Anda di halaman 1dari 7

Frnsisca l Faktor Risiko Bronkopneumonia pada Usia Dibawah Lima Tahun

Faktor Risiko Bronkopneumonia pada Usia di Bawah Lima Tahun yang di


Rawat Inap di RSUD Dr.H.Abdoel Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015
Fransisca T Y Sinaga1
1
RSUD Abdoel Moelok Provinsi Lampung

Abstrak
Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun
negara berkembang termasuk Indonesia. Halini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena
infeksi saluran pernafasan akut khususnya bronkopneumonia terutama pada bayi dan balita. Salah satu satu upaya untuk
menurunkannya adalah dengan mengetahui faktorrisiko yang menyebabkan terjadinya pneumonia.Tujuan penelitian untuk
mengetahui faktor risiko bronkopneumonia pada anak usia dibawahlima tahun yang rawat inap di Ruang Alamanda di
RSUD Dr.H Abdoel Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2014. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan Analitik,
desainpenelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Analisis data dilakukan dengan ujiChi Square dengan nilai a =
0,05. Didapatkan total balita bronkopneumonia sebanyak 158 anak. Diambil sampel 113 anak dengan hasil uji statistik
univariat didapat lebih banyak balitausia 1-12 bulan yaitu 73 balita (64,6%), jenis kelamin laki-laki yaitu 66 balita (58,4%),
balitadengan berat badan lahir yaitu=2500 gram 60 balita (53,2%), balita dengan imunisasi tidaklengkap yaitu98 balita
(86,7%) dan balita dengan riwayat ASI tidak eksklusif sebanyak100 balita (88,5%), Hasil uji statistik bivariat ada hubungan
usia balita, riwayat imunisasi,dan riwayat ASI terhadap kejadian bronkopneumonia dengan nilai p value 0,000; 0,004; 0,009
(<0,05). Terdapat hubungan antara usia, riwayat imunisasi dan riwayat ASI dengan kejadian bronkopneumonia.

Kata kunci : bronkopneumonia, balita, faktor risiko

Risk Factors for Bronchopneumonia at Under Five Years that Hospitalized at


Dr. H. Hospital Abdoel Moeloek Lampung Province in 2015
Abstract
Acute Respiratory Infection is one health problem throughout the world,both in developed countries and developing
countries , including Indonesia . This is due tothe high morbidity and mortality due to acute respiratory infections ,
especially bronchopneumonia , especially in infants and toddlers . One of the efforts to bring it down is to identify risk
factors that cause pneumonia.This objective is to Knowing the risk factors bronchopneumonia in children under five years
of age were hospitalized in Space Alamanda in hospitals Dr.H Abdoel Moeloek Lampung 2014 . Quantitative research with
analytical approach , the design of research using cross sectional approach . Chi -square analysis of the data with a = 0,05.
Obtained a total of as many as 158 children under five bronchopneumonia.Samples taken 113 children with results of
univariate statistical tests more of childrenaged 1-12 months gainedthat 73 infants ( 64.6% ), male that is 66 infants ( 58.4
%), infants with birth weight < 2500 g that is 60 toddlers (53.2 %), in infants with incomplete immunization were is98
infants ( 86,7 % ) and on the history of exclusively breastfed infants were is 100 infants ( 88,5 % ), bivariate statistical
test results There is a relationship toddlers, immunization history, and history of breast milk on the incidence of
bronchopneumonia with p value 0.000 ; 0,004; 0.009 ( < 0.05 ).Suggestion: There is a relationship betweenage,
immunization history and history of breast milk with the incidence of bronchopneumonia.Keywords: bronchopneumonia,
toddlers, risk factors

Keywords : bronchopneumonia, toddlers, risk factors

Korespondensi : Fransisca T Y Sinaga. RSUD Abdoel Moelok Provinsi Lampung. Bandar Lampung

Pendahuluan kembang anak,kecepatan pertumbuhan anak


Masa lima tahun pertama balita mulai menurun dan terdapat kemajuan
kehidupan merupakan masa yang sangat dalam perkembangan motorik kasar dan
peka terhadaplingkungan dan masa inisangat motorik halus. Pertumbuhan dasar
pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka yangberlangsung pada masa balita akan
masa balita disebut juga sebagai “masa mempengaruhi dan menentukan
keemasan” (golden period), “jendela perkembangan anak selanjutnya.1
kesempatan” (window of opportunity) dan Anak balita merupakan kelompok
“masa kritis” (critical period). Masa balita umur yang rawan gizi dan rawan terhadap
merupakan periode penting dalam tumbuh penyakit. Anak balita harus mendapat

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019| 92


Frnsisca l Faktor Risiko Bronkopneumonia pada Usia Dibawah Lima Tahun

perlindungan untuk mencegah terjadi diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia


penyakityang dapat mengakibatkan tahun 2005, jumlah balita penderita
pertumbuhan dan perkembangan menjadi pneumonia di Indonesia ada sebanyak
terganggu atau bahkan dapat menimbulkan 600.720 balita yang terdiri dari 155 anak
kematian. Salah satu penyebab kematian meninggal pada umur di bawah 1 tahun dan
tertinggi akibat penyakit infeksi pada anak 49 anak meninggal pada umur 1-4 tahun.3
usia balita adalah penyakit infeksi saluran Berdasarkan data Dinas Kesehatan
pernafasan akut.1 kota Bandar Lampung penyakit pneumonia
Penyakit ISPA (Infeksi Saluran pada balita naik dalam kurun waktu 2 tahun
Pernafasan Akut) adalah penyakit infeksi terakhir ini menunjukkan kenaikan yang
akutyang menyerang salah satu bagian dan signifikan, pada tahun 2011 jumlah
atau lebih dari saluran nafas mulai dari pneumonia pada balita sebanyak 674 kasus
hidung(saluran atas) hingga alveoli (saluran (74,8%) dan pada tahun 2012 berjumlah 1588
bawah) termasuk jaringan adneksanya, kasus (91,84%). Jumlah kasus penyakit
seperti sinus,rongga telinga tengah dan pleura pneumonia terbanyak di kota Bandar
(selaput paru). Pneumonia adalah proses Lampung sampai bulan Oktober tahun
infeksi akutyang mengenai jaringan paru 2013ini adalah sebanyak 235 kasus.3
(alveoli).ISPA merupakan salah satu masalah Bayi dan anak kecil lebih rentan
kesehatan di seluruh dunia, baik di negara terhadap penyakit ini karena respon imunitas
maju maupun di negara berkembang mereka masih belum berkembang dengan
termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan masih baik. Berdasarkan umur, pneumonia dapat
tingginya angka kesakitan dan angka kematian menyerang siapa saja. Meskipun lebih banyak
karena ISPA khususnya pneumonia atau ditemukan pada anak-anak. Pada berbagai
bronkopneumonia, terutama pada bayi dan umur penyebabnya cenderung berbeda-beda,
balita.2 dan dapat menjadi pedoman dalam
Pneumonia adalah suatu inflamasi memberikan terapi. Infeksi saluran
pada parenkim paru. Pada umumnya pernafasan akut merupakan penyakit yang
pneumonia pada masa anak digambarkan seringkali dilaporkan sebagai 10 penyakit
sebagai bronkopneumonia yang mana utama dinegara berkembang. Gejala yang
merupakan suatu kombinasi dari penyebaran sering dijumpai adalah batuk, pilek, dan
pneumonia lobular atau adanya infiltrat pada kesukaran bernafas. Episode atau serangan
sebagian area pada kedua lapangan atau batuk padaanak, khususnya balita adalah 6
bidang paru dan sekitar bronkhi.2 sampai 8 kali pertahun.4
Insidens pneumonia anak-balita di Disamping disebabkan oleh lebih dari
negara berkembang adalah 151,8 juta kasus 300 jenis kuman, pneumonia dapat
pneumonia setiap tahun, 10% diantaranya disebabkan oleh bakteri, virus, maupun
merupakan pneumonia berat dan perlu rickettsia. Pneumonia memiliki beberapa
perawatan di rumah sakit. Di negara maju klasifikasi yang digolongkan berdasarkan
terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga anatomi, etiologi, usia, klinis dan
total insidens pneumonia di seluruh dunia ada epidemiologi. Untuk penelitian ini penulis
156 juta kasus pneumonia anak balita setiap membahas bronkopneumonia yang
tahun. Terdapat 15 negara dengan insidens merupakan pembagian pneumonia
pneumonia anak balita paling tinggi, berdasarkan anatomisnya. Bronkopneumonia
mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta umumnya disebabkan oleh bakteri yaitu
kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya Streptococcus pneumoniae dan Haemophylus
terdapat di 6 negara, mencakup 44% populasi influenzae.4
anak-balita di dunia.2 Sekitar 80% dari seluruh Tingginya angka kejadian pneumonia
kasus berhubungan dengan infeksi saluran tidak terlepas dari faktor risiko
nafas yang terjadi di masyarakat (pneumonia bronkopneumonia. Faktor risiko yang sudah
komunitas) atau di dalam rumah sakit teridentifikasi meliputi : usia, jenis
(pneumonia nosokomial). Menurut data yang kelamin,status gizi, berat lahir rendah (kurang

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019| 93


Frnsisca l Faktor Risiko Bronkopneumonia pada Usia Dibawah Lima Tahun

dari 2.500 gram saat lahir), kurangnya Upaya pencegahan dalam


pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pemberantasan pneumonia pada anak
pertama kehidupan, imunisasi campak, yangmenderita bronkopneumonia telah
malnutrisi dankepadatan rumah.Kemungkinan dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui
faktor risiko lain adalah orang tua yang upaya pencegahan imunisasi dan non
merokok,kekurangan zinc, pengalaman Ibu imunisasi. Program pengembangan imunisasi
sebagai pengasuh, penyakit penyerta (PPI) yang meliputi pemberian imunisasi
misalnya diare, penyakit jantung, asma, difteri, pertusis, tetanus (DPT) dan campak
pendidikan ibu,penitipan anak, kelembaban yang telah dilaksanakan pemerintah selama
udara,udaradingin, kekurangan vitamin A, ini dapatmenurunkan proporsi kematian
dan polusiudara diluar rumah.5 balita akibat bronkopneumonia. Hal ini dapat
Melihat banyaknya faktor risiko yang dimengertikarena campak, pertusis dan
berhubungan dengan kejadian difteri menyebabkan bronkopneumonia atau
bronkopneumonia dan tingginya angka merupakan penyakit penyerta pada
kematian akibat bronkopneumonia pada bronkopneumonia balita. Upaya pencegahan
balita,maka strategi penanggulangan non imunisasi meliputi pemberian
bronkopneumonia penting dilakukan oleh ASIeksklusif, pemberian nutrisi yang baik,
setiap negara untuk mendukung tercapainya penghindaran pajanan asap rokok,
tujuan keempat dari Milenium Development asapdapur,perbaikan lingkungan hidup serta
Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu sikap hidup yang sehat.7
mengurangikematian balita hingga 2/3 dari
angkakematian tahun 1990. Angka kematian Metode
bayibalita cenderung menetap dalam paruh Jenis penelitian kuantitatif dengan
waktu pertama upaya pencapaian MDGs pendekatan Analitik, desain penelitian
2015. Dengan demikian tahap kedua (2009- menggunakan pendekatan cross sectional.
2014) merupakan kesempatan terakhir bagi
Analisis data dilakukan dengan uji Chi Square
percepatan pencapaian MDGs, sehingga
sudah seharusnya semua negara, khususnya dengan nilai α = 0,05. Untuk lebih lengkap
negaranegara berkembang kembali dapat dilihat pada definisi operasional.
memberikan perhatian terhadap
bronkopneumonia. 2

Tabel 1. Definisi Operasional

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019| 94


Frnsisca l Faktor Risiko Bronkopneumonia pada Usia Dibawah Lima Tahun

Hasil

Tabel 2. Hasil Univariat

Tabel 2 menunjukkan distribusi (64,6%), jenis kelamin laki-laki (58,4%), berat


frekuensi usia,jenis kelamin, berat badan badan lahir ≤2500 gram (53,2%), riwayat
lahir, riwayat imunisasi dan riwayat ASI. imunisasi tidak lengkap (86,7%), dan riwayat
Terlihat bahwa penderita bronkopneumonia ASI yang tidak eksklusif(88,5%).
lebih banyak padapasien usia 1-12 bulan
Tabel 3. Hubungan usia, Jenis Kelamin, Berat Badan Lahir, Riwayat Imunisasi dan Riwayat ASI dengan
Bronkopneumia

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019| 95


Frnsisca l Faktor Risiko Bronkopneumonia pada Usia Dibawah Lima Tahun

Tabel 3 menunjukkan hubungan Dengan demikian dapat disimpulkan secara


antara usia, jenis kelamin, berat badan lahir, statistik dengan derajat kepercayaan 95%,
riwayat imunisasi dan riwayat ASI dengan tidak ada hubungan antara jenis kelamin
bronkopneumonia. Terlihat faktor risiko yang dengan peningkatan risiko bronkopneumonia
bermakna menyebabkan bronkopneumonia di RSUD Dr.H Abdoel Moeloek Provinsi
yaitu usia (OR 2,658 p value 0,000); Lampung Tahun 2014.
riwayatimunisasi (OR 2,189 p value 0,004); Hal ini serupa dengan penelitian yang
dan riwayat ASI (OR 2,162 p value 0,009). dilakukan oleh Susi Hartati dkk, dimana secara
analisis menunjukan tidak ada hubungan
Pembahasan yang signifikan terhadap jenis kelamin pasien
dengan kejadian bronkopneumonia.Hal ini
Hubungan Umur dengan Peningkatan Risiko berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Bronkopneumonia Roni Antonius dimana jenis kelamin laki-laki
Dari tabel distribusi ronkopneumonia mempunyairisiko yang cukup besar untuk
berdasarkan usia darri 113 pasien. Interval terkenabronkopneumonia sebesar 52,2%
umur terkecil antara 1-12 bulan sebanyak 73 dengan perbandingan laki-laki : perempuan
balita (64,6%) dan umursebanyak 13-60 bulan yaitu 1,2:1 sama seperti penelitian yang
sebanyak 40 balita (35,4%). Hasil penelitian dilakukan oleh Sugihartono et all yang
menunjukan nilai p value 0,000 (<0,05). menyatakan untuk kelompok jenis kelamin
Dengan demikian dapat disimpulkan secara lebih banyak laki-laki dibandingkan
statistik dengan derajat kepercayaan 95%, ada perempuan sebesar 57,4%. Penelitian Zr
hubungan antara usia dengan peningkatan Ganda juga menyatakan data yang
risiko bronkopneumonia di RSUD Dr. H Abdoel dikumpulkan lebih tinggi jenis kelaminlaki-laki
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2014, dari sebanyak 64,28%, pembagian jenis kelamin
hasil analisis diperoleh pula nilai OR 2,658 laki-laki lebih banyak disebabkan oleh faktor-
artinya usia dapat meningkatkan risiko untuk faktor hormonal dan faktor keturunan.6,9,10,11
terkena bronkopneumonia sebesar 2,6 kali
lebih besar. Hal ini serupa dengan penelitian Hubungan Berat Badan Lahir dengan
yang dilakukan Itma Annah et all dimana usia Peningkatan Risiko Bronkopneumonia
1-12 bulan mempunyai risiko cukup besar Dari tabel distribusi
untuk terkena bronkopneumonia, berbeda bronkopneumonia berdasarkan berat badan
dengan penelitian Zr Ganda yang menyatakan lahir dari 113 pasien. Interval berat badan
bahwa usia 12-60 bulan merupakan usia lahir ≤2500 gram sebanyak 60 balita (53,2%)
rentan dengan risiko tertinggi terkena dan berat badan lahir > 2500 gramsebanyak
bronkopneumonia dimana puncak risiko 53 balita (46,8%). Hasil penelitian menunjukan
tersebut pada usia 24-48 bulan, dan berbeda nilai p value 0,506 (>0,05). Dengan demikian
dengan yang dinyatakan oleh Sugihartono et dapat disimpulkan secara statistik dengan
all yang menyatakan prevalensi derajat kepercayaan 95%, tidak ada hubungan
bronkopneumonia cukup konstan yaitu 37% antara berat badan lahir dengan peningkatan
pada 13-24 bulan, seiring bertambahnya usia risiko bronkopneumonia di RSUD Dr.H Abdoel
seorang anak maka risiko bronkopneumonia Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2014.
akan semakin menurun.8,9,10 Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan Cicilia Reisy dimana berat
Hubungan Jenis Kelamin dengan Peningkatan badan lahir terbanyak ≥2500 gram sebanyak
Risiko Bronkopneumonia 67%. Dan serupa dengan penelitian Eviana
Dari tabel distribusi bayi yang memiliki berat badan lahir ≥2500
bronkopneumonia berdasarkan jenis kelamin gram lebih banyak dibandingkan berat badan
dari 113 pasien. Interval jenis kelamin laki-laki <2500gram. Namun serupa dengan penelitian
sebanyak 66 balita (58,4%) dan jenis kelamin Zr Ganda yang menyatakan bahwa terdapat
perempuan 47 balita (41,6%). Hasil penelitian paling banyak adalah berat badan <2500
menunjukan nilai p value 0,787 (>0,05). gramsebanyak 67,85%. Dari hasil penelitian Zr
Ganda dapat disimpulkan bahwa berat badan

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019| 96


Frnsisca l Faktor Risiko Bronkopneumonia pada Usia Dibawah Lima Tahun

lahir rendah (BBLR) dapat disebabkan oleh Hubungan Riwayat ASI Eksklusif dengan
masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu, Peningkatan Risiko Bronkopneumonia
dimana bayi prematur mudah sekali Dari tabel distribusi
diserangpenyakit infeksi karena daya tahan bronkopneumonia berdasarkan riwayat ASI
tubuh tidak sanggup embentuk antibodi dari 113 pasien. Interval ASI sebanyak 13
dengan baik.9,12 orang (11,5%) dan tidak ASI sebanyak
100orang (88,5%). Hasil penelitian
Hubungan Riwayat Imunisasi dengan menunjukan nilai p value 0,009(<0,05).
Peningkatan Risiko Bronkopneumonia Dengan demikian dapat disimpulkan secara
Dari tabel distribusi statistik dengan derajat kepercayaan 95%, ada
bronkopneumonia berdasarkan riwayat hubungan antara riwayat ASI dengan
imunisasi dari 113 pasien.Interval peningkatan risiko bronkopneumonia di
imunisasilengkap sebanyak 15 orang (13,3%) RSUD Dr.H Abdoel Moeloek Provinsi Lampung
dan imunisasi tidak lengkap sebanyak 98orang Tahun 2014, dari hasil analisis diperoleh nilai
(86,7%). Hasil penelitian menunjukkan nilai p OR 2,1 artinya balita dengan riwayat ASI tidak
value 0,004 (<0,05). Dengan demikian daat eksklusif beresiko 2,1 kali terkena
disimpulkan secara statistik dengan derajat bronkopneumonia dibandingkan balita
kepercayaan 95%, ada hubungan antara dengan ASI eksklusif.
riwayat imunisasi dengan peningkatan risiko Hal ini sebanding dengan penelitian
bronkopneumonia di RSUD Dr.H Abdoel Sugihartono bahwa ada hubungan signifikan
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2014, dari antara riwayat pemberian ASI dengan
hasil analisi diperoleh pula nilai OR 2,1, kejadian bronkopneumonia dengan OR 8,9,
artinya riwayat imunisasi dapat ini berarti balita yang mengkonsumsi ASI
mengakibatkan peningkatan terhadap kurang dari 6 bulan berisiko 8,9 kali lebih
bronkopneumonia. besar dibandingkan dengan balita yang
Hal sebanding dengan penelitian Itma mengkonsumsi ASI secara eksklusif. Hasil
Annah et all yang pada analisis didapatkan penelitian ini sama dengan hasil penelitian
bahwa imunisasi tidak lengkap beresiko 2,39 yang dilakukan Ahmad Fauzi didapatkan
kali lebih besar terhadap kejadian kejadian bronkopneumonia lebih besar 5,7
bronkopneumonia dibandingkan anak dengan kali pada anak yang diberi ASI tidak eksklusif
status imunisasi yang lengkap. Penelitian ini dibandingkan pada anak yang diberi ASI
sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan eksklusif. Pemberian ASI eksklusif selama
Yafanita yang menyatakan status imunisasi 6bulan atau lebih memberikan efek protektif
merupakan faktor risiko kejadian yang lebih besar berkaitan dengan respon
bronkopneumonia pada anak balita dengan dosis`efek protektif terhadap infeksi.10,13
OR 5,8. Begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fanada tahun 2012 yang Simpulan
menyatakan anak yang tidak mendapatkan Berdasarkan hasil penelitian dan
imunisasi secara lengkap memiliki risiko pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
menderita bronkopneumonia 7,6 kali lebih sebagai berikut: Faktor risiko
besar daripada anak dengan status imunisasi bronkopneumonia pada anak usia di bawah
lengkap. Sedangkan pada penelitian yang lima tahun yang rawat inap di RSUD Dr.H.
dilakukan oleh Zr Ganda diketahui responden Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2014
yang paling banyak adalah imunisasi lengkap yaitu usia, riwayat imunisasi, dan riwayat ASI.
sebanyak 71,42% sedangkan untuk yang tidak
imunisasi lengkap sebanyak 0%. Berdasarkan Daftar Pustaka
hasil tersebut ternyata imunisasi tidak 1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
bermanfaat terhadap bronkopneumonia, pelaksanaan stimulasi, deteksi dan
karena dapat juga dipengaruhi oleh status intervensi dini tumbuh kembang anak
ekonomi yang rendah. 8,9 ditingkat pelayanan kesehatan dasar.
Jakarta: Depkes RI: 2006.

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019| 97


Frnsisca l Faktor Risiko Bronkopneumonia pada Usia Dibawah Lima Tahun

2. WHO. Pneumonia [internet]. Diakses pada pneumonia balita tahun 2005-2009.


2 Februari 2019. Tersedia dari: Jakarta: Depkes RI: 2005
http://www.who.int/mediacentre/:2010. 8. Annah, I. Dkk. Faktor Risiko Kejadian
3. Depkes R.I, Profil Kesehatan Indonesia Pneumonia Anak Usia 6-59 bulan.
Tahun 2008, Jakarta:2008 Makassar: 2012.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Materi 9. Ganda, Zr, S. Karakteristik Penderita
Program Online Symposium. Menuju Penyakit Pneumonia Pada anak di ruang
Tumbuh Kembang Anak yang Optimal. Merpati. Medan:2010.
2013. 10. Sugihartono, Nurjazuli. Analisis Faktor
5. Kementerian Kesehatan. RI. Buletin risiko kejadian pneumonia pada balita di
Epidemiologi Pneumonia Balita. wilayah kerja puskesmas sidorejo. Pagar
Jakarta:2010. alam: 2012.
6. Hartati, S, Nurhaeni, N, Gayatri, D. Faktor 11. Antonius, Rony. Faktor yang berhubungan
risiko terjadinya pneumonia pada anak dengan pneumonia. Semarang: 2008.
balita. Jakarta.Jurnal Keperwtan 12. Reisy, Cicilia. Profil pneumonia neonatal di
Indonesia. 2012; 15(1): 13-20. sub bagian neonatologi. Manado: 2011.
7. Departemen Kesehatan RI. Rencana kerja 13. Fauzi, Ahmad. Faktor risiko
jangka menengah nasional penanggulan kejadianpneumonia pada anak balita.
Makassar: 2012.

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019| 98

Anda mungkin juga menyukai