.Tetapi bila imun tidak baik dinding akan rapuh dan
pecah sehingga mengalami perforasi yang berlanjut menjadi peritonitis
generalisata. Pada anak omentum lebih pendek, apendiks lebih panjang serta
dinding lebih tipis sehingga mudah perforasi, pada orang tua ada gangguan
pembuluh darah juga menyebabkan mudah perforasi.
Gejala Klinis
- Nyeri samar samar dan tumpul/nyeri visera di sekitar ulu hati dan pusar
(Terjadi karena persarafan otonom n vagus)
- Anoreksia, mual muntah (Terjadi karena persarafan rangsangan visera
aktivasi n vagus)
- Nyeri berpindah setelah 1-12 jam ,sebagian besar 6-8 jam dan menetap di
perut kanan bawah, bersifat tajam (Terjadi karena persarafan somatik)
- Bila ada rangsangan peritonium nyeri diperberat dengan nafas dalam,
berjalan, batuk dan mengejan
- Demam 37,5-38,5 , jika demam tinggi curiga perforasi
- Bila ujung appendiks di retrocaecum/retroperitoneal nyeri perut kanan
bawah tidak begitu jelas dan terdapat diare (karena rangsangan sigmoid
sehingga peristaltik meningkat , pengosongan rektum lebih cepat dan
berulang)
- Bila dicurigai obstruksi terdapat keluhan tidak bisa flatus dan konstipasi
9
- Bila dicurigai perforasi terdapat keluhan demam tinggi, nyeri seluruh
perut, kembung
Pemeriksaan fisik
-Temperatur 37,5-38,5 bila >39 waspada sudah terjadi komplikasi
- Mc Burney sign +, jika ditekan pada daerah mc burney ( 1/3 lateral antara
SIAS dan umbilicus) dirasakan nyeri pada perut kanan bawah
- Rosving sign +, jika ditekan kontra mc burny, terasa nyeri pada perut
kanan bawah
- Rebound/Bloomberg sign +, saat di lepas tekan kontra mc burny, terasa
nyeri pada perut kanan bawah
- Psoas sign +, saat panggul kanan di ekstensi, terasa nyeri pada perut
kanan bawah (+ pada appendiks dengan ujung retrocaecum)
- Obturator sign +, saat panggul kanan di flexsi dan endorotasi, terasa nyeri
pada perut kanan bawah
- Dunphy sign+ (peningkatan nyeri saat batuk)
- Ten horn sign+, jika scrotum ditarik, nyeri pada perut kanan bawah
- Kocher sign + nyeri pindah dari epigastrium/periumbilikal ke daerah mc
burney
- Rectal tuse /colok dubur nyeri pada arah jam 9-12 terutama 10 dan 11
- Jika curiga perforasi
Demam tinggi 40 derajad, abdomen distensi, bising usus
menurun/menghilang, defens muskular +.
ALVARADO/MANTRELS Score
Migration of pain 1
Anoreksia 1
Nausea/vomiting 1
Tenderness RLQ 2
Rebound 1
Elevate temp 1
Leukositosis 2
Shift to the left 1
10
interpretasi
<5 appendicitis unlikely
5-6 appendicitis possible
7-8 appendicitis likely
9-10 appendicitis highly likely
Management
1-4 KRS
5-6 MRS di observasi dan perlu pemeriksaan imaging
7-10 surgery
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
-Leukositosis 10.000-18.000 dengan peningkatan jumlah neutrofil.
Jika >18.000 dapat dicurigai perforasi
2. BOF
-Tidak banyak membantu menegakan apendisitis, tidak jarang dapat
terlihat pelebaran caekum, fecalith.
3. USG
- Sensitivitas 75-90%, spesifisitas 86-100%
- Non invasif, operator dependent
- Non peristaltik apendiks, diameter >6mm, penebalan dinding
appendik (target sign), cairan periapendicular
4. CT Scan abdomen
- Sensitivitas 97-100%, spesifisitas 95%
- Mahal, bahaya radiasi
- Penebalan dinding appendik >2mm, diameter appendiks >6mm,
appendicolith, contrast enhancement dinding apendiks,
periappendiceal fat stranding/ penebalan mesoapendiks
5. MRI Abdomen
- Membantu menegakan padawanita hamil
6. Urin lengkap
- Untuk menyingkirkan kelainan traktus urinarius, pada apendiks
retrocaecal dapat ditemukan RBC dan lekositosis
11
7. Tes Kehamilan
- Untuk menyingkirkan diagnose KET
Diagnosis
Diagnosis Banding
Gastritis
GEA
Konstipasi
Kolesistitis
Pankreatitis
Batu ureter
UTI
Kolitis ulseratif
Keganasan saluran cerna
Intususepsi pada anak
KET, kista ovarium terpluntir, tumor ovarium, PID pada wanita
Komplikasi
Tatalaksana
12
Bed rest , puasa, infus kristaloid untuk mengatasi dehidrasi, antibiotik
untuk gram +,-, anaerob / broad-spectrum 1-2 hari pada apendisitis non
perforasi dan 7-10 hari pada apendisitis perforasi
- Penatalaksanaan Pasca bedah
Dirawat 24-48 jam pasca bedah
Infus diteruskan dengan menghitung kebutuhan cairan dengan cairan
yang mengandung sedikit kalori
Bila penderita sudah sadar baik dan efek narkose sudah habis boleh
mulai minum
Bila tidak kembung dan sudah flatus, bising usus ada bisa minum atau
makan bebas
Analgesik dapat diberikan
Prognosis
-Dubia ad bonam
Daftar Pustaka:
David H, Bernard M. 2006. The appendix. Schwartz’s Manual of Surgery 8th
edition. Hlm784.
Elita W, Wifanto S. 2014. Apendisitis. Kapita Selekta Kedokteran Edisi keempat.
Hlm 213.
IDI.2013.Apendisitis akut. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Hlm129.
Departemen Ilmu Bedah. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi RS Dr Soetomo
Surabaya. Hlm 3
13