Anda di halaman 1dari 7

Petunjuk Sitasi: Wulandari, R., & Oktavina, R. (2017).

Analisis Rantai Pasok Industri Pengolahan Berbasis Salak di


Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H63-69). Malang: Jurusan
Teknik Industri Universitas Brawijaya.

Analisis Rantai Pasok Industri Pengolahan


Berbasis Salak di Kabupaten Banjarnegara
Provinsi Jawa Tengah
Ratih Wulandari (1), Rakhma Oktavina (2)
(1), (2), (3)
Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok
(1)
ratih_wulandari@staff,gunadarma.ac.id, (2)oktavina@staff,gunadarma.ac.id

ABSTRAK
Industri potensial di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah adalahindustri
pengolahan berbasis komoditas salak. Pengembangan industri pengolahan salak di
Banjarnegara membutuhkan penguatan jejaring pasokan-pemasaran untuk memperkuat
pasokan dan kontinyuitas bahan baku dan meningkatkan pemasaran produk ke pasar
yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan menganalisis rantai pasok bagi industri
pengolahan salak di Kabupaten Banjarnegara.
Analisisrantai pasok digunakan untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam
mengalirkan bahan baku dari daerah asal ke lokasi pengolahan dan berapa tingkat (tier),
pola hubungan diantara para pihak (vendor – vendee relationship), posisi kekuatan
tawar, pola permintaan, penetapan harga, dan anggota pada rantai pasok. Dari analisis
rantai pasok akan tergambarkan jaringan hubungan diantara pihak dan sejauh mana
daerah lokus dalam memasok bahan baku utama dan pembantu pada industri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan yang saat ini dimiliki oleh
Kabupaten Banjarnegara masih terbatas pada menghasilkan bahan baku salak segar dan
mengolahnya menjadi produk seperti keripik, kerupuk, dodol, dawet, kurma, sirop, teh
dan manisan salak. Pihak-pihak yang terkait dalam rantai pasok industri pengolahan
salak di Kabupaten Banjarnegara adalah terdiri dari petani salak, pedagang pengumpul,
pedagang buah salak, industri pengolahan, didistribusikan ke pedagang besar, pedagang
pengecer, eksportir, dan konsumen baik konsumen domestik maupun mancanegara.

Kata kunci— Rantai pasok, salak, bahan baku, industri pengolahan, pasar.

I. PENDAHULUAN
Perubahan lingkungan dunia dan arus globalisasi mendorong Indonesia untuk mempunyai
daya saing yang tinggi. Daya saing tersebut akan tercapai jika didukung oleh daya saing daerah
yang tinggi.Sasaran pembangunan industri daerah antara lain adalah meningkatkan nilai tambah
komoditi unggulan daerah, memanfaatkan sumberdaya alam (SDA) secara optimal, dan
melakukan kerjasama antar daerah yang dapat saling bersinergi.
Menurut Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka (2016), Kabupaten Banjarnegara termasuk
Wilayah Propinsi Jawa Tengah bagian barat, membujur dari barat ke timur. Secara astronomi,
Kabupaten Banjarnegara terletak diantara 7° 12' - 7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' - 109°
45'50" Bujur Timur seluas 106.970,997 ha atau 3,29 % dari luas seluruh Wilayah Propinsi Jawa
Tengah (3,25 juta Ha), terdiri dari 20 kecamatan , 266 desa dan 12 kelurahan.Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS).
Menurut Kementerian Perindustrian (2013), Basis industri yang potensial diKabupaten
Banjarnegara adalahindustri pengolahan komoditas salak. Penetapan komoditi salak sebagai basis
industri pengolahan penting di Kabupaten Banjarnegara telah dilakukan sejak tahun 2013 melalui
kegiatan Penyusunan Kajian Kompetensi Inti Industri Daerah (KIID) Kabupaten Banjarnegara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan industri pengolahan salak di Banjarnegara
membutuhkan penguatanjejaring pasokan-pemasaran untuk memperkuat pasokan dan
kontinyuitas bahan baku dan meningkatkan pemasaran produk ke pasar yang lebih luas. Penelitian
ini bertujuan menganalisis rantai pasok bagi industri pengolahan salak di Kabupaten
Banjarnegara, provinsi Jawa tengah.

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-63
Wulandari, Oktavina

II. METODOLOGI
Ruang lingkup daerah kajian adalah Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.Dalam
kajian ini data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer dikumpulkan melalui wawancara, kuisioner dan pengamatan secara langsung, berupa
gambaran entitas rantai pasok industri pengolahan salak. Data sekunder yang dikumpulkan adalah
data tentang bahan baku, proses produksi, dan pasar.
Data yang sudah dikumpulkan, baik primer maupun sekunder selanjutnya dianalisis
menggunakan metode analisis rantai pasok dan analisis rantai nilai. Rantai pasok akan
memperlihatkan siapa saja yang terlibat dalam mengalirkan bahan baku dari daerah asal ke lokasi
pengolahan dan berapa tingkat (tier). Melalui wawancara, ingin diketahui bagaimana pola
hubungan diantara para pihak (vendor – vendee relationship), siapa yang memiliki kekuatan tawar
lebih tinggi, pola permintaan, penetapan harga, dan siapa saja anggota pada rantai. Dari analisis
rantai pasok akan tergambarkan jaringan hubungan diantara pihak dan sejauh mana daerah lokus
dalam memasok bahan baku utama dan pembantu pada industri. Analisis rantai nilai digunakan
untuk mengetahu keseluruhan aktivitas yang terkait dalam penciptaan nilai mulai dari pengadaan
bahan baku hingga produk akhir tiba di tangan konsumen.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Model manajemen rantai pasok/Supply Chain Management(SCM) menggambarkan siapa saja
yang berperan dalam suatu rantai distribusi produk mulai dari bahan baku, proses pengolahan dan
produk jadi sampai ke konsumen akhir.SCM adalah proses dimana suatu produk diciptakan dan
disampaikan kepada konsumen. Dari sudut struktural, SCM merujuk kepada jaringan yang rumit
dari hubungan dimana suatu organisasi mempertahankan relasinya dengan partner bisnis untuk
memperoleh bahan baku, produksi dan menyampaikannya kepada konsumen (Kalakota, 2001;
Hanfield, et. al., 2002; Chopra & Meindl, 2007).
Analisis rantai pasok, selain dapat mengetahui aktor yang berperan dalam setiap tahapan juga
dapat dilihat keterkaitan antar wilayah dalam suatu proses komoditas menjadi produk sampai ke
konsumen. Dengan adanya analisis ini, dapat diketahui peran setiap daerah di sekitar Kabupaten
Banjarnegara, sehingga bisa dilihat apakah industri unggulan Kabupaten Banjarnegara yang
berbasis salak memiliki keterkaitan yang kuat antar kabupaten/kota dalam Provinsi Jawa Tengah
atau dengan daerah lainnya.
Keberhasilan penerapan rantai pasok ditentukan oleh beberapa prinsip, yaitu: 1) fokus pada
pelanggan dan konsumen, 2) menciptakan nilai dan membagikannya pada semua anggota, 3)
menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan pelanggan, 4) memiliki
dukungan logistik dan distribusi yang efektif, 5) mempunyai strategi dalam komunikasi dan
penyaluran informasi, serta 6) membangun hubungan yang efektif, adanya rasa memiliki dari para
anggota SC (supply chain) yang terlibat (AFFA, et al., 2002 dalam Sudjarmoko, 2015).
Selama ini pola kemitraan sebagai salah satu indikator penerapan manajemen rantai pasok
sudah banyak memberikan manfaat yang besar baik bagi petani maupun pemasok.Proses bisnis
(tata niaga) industri berbasis salak di Kabupaten Banjarnegara diawali dari kegiatan
pembudidayaan buah salak oleh para petani. Hasil pembudidayaan salak tersebut berasal dari 18
kecamatan yang tersebar di Kabupaten Banjarnegara.Petani yang memanen salak dapat menjual
hasilnya melalui dua mekanisme, yaitu mekanisme jual beli langsung dan mekanisme jual ke
pengepul.Pada mekanisme jual beli langsung, setelah salak dipanen, para pengolah salak dapat
melalukan transaksi langsung dengan petani sesuai dengan kebutuhan bahan-baku untuk
pengolahannya. Gambaran mengenai proses penjualan salak segar melalui mekanisme jual beli
langsung dapat dilihat pada gambar berikut.

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-64
Analisis Rantai Pasok Industri Pengolahan Berbasis Salak di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah

Dalam
Negeri

Pasar
Luar Negeri

Petani Salak Pengolah Salak Galeri Konsumen

Pameran/Bazar Konsumen

Gambar 1 Proses Penjualan Salak Dengan Sistem Jual Beli Langsung di Kabupaten Banjarnegara

Pada mekanisme jual beli melalui pengepul, misalnya dilaksanakan di Pasar salak Kabupaten
Banjarnegara.Salak diklasifikasi berdasarkan jenis dan kualitas salak tersebut. Mekanisme di
pasar salak adalah sebagai berikut: salak yang akan dijual ditempatkan ke dalam keranjang dan
dikumpulkan di lantai pasar. Pembeli menyiapkan armada pengangkut yang dapat mengakses
salak secara langsung di tepi pasar.
Keranjang berisi salak tersebut ditimbang dan diperiksa kondisinya. Berdasarkan kondisi dan
kualitas hasil panen, pengepul akan mulai memberikan harga. Pengepul kemudian mencatat hasil
penjualan beserta harga di dalam nota.Nota tersebut kemudian diberikan kepada petani untuk
kemudian menjadi bukti mendapatkan uang hasil penjualan. Proses penjualan salak segar di pasar
dapat dilihat pada gambar berikut.

Dalam
Konsumen
Negeri

Pasar

Pengepul Luar
Konsumen
Salak Negeri

PETANI Pengolah Salak Galeri Konsumen

Pasar Salak
Segar
Pameran/
Konsumen
Bazar

Gambar 2 Proses Penjualan Salak Melalui Pengepul dan Pasar Salak di Kabupaten Banjarnegara

Setelah proses tataniaga, salak masuk ke industri pengolahan. Industri pengolahan yang sudah
ada berupa industri pengolahanmenjadi keripik, kerupuk, dodol, manisan, sirup, dawet, teh dan
kurma.
Produk yang dihasilkan dipasarkan secara lokal maupun ke luar Kabupaten Banjarnegara ,
Misalnya keripik salak dijual ke Kota/Kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Tengah, Jakarta,
Surabaya, singapura, dan jepang.Sedangkan industri yang lainnya (kerupuk, dodol, manisan,
sirup, dawet dan kurma) masih terbatas pada pasar domestik (Kabupaten Banjarnegara dan
sekitarnya). Rantai pasokan salak Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Gambar 3.
Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa ada keterikatan yang sangat kuat dengan daerah di
sekitar Kabupaten Banjarnegara dan daerah lainnya yang berperan sebagai daerah penyedia
bahan baku utama dan pembantu, industri pengolahan dan pemasaran. Interaksi wilayah yang
cukup kuat terjadi antara Kabupaten Banjarnegara dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten
Purbalingga, sebagai sumber bahan baku utama salak. Selain ke dua daerah tersebut, keterkaitan
wilayah juga terjadi dengan beberapa daerah lainnya seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya,
Singapura, dan Jepang yang merupakan daerah pemasaran produk.
Pengolahan salak yang ada di Kabupaten Banjarnegara sudah mampu membuat keripik,
kerupuk, dodol, kurma, manisan, sirop dan dawet.

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-65
Wulandari, Oktavina

Bahan Baku Utama dan


Industri Pengolahan Pemasaran
Pembantu

Kab.
Banjarnegara Keripik Salak, Pasar Domestik (Lokal)
Dodol Salak,
SALAK Wonosobo Kerupuk Salak ,
Sirop, Manisan
Salak, Dawet Salak
Purbalingga
dan Kurma Salak Pasar Domestik
(Nasional)

Bahan Pembantu
(minyak goreng, Kab.
gula pasir, gula Banjarnegara Pasar Mancanegara
merah, Tepung
Beras, Garam dll) (Singapur, Jepang)

Gambar 3. Rantai Pasok Salak di Kabupaten Banjarnegara

A. Logistik Masuk
Bahan baku utama yang digunakan adalah salak segar, yang dihasilkan oleh petani salak di
Kecamatan Madukara dan Kecamatan lainnya di Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten
penyangga lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Perkebunan salaktersebar di 18 kecamatan dari 20
kecamatan yang terdapat di Kabupaten banjarnegara (90%).
Salak yang dihasilkan petani kemudian dijual langsung di rumah petani atau ditampung di
pasar salak. Salak segar yang dihasilkan tergolong cukup baik. Pemerintah (Dinas Pertanian)
sudah melakukan pendampingan terhadap petani agar menghasilkan salak yang berkualitas.
Proses pengelolaan salak segar dilakukan dengan sistem grading untuk menentukan kualitas
dan pengemasan yang baik.Parameter-parameter untuk menentukan kualitas salak terdiri atas
beberapa faktor yaitu (1)Faktor Umur panen, (2) Faktor ukuran salak, dan (3) Faktor fisik.

B. Operasional
Berdasarkan data IKM Dinas Perindustrian Kabupaten Banjarnegara, terdapat Terdapat 7
industri pengolahan keripik salak, 4 industri pengolahan dodol salak, 2 industri pengolahan sirup
salak, 2 industri pengolahan kurma salak, 1 industri pengolahan kerupuk salak, 1 industri
pengolahan dawet salak, dan 1 industri pengolahan manisan salak.

C. Logistik Keluar
Produk yang dihasilkan industri berbasis salak sebagai keluaran selanjutnya didistribusikan
dan dipasarkan. Sarana yang paling menunjang dalam distribusi produk akhir adalah adanya
sarana transportasi yang memadai. Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah yang memiliki
infrastruktur transportasi memadai sehingga distribusi produk akhir bisa berjalan dengan lancar.

D. Pemasaran, Penjualan, dan Pelayanan


Sarana pemasaran yang digunakan ada yang langsung melalui konsumen dan ada yang
melalui perantara. Selain itu, juga terdapat industri yang melakukan kerja sama dengan pelaku
usaha yang sudah mapan. Bagi industri, pemilik sangat berperan penting dalam kegiatan
operasional perusahaan khususnya penjualan. Pemilik mencari pesanan, melakukan penjualan,
melayani konsumen bahkan sampai mengirimkan produk.Berbagai instansi terkait telah turut
mempromosikan produk olahan salak yang dihasilkan khususnya keripik, kerupuk, dodol,
manisan, dan sirop salak melalui pameran-pameran yang diadakan baik berskala lokal maupun
nasional.Selain itu, industri juga sudah memilki media promosi berupa leaflet. Produk yang
dihasilkan berupa salak segar dengan harga Rp.6000 – Rp.8000/Kg sedangkan pada saat panen
raya harga salak +-Rp.3000/Kg. keripik salak dijual dengan harga Rp.100.000/kg dengan
pemasaran ke toko oleh-oleh yang ada di Kabupaten Banjarnegara, Yogyakarta dan Surabaya.
Produk lainnya yang berupa dodol salak dijual dengan harga Rp.25.000,-/kg dengan daerah
pemasaran Kabupaten Banjarnegara, Tegal, Brebes, Jakarta, Lampung, Singapura, Malaysia, Arab
Saudi, Brunei Darussalam, dan Amerika. Penentuan Grade Kualitas Salak adalah sebagai ebrikut :
(1) Grade A terdiri dari 9-12 buah/batang, (2) Grade B terdiri dari 13-15 buah/batang, (3) Grade
C terdiri dari 16-20 buah/batang, dan (4) Grade D terdiri dari >20 buah/batang.

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-66
Analisis Rantai Pasok Industri Pengolahan Berbasis Salak di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah

E. Analisis Rantai Nilai


Untuk mengetahui perbandingan efisiensi, efektivitas dan provitabiltasdari masing-masing
saluran, perlu dipelajari terlebih dahulu keseluruhan aktivitas yang terkait dalam penciptaan nilai
mulai dari pengadaan bahan baku hingga produk akhir tiba di tangan konsumen. Guna keperluan
tersebut, dilakukan analisis rantai nilai. Menurut Pearce & Robinson (2008) istilah Value Chain
(Rantai Nilai) menggambarkan cara untuk memandang suatu perusahaan sebagai rantai aktivitas
yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan.
Rantai nilai pengolahan salak di Kabupaten Banjarnegara pada Gambar 4 menunjukkan
tahapan peningkatan nilai, pelaku-pelaku dalam setiap tahapan, serta lembaga pendukung
langsung (supporter) dan lembaga pendukung tidak langsung (enabler). Sebagaimana terlihat di
dalam gambar tersebut telah terdapat usaha pengolahan salak, dimulai dari petani pembudidaya
salak, dan industri pengolahan yang berupa keripik salak, dodol salak, kurma salak, kerupuk
salak, dawet salak, manisan salak, sirop salak, dan bioetanol limbah salak.

Penyedia Bahan Pengolahan Pemasaran Konsumen


Baku Salak

VC STAGES
Jepang, Singapur,
Keripik Salak, Kerupuk
Malaysia, Brunai,
Kab. Banjarnegara Salak, Dodol Salak
Amerika, DIY,
Banjarnegara,
Pasar Salak Banyumas, Brebes,
Kab. Wonosobo (Proses Tegal, Jakarta,
Gradingdan Lampung Konsumen
Kurma Salak, Dawet
pengemasan) Salak, Manisan Salak,
Sirop Salak
Kab. Purbalingga Kabupaten
Banjarnegara
OPERATOR

Kelompok Penyedia Kelompok Tani/Kelompok Usaha Bersama Asosiasi


Bahan Baku

Lembaga Keuangan Lembaga Penelitian

SUPPORTER

Kementerian
Kementerian Perindustrian/ Kementerian
Kementerian Koperasi dan UMKM/
Dinas Perindustrian, Perdagangan/Dinas
Pertanian/Dinas Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi Perindustrian dan
Pertanian dan Koperasi dan
dan UMKM Koperasi dan UMKM
UMKM
ENABLER

Gambar 4 Rantai Nilai Salak Kabupaten Banjarnegara

Analisis dilakukan terhadap tahapan proses penting dalam pengusahaan industri berbasis
salak. Uraian proses tersebut dianalisis untuk melihat seberapa pentingnya sumber daya, teknologi
dan kapabilitas dalam membentuk kemampuan bersaing perusahaan. Analisis rantai nilai pada
prinsipnya memeriksa apakah sumberdaya, teknologi dan kapabilitas tersebut dapat memberikan
keunggulan dalam harga atau keunggulan diferensiasi dibandingkan dengan industri yang berada
di daerah lain. Analisis tersebut ditunjukkan dalam Gambar 5.
Hasil analisis rantai pasok menunjukkan bahwa pada proses pengadaan bahan baku dan
produksi salak segar (1) dilihat dari potensi salak (jumlah petani dan produksi salak terbesar di
Provinsi Jawa Tengah bahkan di Indonesia). (2)Masih diperlukan peningkatan fasilitas budidaya
salak bagi petani, (3) Diperlukan peningkatan keterampilan SDM dalam budidaya salak dalam
peningkatan hasil produksinya, (4) Diperlukan peningkatan keterampilan SDM dalam
pengelolaan salak segar (grading dan pengemasan).
Pada proses pengolahan diketahui bahwa diperlukan pengetahuan proses pengolahan produk
yang sesuai dengan standarsehingga dapat meningkatkan posisi tawar produk, dan diperlukan
pengetahuan dan peralatan untuk pengawetan hasil pengolahan salak.
Pada proses pemasaran, penjualan dan pelayanan diketahui bahwa kegiatan pemasaran
dilakukan oleh pemilik perusahaan. Sarana komunikasi dan daya tarik produkmenjadikan
konsumen lebih tertarik untuk berlangganan.Perlu peningkatan kemampuan promosimelalui
segala media untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Promosi dapat dilakukan
denganmengaktifkan sarana promosi ditempat khusus seperti outlet, hotel dan tempat rekreasi

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-67
Wulandari, Oktavina

Gambar 5 Analisis Rantai Nilai Salak

IV. PENUTUP

(1) Kemampuan yang saat ini dimiliki oleh Kabupaten Banjarnegara masih terbatas pada
menghasilkan bahan baku salak segar dan mengolahnya menjadi produk seperti keripik,
kerupuk, dodol, dawet, kurma, sirop, teh dan manisan salak.
(2) Rantai pasok industri pengolahan salak di Kabupaten banjarnegara terdiri atas :petani salak,
pedagang pengumpul, pedagang buah salak, industri pengolahan, didistribusikan ke
pedagang besar, pedagang pengecer, eksportir, dan konsumen baik konsumen domestik
maupun mancanegara.
(3) Rantai nilai industri pengolahan salak di Kabupaten Banjarnegara menggambarkan sumber
daya, teknologi dan kapabilitas dalam membentuk kemampuan bersaing pada 3 aktivitas,
yaitu proses pengadaan bahan baku dan produksi salak segar, proses pengolahan, dan proses
pemasaran, penjualan dan pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA
Adnany, Z. 2008. Sistem Tataniaga Komoditi Salak Pondoh di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa
Tengah, Skripsi tidak dipublikasikan, Bogor, Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Asmara, A., Suhandi, & N. Ichwan. 2008. Buku Panduan Budidaya Salah Pondoh Terpadu Dengan
Teknologi Pupuk Organik. Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Antanan. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka. Jakarta : BPS.
Dinas Perindustrian Kabupaten Banjarnegara. 2012. Data Industri Kecil Menengah Kabupaten
Banjarnegara. Banjarnegara: Dsiperindag Kabupaten Banjarnegara.
Kalakota, R. & Robinson, M. 2001.E-Business 2.0 Roadmap for Success, second edition, Addison Welsey,
Massachusetts, USA.
Kementerian perindustrian.2013. Laporan Akhir Penyusunan Kajian Kompetensi Inti Industri Daerah
Kabupaten Banjarnegara. Jakarta: Kementerian Perindustrian.
Pearce & Robinson, 2008, Manajemen Strategis, Formulasi, Implementasi dan Pengendalian, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-68
Analisis Rantai Pasok Industri Pengolahan Berbasis Salak di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah

Santoso, H.B. 1990. Salak Pondoh. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.


Sudjarmoko, Beni & Abdul Muis Hasibuan. 2015. “Manajemen Rantai Pasok Benih Unggul Karet”.
Jurnal.SIRINOV, Vol. 3, No 1, April 2015 (Hal: 31 –38)

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-69

Anda mungkin juga menyukai