Anda di halaman 1dari 20

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

MODUL PRAKTIKUM -2

PEMASARAN AGRIBISNIS

Dipersiapkansebagaimateripraktikumoleh:

I Nyoman Gede Ustriyana


 

i  

 
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

MODUL PRAKTIKUM -2

PEMASARAN AGRIBISNIS

Dipersiapkansebagaimateripraktikumoleh:

I Nyoman Gede Ustriyana

ii  

 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
tersusunnya Modul Praktikum ini. Pembuatan Modul Praktikum ini bertujuan
untuk memberikan pedoman bagi dosen dan mahasiswa di dalam proses belajar-
mengajar di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Penyusunan Modul Praktikum ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan
untuk meningkatkan proses pendidikan yang lebih terarah dalam upaya untuk
memperbaiki mutu peserta didik. Modul Praktikum ini memuat bahan bacaan
sebagai penuntun menyelesaikan praktikum sesuai topic kajian masing-masing
pertemuan.
Akhirnya dengan selesainya penyusunan Modul Praktikum ini,
disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung berkontribusi dalam penyusunan Bahan Praktikum ini berupa
informasi, masukan, dan koreksi. Semoga “buku kecil” dapat bermanfaat
sebagaimana yang diharapkan.

Denpasar, Nopember 2017

Penyusun

iii  

 
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………. iii
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN PENAMPILAN
PASAR (S-C-P) ………………………………………………………. 1
a. STRUKTUR PASAR (MARKET STRUCTURE) ………………. 2
b. PERILAKU PASAR (MARKET CONDUCT) …..……………. 6
c. PENAMPILAN PASAR (MARKET PERFORMANCE) ……... 6
BEBERAPA PENDEKATAN S-C-P ………………………………... 7
a. PENDEKATAN STRUKTUR PASAR ………………………… 7
b. PENDEKATAN PERILAKU PASAR .……………………….. 11
c. PENDEKATAN PENAMPILAN PASAR .……………………. 11
BAHAN BACAAN ………………………………………………….. 14
LATIHAN SOAL ……………………………………………………. 15
TUGAS PRAKTIKUM ………………………………………………. 16

iv  

 
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN
PENAMPILAN PASAR DALAM PEMASARAN
AGROPRODUK

Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan


akan dapat:
1. Menjelaskan apa yang dimaksud struktur,
perilaku, dan penampilan pasar.
2. Menjelaskan kegunaan dari analisis struktur,
perilaku, dan penampilan pasar dalam pemasaran hasil
pertanian.
3. Menjelaskan kriteria untuk menentukan/mengukur
struktur, perilaku, dan penampilan pasar.

Analisis Struktur, Perilaku, dan Penampilan Pasar (S-C-P)

Kerangka untuk mengetahui sebab-akibat mengapa sistem pemasaran


berjalan secara tidak fair (adil) dan tidak efisien dilakukan melalui
pendekatan struktur, tingkah laku, dan penampilan pasar (s-c-p
approach) (Anindita, 2004). Menurut J.S. Bain dalam bukunya Industrial
Organization, pendekatan didasarkan atas tiga hal yang saling berkaitan
yaitu cara perusahaan mengorganisir di dalam suatu pasar (struktur),
menceritakan secara keseluruhan bagaimana mereka membuat keputusan
(perilaku), yang pada gilirannya akan mengubah tingkat efisiensi dan
fairness (keadilan) yang terjadi di pasar (penampilan) (Seperich, 1994).
Model struktur, perilaku, dan penampilan pasar dapat digambarkan sebagai
berikut (Anindita, 2004):
Struktur Pasar  

- Tingkat konsentrasi pembeli dan penjual


- Tingkat diferensiasi produk
- Hambatan keluar masuk pasar
- Tingkat pengetahuan pasar
- Tingkat integrasi dan diversifikasi  

Perilaku Pasar   Penampilan Pasar  

- Aliran produk - Efisiensi harga


- Kelembagaan - Biaya pemasaran
- Fungsi pertukaran - Margin dari laba bersih
- Fungsi fisik - Ke-progresif-an
- Standarisasi  

Model Struktur, Tingkah laku, dan Penampilan Pasar  


Pendekatan SCP ini dilakukan untuk mengawasi persaingan
diantara perusahaan di berbagai pasar, bagaimana perusahaan melakukan
tindakan akibat  

1  

 
berjalan tidak sesuai dengan harapan, maka akan berdampak terhadap fairness dan
efisiensi dari sistem pemasaran (Anindita, 2004). Dalam model SCP seringkali
diperhatikan bagaimana struktur pasar mempengaruhi perilaku pasar dan
kemudian bagaimana perilaku mempengaruhi penampilan pasar. Disamping itu,
dalam berbagai penelitian seringkali hubungan antara struktur- perilaku ataupun
perilaku-penampilan dapat saling mempengaruhi atau ada hubungan sebab akibat.
Apabila kita ingin melakukan penelitian atau mendalami SCP maka kita
memerlukan pengetahuan tentang teori ekonomi mikro terutama berkaitan dengan
keputusan produsen di berbagai pasar dan bagaimana produsen berusaha
memaksimumkan keuntungan di berbagai kondisi pasar (persaingan sempurna,
persaingan monopolistik, oligopoly/oligosopni dan monopoli/monopsoni). .

Struktur Pasar (Market Structure)

Struktur pasar adalah karakteristik organisasi yang menentukan hubungan


antara berbagai penjual di pasar, antara berbagai pembeli di pasar, antara penjual dan
pembeli, dan antara penjual yang menguasai pasar dengan kekuatan pemasok barang
lainnya, termasuk kekuatan perusahaan baru yang mungkin masuk pasar. Dengan kata
lain, struktur pasar membahas karakteristik organisasi dari suatu pasar yang
mempengaruhi tingkat persaingan dan penentuan harga di pasar. Melalui struktur
pasar akan diketahui apakah suatu pasar akan mengarah mempunyai struktur
persaingan sempurna (perfect market) atau persaingan tidak sempurna (imperfect
market).

Ada beberapa kriteria untuk menentukan struktur pasar yaitu:


1. Tingkat konsentrasi pembeli dan penjual.
2. Tingkat diferensiasi produk.
3. Kondisi untuk masuk pasar (barriers to entry).
4. Tingkat pengetahuan pasar
5. Tingkat intergrasi dan diversifikasi

Kriteria struktur pasar diatas dapat dipelajari di teori ekonomi mikro tentang
karakteristik struktur pasar (pasar persaingan sempurna, pasar persaingan
monopilistik, oligopoly/oligosopni dan monopoli/monosopni. Kriteria yang berkaitan
dengan tingkat integrasi usaha (bukan intergrasi pasar) dan diversifikasi usaha
dipelajari di tingkat lanjut. Tingkat integrasi dan diversifikasi berhubungan dengan
skala usaha, semakin besar tingkat integrasi dan diversifikasi usaha seringkali
menghasilkan semakin besar skala usaha perusahaan tersebut pada akhir, perusahaan
tersebut semakin besar kemampuannya dalam menguasai pasar.
Pada struktur pasar yang berbeda akan memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri pasar
yang berbeda pula. Pada struktur pasar persaingan sempurna, ciri-ciri yang dimiliki
adalah sebagai berikut: a) ada banyak penjual dan pembeli dalam pasar, b)
perusahaan yang ada dalam pasar tidak dapat menentukan atau merubah harga (price
taker), c). setiap perusahaan mudah untuk keluar dan masuk pasar, d) barang atau
produk yang dihasilkan adalah sama (identical) dan e) pembeli memiliki pengetahuan
yang sempurna tentang pasar (Sukirno, 2005).

2  

 
Struktur pasar monopoli menurut Sukirno (2005) memiliki ciri-ciri sebaliknya
yaitu: a) hanya ada satu perusahaan dalam pasar, b) produk yang dihasilkan tidak
memiliki pengganti yang mirip (close substitute), c) tidak ada kemungkinan
perusahaan lain untuk masuk ke dalam pasar, d) perusahaan menguasai dan
menentukan harga (price setter), dan e) usaha promosi dengan menggunakan iklan
kurang diperlukan. Arti dari “price setter” pada pasar monopoli adalah, produsen
atau pedagang secara leluasa dapat menentukan harga (menaikkan atau menurunkan
harga) barang di pasar.

Sukirno (2005) juga menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat
menyebabkan munculnya perusahaan monopoli, yaitu: 1) perusahaan monopoli
memiliki sumber daya yang unik dan tidak dapat dimiliki oleh perusahaan lain, 2)
perusahaan monopoli dapat menikmati skala ekonomis dalam kegiatan yang
dilakukannya, dan 3) pemerintah melalui undang-undang memberikan hak monopoli
kepada perusahaan tertentu.

Selanjutnya Sukirno (2005) menyebutkan ciri-ciri pasar oligopoli sebagai


berikut: a) hanya ada beberapa perusahaan (minimal dua) di dalam pasar, b)
barang-barang yang diproduksi bisa barang standar atau berbeda corak, c)
kekuatan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya sangat kuat, hal ini
tergantung dari ada tidaknya kolusi diantara mereka, dan d) pada umumnya
perusahaan yang bergerak pada pasar oligopoli perlu melakukan promosi iklan.

Pasar persaingan monopolistik mempunyai ciri gabungan antara antara


pasar persaingan sempurna dan monopoli. Pasar ini mempunyai karakteristik
hamper sama dengan pasar persaingan sempurna tetapi karena mampu melakukan
deferensiasi produk maka perusahaan mampu untuk menjadi price maker. Teori
persaingan monopolistik menerangkan secara lebih realistis struktur pasar aktual
yang dihadapi oleh banyak perusahaan. Adapun ciri-ciri dari pasar
monopolistik dapat dilihat lebih jelas dalam tabel berikut ini.

CIRI-CIRI BENTUK
Persaingan Persaingan PASAR Oligopoli Monopoli
Sempurna Monopolistik
Jumlah Sangat Banyak Sedikit Satu
Perusahaan banyak
Jenis Barang Ada Ada yang Ada yang
Produksi standart diferensiasi homogen dan homogen dan
(homogen) produk ada yang tidak ada yang tidak
homogen homogen
(melakukan (melakukan
diferensiasi diferensiasi
produk) produk)

3  

 
Kekuasaan Tidak ada Ada price Ada price maker Price maker
menentukan maker dan tetapi tanpa
mempunyai kerjasama
market power mempunyai
yang relatif market power
kecil tidak begitu
besar, dengan
kolusi akan
mempunyai
market power
sangat besar.,
seperti pada
kondisi monopoli.
Bisa jadi ada
market leader
dan follower
Kemungkinan Sangat Cukup mudah Hambatan masuk Pemain baru
keluar/masuk mudah menjadi pemain (new entrant)
pasar relative besar tidak mungkin
karena
dilindungi
oleh
pemerintah
(ada
peraturan
Persaingan di Tidak ada Sangat besar, Sangat besar bila yang
Iklan, yang
luar harga terutama di menghasilkan mendukung)
bertujuan
bidang iklan, barang berbeda memelihara
nama corak hubungan baik
perusahaan

Pada pasar monopsoni terjadi sebaliknya, yaitu hanya terdapat satu pembeli
dengan banyak penjual, kompetitif atau “competitive sellers” (Henderson dan
Quandt, 1980 dalam Priyanto, 2005). Sedangkan bila ada dua pembeli disebut
duopsoni, bila ada beberapa pembeli (lebih dari dua) disebut dengan istilah
oligopsoni. Struktur pasar monopsoni, duopsoni dan oligopsoni ini dilihat dari sisi
pembeli.

1. Tingkat Konsentrasi Pembeli dan Penjual

Derajat konsentrasi menggambarkan tentang jumlah dan ukuran distribusi dari


pembeli dan penjual yang turut ambil bagian di pasar, ukuran pasar dapat diukur
dengan berdasarkan proporsi jumlah yang terlibat di dalamnya. Tipe-tipe dari pasar
dapat dibedakan berdasarkan derajat persaingan yang ditentukan oleh banyaknya
jumlah pembeli dan penjual dalam suatu pasar (Mallen, 1964 dalam Tibayan, 1983).

4  

 
Scheid dan Sutinen (1981) dalam Pomeroy (1995) menyatakan bahwa
konsentrasi pasar dapat dilihat dari kombinasi pangsa pasar empat perusahaan
terbesar (CR4). Setiap pasar mempunyai pangsa pasar sendiri, dan besarnya berkisar
antara 0-100% dari total penjualan seluruh pasar. Jika nilai CR4 < 40%, maka bisa
digolongkan ke dalam pasar persaingan sempurna maupun monopolistik, dalam hal
ini yang paling menentukan adalah tingkat diferensiasi produk. Perusahaan
yang mempunyai pangsa pasar lebih akan menikmati keuntungan dari penjualan
produk dan kenaikan harga sahamnya.

Berdasarkan jumlah pembelinya, pasar dibedakan atas: 1) Jika hanya


terdapat satu pembeli, pasar bersifat monopsoni, 2) jika terdapat beberapa pembeli,
pasar bersifat oligopsoni, dan 3) jika banyak pembeli, pasar bersifat atomistik.
Derajat konsentrasi dapat diukur berdasarkan jumlah dari keseluruhan penjual dan
pembeli yang menguasai pasar + 40% atau berdasarkan jumlah penjualan 4
terbesar dari penjual atau pembeli.

Rasio konsentrasi dari jumlah penjualan untuk monopsoni bisa sampai 100%,
sedangkan rasio konsentrasi dari pasar bersaing sempurna untuk 4 perusahaan
terbesar akan menjadi sangat kecil kurang dari 33%, dan rasio untuk oligopsoni
terletak diantaranya (Caves, 1964 dalam Tibayan, 1983).

2. Tingkat Diferensiasi Produk

Pengukuran ini dimaksudkan untuk membedakan pembeli dan memberikan


pilihan spesifik di antara persaingan output dari beberapa penjual dalam suatu
industri. Hal ini menunjukkan kondisi dan perbedaan kualitas suatu produk yang
kadang sulit untuk dikualifikasikan. Diferensiasi produk merupakan hal yang paling
mendasar untuk posisi pasar yang kuat dari perusahaan yang dominan (market
leader), terutama untuk industri pertanian. Pengukuran ini kelihatannya tidak berlaku
untuk produk yang bersifat homogen, karena pengukuran ini hanya berlaku untuk
produk yang berdiferensiasi tinggi (Moore dan Walsh, 1956 dalam Tibayan, 1983).

3. Hambatan Masuk Pasar (Barriers to Entry)

Hubungan antara kemudahan atau kesulitan bagi pembeli atau penjual baru
untuk masuk pasar pada umumnya ditentukan berdasarkan manfaatnya, tetapi
kenyataannya penjual atau pembeli mempunyai kekuatan masuk pasar yang lebih
potensial. Berbeda dengan konsentrasi pasar yang menunjukkan kondisi
persaingan pasar aktual sebuah perusahaan, kondisi untuk masuk dan keluar pasar
menggambarkan tentang kondisi persaingan perusahaan yang potensial. Pesaing
potensial adalah perusahaan-perusahaan di luar pasar yang mempunyai kemungkinan
untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya (Tibayan, 1983).

Secara struktural, barriers to entry dapat dibedakan menjadi: 1). Jika mudah
masuk atau bebas untuk masuk pasar disebut persaingan sempurna, 2). Jika
tertutup untuk masuk pasar disebut monopsoni, 3). Jika sulit untuk masuk pasar
disebut oligopsoni. Halangan lain untuk dapat masuk pasar bisa disebabkan oleh
peraturan pemerintah yang terlalu keras atau ketidakmampuan masuk penjual untuk
memperoleh pelayanan pengelolaan, tenaga kerja, peralatan, dan lain-lain.
5  

 
4. Tingkat Pengetahuan Pasar

Penting bagi penjual dan pembeli untuk mengetahui/mempelajari situasi


pasar, karena terkait dengan keberhasilan usahanya. Sistem pemasaran yang
efisien mengharuskan kita mampu menguasai informasi pasar untuk menetapkan
keputusan-keputusan pada tingkat petani dan pasar. Jumlah produksi, persediaan,
faktor permintaan dan penawaran, informasi harga, pasar, kualitas dan lokasi
produk, serta peramalan pasar, adalah faktor-faktor yang sangat penting dalam
informasi pasar untuk petani sebagai produsen, serta penjual dan pembeli sebagai
pelaku pasar, agar mereka tahu kapan dan dimana memasuki pasar, utamanya untuk
pasar yang bersaing sempurna (Tibayan, 1983).

Perilaku Pasar (Market Conduct)

Perilaku pasar menurut Bain (1959) dalam Clodius dan Muller (1967)
mengacu pada pola dari tingkah laku perusahaan yang menunjukkan cara beradaptasi
atau menyesuaikan diri dengan pasar dimana mereka bertindak sebagai penjual
atau pembeli. Adam (1960) dalam Tibayan (1983) menguraikan perilaku pasar
sebagai interaksi dari tingkah laku berbagai perusahaan, yang meliputi: strategi,
taktik dan praktek-praktek mereka. Adapun Caves (1964) dalam Tibayan (1983)
menggambarkan perilaku pasar sebagai tingkah laku dari perusahaan dalam
perubahan harga, output, karakteristik produk, biaya penjualan dan biaya penelitian.

Menurut Bain (1959) dalam Clodius dan Mueller (1967); Anindita (2004), ada
lima dimensi tingkah laku dalam pasar, yaitu: 1) Metode yang digunakan oleh
perusahaan dalam menentukan harga dan tingkat output, 2) Kebijakan harga
perusahaan, 3) Promosi penjualan perusahaan, 4) Alat koordinasi dan saling
penyesuaian dari harga, produk, dan promosi penjualan dalam persaingan di antara
penjual (kolusi harga, produk, promosi penjualan; kolusi tersembunyi (tacit collusion)
dalam pengendalian harga; pembatalan persetujuan kolusi melalui pemotongan harga
secara rahasia yang mengarah pada persaingan tidak sempurna, 5) ada tidaknya taktik
khusus atau tindakan predatory .

Penampilan Pasar (Market Performance)

Menurut Marion dan Handy (1973) dalam Tibayan (1983), penampilan pasar
merupakan suatu kriteria untuk mengetahui seberapa jauh proses pemasaran berjalan
dan sejauh mana tujuan pemasarannya tercapai dengan baik. Untuk mengetahui
penampilan pasar ada beberapa kriteria yang digunakan, antara lain :
1) efisiensi ekonomi yang dihitung dari biaya dan marjin pemasaran, 2). besarnya
keuntungan yang diperoleh (Bain, 1959 dalam Harris, 1993; Kohls dan Uhl, 1996).
Selanjutnya Tibayan (1983) menambahkan 3). menghitung tingkat pengembalian
modal pada berbagai tingkat lembaga pemasaran, dan Smith (1981) dalam
Pomeroy dan Trinidad (1995) dengan 4). penetapan efisiensi harga dengan
menggunakan data time series.

6  

 
Menurut Bain (1959) dalam Harriss (1993), penampilan pasar menyajikan
hasil ekonomi dari struktur dan perilaku, khususnya dalam hubungan antara
distribusi marjin dan biaya produksi dari pelayanan pemasaran. Data harga dalam
bentuk time series, digunakan untuk menyatakan derajat kompetisi di dalam sistem
pemasaran, melalui:

1. Korelasi harga antar pasar yang menandai adanya tingkat integrasi pasar.
2. Hubungan antara biaya pengangkutan dan perbedaan harga antar pasar.
3. Hubungan antara fluktuasi harga musiman dan biaya penyimpanan yang
menandai adanya persaingan pasar dalam sepanjang waktu.

Menurut Anindita (2003), penampilan atau kinerja pasar adalah penilaian


terhadap sumberdaya ekonomi yaitu sampai seberapa jauh tindakan atau tingkah laku
industri di pasar memberikan sumbangan terbaik yang dapat dicapai sesuai dengan
tujuan sosial ekonomi masyarakat yang relevan. Untuk mengetahui penampilan pasar
dapat diperhatikan beberapa hal antara lain:
1. Harga relatif terhadap biaya rata-rata produksi atau tingkat keuntungan.
2. Ukuran biaya promosi penjualan relatif terhadap biaya produksi.
3. Karakteristik produk, meliputi pilihan desain, kualitas, dan ragam produk dalam
berbagai pasar.
4. Tingkat kemajuan perusahaan dan industri, baik pengembangan produk
maupun teknik produksi.
5. Ukuran margin pemasaran relatif terhadap biaya produksi.
6. Ukuran tingkat penjualan relatif terhadap sumberdaya pemasaran.

Beberapa Pendekatan dalam Analisis Struktur Pasar

1. Pangsa Pasar (Market Share) dan CR4

Untuk mengukur atau menentukan struktur pasar, pertama kali adalah


mengumpulkan data tentang konsentrasi pasar atau market share (dalam persen)
Pangsa pasar (market share) adalah persentase dari total penjualan pada suatu target
pasar yang diperoleh dari suatu perusahaan (potensi pasar dibagi jumlah
penjualan). Untuk mengetahui market share dari lembaga pemasaran pada suatu
wilayah pasar, dapat dilihat pada tabel berikut.
Lembaga Kapasitas Produksi yang Kensentrasi Market
Pemasaran Dapat Diserap pada Suatu ratio Share
Wilayah pasar (persen)
1 A a/x (a/x)x100
2 B b/x (b/x)x100
3 C c/x (c/x)x100
4 D d/x (d/x)x100
… … … …
n M m/x (m/x)x100
Total a+b+c+d+…+m=x 1 100

7  

 
Kriteria Pangsa Pasar:
1. Monopoli murni, bila suatu perusahaan memiliki 100% dari pangsa pasar.
2. Perusahaan dominan, bila memiliki 80-100% dari pangsa pasar dan tanpa
pesaing yang kuat.

CR4 (Concentration Ratio for Biggest Four) adalah alat analisis untuk
mengetahui derajat konsentrasi empat pembeli terbesar dari suatu wilayah pasar,
sehingga bisa diketahui secara umum gambaran imbangan kekuatan posisi tawar-
menawar petani (penjual) terhadap pedagang (pembeli), dengan rumus:

CR4 = Jumlah konsentrasi dari 4 (empat) perusahan yang mempunyai konsentrasi


ratio terbesar

Kriterianya :
1. CR4 < 0,4 maka struktur pasar bersifat persaingan sempurna (kompetitif) atau
persaingan monopolistik (persaingan monopolistik perlu dilihat apakah ada
diferensiasi produk atau tidak)
2. 0,4 < CR4 < 0,8 maka struktur pasar bersifat oligopoli/oligosopni (seringkali
bila nilai CR4 diantara diatas 60-80% disebut oligopoli ketat dan nilai nilai
CR4
diantara diatas 40-60% disebut oligopoli longgar, walaupun makna ini
seringkali tidak jelas karena untuk mengukur kekuatan oligopoli/monopoli
dapat diuji
melalui kekuatan market power tetapi dibahas di tingkat lanjut.
3. CR4 > 0,8 maka struktur pasar cenderung monopoli/monopsoni.

Catatan: jika CR4 < 0,4 maka struktur pasar bisa bersifat persaingan sempurna
juga bisa termasuk monopolistik, yang menentukan adalah tingkat
diferensiasi produk.

2. Indeks Hirschman Herfindahl

Alat analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli dari
suatu wilayah pasar, sehingga bisa diketahui secara umum gambaran imbangan

kekuatan posisi tawar-menawar petani (penjual) terhadap pedagang (pembeli).


Rumus dari Indeks Herfindahl adalah sebagai berikut:

IHH = (S1)2 + (S2)2 + …. + (Sn)2

Dimana :
IHH : Indeks Hirschman Herfindahl
n : Jumlah pedagang yang ada pada suatu wilayah pasar produk
Si : Pangsa pembelian komoditi dari pedagang ke-i (i = 1,2,3,…,n)
8  

 
Kriterianya :
IH = 1, maka pasar mengarah pada monosopoli/monosopni
IH = 0, maka pasar mengarah pada persaingan sempurna
0 < IH < 1, maka pasar mengarah pada oligopoli/oligosopni

4. Indeks Rosenbluth (R)

Indeks Rosenbluth adalah alat analisis untuk mengetahui tingkat konsentrasi


lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran suatu komoditi pada suatu
wilayah pasar. Penghitungan Indeks Rosenbluth didasarkan pada peringkat
perusahaan dari segi pangsa pasar (market share)–nya, dengan rumus sebagai berikut:

1
R= n
(2 åi.Si) -1
i =1
Dimana: R = Indeks Rosenbluth
Si = Pangsa pasar (market share) perusahaan ke-i (1 = 1,2,...n)

Nilai indeks Rosenbluth berkisar antara 1/n < R < 1. Jika nilai yang diperoleh
mendekati batas minimum maka struktur pasar yang terbentuk cenderung pasar
persaingan sempurna, sedangkan apabila mendekati batas maksimum maka
struktur pasar yang terbentuk cenderung pasar persaingan oligopoli.

5. Koefisien Gini (Gini Coefficient)

Koefisien gini yang digambarkan dalam kurva Lorenz, biasanya digunakan


untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan nasional di kalangan
lapisan penduduk. Namun dalam penelitian ini, koefisien Gini merupakan suatu
ukuran untuk mengetahui tingkat ketimpangan dalam distribusi pangsa pasar
(market share) antar lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran suatu
komoditi. Nilai koefisien gini pada dasarnya berkisar dari angka 0 hingga 1. Semakin
kecil (mendekati nol) koefisiennya, maka semakin merata distribusi market share-
nya, yang berarti pasar semakin mengarah pada kondisi persaingan sempurna
(kompetitif). Koefisien Gini diukur dengan menggunakan rumus berikut ini:

i
R = å (Pk -1 q k - Pk q k -1 ) *1/10.000
k =2
dimana:
R = koefisien gini
Pk = persentase kumulatif jumlah pedagang dalam kelas ke - i.
Pk-1 = persentase kumulatif jumlah pedagang sebelum kelas ke - i.
qk = persentase kumulatif jumlah volume pembelian dalam kelas ke – i
qk-1 = persentase kumulatif jumlah vol. pembelian sebelum kelas ke – i.
k = jumlah kelas pedagang.
9  

 
Kaidah pengujian koefisien gini menurut H.Tstsumi Oshima dalam Yuliarmi
(1997), serta Scheid (1979) dan Parker (1979) dalam Nambiro (2001) seperti yang
ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Indeks Gini Kriteria Ketimpangan Struktur Pasar

0,0 < IG < 0,4 Merata sampaiTimpang ringan Persaingan


sempurna/monopolistik
0,4 < IG < 0,8 Timpang sedang Oligopsoni

0,8 < IG < 1 Timpang berat Monopsoni

6. Tingkat Diferensiasi Produk

Diferensiasi produk dapat menjadi halangan bagi pengusaha lain untuk


memasuki pasar. Persaingan akan berjalan sempurna apabila pembeli dapat
membandingkan barang yang satu dengan barang yang lain. Analisis diferensiasi
produk dapat diketahui dengan melihat apakah produknya sama atau sedikit
berbeda tetapi dijual dengan merek yang berbeda.

7. Hambatan Masuk Pasar

Segala sesuatu yang merintangi pesaing-pesaing baru untuk masuk pasar


akan memperbesar kekuatan perusahaan-perusahaan yang telah ada. Jika
rintangan itu tidak ada, maka pesaing baru akan bebas masuk pasar, sehingga
monopsoni murni hanya memiliki kekuatan yang kecil. Hambatan masuk
pasar dapat berupa biaya produksi yang tinggi, tingkat tehnologi ataupun
peraturan- peraturan yang diberlakukan sehingga pemain baru menjadi sulit untuk
menjadi penjual/pembeli.

Bentuk persaingan berdasarkan hambatan untuk masuk pasar dibagi dalam


beberapa kategori, antara lain:
1. Persaingan sempurna, terjadi jika pesaing mudah untuk masuk pasar
atau bebas untuk masuk pasar.
2. Oligopsoni/oligopoli, terjadi jika pesaing/pendatang baru sulit untuk
masuk pasar.
3. Monopsoni/monopoli, terjadi jika pesaing/pendatang baru tertutup untuk masuk
pasar.

8. Tingkat Pengetahuan Pasar

Sistem pemasaran yang efisien mengharuskan para pelaku pasar, baik petani
produsen maupun lembaga pemasaran, mampu menguasai informasi pasar,
sehingga mereka tahu kapan dan dimana memasuki pasar yang tepat, terutama
untuk pasar yang bersaing sempurna. Tingkat pengetahuan pasar seringkali
diperhatikan melalui informasi harga, tehnologi dll. Jika anda sebagai pelaku pasar
dan anda mudah memperoleh informasi tentang harga maka seringkali usaha
anda mempunyai keuntungan relatif kecil. Tetapi dalam suatu pasar, jika hanya
10  

 
anda yang mampu memperoleh informasi sedangkan yang lain tidak dan
kemudian informsi tersebut dapat anda manfaatkan maka anda dapat menjadi
kaya.

Pendekatan dalam Analisis Perilaku Pasar

Analisis perilaku pasar merupakan implikasi umum (perilaku berdasarkan


teori), oleh sebab itu untuk membuktikan karakteristik pasar terkait dengan perilaku
pasar, perlu adanya data-data primer akurat dan terkait dengan perilaku tsb.
Pembahasan dalam penelitian yang sederhana dilakukan melalui analisis deskriptif
kualitatif berkenaan dengan pasar yang menjadi objek penelitian ini (dalam hal ini
penajaman akan difokuskan pada bentuk-bentuk kolusi yang terjadi pada
pemasaran wortel di STA Mantung). Ditingkat ilmu lanjut, perilaku pasar seringkali
diukur dengan besarnya market power.

Perilaku pasar menurut Bain (1959) dalam Clodius dan Muller (1967)
mengacu pada pola dari tingkah laku perusahaan yang menunjukkan cara beradaptasi
atau menyesuaikan diri dengan pasar dimana mereka bertindak sebagai penjual
atau pembeli. Perilaku pasar dapat dilihat dari praktek penentuan harga, aliran produk
dan kelembagaan dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran wortel.

Di lain pihak, perilaku pasar dapat dilihat juga dari:


1. Ada tidaknya praktek-praktek kolusi dalam hal menentukan harga.
2. Perilaku strategis yang dilakukan oleh produsen dalam menghadapi kompetitor
yang ada ataupun kompetitor yang baru muncul di pasar.
3. Ada tidaknya peranan advertensi dan lembaga-lembaga riset dan
pengembangan.

Beberapa Pendekatan dalam Analisis Penampilan Pasar

Analisis penampilan pasar dalam hal ini dilakukan dengan beberapa


pendekatan, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana penampilan pasar dari
sistem pemasaran. Penampilan pasar adalah melihat akibat dari tingkah laku pasar
(market conduct), misalnya ada perusahaan yang mempunyai keuntungan besar akibat
dari perilakunya yang kolusif di pasar oligopoli.
Di bidang pertanian, ukuran marjin, share harga dapat pula digunakan untuk
melihat penampilan pasar. Apabila anda melakukan penelitian dengan pendekatan
SCP yang perlu dilakukan adalah menarik benang merah dari S ke C terus ke P
atau bagaimana anda memahami dan membahas struktur pasar dapat mempengaruhi
perilaku pasar kemudian mempengaruhi penampilan pasar. Apabila anda tidak
mampu mengkaitkan maka penelitian SCP tidak dapat melihat sebab- akibat mengapa
sistim pemasarn itu tidak fair atau tidak efisien.

11  

 
Alat analisis yang dapat digunakan sebagai pendekatan antara lain:

1. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran wortel adalah perbedaan harga yang diterima oleh petani
produsen wortel dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir, sehingga secara
matematis, margin dapat ditulis sebagai berikut:

MP = Pr – Pf atau MP = B + K

Dimana : MP = marjin pemasaran


Pr = harga di tingkat konsumen akhir
Pf = harga di tingkat petani produsen wortel
B = biaya pemasaran
K = keuntungan pemasaran

2. Share Harga yang Diterima Petani

Jika dilihat dari sudut usahataninya, maka sesungguhnya share harga di


tingkat petani adalah biaya yang dikeluarkan dalam produksi wortel ditambah
dengan keuntungan yang diterima dari usahataninya. Dengan demikian,
keuntungan yang diperoleh petani dapat diartikan sebagai pendapatan petani bagi
keluarganya, yang apabila petani memilih saluran pemasaran wortel yang berbeda,
maka besarnya share harga yang diterima petani akan berbeda pula.

Pf
SPf = x 100%
Pr

dimana; SPf = share harga di tingkat petani


Pf = harga di tingkat petani
Pr = harga di tingkat konsumen akhir

3. Share Biaya Pemasaran dan Share Keuntungan

Menurut Alhusniduki (1991) dalam Priyanto (2005), bahwasanya share biaya


dan keuntungan dapat pula digunakan untuk menganalisis penampilan pasar
dengan satuan persentase, dimana formulanya adalah sebagai berikut:

Bi
SBi = x100%
(Pr- Pf )
dan
Ski = Ki
x100%
(Pr- Pf )

12  

 
dimana:
SBi = Share biaya pemasaran pemasaran ke-i
Ski = Share keuntungan lembaga pemasaran ke-i
Bi = Biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i
Ki = Keuntungan lembaga pemasaran ke-i
Pr = Harga wortel di tingkat konsumen akhir (Rp/kg)
Pf = Harga wortel di tingkat produsen (Rp/kg)

Ada dua pendapat para ahli yang berbeda tentang margin pemasaran, yang
menyatakan bahwasanya:
1. Semakin tinggi margin pemasaran, maka semakin kecil bagian yang diterima
petani, yang berarti penampilan pasar masih belum efisien.
2. Tingginya marjin pemasaran (biaya pemasaran + keuntungan) belum tentu
mencerminkan rendahnya efisiensi pemasaran. Hal ini tergantung dari
peningkatan kualitas produk (jasa pemasaran) yang ditawarkan lembaga
pemasaran terhadap konsumen akhir.

4. Tingkat Kelayakan Usaha (R-C Ratio)

Efisiensi diartikan sebagai suatu keadaan dimana manfaat yang sebesar-


besarnya bisa dicapai dari suatu pengorbanan tertentu, atau dimana untuk
memperoleh suatu manfaat tertentu diperlukan pengorbanan sekecil mungkin.
Efisiensi suatu usaha bisa ditentukan dengan menghitung per cost ratio, yaitu
imbangan antara penerimaan suatu usaha dengan total biaya produksinya. Semakin
besar total penerimaan yang diterima oleh suatu usaha, maka usaha tersebut semakin
efisien dan menguntungkan. Analisis R-C ratio, dirumuskan sebagai berikut:

R-C ratio = TR/TC

Keterangan: TR = penerimaan total (Rp)


TC = biaya total (Rp)

Dari perbandingan tersebut, akan dicapai kriteria efisiensi sebagai berikut:


1. R-C ratio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan,
2. R-C ratio = 1, maka usaha tersebut tidak menguntungkan dan tidak merugikan
(impas),
3. R-C ratio < 1, maka usaha tersebut tidak efisien dan merugikan.

13  

 
BAHAN BACAAN

Agung, I Gusti Ngurah. 1992. Metode Penelitian Sosial, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta

Anindita, Ratya.2004. Pemasaran Hasil Pertanian, Papyrus Surabaya

Irawan, Faried Wijaya, dan Sudjoni. 2001. Pemasaran: Prinsip dan Kasus. Edisi 2.
Yogyakarta: PT BPFE Yogyakarta.

Kolter, Philip dan Gary Armstrong. 1997. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi Bahasa
Indonesia Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo

Kotler, Philips .1997. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid I, PT.Prehallindo,


Jakarta

Schiffman B. and Watson K. 1997. Customer Behaviour. Asutralia Ltd.: Prentice Hall.

Malhotra, Naresh K.,Marketing Research: An Applied Orientation with SPSS, Fourth


Edition,Prentice-Hall, 2003

Riana, F.D., dan Nur Baladina. ?. Teori Pemasaran, Aspek Pasar dan Strategi Pemasaran
Perusahaan Agribisnis. Modul Perkuliahan, PS Agribisnis Fakultas Pertanian
Unibraw

14  

 
LATIHAN SOAL

Contoh Pengerjaan :

Diketahui : Pedagang Volume


No.
Candak Pembelian
Kulak Kubis (kg)
1. 1 60,000
2. 2 60,000
3. 3 60,000
4. 4 48,000
5. 5 48,000
6. 6 36,000
7. 7 36,000
8. 8 36,000
Total 8 384,000

Jawaban :

Market Share Indeks Herfindahl Concentration for Biggest 4


MS1 +... +MS 4
Nilai Konsentrasi Kr Kum 2 2 IH CR4
(S1) + (S2)
x100%
Rasio (%) (%) ….. + (S8)2 MS

0.1562 15.62 15.62 2


(0,1562) +

0.1562 15.62 31.24 2


(0,1562) +

0.1562 15.62 46.86 2 0,1562 + 0,1562 +


(0,1562) +
0,1562 + 0,1250 x
0.1250 12.50 59.36 2 0.131 100% 59.36%
(0,1250) +

0.1250 12.50 71.86 2 1


(0,1250) +

0.0938 9.38 81.24 2


(0,0938) +

0.0938 9.38 90.62 2


(0,0938) +

0.0938 9.38 100,00 2


(0,0938) +
1.00 100.00

Jenis struktur pasar pedagang candak kulak menurut:


a. Market share : pasar oligopoli longgar
b. Indeks Herfindahl : pasar oligopsonostik
c. Concentration for Biggest 4 : pasar oligopsoni

15  

 
TUGAS PRAKTIKUM

Hitunglah berapa nilai :


a. Market share, Indeks Herfindahl, Concentration for Biggest 4,
Indeks Rosenbluth, dan Indeks (Koefisien) Gini dari masing-masing
tingkatan lembaga pemasaran di bawah ini.
b. Tentukan pula jenis struktur pasarnya dari masing-masing tingkatan
lembaga pemasaran tersebut menurut 5 alat analisis di atas.

Volume Volume
No. Pedagang Pedagang
Grosir / Retail Pembelian Pengecer Pembelian
Kubis (kg) Kubis (kg)

1. 1 200,000 1 30,000
2. 2 100,000 2 30,000
3. 3 100,000 3 20,000
4. 4 84,000 4 20,000
5. 5 70,000 5 20,000
6. 6 70,000 6 15,000
7. 7 70,000 7 15,000
8. 8 60,000 8 12,000
9. 9 60,000 9 10,000
10 10 60,000 10 10,000
Total 10 874,000 10 182,000

Pedagang Volume Pedagang Volume


No.
Antar Daerah Pembelian Pengumpul Pembelian
Kubis (kg) Kubis (kg)

1. 1 450,000 1 200,000
2. 2 400,000 2 100,000
3. 3 200,000 3 100,000
4. 4 200,000 4 50,000
5. 5 100,000 5 50,000
6. 6 100,000 6 30,000

Total 6 1,450,000 6 530,000

16  

Anda mungkin juga menyukai